PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987, epidemi HIV
dianggap cukup lamban berkembang. Selalu dikategorikan prevalensi rendah.
Statistik yang rendah (di bawah 1.000 orang selama 11 tahun pertama hingga
1999) menyebabkan AIDS tidak dibicarakan secara gencar dan terbuka, baik oleh
masyarakat maupun pembuat kebijakan. Upaya pencegahan menjadi fokus utama
dengan penekanan pada isu moral saja, sehingga timbul stigma dan diskriminasi
terhadap terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA).(1)
Menurut data Kemenkes RI, pada akhir Juni 2011 dilaporkan sebanyak
26.483 kasus AIDS, sebanyak 78% diantaranya berusia reproduksi aktif (20-39
tahun). Pada tahun 2009 diperkirakan jumlah orang yang terinfeksi HIV sudah
mencapai 298.000 orang dengan 25% diantaranya adalah perempuan. Dari hasil
proyeksi
HIV
yang
dibuat
KPAN
(Komisi
Penanggulangan
AIDS
Peningkatanpenularanjugaterjadipadaiburumahtanggadibandingkandengan
WPS padatahun 1999-2010. Menurut estimasi Depkes, pada tahun 2009 terdapat
3.045 kasus baru HIV pada anak dengan kasus kumulatif 7.546; sedangkan pada
tahun 2014 diperkirakan terdapat 5.775 kasus baru dengan 34.287 kasus kumulatif
anak HIV di seluruh Indonesia.(1)
Di tahun 2008 diperkirakan terdapat 430 000 anak yang baru terinfeksi HIV dan
hampir semuanya lewat ibunya.Data yang diperoleh dari Depkes mengenai transmisi
HIV secara vertikal dari ibu ke bayi masih sangat sedikit. Pada tahun 2006
diperkirakan terdapat sekitar 4.360 bayi yang HIV-positif, sedangkan angka
kumulaif pada tahun 2015 diperkirakan dapatmencapaisekitar 38.500 kasus.(2)
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
b. Tujuan Khusus
Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif memiliki status HIV negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Prevention of Mother to Children for HIV Transmission (PMTCT)(3)
Saat ini, ada sejumlah target internasional yang berhubungan dengan
PMTCT. Pada program Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi
oleh UN General Assembly pada tahun 2000 berkomitmen untuk menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit lain pada tahun 2015. Pada UN General Assembly Special
Session (UNGASS) pada tahun 2001, pemerintah menetapkan untuk mengurangi
50% dari bayi penderita HIV pada tahun 2010 dengan cara mewajibkan semua ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan mendapatkan pelayanan PMTCT.
Indicators
Untuk mencegah penularan pada bayi, yang paling penting adalah mencegah
penularan pada ibunya dulu. Harus ditekankan bahwa si bayi hanya dapat tertular
oleh ibunya. Jadi bila ibunya HIV-negatif, PASTI si bayi juga tidak terinfeksi
HIV. Status HIV si ayah TIDAK mempengaruhi status HIV si bayi.
4
Tingginya kecenderungan
infeksi
HIV pada
perempuan
dan
anak
mengakibatkan perlunya berbagai upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu
hamil ke bayi secara serius. WHO melalui MDGs (Millenium Development Goal)
tahun 2015 yang salah satunya adalah menurunkan prevalensi HIV ibu hamil usia
15-24 tahun. Strategi Penanggulangan AIDS Nasional 20032007 menegaskan
bahwa pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan sebuah program
prioritas. PMTCT (Prevention Mother to Child Transmittion) adalah layanan
pencegahan penularan HIV dari ibu hamil yang positif HIV ke bayi yang
dikandungnya. PMTCT ini menjangkau ibu-ibu hamil (bumil) terutama yang
berisiko tinggi tertular HIV. Deteksi dini kasus HIV dalam keluarga melalui
pemeriksaan ibu hamil risiko tinggi, yaitu bumil dengan sindrom IMS, bumil
dengan suami kelompok potensial, melalui pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT).(3,4)
Sampai 10% bayi dari ibu HIV-positif tertular melalui menyusui, tetapi jauh
lebih sedikit bila disusui secara eksklusif. Sebaliknya lebih dari 3% bayi di
Indonesia meninggal akibat infeksi bakteri, yang sering disebabkan oleh makanan
atau botol yang tidak bersih. Karena risiko yang lebih besar dari air yang tidak
bersih untuk penyediaan susu formula dan nutrisi yang kurang di negara terbatas
sumber daya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi kesehatan
5
Pada pertengahan 2011, paling tidak, ada delapan studi yang menunjukkan
bahwa penggunaan ART secara dini dan tepat dan dikombinasikan dengan
menyusui secara eksklusif sampai enam bulan mengurangi risiko penularan dari
ibu ke bayi sampai ke 0%-1,2%, Morrison dan rekan mencatat. Di studi besar
baru-baru ini dengan tindak lanjut yang ekstensif, tidak ada kasus penularan pasca
kelahiran yang terjadi pada perempuan yang patuh terhadap ART.
Penelitian di Botswana menunjukkan bahwa ibu HIV-positif yang menerima
kombinasi ART selama kehamilan dan sementara menyusui memiliki hanya
sekitar 1% risiko untuk menularkan virus kepada bayinya, dan tidak ada penularan
A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang
yang belum menikah.
B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak bergantiganti)
D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum
bekas secara bergantian.
Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan
informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk membantu
klien mendapatkan akses layanan kesehatan.
Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya
tetap HIV negatif
Membuat layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria sehingga
mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil
Konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibuHIVpositifbeserta bayi dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Karena ibu tersebut
terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, maka membutuhkan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak
terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan tentang masa depannya, karena
kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi
terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti ODHA lainnya.5
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap
optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak
bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan
berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk ODHA ini
perlu diketahui masyarakat luas. Diharapkan informasi ini bisa meningkatkan
minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling dan
tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini mungkin.
HIV Positif
Perempuan HIV Positif
Hamil
HIV Negatif
Tidak Hamil
Bayi HIV
negatif
10
Partisipasi Pria
IBU HAMIL
Mobilisasi Masyarakat
Penyuluhan Kesehatan
dan PMTCT
Bersedia dikonseling
Pra Tes
Pemeriksaan Laboratorium
11
II.2 Profil(2)
1. Griya PMTCT PKBI Kota Semarang
Griya PMTCT Kota Semarang didirikan pada tanggal 10 Juli 2006.
Program ini bertujuan menjangkau ibu hamil terutama bumil risiko tinggi (suami
potensial risiko tinggi). Griya PMTCT merupakan kerjasama PKBI Kota
Semarang dengan Global Fund (GF ATM). Menjalin kerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Menjalin
kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Menjalin kerjasama dengan
Klinik VCT di Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD Kota Semarang, RS Panti
Wilasa, RSU Tugurejo).
Griya PMTCT ini juga bekerjasama dengan Lembagalembaga yang
bersama-samamenanganipermasalahan HIV-AIDS, diantaranya GF ATM, YPI
Jakarta, LSM peduli AIDS
2. Susunan pengurus dan SDM Griya PMTCT
Ketua PKBI Kota Semarang
dr. Dwi Yoga Yulianto
Koordinator Lapangan
Finance&Administrative Staff
Roni Wijayanto, SE
12
II.3 Sasaran
II.4 Target
Semua ibu hamil yang pernah menderita IMS harus menjalani VCT
Semua ibu hamil dengan suami yang menderita IMS harus menjalani VCT
II.5 Strategi
Kerjasama dengan PKBI Kota Semarang, Global Fund, Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Menjalin kerjasama dengan Klinik VCT di Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD
Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU Tugurejo).
Pendampingan dan pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil HIV positif
Pencegahan transmisi dari ibu positif (persalinan Caesar dan pemberian Susu
Formula pada bayi)
13
(Infeksi Menular Seksual) di Klinik Satelit Griya ASA PKBI Kota Semarang
sertates VCT.
Pemberian susu formula pada bayi berupa pemberian susu formula pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu HIV positif agar tidak diberi ASI oleh ibunya, sehingga akan
memperkecil penularan virus HIV dari ibu ke bayi.
II.7 Aktivitas
Kegiatan PMTCT dilaksanakan dengan metode statis VCT dan
mobileVCT. StatisVCT adalah pusat konseling dan testing HIV/AIDS sukarela
terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya
bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sedangkan
mobileVCT adalah layanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela model
penjangkauan dan keliling yang dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan
yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki
perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu.
Dari hasil kegiatan, apabila terdapat ibu hamil dengan HIV-positif, akan
diberikan ARV selama kehamilan dan persalinan, serta bantuan nutrisi sampai
umur kehamilan cukup bulan kemudian dirujuk ke spesialis Obstetri dan
Ginekologi untuk dilakukan persalinan secara sectio caesaria. Program dikatakan
berhasil bila ibu hamil dengan HIV-positif melahirkan bayi dengan HIV-negatif.
Setelah itu akan diberikan bantuan susu formula sampai usia 11 bulan.
Pemeriksaan untuk bayi berupa pemeriksaan PCR, yang dilakukan sesegera
mungkin untuk mengetahui status infeksi HIV.
14
No.
1.
Nama
Nama
Bumil
Suami
Ny. N
Tn.W
Alamat
Status Risiko
HIV
Rekomendasi
sebagai
dan suami
panjaga
karaoke yang
pergi
setiap
hari
mulai
sore
hingga
keesokan
paginya.
2.
Ny. R
Tn. J
Sari No.20
dan suami
bekerja
sebagai
pegawai
swasta dan
sering
melakukan
perjalanan
dinas untuk
pekerjaanya
dan dalam 7
bulan terakhir
suami pasien
mengeluh
terdapat kutil
pada alat
15
kelamin
1. Kesimpulan
Kegiatan PMTCT terlaksana dengan menjangkau sasaran 2 ibu hamil
yang memiliki resiko tertular HIV.
2. Saran
a. PMTCT mencari sumber dana lain agar kegiatan PMTCT dapat terlaksan aterus
menerus dan berkesinambungan.
b. Dilakukan PMTCT pada setiap ibu hamil dan dilakukan pemeriksaan VCT pada
ibu hamil risiko tinggi sebagai bagian dari ANC rutin.
c. Menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS.
d. Mempromosikan kegiatan PMTCT ke masyarakat luas melalui media massa
sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan dan fungsi
dari PMTCT.
16
BAB III
LAMPIRAN
LAPORAN KASUS PMTCT DI KECAMATAN PETERONGAN
TANGGAL 16 MEI 2013
A. Laporan Kasus 1
Identitas Pasien
Nama
: Ny.N
Usia
: 17 tahun
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen
Pendidikan
: SD
Status Pernikahan
: Menikah
Status Obsetrik
: G1P0A0
Identitas Suami
Nama
: Tn.W
Usia
: 27 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Penjaga Karaoke
Agama
: Kristen
Pendidikan
: SMP
Status Pernikahan
: Menikah
17
18
bekerja sebagai penjaga karaoke dan pergi rumah mulai dari jam 5 sore
hingga jam 6 pagi keesokan harinya.
Riwayat Pernikahan
Pasien baru menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 17
tahun dan pernikahan telah berlangsung selama setengah tahun. Sebelum
menikah pasien dan suami tidak menjalani konseling pranikah termasuk
pemeriksaan kesehatan. Hubungan intim dilakukan pertama kali setelah
menikah denga frekuensi 3-4x/minggu tanpa menggunakan kondom.
Pengetahuan
Pasien tidak mengetahui penularan HIV-AIDS, penyebab, gejala,
penularan ke bayi, serta pencegahannya. Pasien juga tidak mengetahui
mengenai penyakit Gonorrhoea (kencing nanah), Sifilis (Raja singa/lues),
Herpes
simpleks,
Ulkus
mole,
Kondiloma
Akuminata
(Jengger
19
.
Penilaian Resiko :
Individu
1. Pengetahuan yang kurang mengenai HIV, penyakit menular seksual,
dan TBC.
2. Pasien tidak menjalani konseling pra-nikah.
3. Pasien saat ini hamil 17 Minggu.
Pasangan
1. Potensial resiko tinggi.
2. Suami bekerja sebagai panjaga karaoke yang pergi setiap hari mulai
sore hingga keesokan paginya.
Hasil
PRONG I :
Kasus WUS hamil non RESTI dan tidak tertular HIV
Rekomendasi
1. Memberikan informasi mengenai HIV dan IMS mengenai penyebab,
gejala, cara penularan, pncegahan dan komplikasi serta cara menjaga
kebersihan alat reproduksi denga cara direct education oleh petugas
kesehatan.
2. Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada
pelayanan kesehatan setempat engan frekuensi sesuai dengan masa
kehamilannya.
3. Memotivasi ibu hamil utuk melakukan skrinning IMS dan VCT
20
B. Laporan Kasus 2
Identitas Pasien
Nama
: Ny.R
Usia
: 25 tahun
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Isllam
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Menikah
Status Obsetrik
: G1P0A0
Identitas Suami
Nama
: Tn.J
Usia
: 26 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Agama
: Islam
21
Pendidikan
: Sarjana
Status Pernikahan
: Menikah
Keluhan Utama : -
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 15 tahun. Menstruasi
teratur. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keputihan, rasa nyeri saat
berkemih, adanya benjolan atau tumbuhan disekitar alat kelamin,
perlukaan disekitar alat kelamin maupun rasa gatal di kemaluan.
Sebelumnya pasien belum pernah menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol,
dan
tidak minum
Herpes
simpleks,
Ulkus
mole,
Kondiloma
Akuminata
(Jengger
Pasangan
1.
Resiko tinggi.
24
25
C. Laporan Kasus 3
Identitas Pasien
Nama
: Ny.P
Usia
: 23 tahun
Alamat
: Jln. Argorejo 2
Pekerjaan
: WPS
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Status Obsetrik
: G0P0A0
Keluhan Utama : -
Riwayat Obsetrik
26
G0P0A0
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 12 tahun. Menstruasi
teratur. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keputihan, rasa nyeri saat
berkemih, adanya benjolan atau tumbuhan disekitar alat kelamin,
perlukaan disekitar alat kelamin maupun rasa gatal di kemaluan. Selama
ini dalam melayani tamu, pasien mengaku selalu menggunakan kondom
sebagai pengaman..
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien merokok, dalam sehari kurang lebih 5-6 batang rokok
(tergantung jumlah pelanggan yang dilayani), dan pasien sering minum
minuman beralkohol, namun pasien mengaku tidak sampai mabuk. Pasien
tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang, baik yang diminum
maupun disuntik. Pasien
mengetahui mengenai
PRONG I :
Kasus WUS hamil RESTI dan tidak tertular HIV
28
Rekomendasi
1. Memberikan informasi mengenai HIV, IMS, beserta penyebab, gejala,
cara penularan, pncegahan dan komplikasi serta cara menjaga
kebersihan alat reproduksi denga cara direct education oleh petugas
kesehatan.
2. Memotivasi agar selalu melakukan skrinning IMS dan VCT.
3. Memotivasi agar kedepannya, utuk menganjurkan pasangannya untuk
melakukan skrining IMS dan VCT.
4. Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di tempat
pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat
kehamilan positif.
29
DAFTAR PUSTAKA
1.
Program Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT). Diunduh dari
http://www.ypi.or.id/informasi/berita/51-program-pencegahan-penularan-hiv-dariibu-ke-bayi-pmtct-pengalaman-yayasan-pelita-ilmu.Diakses tanggal 7 April 2013.
2.
3.
4.
5.
Kuntoro A. Handout Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Bayi dan Anak.
Semarang 2012.
30