PENDAHULUAN
Trauma termal menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup
tinggi. Menguasai prinsip-prinsip dasar resusitasi awal pada penderita
trauma dan menerapkan tindakan sederhana pada saat yang tepat
dapat mengurangi mobiditas dan mortalitas. Prinsip yang dimaksud
adalah kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan napas
pada trauma inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam
batas normal melalui resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus
waspada
dalam
melaksanakan
tindakan
untuk
mencegah
dan
termasuk
pembebasan
jalan
napas.
Trauma
inhalasi
Luka
bakar
yang
melingkari
leher
mengakibatkan
(identifikasi)
serta
penanganan
cedera
yang
riwayat
singkat
penyakit-penyakit
yang
diderita
jalan
napas
definitif.
Trauma
bakar
faring
b. Breathing
Penanganan awalnya didasarkan atas tanda dan gejala yang ada,
yang timbul akibat trauma, sebagai berikut:
1. Trauma
bakar
langsung,
menyebabkan
edema
dan/atau
dengan
kemungkinan
terjadi
trauma
jalan
napas.
trauma
lain
yang
menyebabkan
syok
hipovolemik.
1. Darah
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap,
golongan darah dan crossmatch, kadar karboksihemoglobin,
gula darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada wanita usia
subur. Darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah.
2. Radiologi
Pemeriksaan foto thoraks bisa dilakukan secara seri beberapa
kali bila diperlukan, sedangkan pemeriksaan radiologi lain
dilakukan bila dicurigai adanya cedera ikutan.
d. Luka bakar melingkar pada ekstremitas: menjamin sirkulasi perifer
1. Lepaskan seluruh perhiasan
2. Nilai
keadaan
sirkulasi
distal,
apakah
ada
sianosis,
kadang
perlu
dilakukan,
misalnya
untuk
Tetanus
Status imunisasi tetanus perlu ditanyakan pada penderita untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian anti tetanus.
VI. INTUBASI
a. Pengertian Intubasi
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui
mulut atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi
orotrakeal
(endotrakeal)
dan
intubasi
nasotrakeal.
Intubasi
10
intubasi
endotrakeal
yaitu
mengontrol
jalan
napas,
jangka
panjang,
meminimalkan
risiko
aspirasi,
adekuat,
ventilasi
dengan
thoracoabdominal
pada
saat
11
12
Klasifikasi Mallampati :
Mallampati 1 : Palatum mole, uvula, dinding posterior oropharing,
pilar tonsil
Mallampati 2 : Palatum mole, sebagian uvula, dinding posterior uvula
Mallampati 3 : Palatum mole, dasar uvula
Mallampati 4 : Palatum durum saja
Selain sistem klasifikasi Mallampati, temuan fisik lainnya telah
terbukti menjadi prediktor yang baik dari kesulitan saluran nafas. Wilson
dkk menggunakan analisis diskriminan linier, dimasukkan lima variable :
Berat badan, kepala dan gerakan leher, gerakan rahang, sudut
mandibula, dan gigi ke dalam sistem penilaian yang diperkirakan 75%
dari intubasi sulit pada kriteria risiko = 2. Faktor lain yang digunakan
untuk memprediksi kesulitan intubasi meliputi :
Lidah
besar
Gerak
Mandibula
Maksila
menonjol
Mobilitas
leher terbatas
Pertumbuhan
Langit-langit
mulut sempit
Pembukaan
mulut kecil
Anafilaksis
Arthritis
Sindrom
Pierre
saluran napas
(micrognathia,
belahan
langit-langit,
Endokrinopati
(Kegemukan,
Acromegali,
Hipotiroid
macroglossia,Gondok)
Infeksi
pada mediastinum
Myopati
Jaringan
Trauma
dan hematoma
Tumor
dan kista
Benda
Kebocoran
tube
14
predisposisi
terjadinya
komplikasi
pada
intubasi
Ilmu
pengetahuan,
teknik
keterampilan
dan
kemampuan
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Endotracheal
Tube
(Breathing
Tube).
Available
at:
17