PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
Hemoroid atau wasir merupakan varises vena pada anus /rektum akibat penekanan
yang berlebihan pada vena di daerah anus sehingga sphinchter ani atau bibir anus
mengalami pembekakan yang kadang-kadang disertai pendarahan.
Dalam beberapa kasus, wasir atau ambeien disebabkan oleh kesalahan dalam
melakukan gerakan pada olahraga tertentu misalnya pada olahraga angkat beban atau
olahraga pernapasan, terlalu banyak duduk atau berdiri, faktor genetika (keturunan),
mengejan terlalu keras saat buang air besar(biasanya akibat konstipasi) dan dapat
terjadi juga pada wanita hamil. Tetapi umumnya, penyebabnya adalah karena
mengejan terlalu keras saat buang air besar dan terlalu banyak duduk atau berdiri,
juga lebih rawan terjadi pada wanita daripada pria. Itu disebabkan karena wanita lebih
sering mengalami pelebaran pembuluh balik atau pembuluh vena (misalnya
saat menstruasi atau hamil) dibandingkan pria.
2.2
PENYEBAB
rektum
atau
anus,
sedangkan
menyebabkan tinja yang keras dan kesulitan buang air besar. Kekurangan vitamin
merupakan faktor yang lainnya.
2.3
KLASIFIKASI
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Grade
Diagram
Picture
Akut
merupakan hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri dan diobati dengan kompres duduk
panas, analgesik, bahkan anastesi lokal untuk menyangkut trombus.
Kronik : Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.4
PATOFISIOLOGI
Pada daerah rektum terdapat vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan
bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, medialis dan inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis
secara kronis misalnya tumor rektum atau pasien yang selalu konstipasi, sehingga
selalu mengedan bila BAB atau pasien hipertrofi prostat, sehingga tekanan di dalam
vena porta juga meningkat yang mengakibatkan aliran darah balik pada vena-vena ini
yang lambat laun bisa terjadi varises vena pada daerah rektum.
Apabila sudah terjadi varises vena-vena hemoroidalis, konstipasi dapat memperburuk
keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis yang
membengkak, sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan
perlukaan dan perdarahan secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang
menyebabkan prolapsus.
2.5
MANIFESTASI KLINIK
-
Hemoroid ekternal tampak seperti segumpal jaringan pada daerah anus yang
berwarna merah kebiru-biruan atau merah muda
2.6
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan colok dubur.
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada
haemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop.
Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi.
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
4. Hemoroidectomy adalah suatu jenis operasi eksisi hemoroid dan sering
dilakukan pada pasien rawat jalan. Beberapa cara operasi yang digunakan
meliputi :
Ketiga intervensi tersebut diatas paling sering digunakan dan dapat dilakukan
pada pasien rawat jalan. Tetapi jika hemoroid tidak dapat diatasi maka therapy
hemoroidectomy mengikat dan eksisi hemoroid diperlukan. Apalagi bila sudah
terjadi trombosis maka prosedur operasi segera dilakukan.
2.7
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas pasien
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
Riwayat penyakit
-
Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
4. Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan, Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
5. Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur, Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
6. Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis, klien tampak gelisah,
klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
2. PK: Perdarahan.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah
ditandai dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak
kering.
POST OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi
ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka post op, klien tampak meringis, klien
tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan patogen.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan ditandai dengan klien tampak
gelisah, klien selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.
Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC (Pre Operasi) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis , klien tampak gelisah,
klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
Mengenali gejala-gejala nyeri
Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya
Secara subjektif, klien menyatakan penurunan rasa nyeri
Wajah klien tampak relaks
Intervensi :
2. PK : Perdarahan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perawat dapat meminimalkan
komplikasi yang terjadi dengan kriteria hasil:
Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal
Klien tidak mengalami episode perdarahan
Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
TD: 100 120 mm Hg
Nadi: 60-100x/menit
RR: 14 25 x/mnt
Suhu: 36 - 370C 0,50C
Intervensi :
1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi
10
Rasional :
Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai
dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak kering.
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan defisit volume cairan dapat diatasi
dengan kriteria hasil :
a. Fluid balance
TD dalam batas normal (110/70 130/70)
Nadi dalam batas normal (60-100x/menit)
intake dan output cairan harian seimbang
BB klien stabil
Turgor kulit elastis
Hematokrit dalam batas normal
Membran mukosa lembab
b. Gastrointestinal function
Warna feses normal
11
Intervensi:
A. Fluid Management
1. Monitoring BB klien
Rasional : kekurangan volume cairan menunjukkan tanda berupa penurunan
berat badan.
2. Catat intake dan output cairan
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan
keefektifan dari terapi yang diberikan
3. Monitoring status hidrasi (membrane mukosa, nadi, orthostatic dan penurunan
hematokrit )
Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
4. Berikan terapi cairan melalui IV sesuai indikasi
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
5. Tingkatkan intake cairan per oral
Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
B. Gastrointestinal Function
1. Observasi adanya darah pada feses
Rasional : perdarahan berlebih memicu kekurangan volume cairan semakin berat.
2. Dokumentasikan warna, jumlah, dan karakteristik feses
Rasional : perubahan warna, jumlah dan karakteristik feses menunjukkan status
cairan dalam saluran cerna.
3. Penggunaan koagulan sesuai indikasi
Rasional : penggunaan koagulan yang efektif dapat menghentikan perdarahan.
12
3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan di tandai dengan pasien tampak
gelisah, pasien selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,di harapkan klien tidak
mengalami ansietas dengan criteria hasil:
Monitor intensitas kecemasan
Menggunakan strategi koping efektif
Melaporkan penurunan durasi dari episode cemas
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Mempertahankan penampilan peran
Mempertahankan hubungan sosial
Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan
Intervensi:
1. Kaji tingkat kecemasan dan diskusikan penyebab bila mungkin.
Rasional: Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih realistis.
2. Dorong pasien untuk mengugkapkan perasaan ,ketakutan ,presepsi dan berikan umpan
balik.
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan stress.
3. Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis,tindakan prognosis
14
Rasional: keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control dan
membantu menurunkan ansietas.
4. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Rasional: membantu untuk menurunkan kecemasan pada pasien.
5. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional: membantu menurunkan ansietas
6. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, prilaku perhatian.
Rasional: tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stress berkurang.
7. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek
dokter sehari-hari. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidhalis. Biasanya masyrakat awam menyetnya dengan wasir atau ambeyen.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid adalah nyeri
berhubungan dengan insisi bedah, Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan
kegagalan berespon terhadap isyarat untuk defekasi karena takut nyeri , Resiko terhadap
Infeksi berhubungan dengan kontaminasi fekal, Resiko terhadap penatalaksanaan aturan
terapeutik tak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan luka,
pencegahan kekambuhan, kebutuhan nutrisi (diet, cairan), program latihan dan tanda dan
gejala komplikasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17