Anda di halaman 1dari 51

STANDAR OPERATING PROCEDURE

1.

Penanganan syok haemoragik

a.

Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan

b.

Tujuan

1)

Memulihkan perfusi pada jaringan

2)

Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh

3)
c.

Mencegah kematian

Indikasi
1) Syok haemoragik

d.

Persiapan

1)

Alat

Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

Neck collar

Balut cepat

Infus set

Plester

Ringer lactat yang hangat

Monitor EKG

Pulse oksimeter

Oksigen set

Kateter

Urin bag

2)

Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.

3)

Lingkungan
Tenang dan aman

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Airway dan C spine dijamin aman

3)

Breathing dijamin aman, berikan oksigen

4)

Circulation

-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau


kelasnya syok.

o Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD


o Transfusi spesifik type atau golongan O
o Stop sumber perdarahan
o Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
5)

Pasang monitor EKG

6)

Pasang gastric tube

7)

Pasang kateter dan nilai produksi urin


Hal yang perlu diperhatikan :

1)

Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I

2)

Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh dievakuasi /
medevak

3)

Metabolisme anaerob

4)

Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS

5)

Gagal organ multipel (MOF) dan kematian

2.

Thorak Masif

a.

Defenisi
Terkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat trauma tajam
atau tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis, pembuluh darah hilus paru
atau robek parenkim paru atau jantung.

b.

Tujuan

1)

Mengurangi rasa sesak

2)

Mempertahankan pasien tetap hidup

c.

Indikasi

1)

Pasien dengan trauma tumpul dada

2)

Perdarahan pada rongga dada

3)

Luka tusuk pada dada

d.

Persiapan alat

1)

Alat pelindung diri (kacamata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Neck coller

3)

Obat anasthesia lokal

4)

Syringe

5)

Infus set

6)

Cairan ringar lactat yang hangat

7)

Chest tube

8)

Botol WSD

9)

Oksigen set

10) Pulse oksimeter


e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar

3)

Berikan oksigenasi 12 lt/menit

4)

Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD

5)

Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble

6)

Lakukan resusitasi cairan secara stimulan

7)

Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar

8)

Pasang pulse oximetry

9)

Pasang monitor EKG

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine

2)

Cegah jangan sampai hipoksia

3)

Adanya empisema toraks

3.

Flail Chest

a.

Defenisi
Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada sisanya
(ada bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari
satu pada satu iga.

b.

Tujuan

1)

Mengurangi rasa sakit

2)

Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada

c.

Indikasi
1) Flail chest

d.

Persiapan alat

1)

Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Oksigen lengkap

3)

Intubasi set

4)

Suction lengkap

5)

Infus set

6)

Cairan ringer lactate

7)

Pulse oksimetri

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Bersihkan jalan nafas, hisap cairan / darah dan kontrol C spine

3)

Pasang intubasi

4)

Berikan oksigenasi yang adekuat

5)

Jamin breathing-ventilasi dengan baik

6)

Infus RL, 2 jalur dengan jarum besar

7)

Monitoring dengan pulse oximetry

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Hipoksia sebab kontusio paru

2)

Nyeri pada pergerakan dada

4.

Trauma Abdomen

a.

Defenisi
Suatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan

b.

Tujuan

1)

Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen

2)

Mencegah terjadinya syok

c.

Indikasi
Cedera pada daerah abdomen

d.

Persiapan alat :

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Oksigen lengkap

3)

Gurita

4)

Infus set

5)

Cairan ringer lactat hangat

6)

Kassa steril

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan imobilisasi C spine

3)

Pasien diberikan oksigen 6 ltr/menit

4)

Pasang infus ringer lactat hangat dengan jarum yang besar

5)

Pasang gurita jika terjadi perdarahan internal

6)

Jika terdapat organ yang keluar tutup dengan kasa steril yang lembab

7)

Membantu dokter untuk mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi

8)

Monitor tanda-tanda vital pasien

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Syok hemoraghik / hipovolemik

2)

Koagulopati

3)

Cegah hipoglikemi

4)

Asidosis

5)

Cega jantung sampai hipotermi

5.

Cedera Kepala

a.

Defenisi
Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma

b.

Tujuan

1)

Mencegah kerusakan otak sekunder

2)

Mempertahankan pasien tetap hidup

c.

Indikasi

1)

Contusio cerebri

2)

Commotio cerebri

d.

Persiapan alat

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Neckcollar

3)

Suction lengkap

4)

Oksigen lengkap

5)

Intubasi set

6)

Long spine board

7)

Infus set

8)

Cairan ringer lactat hangat

9)

Pulse oksimetri

10) Monitor EKG


11) Gastric tube
12) Folley chateter + urine bag
e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort

2)

Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)

3)

Imobilisasi C spine dengan neck collar

4)

Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik Log Roll.

5)

Letakkan pasien di atas long spine board

6)

Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai
oropharingeal jangan difiksasi

7)

Membantu dokter pasang intubasi (jika ada indikasi)

8)

Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan berikan
oksigen 100 % diberikan dengan kecepatan 10-121/menit

9)

Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tanda-tanda syok
dan gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.

10) Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya
11) Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi
12) Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai
kedinginan.
13) Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepala
f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih kecil
dari 9 yaitu E-1, M-5, V= 1-2

2)

Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya

3)

Hemifarese

4)

Monitor tanda-tanda vital secara ketat

6.

Penanganan open pneumothorak

a.

Defenisi
Adalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan
terjadinya pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter trachea

b.

Indikasi
Pasien dengan open pneumothorak

c.

Tujuan
Menghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup

d.

Pelaksanaan tindakan

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Kassa steril

3)

Plastik tipis

4)

Plester

5)

Cairan infus

6)

Infus set

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Jaga ABC tetap stabil dan imobilisasi tulang servical

3)

Tutup defek dengan kassa steril dan plastic, sampai melewati tepi defek

4)

Plester pada tiga sisi saja (flutte type valve effect)

5)

Kolaborasi dengan dokter untuk memasang chest tube dan WSD

6)

Berikan oksigen 8 lt/menit

7)

Berikan infuse RL 2 jalur dengan jarum yang besar

f.

Hal penting yang perlu diperhatikan

1)

Pasang monitor EKG

2)

Pasang pulse oksimeter

7.

Merawat/memandikan pasien luka bakar

a.

Pengertian
Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan
desinfektan

b.

Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi
Mengangkat jaringan nekrotik

c.

Indikasi
Luka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort

b)

Alat-alat steril

(1) Alat tenun


(2) Set ganti balutan
(3) Semprit 10 cc
(4) Kain kasa
(5) Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan
(6) Sarung tangan
c)

Alat-alat tidak steril

(1) Bengkok
(2) Ember
d)

Obat-obatan

(1) Zalp kulit sesuai program (silver self)


(2) Obat penenang (bila diperlukan
e)

Cairan

(1) NaCl 0,9 % / aquadest


(2) Cairan desinfektan

2)

Pasien
Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3)

Lingkungan
Ruang khusus

4)

Petugas
Petugas memakai celemek dan sarung tangan steril

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Memandikan pasien di ruang khusus dengan fasilitas khusus

a)

Sebelum tindakan

Bak mandi dibersihkan dengan desinfeksi

Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-430 derajat celcius

Memasukkan desinfektan ke dalam bak mandi dengan konsentrasi sesuai aturan

b)

Selama tindakan

Pasien diantar ke ruang mandi

Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju

Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien

(a) Merendam pasien ke dalam bak mandi


(b) Mengambil cairan bullae sebelum pasien dimandikan
(c) Membuang jaringan neokroktik
(d) Memecahkan bullae
3)

Memindahkan pasien di atas kereta dorong yang sudah dialas dengan perlak dan alat
tenun steril

4)

Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian diberi zalf sesuai program
dokter

5)

Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat perawatan
luka bakar

6)

Melakukan observasi terhadap :

a)

Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

b)

Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

c)

Reaksi pemberian cairan dan reaksi pasien setelah dimandikan

7)

Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi

8)

Memandikan pasien di ruang tindakan

a)

Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan.

b)

Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien :

(1)

Mencuci daerah luka bakar dengan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampur dengan
desinfektan

(2)

Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang menempel

(3)

Membuang jaringan neokrotik

(4)

Memecahkan bullae dengan memakai semprit

(5)

Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa desinfektan

c)

Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian diberi
zalf sesuai program pengobatan

d)
e)

Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun steril
Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang perawatan
luka bakar

f)

Mengobservasi terhadap :

1)

Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

2)

Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

3)

Reaksi pasien setelah dimandikan

g)

Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila diperlukan

h)

Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Melaksanakan teknik aseptik secara benar

2)

Respons pasien

3)

Pola pernafasan pasien

4)

Menghindari terjadinya hypotermia

8.

Penanganan infark miokard akut

a.

Pengertian
Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat
dengan adanya gambaran ECG st elevasi

b.

Tujuan

Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan


c.

Indikasi

1)

Nyeri dada lebih dari 20 menit

2)

ST elevasi > 0,1 mv pada sekurang-kurangnya 2 sedapan usia < 70 tahun

d.

Persiapan

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Monitoring EKG

3)

Defibrilator

4)

Syiring pump

5)

Infuse pump

6)

Oksigen

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Penderita dilayani sesuai dengan prosedur layanan unit gawat darurat.

3)

Baringkan dengan posisi semi fowler

4)

Berikan oksigen 4 lt/menit

5)

Pasang EKG monitor

6)

Pasang infuse

7)

Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung

8)

Berikan acetosal 160-325 mg/oral

9)

Berikan cedocard 5 mg sub lingual

10) Berikan morphin sesuai indikasi


11) Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi
12) Kolaborasi dengan tim medis
13) Siapkan ICU
Hal penting yang diperhatikan :
1)

Observasi keadaan umum pasien

2)

Observasi tanda-tanda vital

9.

Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

a.

Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
jantung guna kelangsungan hidup pasien

b.

Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru

c.

Indikasi

1)

Henti nafas

2)

Henti jantung

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Trolly emergency yang berisi :

(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)


(2) Magil force
(3) Pipa trakhea berbagai ukuran
(4) Trakhea tube berbagai ukuran
(5) Gudel berbagai ukuran
(6) CVP set
(7) Infus set/blood set
(8) Papan resusitasi
(9) Gunting verband
(10) Bag resuscitator lengkap
(11) Semprit 10 cc jarum no. 18
c)

Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai

d)

Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai

e)

EKG record

f)

EKG monitor bila memungkinkan

g)

DC shock lengkap

2)

Pasien

a)

Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

b)

Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras

c)

Baju bagian atas pasien dibuka

e.

Pelaksanaan

a)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

1)

Memanggil nama

2)

Menanyakan keadaannya

3)

Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien

c)

Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT

d)

Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

e)

Menilai pernafasan dengan cara :

1)

Melihat pergerakan dada/perut

2)

Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung

3)

Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan

f)

Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara
perlahan

g)

Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba
cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali

h)

Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar
dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.

i)

Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan

j)

Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung
luar.

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a)

Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi

b)

Lakukan RJP BC sampai :

1)

Timbul nafas spontan

2)

Diambil alih alat/petugas lain

3)

Dinyatakan meninggal

4)

Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon

c)

Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :

1)

Dewasa

(a) Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu
(b) Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus
(c) Kedalaman tekanan 3-5 cm
(d) Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit

2)

Anak

(a) Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan


(b) Kedalaman tekanan 2 3 cm
(c) Frekuensi penekanan 80 100 kali per menit
3)

Neonatus

(a)

Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri
memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri

(b) Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting
susu 1 cm ke bawah
(c) Kedalaman tekanan 1-2 cm
(d) Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1

10. Kejang Demam


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.

b.

Tujuan
Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

c.

Indikasi

1)

Bayi lahir tidak menangis

2)

Ketuban pecah bercampur mekonium

3)

Bayi tidak bernafas

d.

Persiapan alat :

a)

Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

b)

Deelic

c)

Masker bayi

d)

Bag resuscitator bayi

e)

Oksigen lengkap

f)

Thermometer

e.

Pelaksanaan

1)

Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan
dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :

a)

Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah
ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk
mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.

b)

Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut
dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada
kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang
tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.

c)

Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya
aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)

d)

Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak
diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.

e)

Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60)
kali/permenit

f)

Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

g)

Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.

h)

Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.

i)

Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai

j)

Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

2)

Jika dada bayi tidak mengembang :

a)

Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh

b)

Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan
penghisapan jika perlu

c)

Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi

d)

Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas
dengan spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi
lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3)

Kompresi dada :

a)

Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi


dan kompresi dada

b)

Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasi

c)

Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit
dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga
kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1

d)

Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan
mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka

e)

Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis
putih bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm

4)

Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 celcius atau punggung
sangat dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan
nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C 370C)

5)

Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukan

11. Penanganan perdarahan post partum primer


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok

b.

Tujuan
Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit

c.

Indikasi

1)

Atonia uteri

2)

Robekan jalan lahir

3)

Retensi plasenta

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b)

Obat emergency

c)

Obat-obatan anti perdarahan

d)

Cairan infuse

e)

Tampon

f)

VC set

g)

Hecting set

2)

Pasien

3)

lingkungan

e.

Pelaksanaan

1)

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil
melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.

2)

Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
IM

3)

Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih

4)

Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu
yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan
jahit laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)

5)

Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus untuk
mengeluarkan gumpalan darah.

6)

Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.

7)

Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.

8)

Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik

9)

Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan

10) Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a)

Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih

b)

Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati

c)

Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase
uterus untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.

11) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit
setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina
dengan hati-hati.
12) Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
13) Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16
atau 18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan
dengan IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
14) Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung

15) Ulangi kompresi bimanual internal


16) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat
persalinan dengan cermat.
17) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
18) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka
kemungkinan terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang
nampak keluar, abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan
OBSGYN)
19) Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
20) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah
21) Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan
pengobatan yang dilakukan

12. Penanganan perdarahan post partum sekunder


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea
berlebihan pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.

b.

Tujuan
Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan

c.

Indikasi

1)

Sisa plasenta

2)

Robekan jalan lahir

3)

Kelainan plasenta dan selaput ketuban

4)

Persalinan lama

5)

Infeksi uterus

6)

Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat

7)

Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi

d.

Persiapan

a)

Alat

(a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)


(b) Obat emergensi
(c) Obat anti perdarahan
(d) Cairan infus
(e) Infus set
(f) Tampon
(g) Hecting set
b)

Pasien
Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan

e.

Pelaksanaan

1)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Petugas menggunakan

3)

Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum sekunder
paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

4)

Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar

5)

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan

6)

Pasang IV line

7)

Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda syok.

13. Menerima pasien dengan kedaruratan psikiatri


a.

Pengertian
Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir
atau alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.

b.

Tujuan
Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain
maupun ancaman integritas sosial

c.

Indikasi

1)

Pasien dengan perilaku bunuh diri

2)

Pasien ganas menyerang (violence)

3)

Panik/fuque

d.

Persiapan

1)

Alat-alat/obat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b)

Diagnosa test

c)

Emergency trolley

d)

Jaket pengaman (dwang jas)

e)

Manset

f)

Obat psikotropik)

2)

Pasien
Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3)

Lingkungan
Diusahakan tempat tersendiri

4)

Petugas
Lebih dari satu orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara

3)

Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama
perawat

4)

Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana
dan mudah dimengerti.

5)

Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan


secara verbal

6)

Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada

7)

Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada

8)

Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket
pengaman

9)

Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien,
petugas II dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat
tidur yang telah disediakan.

10) Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan
bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka
jika sudah mampu mengendalikan diri
11) Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :

Tekanan darah

Nadi

Pernafasan

Respon dan perilaku pasien

12) Melaksanakan program pengobatan


13) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
14) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasi
f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Petugas tetap menjaga jarak fisik dengan pasien.

2)

Pada saat satu orang petugas berkomunikasi dengan pasien, petugas lain mengawasi dari
jauh bila pasien tidak dapat mengendalikan diri.

3)

Ikat pasien dengan posisi yang sopan, kaki tidak terbuka lebar.

4)

Pada saat pemasangan manset, posisi tangan/kaki tidak seperti disalib

5)

Segera manset dibuka apabila pasien sudah dapat mengendalikan diri.

14. Memasang manset pad apasien kedaduratan psikiatri


a.

Pengertian
Adalah suatu tindakan pengekangan pada kedaduratan psikiatri

b.

Tujuan

1)

Membantu pasien mengontrol perilakunya

2)

Pasien dapat kooperatif pada saat dilakukan pengobatan.

3)

Keamanan lingkungan dan petugas tidak terganggu

c.

Indikasi

1)

Pasien agresif

2)

Psikosa akut

3)

Pasien gasuh gelisah

4)

Pasin hiperaktif

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)

b)

Manmset

c)

Selimut/alas tempat tidur

d)

Perlak

e)

Sabuk pengaman

2)

Obat
Obat-obat sesaui program (obat psikotropik)

3)

Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)

Lingkungan
Tenang dan aman

5)

Petugas
Petugas lebih dari 2 orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Mengusahakan agar pasien dapat terlentang di tempat tidur

3)

Petugas I memegang tangan kanan pasien, petugas II memengang tangan kiri pasien,
petugas III memegang kaki kanan, petugas IV memegang kaki kiri.

4)

Memasang manset pada tangan dan kaki kemudian diikatkan pada tempat tidur.

5)

Memasang selimut

6)

Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai
program

7)

Mengobservasi pemberian obat dan pengikatan

8)

Mencatat seluruh tindakan

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Hindari adanya perlukaan akibat pengikatan

2)

Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longgar dan periksa kembali setiap setengah jam

3)

Hindari bahaya jatuh

4)

Observasi emosi pasien

5)

Pengikatan segera dibuka jika pasienj sudah mengendalikan diri

15. Menerima pasien dengan kesadaran menurun


a.

Pengertian
Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan
rangsangan nyeri

b.

Tujuan
Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap

c.

Indikasi
Semua pasien dengan kesadaran menurun

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Emergency trolley

c)

Set terapi oksigen

d)

Set penghisap sekresi

e)

EKG record

f)

Blood gas kit

g)

Set venaseksi

h)

Folley kateter

i)

Lampu senter

2)

Obat-obatan/cairan infus

a)

Adrenalin

b)

Sulfas atropin

c)

Dextrose 5 %, 10 %, 40 %

d)

NaCl 0,9 %

e)

Ringer lactat

f)

Bicarbonat nutrikus

g)

Plasma expander

h)

Obat-obatan lain sesuai kebutuhan

3)

Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)

Petugas
Lebih dari 2 orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Menidurkan dan mengatur posisi pasien sesuai kondisi

3)

Menilai kesadaran pasien dengan cara :

a)

Memanggil nama pasien/menanyakan keadaannya

b)

Mencubit pasien

16. Pemasangan Needle Thoracosintesis


a.

Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura

b.

Tujuan

Mengurangi rasa sesak nafas

Mengeluarkan udara dari rongga pleura

Mengurangi rasa sakit

c.

Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax

d.

Persiapan
Alat :

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

Jarum IV line No. 14

Betadine

Kassa

Handscoen

Plester

Pasien :
-

Inform consent

Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan


Petunjuk :

2 orang

e.

Pelaksanaan

1.

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2.

Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall

3.

Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada
yang mengalami tension pneumatorax

4.

Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada
sela iga ke tiga

5.

Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.

6.

Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan
kateternya ditinggal.

7.

Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan
lubang pada ujungnya.

8.

Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan
dengan IV cath

9.

Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Jumlah nafas dan kualitas pernafasan

2.

Keluhan pasien

3.

Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD

17. Pemasangan Needle Crico Thyroidotomy


a.

Pengertian
Menusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea

b.

Tujuan

1.

Membuat jalan nafas

2.

Menjaga jalan nafas tetap lancar

3.

Memberikan oksigen

c.

Indikasi
Sumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.

d.

Persiapan
Alat :

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

IV catheter No. 14

Handschoen

Jet insuflation

Oksigen set lengkap

Spuit 5 ml

Cairan RL
Pasien :

Tidurkan terlentang
Petugas :

1 orang

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Tidurkan pasien terlentang

3)

Fiksasi trahcea pada posisi bagian lateral dekstra dan sinistra

4)

Spuit diisi dengan cairan nya kemudian IV catheter pasang pada spuit.

5)

Tusukkan jarum pada membran coroctyroidea ke arah caudal

6)

Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan, kemudian
lepaskan spuit serta mandarin dicabut.

7)

Hubungan jarum cricityroidotomy dengan jet insuflation untuk memberikan O2

8)

Oksigen diberikan dengan cara 1 detik ditutup dengan 4 detik dibuka

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Observasi pasien

2.

Jet insuflation dipasang paling lama 45 menit

3.

Segera lanjutnya pemasangan tracheostube

18. Operasi krikotiroidotomi


a.

Pengertian
Membuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea

b.

Tujuan
Memperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas.

c.

Indikasi
Sumbatan total jalan nafas atas

d.
-

Persiapan
Alat

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Disposible calpel no. 11

3)

Instrumen dasar

4)

Antiseptic

5)

Silocain 2 % injeksi

6)

Dysposible syring 20 cc

7)

Kanul trachea / ETT (nomor sesuai kebutuhan)

Pasien

1.

Inform consent

2.

Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga

3.

Posisi pasien terlentang dengan leher netral

Petugas
2 orang dokter dan perawat

e.

Pelaksanaan

(a) Petugas menggunakan masker, handscoen


(b) Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi netral, lakukan palpasi tiroid, notch
cricothiroid internal dan eksternal notch untuk orientasi
(c) Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan anastesi local daerah operasi
(d) Buat insisi transversal di atas membran cricothyroid
(e) Buka jalan nafas dengan klem atau dengan spreader trachea atau dengan pegangan scalpel
dengan memutar 90 derajat
(f) Balon tube dikembangkan
(g) Observasi pengembangan paru dan auskultasi dada untuk menilai ventailasi 8. lakukan
fiksasi tube agar posisi tidak berubah
f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Monitor keadekuatan ventilasi

2.

Siapkan ventilator dan suction set

3.

Cek AGD

CHECKLIST PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASASkala Jatuh MORSE (Morse Fall
Scale/MPS)

1. Riwayat jatuh yang baru / dalam 3 bulan terakhir


2. Diagnosis medis sekunder > 1
3. Alat bantu jalan :
Bedrest dibantu perawat
Penopang, tongkat / walker
Furniture0153004
4. Memakai terapi heparin lock/IV Tidak 0Ya 2505

5. Cara berjalan / berpindah


Normal/bedrest/immobilasi
Lemah
Terganggu0153006
6. Status Mental
Orientasi sesuai kemampuan diri
Lupa keterbatasan diri0150
7. JUMLAH 25
8. resikorendahCatatan :
9. Tingkat Resiko ditentukan dengan cara :Skopr 0
10. 24 tidak beresiko25-50 resiko rendah
11. 51 resiko tinggi (memakai gelang orange)
12.
13. You're reading a free preview.
Page 2 is not shown in this preview.
14.

AMBULANCE

Emergency Ambulance (Ambulans Gawat Darurat) adalah unit transportasi medis yang
didesain khusus yang berbeda dengan moda transportasi lainnya. Ambulans gawat darurat didesain
agar dapat menangani pasien gawat darurat, memberikan pertolongan pertama dan melakukan
perawatan intensif selama dalam perjalanan menuju rumah sakit rujukan. Ambulans gawat darurat
juga harus memenuhi aspek hygiene dan ergonomic.Selain itu ambulans gawat darurat juga harus
dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas yang professional di
bidang pelayanan gawat darurat.

Kebutuhan akan ambulans gawat darurat menjadi sangat penting sebagai pilar utama dalam
rantai pelayanan kesehatan dan emergency respons plan baik di rumah sakit maupun public
service/.perusahaan. Ambulans gawat darurat merupakan sarana pelayanan medis darurat diluar
rumah sakit (pra hospital) dengan kata lain sarana kesehatan (gawat darurat) menghampiri
pasien/korban bukan pasien / korban yang menghampiri sarana kesehatanan. Dengan demikian
respons time pertolongan darurat dapat terlaksana secara cepat dan tepat, dan terhindar dari
keterlambatan.

Pada kejadian kecelakaan transportasi, industri, rumah


tangga, Serangan jantung, dan kegawat daruratan medis lain memerlukan pelayanan Ambulans
Gawat Darurat yang memiliki peralatan memadai, petugas yang professional dan kecepatan dalam
merespons setiap keadaan darurat. Selain itu Evakuasi pasien kritis antar rumah sakit baik didalam
maupun antar kota juga tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan Ambulans Gawat Darurat.

Dalam rangka mengembangkan pelayanan pra rumah sakit tersebut Pro Emergency
menyelenggarakan pelayanan Ambulans Gawat Darurat yang dilengkapi peralatan gawat darurat
(Emergency kit) yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas yang terlatih.

Tujuan
1. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan gawat darurat kepada pasien/ korban atau kegiatan yang
beresiko timbulnya kecelakaan/gawat darurat medik.
2. Mengurangi angka kematian dan kecacatan penderita dengan kasus gawat darurat medik / trauma.
3. Meningkatkan bentuk pelayanan Ambulans Gawat Darurat yang profesional.

Bentuk Pelayanan
Pelayanan ambulans meliputi :
1. Evakuasi medis di dalam dan luar kota
2. Evakuasi medis luar negeri
3. Evakuasi medis darat dan udara
4. Menyelenggarakan pelayanan stand by di perusahaan ataupun acara acara / event organizer, seperti
:
- stand by perusahaaan minyak / pegeboran

d by klinik perusahaan

d by acara pernikahan

d by acara konser musik

d by acara olahraga

d by acara family gathering

lain - lain

II.

Sumber Daya Manusia


Dokter / Perawat yang berpengalaman dengan kompetensi penanganan kasus kegawatdaruratan yang memiliki
sertifikat BLS, BTLS, BCLS, ATLS, ACLS

III.

Daftar Peralatan Ambulans ( Emergency Kit )

I. Di DALAM BOX EMERGENCY


A. Airway

- Aminophiline

- Laringoscope

- Cylocard 100 mg

- Oropharyngeal airway

- Neurobion 5000

- Nasopharyngeal airway

- Lidocain 2 %

- Endo Tracheal Tube

- Diazepam

- Mouth Gage

- Valium 10 mg

- Magil Forcep

- Nitrogliserin sublingual

- Tounge spatle
- Suction Canule
- Xylocain jelly

E. Lain lain
-

Gunting perban

- Pincet anatomis
B. Breathing

- pincet cirurgis

- Bag valve mask

- Artery clem

- Nasal Canule

- Plester

- Simple mask

- Penlight

- Rebreathing mask

- Elektroda EKG

- Non Rebreathing mask

- Thermometer

- Conector Canule ( kanul bagging )

- Gastric tube

- Pocket mask

- Neck Collar

C. Circulation

II. DI LUAR BOX EMERGENCY

- Infus set
- IV catheter

- Tabung oksigen 1 m3

- Cairan infus

- Tabung oksigen m3 ( portable )

- Spuit

- Regulator / Flowmeter oksigen

- Tensimeter

- Safety belt

- Stetoscope

- Spalk / bidai

- Poley catheter

- Scoope strecher

- Urine bag

- Long spine board

- Karet stuing

- Urinal / pispot

- Kasa steril

- Neirbeken

- Perban gulung 5,10 cm

- Head immobilizer

- Balut cepat

- Kendrick extrication device

- Mitela

- Electric Suction

- Elastik perban

- Manual Suction

- Aluminium foil

- Handscoen
- Masker

D. Emergency Drugs & Disinfectant

- Alat tenun

- Adrenalin / Epineprin
- Sulfas atropin 0.25 mg

III. Optional

- Kalmethason

- Pulse oksimeter

- Buscopan

- Defibrilator

- Dextrose 40 %

- AED

- Lasik

- Ventilator fortable

- Tensimeter digital
[Artikel]: STANDAR FISIK, PERLENGKAPAN AMBULANS GAWAT DARURAT
MEDIK

Landasan Hukum :
Kepmekes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik.
Kepmenkes No 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik.
Diperlukan standarisasi perlengkapan umum dan medik pada kendaraan ambulans AGDT, khususnya
untuk keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan rujukan kegawatdaruratan medik.
Yang diatur dalam Kepmenkes adalah jenis kendaraan :
1. Ambulans transportasi;
2. Ambulans gawat darurat;
3. Ambulans rumah sakit lapangan;
4. Ambulans pelayanan medik bergerak;
5. Kereta jenazah.
6. Ambulans udara.

Acuan lain :
Surat Ketua IKABI, nomor 005./IKABI/PP/VIII/2002, tanggal 12 Agusutus 2002, perihal : Spesifikasi
AGD 118 Homepage : http://www.ikabi.or.id
Diperlukan rekomendasi komisi trauma IKABI atas ambulans yang dibuat atau di supplay oleh
perusahaan karoseri lokal.
AMBULANS TRANSPORT
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/ tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan.
Persyaratan Kendaraan :
Teknis
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
Warna kendaraan : putih (DKI warna hijau lapis )
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri tertulis :
ambulans dan logo : bintang enam biru dan ular tongkat.
Ruang penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi
Tempat duduk bagi petugas dan keluarga di ruangan penderita
Dilengkapi sabuk pengaman untuk petugas dan penderita
Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya satu tandu
Ruangan penderita berhubungan langsung dengan tempat pengemudi
Gantungan infus terletak sekurangnya 90 sm di atas tempat penderita
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Lampu ruangan secukupnya/bukan neon, dan lampu sorot yang dapat digerakan
Lemari obat dan peralatan

Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah


Sirine dua nada
Lampu rotator warna merah dan biru, di tengah atas kendaraan
Radio komunikasi dan atau radio genggam di ruang kemudi
Tersedia peta wilayah
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan pemantul sinar
Kendaraan mudah dibersihkan, lantai landai dan batas dinding dengan lantai tidak menyudut
Dapat membawa inkubator transport
Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Medis
Tabung oksigen dengan peralatannya
Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya
Petugas
1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD
Tata tertib
Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan rotator
Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .
Mematuhi semua peraturan lalu lintas
Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan penderita
yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang jelas.
AMBULANS GAWAT DARURAT;
Tujuan Penggunaan :
Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit
Pengangkutan penderita dawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan
definitif atau ke Rumah Sakit
Sebagai kendaraan transport rujukan.
Persyaratan :
Teknis Kendaraan
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
Warna kendaraan : kuning muda
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri tertulis :
Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan tindakan
Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
Meja yang dapat dilipat
Lemari obat dan peralatan
Tersedia peta wilayah dan detailnya
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Sirine dua nada
Lampu rotator warna merah dan biru
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Peralatan rescue
Lemari obat dan peralatan
Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
Peta wilayah setempat Jabotabek
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis

Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang


Peralatan medis PPGD
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Peralatan monitor jantung dan nafas
Alat monitor dan diagnostik
Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
Minor surgery set
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonok
Kantung mayat
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
Petugas
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
1 (satu) perawat berkemampuan PPGD
1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Tata tertib berkendara
Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator. Selama mengangkut
penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan penderita
yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
AMBULANS RUMAH SAKIT LAPANGAN
Tujuan Penggunaan :
Merupakan gabungan beberapa ambulans gawat darurat dan ambulans pelayanan medik bergerak.
Sehari-hari berfungsi sebagai ambulans gawat darurat
Persyaratan :
Teknis Kendaraan
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
Warna kendaraan : kuning muda
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri atas tanda
: Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
Kendaraan menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan tindakan
Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
Meja yang dapat dilipat
Lemari obat dan peralatan
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Sirine dua nada
Lampu rotator warna merah dan biru terletak di atap sepertiga depan.
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Peralatan rescue
Lemari obat dan peralatan
Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
Peta wilayah setempat Jabotabek dan detailnya
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis
Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
Peralatan medis PPGD
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Peralatan monitor jantung dan nafas
Alat monitor dan diagnostik

Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa


Minor surgery set
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonok / ..
Kantung mayat
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
Petugas
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
1 (satu) perawat berkemampuan PPGD BTLS/BCLS
1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Tata tertib
Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator
Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan penderita
yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
AMBULANS PELAYANAN MEDIK BERGERAK
Tujuan Penggunaan :
Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan
Digunakan sebagai ambulans transport. .
Persyaratan
Teknis Kendaraan
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.
Berbentuk kontainer dan berfungsi sebagai poliklinik
Warna kendaraan : kuning muda
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri atas tanda
: Poliklinik dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
Sirine satu atau dua nada
Lampu rotator warna merah dan biru di atap sepetiga depan
Kendaraan berpengatur udara /AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
Ruang kerja cukup luas dan atap tinggi sehingga petugas dapat berdiri untuk melakukan tindakan dan
gantungan infus tinggi sehingga cairan infus dapat menetes dengan lancar.
Meja kerja yang dapat dilipat
Tempat duduk petugas di ruang periksa yang dapat diatur/ dilipat
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan penderita
Tempat tidur atau tandu dapat dilipat sekurangnya untuk satu pasien.
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Generator 220/240 Volt AC dengan peralatannya, dan alih tegangan arus
Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
Lemari obat dan peralatan
Kapasitas penyimpanan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
Peralatan rescue
Peta wilayah setempat Jabotabek ,
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis
Tabung oksigen dengan peralatan.
Peralatan medis PPGD (terlampir)
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
Petugas
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan
Paramedis lain sesuai kebutuhan
Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Tata tertib berkendara
Bila sangat dibutuhkan boleh menghidupkan sirine
Selama berangkat ke tujuan dan pulang, lampu rotator boleh dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku

Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.


Petugas membuat/ mengisi laporan catatan penderita.
Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
AMBULANS GAWAT DARURAT MEDIK SEPEDA MOTOR
Tujuan Penggunaan :
Pertolongan Penderita Gawat Darurat pra Rumah Sakit, sebagai kendaraan pendahulu.
Persyaratan
Teknis Kendaraan
Kendaraan roda dua, bahan bakar minyak/ bensin
Silinder 100 cc atau lebih
Warna kendaraan : kuning muda hijau
Tempat duduk dua orang
Sirine satu atau dua nada
Lampu rotator warna biru
Radio komunikasi atau radio genggam
Helmet, jaket dengan identitas dibuat dari bahan pemancar cahaya
Tanda pengenal tertulis gawat darurat/ Emergency dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular
tongkat.
Medis
Tabung oksigen dengan peralatan.
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Alat pertolongan luka (terlampir)
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
Petugas
2 (dua) orang perawat berkemampuan PPGD dan yang mempunyai SIM C sebagai pengemudi.
Tata tertib berkendara
Bila sangat dibutuhkan boleh menghidupkan sirine
Selama berangkat ke tujuan dan pulang, lampu rotator boleh dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan catatan penderita.
Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
KERETA JENAZAH.
Tujuan Penggunaan :
Merupakan kendaraan yang digunakan khusus untuk mengangkut jenazah
Persyaratan Kendaraan :
Teknis
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
Warna kendaraan : hitam, di kanan-kiri bertulis : Kereta Jenazah
Dilengkapi sabuk pengaman bagi penumpang
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
Lampu ruangan secukupnya, dan lampu sorot yang dapat digerakan
Sirine satu atau dua nada
Lampu rotator warna merah dan biru
Dapat mengangkut sekurangnya satu peti jenazah, dan ada sabuk pengaman peti jenazah.
Ruang jenazah terpisah dari ruang kemudi.
Tempat duduk/ duduk lipat bagi sekurang-kurangnya 4 (empat) orang di samping jenazah.
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Tanda pengenal kereta jenazah dari bahan pemantul sinar
Gantungan karangan bunga di depan, samping kiri dan kanan.
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Petugas
1 (satu) pengemudi yang dapat berkomunikasi
1 (satu) pengawal jenazah atau lebih
Tata tertib berkendara
Sirine hanya digunakan saat bergerak dalam iringan jenazah dan mematuhi peraturan lalau lintas
tentang konvoi
Bila tidak dalam iringan hanya boleh menghidupkan rotator.
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.

Diambil dari :

http://indofirstaid.com/ppgd/isi.php?subaction=showfull&id=1073569635&archive=&start_from=&
ucat=1&

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai