LP - Imunologi Percobaan 3,4,5
LP - Imunologi Percobaan 3,4,5
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam transfusi darah, penetapan golongan darah merupakan persyaratan yang
mutlak di samping persyaratan lainnya. Ketidaksesuaian golongan darah donor dengan
golongan darah resipien akan mengakibatkan reaksi-reaksi alergi dan yang paling fatal
adalah syok anafilaktik.
Ada beberapa sistim penggolongan darah, namun yang terpenting untuk tujuanklinis
adalah sistim penggolongan darah ABO dan Rhesus. Menurut sistim penggolongan darah
ABO, darah dibagi 4 golongan, yakni golongan A, B, AB dan O; untuk penetapan
golongan darah tersebut digunakan reagen yang disebut antisera.
Antisera untuk reagen penentuan golongan darah umumnya dibuat dari serum darah
manusia yang memiliki titer tinggi, walaupun dewasa ini telah diketahui bahwa antisera
tersebut juga dapat diisolasi dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, seperti dari biji
Dolichos biflorus dan dari hewan yang diimunisasi. (Yovita, 1993)
Antibodi dalam antiserum mengikat agen menular atau antigen. Sistem kekebalan
tubuh kemudian mengakui agen-agen asing terikat antibodi dan memicu respon imun
yang lebih kuat. Penggunaan antiserum sangat efektif melawan patogen yang mampu
menghindari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan tidak distimulasi, tetapi yang tidak
cukup kuat untuk menghindari sistem kekebalan tubuh dirangsang.Keberadaan antibodi
kepada agen karena itu tergantung pada korban beruntung awal yang sistem kekebalan
tubuh secara kebetulan menemukan counteragent ke patogen, atau spesies inang yang
membawa virus tetapi tidak menderita dari efek nya. Saham lebih lanjut dari antiserum
kemudian dapat dihasilkan dari donor awal atau dari organisme donor yang diinokulasi
dengan patogen dan disembuhkan oleh beberapa saham yang sudah ada sebelumnya
antiserum.
Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning
yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan
1
10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan
karbondioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulanyang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah
jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy
coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3,
or 1.025 kg/l.Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor
penting dalam proses pembekuan darah.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat :
-
Tabung reaksi 10 ml
Tabung sentrifus
Stopwach
Bahan
-
Kalsium klorida
Ammonium oksalat
Natrium azida
4. Prosedur Kerja
Pemisahaan antisera dan Antigen
A . Pemisahan Plasma( antisera ) dan Eritrosit ( antigen )
2
Hasil :
A. Didapat pemisahan plasma dan eritrosit
B. Pemurnian Eritrosit
C. Pemurnian Plasma
Pemurnian plasma dengan Kalsium klorida dan plasma dengan Ammonium oksalat
yang pengerjaannya sebanyak 3x. Hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pembahasan:
Dalam praktikum pemisahan antisera dan antigen ini didapatkan cair bening kekuningan
(bagian atas) yaitu antisera. Dan yang merah (bagian bawah) antigen. Pemurnian antigen
5
dengan dilakukan sentrifugasi 3 kali, dengan cairan pembersih berupa NaCl fisiologis.
Pemurnian antisera, menggunakan Kristal CaCl2 untuk mengikat senyawa murni antisera,
lalu diberi Kristal ammonium oksalat yang mengendapkan, dan terakhir diberi natrium azida
sebagai pengawet.
6. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan pemisahan antisera dan antigen didapat dua lapisan, lapisan bening
berwarna kekuningan yaitu antisera dan yang berwarna merah yaitu eritrosit atau antigen.
OBJEK IV
PEMERIKSAAN SPESIFISITAS ANTISERA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
-
Memahami prinsip reaksi aglutinasi antara antisera golongan daarah dengan suspensi
eritrosit 5% golongan darah tertentu ( A,B, AB, & O ).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa sistim penggolongan darah, namun yang terpenting untuk tujuan klinis
adalah sistim penggolongan darah ABO dan Rhesus. Menurut sistim penggolongan darah
ABO, darah dibagi 4 golongan, yakni golongan A, B, AB dan O; untuk penetapan
golongan darah tersebut digunakan reagen yang disebut antisera.
Antisera untuk reagen penentuan golongan darah umumnya dibuat dari serum darah
manusia yang memiliki titer tinggi, walaupun dewasa ini telah diketahui bahwa antisera
tersebut juga dapat diisolasi dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, seperti dari biji
Dolichos biflorus dan dari hewan yang diimunisasi. (Yovita, 1993)
Antibodi dalam antiserum mengikat agen menular atau antigen. Sistem kekebalan
tubuh kemudian mengakui agen-agen asing terikat antibodi dan memicu respon imun
yang lebih kuat. Penggunaan antiserum sangat efektif melawan patogen yang mampu
menghindari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan tidak distimulasi, tetapi yang tidak
cukup kuat untuk menghindari sistem kekebalan tubuh dirangsang.Keberadaan antibodi
kepada agen karena itu tergantung pada korban beruntung awal yang sistem kekebalan
tubuh secara kebetulan menemukan counteragent ke patogen, atau spesies inang yang
membawa virus tetapi tidak menderita dari efek nya. Saham lebih lanjut dari antiserum
kemudian dapat dihasilkan dari donor awal atau dari organisme donor yang diinokulasi
dengan patogen dan disembuhkan oleh beberapa saham yang sudah ada sebelumnya
antiserum.
Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning
yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan
10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dankarbon
dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulanyang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah
merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk
lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar
1025 kg/m3, or 1.025 kg/l. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor
koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan
merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.
Komponen Penyusun antiserum (Plasma Darah)
Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut:
Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,
asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral.
Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.
Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar
sehingga tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
a). Albumin, berguna untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik darah.
b). Globulin, berperan dalam pembentukan g-globulin, merupakan komponen
pembentuk zat antibodi.
c). Fibrinogen, berperan penting dalam pembekuan darah.
Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.
Bagian plasma darah mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara
memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat
antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke
dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.
III.
Pipet tetes
Objek glass
Tabung reaksi
Tusuk gigi
8
Stopwach
Kaca pembesar
Bahan :
IV.
CARA KERJA
Pemeriksaan Spesifisitas Antisera
A. Pembuatan Eritrosit 5%
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi larutan NaCl fisiologis sebanyak 19 tetes.
2. Dengan menggunakan pipet tetes yang sama, masukkan ke dalam tabung reaksi
diatas 1 tetes eritrosit golongan A.
3. Aduk hingga homogen dengan cara memutar-mutar menggunakan kedua telapak
tanggan sehingga diperoleh larutan 5%.
4. Hal yang sama dilakukan dengan terhadap eritrosit murni golongan B, AB, dan
O, sehingga diperoleh masing-masing larutan eritrosit 5%.
5. Tandai keempat larutan tersebut.
Plasma A
Plasma B
Plasma AB
Eritrosit 5% A
1,10
1,03
Eritrosit 5% B
20
18
Eritrosit 5% AB
2,55
2,42
Eritrosit 5% O
Plasma O
PEMBAHASAN :
Pada percobaan ini plasma AB tidak menunjukkan penggumpalan ketika diberikan
eritrosit A, B, AB, dan O. Golongan darah AB yang tidak memiliki aglutinin A dan aglutinin
B, dapat bersifat recipient universal, dimana golongan ini hanya mampu menerima darah
yang ditransfusikan dari berbagai golongan darah termasuk golongan darah AB itu sendiri.
Karena golongan ini mempunyai dua macam aglutinogen (A&B), maka ketika darah dari
golongan lain (A,B, dan O) ditransfusikan ke golongan ini, pada saat itu golongan AB akan
mempertemukan satu macam aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah
merah tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang terdapat di dalam sel darah
merah dari golongan di luar AB (A, B, dan O). ini berarti bila aglutinin tidak terdapat di
dalam plasma darah, maka aglutinogen yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah
merah. Golongan darah AB hanya dapat mentransfusikan darah ke sesama golongannya.
10
Kesalahan ini bisa dikeranakan banyak factor, seperti penggunaan reagen inaktif yang
terkontaminasi, sampel sentrifugasi yang tidak lengkap, inkubasi yang kurang baik, atau
masalah pada darah pasien.
VI. KESIMPULAN
Pemeriksaan spesifisitas antisera dilakukan dengan mereaksikan antisera (serum) dengan
sel darah merah. Hasil yang di dapat dari percobaan pemeriksaan spesifisitas antisera ini
plasma AB tidak memberi gumpalan setelah diberi eritrosit.
11
OBJEK V
PEMERIKSAAN AVIDITAS DAN TITER ANTISERA
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.
Tujuan
-
II.
Tinjauan pustaka
Sama seperti pada percobaan III pada halaman pertama.
III.
Pipet tetes
Objek glass
Tabung reaksi
Tusuk gigi
Stopwatch
Kaca pembesar
Bahan :
-
12
13
PE
1/2
1/4
1/8
1/16
1/32
1/64
1/128
1/256
1/512
AB
BB
ABB +
ABA +
Pembahasan
Pada percobaan ini cairan plasma gol.AB dilakukan terhadap eritrosit gol.B dan AB
masih menunjukkan aglutinasi pada pengencerab tertinggi ( 1/512 ). Plasma B tidak
menunjukan adanya aglutinasi pada saat ditambahkan dengan eritrosit 5% A,B,AB,O. malah
percobaan ini sampai dilakukan dua kali, tetapi tetap tidak menunjukan adanya aglutinasi.
Bahkan pada sel darah merah dari golongan B itu sendiri ia tidak menunjukan adanya
penggumpalan. Kesalahan ini bisa saja terjadi pada saat pemeriksaan, dikarenakan beberapa
factor seperti penggunaan reagen inaktif yang terkontaminasi, permunian plasma yang tidak
sempurna, sampel sentrifugasi yang tidak lengkap, inkubasi yang kurang baik, atau masalah
pada darah pasien.
VI.
Kesimpulan
Nilai titer hasilnya adalah pada pengenceran 1/512 masih mengalami aglutinasi yang
DAFTAR PUSTAKA
Nanny, K H. et all.1990. Isolasi imunogamaglobulin anti-T4 dari antisera. Seminar
Pendayagunaan Reaktor Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat, PPTN- BATAN. Bandung.
Sinnott, E.W. 1958. Principles Of Genetics. 5th edition. McGraw-Hill Book Company Inc.
New York.
Suryo. 1996. Genetika. Departemen P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Yovita Lisawati. 1993. Pembuatan dan Evaluasi Antisera Penentuan Golongan Darah ABO.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
14