PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada era timbulnya ancaman berbagai macam penyakit menular,
hendaknya jangan mengabaikan pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi
di fasilitas pelayanan kesehatan (FPK) untuk mencegah kejadian luar biasa. Pola
penyebaran ISPA yang utama adalah melalui droplet yang keluar dari
hidung/mulut penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi
melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan oleh sekret saluran pernapasan,
hidung, dan mulut) dan melalui udara dengan jarak dekat saat dilakukan tindakan
yang berhubungan dengan saluran napas.6
Beberapa ISPA dapat menyebabkan KLB dengan angka mortalitas dan
morbiditas yang tinggi, sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan
masyarakat dan menjadi masalah internasional. Langkah-langkah perlindungan
lainnya diindikasikan untuk ISPA yang berpotensi menjadi KLB seperti SARS, flu
burung pada manusia, atau patogen lain yang belum diketahui pola
penyebarannya.6
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.
40-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh
kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30%. Kematian yang terbesar
umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2
bulan.Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit dan kurang gizi.
Dari data di Puskesmas Lubuk Kilangan, jumlah kejadian ISPA pada laporan
tahunan 2009
berdasarkan tingkat kasus yang tinggi ini maka kami akan mengangkat makalah
ini dengan judul Upaya Penurunan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan.
I.2 Perumusan Masalah
Apa faktor yang menyebabkan tingginya kejadian ISPA di wilayah
Kilangan.
Menemukan prioritas masalah yang terdapat pada Puskesmas Lubuk
Kilangan.
Mengidentifikasi masalah tingginya kejadia ISPA di wilayah kerja
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
II.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang
diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M 2 dan Gedung
Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M 2
dimana saat itu Pimpinan Pusksmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada
tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang
diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada
pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian
Pimpinan Puskesmas sebanyak 11 kali.
Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal,
karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu
dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah
permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB,
Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk
Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang
masih belum mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus
Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6
Pelayanan Dasar yaitu: Yankes, P2P, Kesga, Promkes, Kesling dan Program
inovatif (untuk Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang Program inovatif Belum
berjalan).
II.2 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km 2 yang terdiri dari 7
kelurahan dengan luas:
a.
: 19.29 Km2
b.
Kelurahan Indarung
: 52.1 Km2
c.
: 4.91 Km2
d.
: 2.87 Km2
e.
: 3.32 Km2
f.
Kelurahan Baringin
: 1.65 Km2
g.
Kelurahan Tarantang
: 1.85 Km2
b.
c.
d.
c. Kelurahan Indarung
f. Kelurahan Baringin
g. Kelurahan Tarantang
: 4 RW/ 18 RT
b. Kelurahan Indarung
: 12 RW/ 44 RT
: 4 RW/ 20RT
: 11 RW/ 40 RT
: 7 RW/ 27 RT
f. Kelurahan Baringin
: 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang
: 2 RW/ 7 RT
Sasaran Puskesmas
Jumlah penduduk
: 43.532 Jiwa
: 904 Jiwa
: 542 Jiwa
: 3506 Jiwa
: 4410 Jiwa
: 995 Jiwa
: 949 Jiwa
Ibu Bersalin
: 949 Jiwa
: 1808 Jiwa
5
Lansia
: 3138 Jiwa
WUS
: 9287
Sarana Pendidikan
SMU/SMK
: 3 Unit
SLTP
: 4 Unit
SD : 23 Unit
TK : 15 Unit
b.
Sarana Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:
Puskesmas Induk
: 1 Unit
Puskesmas Pembantu
: 3 Unit
Pustu Indarung
Pustu Baringin
: 1 Unit
: 1 Unit
Motor Dinas
: 4 Unit
Komputer
: 2 Unit
Mesin Tik
: 2 Unit
Laptop
: 1 Unit
LCD/Infocus
: 1 Unit
c.
Prasarana Kesehatan
Posyandu Balita
: 41 Buah
Posyandu Lansia
: 11 Buah
Kader Kesehatan
: 164 Orang
: 5 orang
6
: 21 orang
: 38 Buah
: 27 Buah
II.5 Ketenagaan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Akper
SPK
Akbid
Bidan (D I)
Asisten Apoteker
AKL
AAK
Perawat Gigi
Pekarya Kesehatan
SMA
SMP
: 4 Orang
: 2 Orang
: 3 Orang
: 6 Orang
: 6 Orang
: 6 Orang
: 13 Orang
: 2 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 2 Orang
: 3 Orang
: 2 Orang
: 1 Orang
PIMPINAN PUSKESMAS
Drg Euis Yoyo.
CAMAT
TATA USAHA
YESSI GUSMINARTI, SKM
PERENCANAAN
Drg. Euis Yoyo
Drg. Afridawati
KEUANGAN
Hj. Afridawarni
Hayati
Yusmawarni
PERLENGKAPAN &
Inventaris
Desmiavita.D
Hj. Fitri Dewi
KOORDINATOR YANKESMAS
Drg. Afridawati
Pj. Promkes:Frisna Devi,SKM
:Sefnita
Pj. Apotik
: Widani
Pj. Laboratorium
Susanti,AmAk
: Esi
:Titin Haryani
Pj. MR
:Yusmawarni
Pj. KB
P2M
Pj.
Imunisasi
:Ermay
ani
Pj. DBD
:Adsemar Tati Budi
Pj. TB Paru dan Kusta :Damsiar
Pj. Rabies
: Marini MS, Amd.Kep
Pj. Malaria
:Adsemar Tati Budi
Pj. Diare
:Marina Yulia Ningsih
Pj. Surveilans
: Marry Denita Wati
Pj. Campak
: Marry Denita Wati
Pj. ISPA
Pj. Gizi
: Renita, SKM
PUSTU INDARUNG
Mortianis
PUSTU BARINGIN
Hj. Erliza HB
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar
3-5 episode (WHO, 1992).2,4
Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6
bulan (6). Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak
berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak (WHO, 1992).
Berbagai laporan menyatakan bahwa ISPA anak merupakan penyakit yang paling sering pada
anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun.
Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang
mengenai saluran pernafasan bawah.
III.3. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1.
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
2.
3.
(chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia (4).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
10
1.
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
2.
3.
atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.
III.4. Etiologi
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1984).
Dalam Harrisons Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa penyakit infeksi saluran
nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring
hampir 90% disebabkan oleh viral (Adams dkk, 1988), sedangkan infeksi akut saluran nafas
bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri di mana Streptococcus Pneumonia adalah
yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan Stafilococcus Aureus dan H.
Influenza sekitar 10-20% (Robert, 1986). Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran
pernafasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut
(WHO, 1984).2
Adapun virus-virus (agen non bakterial) yang banyak ditemukan pada ISPA bagian bawah
pada bayi dan anak-anak adalah Respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, parainfluenza,
dan virus influenza A & B.2
III.5. Faktor resiko
Beberapa faktor risiko yang telah diketahui antara lain, malnutrisi, kelahiran dengan berat
badan rendah (BBLR), pemberian ASI, kepadatan hunian, sosioekonomi yang rendah, imunisasi
tidak lengkap, asap rokok, cuaca, pendidikan orang tua, dan lain-lain. Sedangkan beberapa
lainnya masih diperdebatkan, seperti peran vitamin A. Secara umum faktor risiko dapat
dikelompokkan menjadi faktor diri (host) dan faktor lingkungan (Koch et al, 2003).2
11
12
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya
tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk
mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.
13
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena
ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari
penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok
(Koch et al, 2003)
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,
fisik maupun kimia. Tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan
tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang
untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara
sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra,
2003).2
III.6
Manifestasi Klinis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.1,3
Tanda-tanda klinis
1.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir
2.
dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
3.
arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
14
4.
Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup promosi dan pencegahan termasuk petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA
(4). Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :3
III.7.1
1.
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri
oksigen dan sebagainya.
2.
Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika
terjadi alergi atau tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
3.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.1
III.7.2
Pelaksana pemberantasan
Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan
8.
3.
4.
5.
Kader kesehatan
1.
2.
Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.
Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan
pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu
dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.5
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan
staf puskesmas dan menganalisis laporan tahunan puskesmas. Beberapa potensi masalah yang
berhasil diidentifikasi di puskesmas Lubuk Kilangan adalah:
1. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu
17
Berdasarkan
dengan pemegang program, pencapaian D/S di posyandu bayi masih rendah di banding target
yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota Padang. Jumlah sasaran yang ditetapkan DKK
adalah sebesar 904 bayi (65%) sedangkan angka pencapaian D/S bayi di Puskesmas lubuk
Kilangan tahun 2009 adalah 555 bayi (56%). Dari data ini didapatkan kesenjangan sebesar 9 %.
Tabel 1. Hasil Pencapaian program PROMKES Tahun 2009
PENCAPAIAN (%)
TARGET (%)
KESENJANGAN
(%)
56
65
-9
96
100
-4
93
100
-7
4 KEL
7 KEL
-3 KEL
POSYANDU AKTIF
41 (100%)
41 (100%)
11 BUAH
7 BUAH
+4
KADER AKTIF
87
90
-3
JUMLAH TOGA
28
JUMLAH POD
NO
URAIAN
1
2
D/S
PENYULUHAN
GEDUNG
DALAM
2. Rendahnya cakupan penemuan TB Paru (CDR= Case Detection Rate) di kecamatan Lubuk
Kilangan
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta diskusi
dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, pencapaian CDR TB Paru masih jauh di
bawah target yaitu sebesar 22% (15 orang), sedangkan target sasaran CDR TB Paru yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Kota yaitu sebesar 70 % (68 orang). Dengan demikian didapatkan
kesenjangan yang cukup jauh yaitu sebesar 48%.
Tabel 2. Data CDR TB Paru di Puskesmas Lubuk Kilangan 2008-2009
NO Kinerja Puskesmas
Target
/ %
Hasil
Kesenjangan
18
Sasaran
A
Pencapaian
TB Paru
1. Angka Penemuan 68
70
13
19
-51
BTA + 2008
2. Angka Penemuan 68
70
15
22
-48
BTA + 2009
3. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Lubuk Kilangan
Pada tahun 2009, dari laporan tahunan bagian KIA di Puskesmas Lubuk Kilangan,
didapatkan angka pemberian ASI Eksklusif yang rendah, yakni hanya 79,7 % sedangkan target
pemberian ASI eksklusif adalah 100%. Dari data tersebut didapatkan kesenjangan sebanyak
33,8%.
KINERJA
SASARAN
ANC
K1
K4
RESTI
NEONATUS
PERSALINAN
IBU MENYUSUI
ASI EKSKLUSIF
995
995
994
995
904
945
1088
1088
2
3
4
5
6
TARGET (%)
95
90
20
84
85
100
100
HASIL
/
%
PENCAPAIAN
KESENJAN
GAN
968
+ 2.2%
+ 0.1 %
897
199
773
826
2701
110
721
97.2
90.1
20
85.5
87.4
149.3
6.1
66,2
+ 1.5 %
+ 2.4 %
33.8 %
Dalam laporan pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Garam Yodium (GAKY) serta
diskusi dengan pemegang program gizi , diketahui bahwa kecamatan Lubuk Kilangan
mempunyai angka TGR yang cukup besar, yaitu sebesar 29,9%. Dimana angka tersebut
mempunyai makna bahwa daerah tersebut termasuk kedalam daerah endemik sedang.
Demikian juga data yang didapatkan dari pemeriksaan garam yang mengandung iodium
dengan menggunakan
menggunakan garam beryodium, sedangkan yang tidak menggunakan garam beryodium sebesar
12,9 %.
Tabel 4. Data Survey Pemetaan GAKY Kota Padang
TGR menurut Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan
Padang Barat
Nanggalo
Bungus Tel. Kabung
Padang Utara
Koto Tangah
Padang Selatan
Kuranji
Padang Timur
Pauh
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
Kota Padang
2009
17,3
12,5
13,6
30,1
14,2
26,4
37,5
16,7
26,9
29,9
23,8
21,4
Tabel 5. Pemakaian garam yang mengandung Yodium dengan Iodina Test Menurut Kelurahan di
Kecamatan Lubuk Kilangan
Kelurahan
Indarung
Koto Lalang
Bandar Buat
Batu Gadang
Padang Besi
Tarantang
Baringin
Kecamatan Lubuk Kilangan
20
21
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
Intervensi
Biaya
Mutu
Total
Ranking
11
12
IV
Kilangan
3. Masih rendahnya 4
14
III
partisipasi
masyarakat
ke
posyandu
2.Rendahnya cakupan
penemuan TB Paru
(CDR=
Detection
kecamatan
Case
Rate)
di
Lubuk
pencapaian
target
pemberian
ASI
Eksklusif
puskesmas
di
Lubuk
22
Kilangan
4. Tingginya angka
Total
Goiter
Rate
(TGR) di kecamatan
16
15
II
Lubuk Kilangan
5. Tingginya angka
kejadian
ISPA
puskesmas
di
Lubuk
Kilangan
Penyakit
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ispa
Peny.Kulit lainnya
Diare
Gastritis
Rematik
Kel.Refraksi
Peny.pilpa dan jaringan peripikal
Infeksi bawah kulit
Hipertensi
Konjungtivitis
2901
472
366
345
226
216
208
191
81
79
23
Penyakit
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ispa
Gastritis
Pen. Pulpa & peripikal
Rematik
Peny. kulit lainnya
Diare
Peny.kulit infeksi
Peny.rongga mulut & kelenjar ludah
Scabies
Hipertensi
2089
446
406
390
375
215
201
167
148
87
penurunan angka kejadian ISPA di puskesmas Lubuk Kilangan. Pada tahap awal, dilakukan
wawancara dengan pemegang program ISPA mengenai tingginya kejadian ISPA di Puskesmas
Lubuk Kilangan. Dari hasil wawancara dan catatan laporan tahunan, penyebab tingginya
kejadian ISPA tersebut, antara lain :
1. Manusia
Kurangnya pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam melindungi diri agar
resiko terkena ISPA berkurang. Hal ini di dukung oleh hasil pengolahan kuisioner
yang menyatakan bahwa 63% masyarakat tidak tahu bagaimana cara melindungi
diri agar resiko terkena ISPA berkurang dan 84% masyarakat tidak melindungi
dirinya.
Kebiasaan merokok tinggi. Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner
poster, leaflet, spanduk dari Dinas Kesehatan Kota ke puskesmas dan pelayanan
kesehatan lain.
3. Metode
Jadwal penyuluhan ISPA yang belum teratur. Berdasarkan wawancara dengan
pemegang program dan bagian Promosi Kesehatan bahwa belum ada waktu yang
rutin untuk penyuluhan ISPA.
4. Lingkungan
Daerah lubuk kilangan merupakan kawasan industri pabrik semen
Polusi udara tinggi karena banyaknya asap kendaraan bermotor dan pabrik.
Berdasarkan wawancara dengan petugas Puskesmas dan masyarakat bahwa
penyaringan dari pabrik di matikan pada malam hari. Hal ini terlihat dari tebalnya
debu di atap rumah- rumah penduduk.
Manusia :
Lingkungan :
hubungan sebab akibat, maka
dibuat diagram
sebab akibatdan
(diagram
Kurangnya
pengetahuan
tindakan
> DaerahUntuk
lubukmenunjukkan
kilangan merupakan
tulang ikan
atau diagram
ischikawa) sebagai berikut :
kawasan
industri
pabrik semen
Tingginya kejadian
ISPA di Puskesmas
Lubuk Kilangan
Metode :
Material :
Kurangnya sarana (media) penyampaian
informasi
pencegahan
spanduk,
mengenai
seperti
stiker
di
ISPA dan
poster,
pos
cara
leaflet,
pelayanan
Pelaksanaan
Sasaran
Target
Pelaksana
Pelaksanaan
Sasaran
Target
27
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan masih tingginya
kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah :
V.2 Saran
Berdasarkan analisis sebab akibat masalah di atas, maka diperlukan alternatif solusi
masalah dari berbagai factor yang menyebabkan tingginya kejadian ISPA di wilayah kerja
pasar, sekolah).
Mengadakan penghijauan lingkungan di di perbatasan jalan raya Kecamatan Lubuk
Kilangan terutama Kelurahan Bandar Buat, Indarung dan Padang Besi.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009
29
2.
3.
4.
5.
6.
Lampiran 1
KUISIONER
UPAYA PENURUNAN KEJADIAN ISPA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK KILANGAN
Identitas Responden
No.Responden
:
Umur
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Pendidikan terakhir
:
Jumlah anggota keluarga saat ini
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan apa yang anda ketahui
Jawaban diisi atau dilingkari dengan mencantumkan alasan yang jelas.
A. PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu/Bapak pernah menderita gejala penyakit pernafasan seperti batuk-batuk/
pilek/ sesak nafas yang berlangsung tidak dalam waktu lama?
a. pernah
b. tidak pernah
2. Menurut Ibu/Bapak, faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan gejala batuk-batuk/
pilek/ sesak nafas tersebut?
.
3. Apakah Ibu/Bapak tahu bagaimana cara melindungi diri agar tidak menderita gejala
batuk-batuk/ pilek/ sesak nafas ?
a. tahu
b. tidak tahu
4. Jika tahu, menurut Ibu/ Bapak bagaimana cara melindungi diri agar tidak menderita
gejala batuk-batuk/ pilek/ sesak nafas ?
.
5. Apakah Ibu/Bapak mengetahui bahaya merokok?
a.Ya
b. Tidak
B. SIKAP
9.
Menurut Ibu/Bapak, alat perlindungan diri agar tidak terkena penyakit pernafasan itu
penting/tidak?
a.
Ya
b. tidak
Alasannya..
10.
Apakah Ibu/ Bapak, juga menyarankan orang disekitar ibu untuk melindungi dirinya
agar tidak terkena penyakit pernafasan ?
a.Ya
b. tidak
31
11.
Menurut Ibu/ Bapak, adanya pohon di pekarangan rumah Ibu/Bapak penting atau
tidak?
a. penting
b. tidak penting
Alasannya..
C. TINDAKAN
12. Apakah Ibu/ Bapak melindungi diri agar tidak terkena penyakit pernafasan seperti
batuk-batuk, pilek dan sesak nafas?
a. ya
b. tidak
13. Jika ya, bagaimana caranya?
..
14. Apakah ada anggota keluarga Ibu/ Bapak yang merokok?
a. ada
b. tidak ada
15. Jika ada, sebutkan berapa ramai yang merokok?
16. Apa ada ventilasi yang cukup dalam setiap ruangan rumah Ibu/ Bapak?
a. cukup
b. kurang
17. Apakah dirumah Ibu/Bapak ada kipas angin/ ac diruangan yang sering digunakan
oleh keluarga?
a.
ada
b. tidak ada
32
Lampiran 2
Hasil Pengolahan Kuesioner Upaya Penurunan Angka Kejadian ISPA di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan
A.
1.
PENGETAHUAN
Apakah Ibu/Bapak pernah menderita gejala penyakit pernafasan seperti batuk-batuk/
pilek/ sesak nafas yang berlangsung tidak dalam waktu lama?
2.
Menurut Ibu/ Bapak, faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan penyakit tersebut?
3.
Apakah Ibu/Bapak tahu bagaimana cara melindungi diri agar tidak menderita penyakit
pernafasan ?
4.
33
5.
34
B.
SIKAP
9. Menurut Ibu/Bapak, alat perlindungan diri agar tidak terkena penyakit pernafasan itu
penting/tidak?
35
10. Apakah Ibu/ Bapak, juga menyarankan orang disekitar ibu untuk melindungi dirinya
agar tidak terkena penyakit pernafasan ?
11. Menurut Ibu/ Bapak, adanya pohon di pekarangan rumah Ibu/Bapak penting atau tidak?
C.
TINDAKAN
12. Apakah Ibu/ Bapak melindungi diri agar tidak terkena penyakit pernafasan seperti batukbatuk, pilek dan sesak nafas?
36
37
15. Apa ada ventilasi yang cukup dalam setiap ruangan rumah Ibu/Bapak?
16. Apa disediakan kipas angin/ ac dalam setiap ruangan utama (ruangan sering digunakan
keluarga)?
38
39