DISUSUN OLEH
Nama
Kelompok
:6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetasi
sebagai
salah
satu
komponen
dari
ekosistem
yang
dapat
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui ukuran plot yang representative dari suatu
areal.
C. Permasalahan
1. Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada petak minimal area yangdidapat?
2. Berapa jumlah tumbuhan yang didapat pada petak minimal area?
3. Bagaimana kondisi lapangan yang dijadikan tempat untuk membuat petak minimal area?
4. Apa alasan digunakannya metode petak minimal area?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh
ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh
tumbuhan pada suatu tempat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya
dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk
mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tigahal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan (Marpaung,2009).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi jenis
pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat digunakan random
sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling,
bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara
sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika
vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas
menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap
petak 2 contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan
sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan
dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive
sampling. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.
Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut,
maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan
kurva ini, maka dapat ditetapkan :
(1) Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur
(2) Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang
jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan
mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut
diperbesar dua kali dan jenis- jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan
berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%.
Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1mx1m atau
2mx2m atau 20mx20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya
yang merupakan dua kaliluas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan
(Marpaung,2009).
Pada bagian pertama dari ekologi tanaman abad ke-20 sering digunakan kurva
spesies area untuk memperkirakan ukuran minimum dari kuadrat yang diperlukan untuk
mengkarakterisasi memadai komunitas. Hal ini dilakukan dengan memplot kurva
(biasanya pada sumbu aritmatika, tidak log-log atau sumbu semilog), dan memperkirakan
daerah itu setelah yang menggunakan hasil petak yang lebih besar dalam penambahan
hanya sedikit lebih spesies. Ini disebut daerah minim. Sebuah kuadrat yang membungkus
daerah minimal disebut relev, dan menggunakan kurva spesies area dengan cara ini
disebut metode relev. Ini sebagian besar dikembangkan oleh Swiss ekologi Josias
Braun-Blanquet.
Estimasi daerah minimal dari kurva adalah tentu subjektif,sehingga beberapa
penulis lebih memilih untuk mendefinisikan areaminim sebagai daerah melampirkan
setidaknya 95 persen (atau beberapa proporsi besar lainnya) dari total spesies yang
ditemukan. Masalah denganhal ini adalah bahwa kurva wilayah spesies biasanya
tidak pendekatan asimtot sehingga tidak jelas apa yang harus diambil sebagai total. Pada
kenyataannya, jumlah spesies selalu bertambah dengan luas sampai ke titik di mana
wilayah dari seluruh dunia telah terakumulasi. Luas daerah contoh vegetasi yang akan
diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai
100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum
suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasipopulasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas
akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat
suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari
seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwadaerah
pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar
dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. Dengan demikian pada suatu daerah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut
luas minimum.
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat
digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas
minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi
mempunyai 3 kemungkinan yaitu: Penyebaran acak, Penyebaran secara merata,
Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu
polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis
vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara
acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi
sistematik ( Rahadjanto, 2001).
Untuk memahami luas, metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan
suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya
suatu area yang diamati bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Anwar,1995).
Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal.
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah
sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis
tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 1993).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah
adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan
faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim,
persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan
daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di
bandingkan habitat yang lebih seragam. Daerah yang luas dapat menampung lebih besar
spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasar adalah
kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10x lebih besar dari daerah lain
maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).
BAB II
METODELOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal
Waktu Pelaksanaan
: 13.00 WIB
Tempat
Jumlah
Meteran
1 buah
Pancang
20 buah
Tali raffia
1 gulungan
ATK
1 buah
1 buah
6spesies
C. Cara Kerja
1. Dibuat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm.
2. Dicatat dan diamati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut.
3. Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm.
4. Dicatat penambahan jenis pada plot tersebut.
5. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm, dan dicatat penambahan
jenis tumbuhannya.
6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x100 cm, 100 x 100
cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru.
7. Apabila pertambahan jenis relatif kecil (persentase penambahan jeniskira-kira 10%)
maka ukuran plot tidak diperluas lagi.
8. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area.
9. Buat grafik kurva dari hasil percobaan ini.
BAB III
ANALISIS DATA
A.
N
Hasil Pengamatan
Jenis Tumbuhan
O
1.
Petak Contoh
Keterangan
1 2 3 4 5
Eclipta alba
2 1 3 1 - Termasuk
ke dalam
family Aseteraceae.
( Urang aring )
Gambar :
2.
Kyllingan
5 1 4 -
2 Tumbuhan ini
monochephala
Cyperaceae.
Tumbuhan
ini
berpembuluh,
(Rumput kenop)
Gambar:
3.
Caladium sp.
( Keladi )
Gambar :
yang
khas
membentuk
jantung/hati,
dan
4.
Amaranthus sp.
( Caruru )
Amaranthaceae.
tumbuhan
tegak,
tinggi
Gambar :
5.
Borreria alata
( Gulma )
Gambar :
6.
Cassytha filiformis L.
- 4 3 -
( Tali Putri )
Gambar :
Grafik
Jumlah
B. Pembahasan
Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini didapat 6 spesies tumbuhan
yang sudah diketahui namanya. Dari hasil identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi
yang ada, didapat bahwa spesies 1 merupakan tumbuhan urang aring (Eclipta alba) yang
termasuk kedalam family Aseteraceae. Tumbuhan urang aring tumbuh dengan batang tegak atau
sering juga dijumpai dalam posisi berbaring, bercabang-cabang. Daunnya warna hijau bentuk
bulat telur memanjang, ujung daun meruncing, pinggir bergerigi halus atau hampir rata, kedua
permukaan daun berambut, terasa agak kasar. Pada spesies 2 merupakan tanaman Kyllingan
monochephala (Rumput kenop) Tumbuhan ini termasuk kedalam family Cyperaceae. Tumbuhan
ini berpembuluh, termasuk tumbuhan monokotil dan berakar serabut. Batang rumput kenop
memiliki bentuk persegitiga yang tajam dengan tinggi batang 0,1-0,5 m. Warna pada batang
kerap kali berwarna hijau. Daunnya memiliki panjang 2-4 cm dengan bentuk garis sempit. Lebar
daun ini 2-4 mm dan juga terdapat daun pembalut yang menutupi pelepah dan bongkol semu
yang berbentuk kerucut. Pada spesies 3 merupakan tanaman Caladium sp. ( Keladi ) Tumbuhan
keladi ini termasuk ke dalam family Araceae. Ciri-ciri dari keladi adalah daunnya yang khas
membentuk jantung/hati, dan daunnya yang lincin dan mengandung lilin. Merupakan tumbuhan
herba, melikiki akar serabut,bungannya majemuk bentuk bongkol, batangnya membentuk umbi
daunnya tunggal bentuk perisai. Pada spesies 4 merupakan tanaman Amaranthus sp. ( Caruru )
Tumbuhan ini termasuk ke dalam family Amaranthaceae. tumbuhan tegak, tinggi berkisar 30
100 cm. Batang berwarna hijau atau kemerahan, bagian pangkal polos, bagian atas sedikit
berambut, batang bercabang Daun tunggal, letak berselang-seling, bentuk daun bundar telur
memanjang, Bunga berbentuk bola di ketiak dan berbentuk bulir. Pada spesies 5 merupakan
tanaman Borreria alata ( Gulma ) Tumbuhan ini termasuk ke dalam family Rubiaceae. Batang
sering berwarna ungu, tegak, biasanya daun ada yang berwarna ungu, berbentuk bulat panjang
yang memanah, bulat panjang yang seperti tombak. Tanaman ini juga dapat menimbulkan
alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman. Dan pada spesies 6
merupakan tanaman Cassytha filiformis L. ( Tali Putri ), Tumbuhan ini termasuk ke dalam
family Lauraceae. Bentuk batangnya panjang tipis seperti benang berwarna kuning tumbuh
merambat dan membelit tumbuhan inang akar hisap yang terdapat pada sepanjang batang. Tali
putri merupakan golongan tumbuhan parasit yang hidup pada tanaman inang.
Pada praktikum yang kami lakukan, diketahui bahwa pada plot 1 (25X25 cm) ditemukan
3 jenis spesies yaitu Urang aring ( Eclipta alba ) berjumlah 2 buah , rumput kenop (Kyllingan
monochephala) berjumlah 5 buah, Caruru (Amaranthus sp.) berjumlah 2 buah. Pada plot 2
(25X50 cm) ditemukan
jenis spesies yaitu Urang aring ( Eclipta alba ) berjumlah 3 buah , rumput kenop (Kyllingan
monochephala) berjumlah 4 buah, Keladi ( Caladium sp.) berjumlah 1, Caruru (Amaranthus sp.)
berjumlah 2 buah, dan Tali putri (Cassytha filiformis) berjumlah 3. Pada plot 4 (50x100 cm)
ditemukan 4 jenis spesies yaitu Urang aring ( Eclipta alba ) berjumlah 1 buah, Keladi (
Caladium sp.) berjumlah 4, Caruru (Amaranthus sp.) berjumlah 7 buah, Gulma (Borreria alata)
berjumlah 3 buah. Dan pada plot 5 ( 100x100cm ) ditemukan 5 spesies yaitu rumput kenop
(Kyllingan monochephala) berjumlah 2 buah, Keladi ( Caladium sp.) berjumlah 5 buah, Caruru
(Amaranthus sp.) berjumlah 5 buah, Gulma (Borreria alata) berjumlah 2 buah, Tali putri
(Cassytha filiformis) berjumlah 2 buah .
Teori yang menyatakan bahwa luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah
awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut,
maka semakin luas pula petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimun dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran.
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat
digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum
yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Digunakannya petak minimal area karena daerah
lapangan terbukat umbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh
dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan
atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan
menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat
didapat terlebih dahulu.
2. Pada praktikum ini ditemukan 6 jenis tanaman dan jumlah suatu spesies pada tiap plot
berbeda-beda.
3. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang terbuka yang
banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba.Tempat yang dipilih tidak berada pada naungan
pohon.
4. Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka tumbuhannya bersifat
homogen, karena bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan
jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu :
1. Pemilihan tempat pembuatan plot yang baik.
2. Penghitungan jumlah suatu spesies harus teliti dan setiap kelompok harus lebih kompak.
3. Identifikasi tumbuhan harus teliti dan sesuai dengan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Bandung: Ganexa exact.
Dedy.2009.Analisa Vegetasi. (online).
http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi.Diakses,
hari
Jumat
Desember 2014
Desmawati,et.al.2011. Analisa Vegetasi.http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate3100007028754/6670. Diakses Jumat 5 Desember 2014.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka.
Marpaung, Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-mempelajari-analisavegetasi/.Diakses Jumat 5 Desember 2014.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM University Press.
Rahardjanto Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
UMM Press.