Anda di halaman 1dari 21

Lapaoran Praktikum Ke : 7

Hari/tanggal : Kamis / 28 Maret 2013

Integrasi Proses Nutrisi

Tempat Praktikum: Lab. Mikrobiologi


Nama Asisten: Monica C. (D14090090)

LEMAK DAN PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER


DALAM PENENTUAN KADAR PROTEIN
Ahmad Yaher
D14110003
Kelompok 3 / G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PENDAHULUAN
Latar belakang
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam dan tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misal dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak
dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.
Protein merupakan nutrient yang terdiri dari satu atau lebih ikatan asam
amino. Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
membangun struktur tubuh. Protein ini disebut juga polypeptide sebab beberapa
asam amino saling berikatan dengan peptide. Selain itu juga protein dapat
digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat
atau lemak. Bahan makanan sebagai sumber energi akan mengandung protein
asam amino yang tinggi, tetapi tidak semua bahan makanan yang mengandung
asam amino yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh tubuh, tergantung dari kualitas
proteinnya. Protein masuk ke dalam tubuh akan dicerna dengan berbagai enzim
pencernaan untuk mendapatkan hasil akhir asam amino, kemudian asam amino
akan diserap oleh tubuh.
Spektrofotometri merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mengukur suata konsentrasi bahan di dalam suatu larutan. Tingginya derajat
sensitifitas dan spesifisitas menyebabkan pengukuran mudah dan cepat. Di dalam
spektrofotometer juga terdapat prisma yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
dari sumber cahaya monokromatis yang dapat diserap oleh zat yang akan
diperiksa.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari derajat kelarutan lemak nabati
dan hewani di dalam berbagai jenis pelarut organik, serta menentukan kadar
protein berdasarkan reaksi ninhidrin dengan menggunakan spektrofotometer.

TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
Lemak yang mengandung asam lemak jenuh lebih mudah diemulsi
daripada lemak tak jenuh. Lemak dari sapilebih mudah membentuk emulsi
daripada lemak domba karena lemak sapi banyak mengandung asam oleat yang
dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi. Lemak hewan dicirikan dengan relatif
tingginya kandungan kolesterol dan mengandung sedikit asam lemak tida jenuh,
lemak hewan merupakan salah satu potensi yaitu menyebabkan timbulnya
penyakit. Tingginya konsumsi daging dan produk olahan daging dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit pada sistem sirkulasi darah. Lemak
tubuh pada ayam broiler biasanya ditimbun dalam tiga bagia yaitu rongga
abdomen terutama sekeliling tembolok yaitu beratnya sekitar 2%-2,5% dari bobot
karkas bahkan dapat mencapai 5-6%, kedua pada kulit terutama pada pangkal
bulu dan bagia belakang dekat pangkal ekor sehingga berat lemaknya dapat
mencapai 12-20% dari berat karkas dan ketiga, pada organ tubuh lain
(Natawihardja,1981). Prosentase lemak abdomen pada ayam jantan berkisar
antara 1,4-2,6% dari berat hidup, sedangkan untuk ayam betina antara 3,2-4,8%
(Leeson dan Summer,1980).
Lemak Ayam
Lemak hewan dicirikan dengan relatif tingginya kandungan kolesterol dan
mengandung sedikit asam lemak tida jenuh, lemak hewan merupakan salah satu
potensi yaitu menyebabkan timbulnya penyakit. Tingginya konsumsi daging dan
produk olahan daging dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit pada sistem
sirkulasi darah. Lemak tubuh pada ayam broiler biasanya ditimbun dalam tiga
bagia yaitu rongga abdomen terutama sekeliling tembolok yaitu beratnya sekitar
2%-2,5% dari bobot karkas bahkan dapat mencapai 5-6%, kedua pada kulit
terutama pada pangkal bulu dan bagia belakang dekat pangkal ekor sehingga berat

lemaknya dapat mencapai 12-20% dari berat karkas dan ketiga, pada organ tubuh
lain (Natawihardja,1981). Prosentase lemak abdomen pada ayam jantan berkisar
antara 1,4-2,6% dari berat hidup, sedangkan untuk ayam betina antara 3,2-4,8%
(Leeson dan Summer,1980).
Lemak sapi
Lemak sapi (beef tallow) merupakan bahan pakan alternatif yang dapat
dicoba,khususnya karena merupakan sumber energi yang sangat potensial, yaitu
dengan energi metabolis 7010 kkal/kg . Lemak sapi juga merupakan
sumber asam lemak esensial.
VCO
Virgin oil adalah minyak dan lemak makan yang dihasilkan tanpa
mengubah sifat fisik kimia minyak, minyk diperoleh dengan hanya perlakuan
mekanis dan pemakaian panas minimal serta tidak menggunkan bahn kimia
kecuali yang tidak mengalami reaksi dengan minyak. Minyak ini dimurnikan
dengan cara pencucian menggunakan air, pengendapan, penyaringan, dan
sentrifugasi saja. (Codex Alimentarius, 1999).
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan
minyak tidak jenuh (10%). Tingginya kandungan asam lemak jenuh menjadikan
minyak kelapa sebagai sumber saturated fat. Dalam VCO terdapat Medium Chain
Fatty Acid (MCFA). MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedan
yang memiliki banyak fungsi, atara lain mampu merangsang produksi insulin
sehingga proses metabolisme glukosa daapt berjalan normal. MCFA juga
bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi ( Fife, 2003; Fife,
2004; Rindengan da Novarianto, 2005; Sutarmi dan Rozaline,2005).
Minyak
Minyak dapat diperoleh dari bahan yang mengandung minyak dengan cara
pengepresan, dengan cara ekstraksi mengunakan berbagai zat pelarut yang mudah
menguap (Ketaren, 1986). Gaman (1992) menyatakan bahwa lemak dan minyak
mempunyai stuktur kimia yamg sama. Dalam penggunaan secara umum, kata

lemak (fat) dipakai untuk menyebut trigliserida yang padat pada suhu kamar,
sedangkan kata minyak (oil) dipakai untuk menyebut senyawa yang cair pada
suhu kamar. Lemak dan minyak adalah bahan makanan yang larut dalam eter,
yang terdiri dari trigliserida serta merupakan persenyawaan gliserol dan asamasam lemak (Ewing, 1963).
Pada umumnya minyak diperoleh dari bahan nabati. Hampir 70% dari
semua minyak dan lemak yang dihasilkan dunia adalah minyak nabati. Lemak
mempunyai fungsi sebagai pelicin (pelumas) pada saluran pencetak pelet sehingga
proses pencetakan pelet lebih lancar (Balagopalan et al., 1988).
Minyak Kelapa
Awang (1991) menyatakan bahwa minyak kelapa adalah minyak yang
dihasilkan dari pengolahan daging buah kelapa baik dengan proses basah (wet
process) ataupun dengan proses kering (dry proces). Minyak kelapa termasuk
salah satu minyak nabati yang dapt memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Minyak kelapa memiliki kadar air maksimal 0,3% yang diperoleh setelah
proses pemurnian (Djatmiko dan Gouttara, 1976) dari kadar air semula (buah
kelapa) 50% (Amang et al., 1996). Minyak kelapa banyak dimanfaatkan utuk
bahan baku industri makanan, margarin, kembang gula, lemak nabati dan dipakai
langsung sebagai minyak goreng. Minyak kelap terdiri dari 1 mol gliserol dan
beberapa macam asam lemak esensial kadar asam-asam lemak tersebut sekitar 9498% dari berat minyak. Dan susunan asam lemak yang potensial tersebut
menyebabkan minyak kelapa menjadi minyak goreng yang disukai konsumen
karena kandungan gizi dan rasa yang lebih gurih (Amang et al., 1996).
Ketaren (1986) menyatakan bahwa minyak kelapa berdasarkan kandungan
asam lemak digolongkan ke dalam asam laurat, karena kandungan asam lauratnya
paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Djatmiko dan
Goutara (1976) menyatakan minyak kelapa yang belum dimurnikan hanya sedikit
sekali mengandung zat bukan minyak, seperti sterol (0,06-0,08%), tokoferol
(0,003%) dan asam lemak bebas kurang dari 5%. Sterol itu tidak berwarna, tidak
berbau, stabul dan berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak. Zat warna

(carotenoid pigment) hampir idak ada dalam minyak kelapa. Menurut Ketaren
(1986), zat warna alamiah yang terdapat pada minyak kelapa adalah karoten yang
merupakan hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi. Pada
pengolahan minyak menggunakan uap panas, maka warna kuning yang
disebabkan oleh karoten akan mengalami degradasi.
Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit adalah fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang
diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) dan
telah mengalami proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) menyatakan
bahwa munyak sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandung
kolesterol, pada saat proses pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol
yang dimiliki CPO mengalami degradasi. Sterol yang dimiliki minyak sawit
adalah fitosterol yang sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density
Lipoprotein) dan meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein).
Minyak sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping
minyak kelapa, kacang-kacangan, jagung dan sebagainya. Minyak kelapa sawit
memiliki kadar air 0,25% (Hardja, 2001).
Minyak Kedelai
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi
oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari
trigliserida sebesar 90-95%, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak
bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh
sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang
memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi.
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar protein
kedelai yang tinggi menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber
protein daripada sebagai sumber minyak. Asam lemak dalam minyak kedelai
sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
(Firmanjaya, 2008).

Minyak Jagung
Minyak jagung sebagai minyak makanan adalah minyak yang diperoleh
dari lembaga biji jagung (Zea mays L.) dan telah mengalami proses pemurnian
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan yang diizinkan. Hampir semua
minyak jagung expeller ditekan, dan kemudian diekstraksi dengan pelarut heksana
atau isohexane. Pelarut diuapkan dari minyak jagung, direcover dan digunakan
kembali. Setelah ekstraksi, minyak jagung kemudian disempurnakan dengan
knock out atau perlakuan alkali, yang menghilangkan phosphatides. pengobatan
Alkaline juga menetralisir asam lemak bebas dan menghilangkan warna
(bleaching). langkah terakhir termasuk musim dingin pemurnian (penghilangan
lilin) dan deodorisasi dengan destilasi uap minyak pada 232-260 C (450 - 500F)
dibawah vakum tinggi. Beberapa produsen minyak memproduksi ketidakakuratan
khusus, expeller ditekan dari minyak jagung 100%. Ini adalah produk yang lebih
mahal karena memiliki hasil yang jauh lebih rendah daripada kombinasi peras dan
proses pelarut dan pangsa pasar yang lebih kecil. (Lands, 2005).
Air
Perbandingan yang tepat antara air dan minyak dalam emulsi akan sangat
menentukan kestabilan emulsi, karakteristik produk (tekstur), ketahanan produk
(secara mikrobiologis), kerusakan produk/ketengikan (terkait dengan hidrolisis
minyak). Air juga berperan sebagai media untuk melarutkan bahan-bahan
tambahan seperti asam sitrat dan vitamin.
Alkohol
Alkohol dapat mengeliminasi bakteri dengan mengkoagulasi protein.
Alkohol mempunyai sifat mudah menguap. Alkohol menghilangkan lapisan lemak
dan sebum kulit yang merupakan pelindung alami kulit terhadap infeksi bakteri.
Casein
Casein hydrolysate merupakan salah satu sumber asam amino campuran
yang relatif murah. Penambahan asam amino dapat memperbaiki pertumbuhan,

dan morfogenesis. Casein ini juga berperan dalam browning (pencoklatan) pada
media.
Sodium Dodecyl Sulfat (SDS)
Sodium dodecyl sulfat (SDS atau NaDS), natrium atau sodium
laurilsulfate lauril sulfat (SLS) (C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionik yang
digunakan dalam membersihkan produk higienis. Garam terdiri dari sebuah
organosulfate anionik yang terdiri dari 12 rantai-karbon terikat pada gugus sulfat,
memberikan sifat amphiphilic dari deterjen yang diperlukan bahan. SDS adalah
surfaktan yang efektif dalam setiap tugas yang membutuhkan penghapusan noda
minyak dan residu. Sebagai contoh, kami menemukan dengan konsentrasi yang
lebih tinggi produk industri termasuk Degreasers mesin, pembersih lantai dan
sabun cuci mobil. Hal ini digunakan dalam konsentrasi yang lebih rendah dengan
pasta gigi, shampo dan busa cukur. Hal ini penting dalam formulasi gelembung
untuk mandi efek penebalan dan kemampuannya untuk membuat busa
(Marrakchi, 2006).
Asam Asetat
Asam asetat dikenal dengan sebutan asam cuka. Asam asetat berbentuk
larutan yang berwarna putih bening. Konsentrasi asam asetat murni adalah 96%.
Asam asetat termasuk asam organik lemah berupa cairan tak berwarna dan berbau
sangit. Ikatan hidrogen dalam asam asetat mampu mencegah ikatan H 20 .Asam
asetat adalah zat pengatur keasaman pada produk pangan (BSN, 1995).
Penambahan asam asetat memiliki tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai
gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman, kebasaan, serta memantapkan bentuk
dan rupa dari produk pangan (Winarno, 1982).
Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heksmerujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana
berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering

digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada
bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (William, 1990).
NaOH
NaOH disebut juga kaustik soda dengan sifat dapat membirukan lakmus
merah. Larutannya dalam air menghasilkan ion yang bermuatan positif dan ion
hidroksil yang bermuatan negatif. NaOH biasa digunakan sebagai pelarut. NaOH
berguna untuk menetralkan asam, bahan baku pembuatan sabun, detergen, serat
rayon, serta pemisah belerang dari minyak bumi. NaOH dari elektrolisis larutan
NaCl merupakan basa kuat. NaOH sangat reaktif dalam bereaksi dengan larutan
asam. (Fauzan, 2001).
Detergen Cair dan Sabun Colek
Sabun adalah garam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam
lemak. Sabun mengandung teruatama garam C16 dan C18, namun dapat juga
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom rendah. Suatu molekul
sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofibik dan larut dalam air. Karena
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. Namun, sabun mudah tersupensi dalam air karena
membentuk misel. Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul
sabun larut dalam zat non-polar. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik
pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetsan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun minyak, maka
itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap tersuspensi (Fessenden & Fessenden,
1986).

Aquadest
Perbandingan yang tepat antara air dan minyak dalam emulsi akan sangat
menentukan kestabilan emulsi, karakteristik produk (tekstur), ketahanan produk
(secara mikrobiologis), kerusakan produk/ketengikan (terkait dengan hidrolisis
minyak). Air juga berperan sebagai media untuk melarutkan bahan-bahan
tambahan seperti asam sitrat dan vitamin.
Susu Murni
Susu adalah cairan yang berwarna putih yang diperoleh dari pemerahan
hewan menyusui yang dapat didiamkan atau digunakan sebagai bahan pangan
yang sehat serta padanya tidak dikurangi komponenkomponennya atau ditambah
bahan-bahan lain.
Susu Skim
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil
sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu
kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim dapat
digunakan oleh orang yang menginginkan nilai kalori yang rendah dalam
makanannya karena hanya mengandung 55% dari seluruh energi susu, dan skim
juga dapat digunakan dalam pembuatan keju rendah lemak dan yogurt (Buckle,
1987).
Susu Full Cream
Merupakan susu yang melalui atau tanpa proses standarisasi menggunakan
komponen-komponen utama susu dan bahan tambahan makanan yang diizinkan
sesuai dengan keperluan, yang telah diubah bentuknya menjadi bubuk dan bukan
merupakan susu formula atau susu berbentuk nabati.
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk

mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang


gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda
yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Wilson dan Warker,
2000).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi
oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda.

METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu takar, gelas piala,
pengaduk, corong, timbangan, pipet mohr, tabung reaksi dan rak, kompor, kaca
arloji, pipet tetes, spektrofotometer, dan spoit.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak kelapa,
minyak sawit, minyak kedelai, minyak jagung, lemak sapi, lemak ayam, susu
murni, susu skim, susu sapi, susu kedelai, alkohol, campuran alkohol, asam asetat,
NaOH, aquadest, larutan SDS, deterjen, sabun colek, larutan standar casein 10
mg/ml, biuret.
Metode
Uji Lemak
Disediakan 9 jenis pelarut, kemudian 9 pelarut tersebut dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah disediakan masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu
dimasukkan 1 ml sampel (minyak atau lemak dan pelarut basa) ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi pelarut. Tabung yang telah berisi campuran dikocok kuatkuat. Setelah itu, diamati kelarutan 9 jenis lemak tersebut.
Penentuan kadar protein
Pembuatan larutan standar
Larutan standar casein dipipet sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ml kedalam 6
tabung reaksi. Masukkan aquadest kedalam masing-masing tabung reaksi hingga
volume menjadi 10 ml. Kocok masing-masing tabung hingga homogen. Pipet 5
ml dari masing-masing tabung kedalam tabung reaksi lainnya. Tambahkan 1 ml
larutan biuret. Baca serapan pada panjang gelombang 540 nm.
Pengujian sampel secara kuantitatif
Susu skim sebanyak 10 ml dipipet, kemudian dimasukkan kedalam labu
takar. Tambahkan aquadest hingga tanda tera (100ml) kocok hingga homogen.
Pipet 10 ml larutan sampel susu kedalam tabung reaksi. Tambahkan larutan biuret
1 ml.

Pengujian sampel secara kualitatif (Prosedur 1)


Sampel contoh protein sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 N. Tambahkan 2 tetes
larutan CuSO4 1% pada larutan tersebut. Campurkan hingga homogen. Warna
cincin merah jambu atau violet yang terbentuk diamati.
Pengujian sampel secara kualitatif (Prosedur 2)
Sampel contoh dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml
larutan NaOH 40% dan 2 tetes CuSO4. Campurkan hingga homogen. Amati warna
violet pada lapisan alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah dilakukan praktikum pengujian kelarutan lemak yang dilakukan
dengan menambahkan lemak /minyak ke dalam berbagai jenis pelarut organik dan
pelarut basa dan setelah itu kemudian diamati apakah lemak /minyak tersebut
larut, sangat larut atau bahkan tidak larut sama sekali. Sehingga didapatkan hasil
pengamatan yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Kelarutan Lemak pada Pelarut Organik dan Basa
Sumber Lemak
M.
Kelap
a

Sawi
t

Jagun
g

Kedel
ai

Bunga
Mataha
ri

Lema
k
Sapi

Lema
k
Ayam

Asam
Asetat

++

Alkohol

++

++

++

++

Campur
an

++

++

++

Hexan

+++

++
+

+++

+++

+++

++

NaOH

++

SDS

++

++

++

++

Deterge
n

++

++

++

++

++

++

Sabun
Colek

++

++

++

++

++

++

Akuades

Pelarut

Keterangan : +

Tidak larut

++

Larut

Sedikit larut

+ + + Sangat larut

Tabel 2. Pengujian Kualitatif Protein (Prosedur I)


Sampel

Cincin Ungu

Sereal

Susu Sapi

Akuades

Nilai Absorbansi Protein


No.

Nilai absorbansi

0.0000 A

0.117 A

0.141 A

0.339 A

0.423 A

0.493 A

Sampel Susu skim

0.076 A

Grafik nilai absorbansi protein

Perhitungan :

y = 0,1034x 0,0076
x = 0,076+0,0076
0,1034
x = 0,80851
Konsentrasi persentase protein = 6,25 x konsentrasi x faktor pengencer x100 %
Bobot susu skim
= 6,25 x0,80851 x 100 /10 x 100 %
1000 ml
= 5,053 %
Pembahasan
Pada praktikum ini akan dilakukan pengujian terhadap kelarutan lemak
atau minyak terhadap berbagai macam pelarut, pengujian yang pertama dilakukan
pada pelarut asam asetat, hasil yang didapat, pada pelarut ini hanya sampel
minyak bunga matahari dan lemak ayam yang larut sedangkan yang lainnya tidak
larut, yang dapat terlihat dari adanya endapan yang terbentuk. Untuk pelarut yang
kedua yaitu alkohol, semua larut dalam pelarut alkohol, hanya sampel kedelai dan
lemak sapi yang tidak larut, dengan tingkat kelarutan yang sama pula yaitu
ditandai dengan tanda ++ . Untuk pelarut campuran alkohol dan NaOH 5%, hanya
sampel kedelai dan lemak sapi yang tidak larut, sedangkan yang lainnya larut
dengan tingkat kelarutan yang sama pula yang ditandai dengan tanda positif (++).
Untuk pelarut hexan, semua larut dalam pelarut ini, hanya lemak sapi yang tidak
larut. Namun tingkat kelarutan yang paling rendah diantara sampel yang larut
adalah lemak ayam.
Pada pelarut NaOH, hanya lemak ayam yang larut dalam pelarut tersebut.
Pada pelarut SDS semua larut dalam pelarut ini, dengan tingkatan yang berbeda
beda. Dibandingkan pelarut SDS, pelarut deterjen lebih bisa melarutkan semua
sampel, namun hanya sampel lemak sapi yang memiliki tingkat kelarutan yang
rendah . Untuk pelarut sabun colek, sampel yang larut dan tingkat kelarutannya
sama dengan pelarut deterjen, namun hanya lemak sapi yang tidak larut dalam
pelarut ini.. Sedangkan pada aquadest, tidak satu pun dari sampel yang larut.
Kelarutan sendiri terjadi karena sifat molekul yang sama, lemak atau minyak
mempunyai sifat non polar, pelarut pun mempunyai sifat non polar, karena itu

minyak atau lemak dapat larut dalam berbagai macam pelarut, sedangkan air atau
aquadest mempunyai sifat molekul yang polar, sehingga tidak dapat melarutkan
minyak atau lemak, yang non polar.
Pada pengujian selanjutnya yaitu Pada pengujian kualitatif protein sampel
yang larut hanya susu sapi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya cincin
berwarna violet yang lebih gelap pada susu sapi.
Pada perhitungan konsentrasi larutan standar (casein) diperoleh hasil yang
kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan grafik yang tidak konsisten. Pada
penambahan 1 ml casein diperoleh nilai absorbansi 0,117, nilai tersebut terus
meningkat sampai penambahan 5 ml casein. pada penambahan 4 ml casein nilai
absorbansi yaitu 0,423. Pada penambahan 5 ml casein nilai absorbansi naik
menjadi 0,493.
Pada praktikum kali ini juga dilihat nilai absorbansi pada susu skim. Nilai
absorbansi pada susu skim adalah 0,076. Berdasarkan nilai absorbansi tersebut
dapat diketahui kadar protein dalam susu skim tersebut adalah 5,053. Metode
spektrofotometer dapat juga digunakan untuk mengetahui jumlah protein yang
terkandung dalam bahan setelah ditambahkan reagen biuret dengan proses
penyerapan cahaya dari spektrofotometer akibat adanya warna yang ditimbulkan.
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang absorpsi suatu larutan
atau suatu molekul dalam larutan yaitu spektrofotometer. Absorbsi cahaya suatu
molekul merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan
molekul. Energi cahaya diserap oleh molekul dan digunaka oleh elektron di dalam
molekul tersebut untuk bertransisi ke tingka eneri elektroik (E) yang lebih tinggi.

KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa pelarut yang paling
banyak melarutkan bahan yang diujikan pada waktu praktikum adalah asam asetat
dan hal tersebut sesuai dengan literatur bahwa asam asetat mempunyai peranan yang
kuat terhadap bahan lain termasuk bahan yang diujikan. Kemudian semakin banyak
penambahan volume casein, maka kandungan protein dalam susu menjadi lebih
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Amang, B. P. Simatupang, dan A. Rachman. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di
Indonesia. Institut Pertanian Bogor Press.
Awang, S. A. 1991. Kelapa : Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.
Balagopalan, C., G. Padmaja, S. K. Nanda, S. N. Moorthy. 1988. Cassava in Food,
Feed and Industry. IRC Press. Florida.
Badan Standarisasi Nasional.01-0222-1995. Standar Bahan Tambahan Makanan.
Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Buckle, 1987. Ilmu Pangan. UI Press, Jakarta
Codex, Codex Standard for Edible Fats and Oils not Covered by Individual
Standard

Codex

Stan

19-1981

(Rev.

2-1999).

http:

//www.codexalimentarius.com.
Djatmiko, B dan Gouttara. 1976. Pengilahan Kelapa I. Departemen Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Teknologi Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 4th Edition (revised). The Ray Ewing
Company, Publisher Division of Hoffmann La Roche Inc. Pasadena.
California.
Fauzan, A. 2001. Pengaruh konsentrasi NaOH dan suhu proses terhadap derajat
deasetilasi kitosan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Fessenden, Ralp J. and Fessenden, Joan S. 1986. Organic Chemistry, Third Edition,
University Of Montana Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002,
Massachuset, USA.
Fife, Bruce. 2004. Coconut Oil Miracle. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Firmanjaya.

2008.

Minyak

Kedelai

[terhubung

http://firmanjaya.files.wordpress.com/2008/10/minyak-kedelai.doc

berkala]
(6

Mei

2012)
Gaman, M. dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta.
Hardja, B. S. 2001. Studi pembuatan mentega coklat tiruan dan minyak sawit dengan
proses interestifikasi enzimatik. Laporan Penelitian, Hibah Bersaing. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. 1 st Edition.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Lands, William E.M. 2005. "Dietary fat and health: the evidence and the politics of
prevention: careful use of dietary fats can improve life and prevent disease".
Annals of the New York Academy of Sciences (Blackwell) 1055: 179192.
doi:10.1196/annals.1323.028. PMID 16387724.
Lesson, S and J.D. Summer.1980. Production and carcas Characteristic of broiler
Poultry Sci. 59 : 786-798.
Marrakchi S, Maibach HI. 2006. Sodium lauryl sulfate-induced irritation in the
human face: regional and age-related differences. Skin Pharmacol Physiol 19
(3): 17780. doi:10.1159/000093112. PMID 16679819.
Muchtadi. 1993. Metabolisme Zat Gizi I, Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh
Manusia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Muchtadi, T. 1996. Peranan teknologi pangan dalam peningkatan nilai tambah produk
minyak sawit Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

William D. McCain. 1990. The properties of petroleum fluids. PennWell. ISBN 087814-335-1
Wilson, K. and Walker, J. 2000. Principles and Techniques of Practical Biochemistry
FifthEdition. Cambridge University Press. England.
Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai