TEKNOLOGI PUPUK
Disusun Oleh:
Nama
: Fajar Nugroho
NIM
: H0712075
Co-Ass
: Yoga Anung A.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara agraris yang sampai sekarang mayoritas
penduduknya masih bekerja pada sektor pertanian. Seiring dengan
meningkatnya hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,
maka kebutuhan akan tersedia pupuk sangatlah mutlak diperlukan. Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman saat tanah atau media
tanam tidak mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan sehingga
tanaman mampu berproduksi dengan baik.
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan
pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat
intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha
peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan
pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah
tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan
manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, kini petani disarankan untuk beralih
menggunakan pupuk organik yang lebi ramah lingkungan.
Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad
renik atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan
oleh tanaman. Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahanbahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara
lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan
guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi
pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Tujuan pemupukan untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau
sebagai pengganti unsur hara yang telah habis diserap oleh akar tanaman.
Tanaman dalam proses pertumbuhan serta perkembangan tanaman,
membutuhkan berbagai macam unsur hara, baik berupa hara makro maupun
hara mikro. Adapun unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman adalah
merupakan
bahan
baik
alami
maupun
buatan
yang
cair adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu,
pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai
kebutuhan tanaman (Handajani 2006).
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis
unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur
hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsure nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu
jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan
satu penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Contohnya pupuk
majemuk antara lain diamonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen,
Phosphor, dan kalium (Jumin 2002).
B. Pembuatan Kompos
Kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan
tanaman yang telah mengalami penguraian (dekomposisi) (Husnian 2005).
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan
organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan),
mikroorganisme
umumnya
berumur
pendek.
Sel
yang
mati
akan
persyaratan yang harus dipenuhi agar dihasilkan kompos yang baik, yaitu
campuran kompos harus homogen agar kadar N dan kecepatan fermentasi
dapat merata dan tetap, oleh karena itu bahan-bahan mentah perlu dipotongpotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Temperatur awal harus tinggi
untuk membunuh pathogen biji rumput-rumputan dan lalat atau telur-telur
dan larva hama lainnya serta penyakit (cendawan) yang terbawa ke dalam
tumpukan. Pada awal pembuatan kompos itu diperlukan air yang cukup
banyak untuk mengimbangi penguapan dan untuk mengaktifkan jasad renik.
Adapun ciri-ciri kompos yang baik berwarna coklat, berstruktur remah,
berkonsistensi gembur, berbau daun yang lapuk (Budhiwidiyastuti 2001).
Apabila proses pengomposan telah selesai maka secara fisik terlihat
antara lain; jika dipegang terasa dingin tidak lagi panas, jika diremas terasa
rapuh, bau dan warnanya sudah tidak sebagaimana asalnya. Sebenarnya
pupuk padat ini siap digunakan sebagai pupuk organik. Perbandingan C/N
rasio bahan ini mendekati perbandingan C/N rasio tanah yaitu berkisar 12-15.
Bahan organik hasil pengomposan ini biasanya berbentuk serbuk kasar atau
sedikit bergumpal tergantung kadar air bahan. Pupuk ini sudah dapat
digunakan untuk pemupukan tanaman. Untuk tujuan tertentu bahan-bahan
organik yang sudah matang ini dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk
padat dengan berbagai bentuk, misalnya berbentuk butiran pecah atau butiran
seragam, serbuk kasar, pelet atau tablet tergantung alat pencetaknya. Proses
pencetakannya
secara
umum
didahului
dengan
penghancuran
dan
yang umum dilakukan di Laboratorium adalah metode oven atau dengan cara
destilasi. Pengukuran kadar air secara praktis di lapangan dapat dilakukan
dengan menggunakan moisture meter yaitu alat pengukur kadar air secara
elektronik (Talanca 2005).
D. Analisis NPK
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan
sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya
(Hardjowigeno 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu pemberiannya
dapat terukur dengan tepat. Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi
dengan perbandingan yang tepat. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah
cukup, dan pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan
dengan
pupuk
organik.
Pupuk
anorganik
didalam
tanah
sehingga
dapat
membantu
pertumbuhan
termasuk
serasah,
fraksi
bahan
organik
ringan,
biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan
organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah
satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah juga
merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki
kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Tanah yang tidak sehat
memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting
untuk menjamin produktivitas pertanian (Suriadi dan Nizam 2005).
Penetapan P2O5
a. Neraca analitik 4 desimal
b. Labu ukur 100 ml
c. Pemanas listrik/hot plate
d. Dispenser skala 10 ml/pipet ukur volume 10 ml
e. Dilutor (pengencer skala 0-10 ml)/pipet volume 1 ml
f. Pipet ukur 10 ml
g. Tabung reaksi 20 ml
h. Pengocok tabung (vortex mixer)
i. Spektophotometer visible
j. Flamephotometer
8.
f. Pipet ukur 10 ml
g. Tabung reaksi 20 ml
h. Pengocok tabung (vortex mixer)
i. Spektophotometer visible
j. Flamephotometer
9. Penentuan Dosis Pupuk Organik
a. Alat tulis
b. Alat hitung
B. Bahan
1. Pengenalan Pupuk
a. Pupuk majemuk dan pupuk tunggal
2. Pembuatan Kompos
a. Seresah
b. Kotoran sapi
c. EM-4
d. Aquadest
e. Dolomit
f. Urea
g. Tetes tebu
3. Analisis Kadar Air Pupuk
a. Pupuk
4. Penetapan N-Urea (N-Organik)
b. Pupuk Urea
c. H2SO4 pekat (95-97%, BJ 1,84)
d. Asam borat 1%
e. Asam sulfat 0,050 N (titrisol)
f. NaOH 40%
g. Indikator Conway
seresah
dengan
tujuan
mempercepat
proses
pengomposan.
4) Mencampurkan bahan seresah dengan kotoran sapi dengan
perbandingan 3 : 1 kemudian menambahkan dolomit sebanyak 5%
di dalam bak.
5) Menambahkan starter yang sudah jadi secara merata sampai
kelembaban 60% (jangan terlalu basah)
Keterangan:
Vc, b = ml titrasi contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4 (0,050)
14 = bobot setara nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
6. Kadar Nitrogen dalam Urea ( N-total)
a. Menimbang teliti 0,25 g contoh urea ke dalam labu ukur.
b. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 pekat ditambah campuran selen/katalis
kerjakan penetapan blanko.
c. Mendidihkan campuran selama 1 jam diatas pemanas (hot plate).
d. Setelah dingin encerkan dengan air bebas ion hingga tanda tera, kocok
hingga homogen.
e. Mengambil dengan pipet 10 ml ekstrak ke dalam labu didih yang telah
diberi sedikit serbuh batu didih dan menambahkan 100 ml air bebas ion.
f. Menyiapkan penampung destilat dalam erlenmeyer yang terdiri atas 10
ml larutan asam borat 1 % yang telah dibubuhi tiga tetes indikator
Conwoy.
g. Melakukan destilasi dengan menambahkan 10 ml NaOH 40%.
h. Destilasi diakhiri apabila volume destilat dalam penampung sudah
mencapai 50-75 ml.
i. Destilat dititrasi dengan larutan asam baku, yaitu H2SO4 0,050 N
hingga titik akhir (Vc) (Peubah warna dari hijau menjadi merah jambu
muda). Penetapan blanko dikerjakan (Vb).
7. Penetapan P2O5
a. Menimbang 0,25 g contoh pupuk yang telah dihaluskan ke dalam labu
takar volume 100 ml.
b. Menbahkan 10 ml HCl 25 % dengan dispenser atau pipet volume 10 ml.
c. Memanaskan pada hot plat sampai larut sempurna, mendidih selama 15
menit.
dosis
menggunakan rumus:
unsur
hara
yang
akan
dipenuhi,
dengan
Keterangan:
U = Dosis unsur hara yang harus ditambahakan sesuai keadaan kriteria
tanah yang di inginkan (kg/ha)
A1 = Kadar teratas kisaran U total kriteria tanah (%)
A2 = Kadar terbawah kisaran U total kriteria tanah (%)
B = Kadar U total tanah hasil pengamatan kadar kimia (%)
X1 = Nilai teratas dosis kebutuhan U tanaman/ha (kg/ha)
X2 = Nilai terbawah dosis kebutuhan U tanaman/ha (kg/ha)
f. Menetukan dosis pupuk (kandang atau kompos) tiap petak percobaan
sebelum ditambah recovery:
Keterangan :
D = Dosis pupuk kandang atau kompos yang ditambahkan per luas
petak percobaan (kg/m2)
Y = Kadar U total pupuk kandang atau kompos yang digunakan (%)
N = Kebutuhan U yang harus ditambahkan sesuai keadaan kriteria
tanah yang diinginkan (kg/ha)
g. Menghitung dosis pupuk (kandang atau kompos) tiap petak percobaan
setelah ditambah recovery:
Keterangan :
C = Dosis pupuk kandang atau kompos per petak percobaan setela
ditambah recovery (kg/m2)
R = Recovery (%)
D = Dosis pupuk kandang atau kompos yang ditambahkan per luas petak
percobaan (kg/m2)
Kelembaban
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Keterangan
W : bobot contoh asal dalam gram
W1 : bobot contoh setelah dikeringkan dalam gram
100 : faktor konversi ke %
ka : kadar air dalam %
fka : faktor koreksi kadar air
1. Pupuk Organik
D. Analisis NPK
1. Penetapan Nitrogen
a. Penetapan N-Urea (N-Organik)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
%
2. Penetapan P2O5 total
Tabel 4.3 Hasil Penembakan P (P2O5)
Klpk
P. Organik
P. Anorganik
16
17
18
19
20
0,204
0,364
0,224
0,253
0,261
0,147
0,180
0,929
0,223
0,239
Larutan Strandar
x
y
0
0
2,5
0,148
5
0,289
7,5
0,436
10
0,593
12,5
0,738
15
0,889
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Penembakan P
y = 16,861 x
0,180 + 0,0498
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
2.5
7.5
10
12.5
15
K. Organik
16
0,7918
17
0,2830
18
0,2920
19
0,2792
20
0,4306
Sumber: Laporan Sementara
K. Anorganik
0,2028
0,1009
0,0971
0,0761
0,1316
Larutan Strandar
x
y
1
0
2
0,2500
3
0,5000
4
0,7500
5
1,0000
Penembakan K
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1
Konversi ke kg/petak
Soal 2
N-total tanah 0,15% (rendah). Ukuran luas petak 9 m2. Dosis rekomendasi
46-69 kg N/ha. Kadar N dalam thitonia 0,21-0,50%. Kadar N pada thitonia
segar 3,5%. Kadar N pada thitonia kering 1,5%. Berapa kebutuhan pupuk
thitonia segar dan kering pada lahan tanpa recovery dan setelah recovery?
Jawaban :
Diketahui :
A1 : N status tertinggi 0,50%
A2 : N status terendah 0,21%
XA : Rekomendasi teratas 69 kg N/ha
XB : Rekomendasi terendah 46 kg N/ha
B
Konversi ke kg/petak
V.
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Pupuk
Pupuk Majemuk Super-Vit Tabur Lengkap merupakan pupuk
berbentuk tabur berwarna coklat keputihan. Kemasan plastik dalam kardus 1
kg. Pupuk Majemuk Tabur Lengkap Super-Vit merupakan pupuk dengan
kandungan lengkap unsur hara makro dan mikro plus AKTIVATOR 10%
yang mampu melipatgandakan populasi mikroba dengan cepat. Fungsi
Produk menyediakan nutrisi makro dan mikro lengkap sehingga dapat
mengembalikan keadaan tanah ke fungsi semula setelah kehilangan unsur
hara akibat proses pengolahan lahan secara terus menerus. Manfaat Produk
memperbaiki sifat kimiawi dan biologi tanah. Super-Vit tabur terbuat dari
bahan-bahan kimia alami berprotein tinggi dan vitamin yang lengkap,
sehingga dapat menyuburkan tanaman, mempercepat tumbuhnya tunas dan
anakan, pembungaan, pembuahan yang sempurna serta dapat membentuk zat
kadar asli, untuk meningkatkan daya tahan tumbuh tanaman terhadap hama
dan virus.
Keunggulan Super-Vit Tabur mampu memperbaiki tanah bantat
kembali gembur berkat populasi mikroba yang berlipat ganda. Cara aplikasi
mudah, hanya ditabur tidak memerlukan pupuk kimia lain kecuali urea hanya
50% dari kebiasaan. Lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Kualitas hasil
panen lebih baik (rasa lebih enak dan masuk kategori sehat), meningkatkan
hasil panen 10-30%. Kandungan Pupuk Tabur Lengkap Super Vit: P2O5 1015,5%, K2O 10-10,8%, MgO 1,26-1,29%, CaO 0,33%, CuO 0,31-0,33%,
FeO 0,29-0,32%, ZnO 0,44-0,48%, MnO 0,34-0,37%, B2O5 0,56-0,58%,
Protein 0,5%, Aktivator 10% (Propetani 2010)
Dosis pemakaian Super-Vit Tabur berbeda tiap jenis tanamanya. Pada
padi, padi sawah, padi gogo pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur
15 21 HST dan 45 50 HST, dosis pemakaian 15 kg super-vit tabur
dicampur dengan 100 kg Urea (ZA) pemupukan susulan dengan Urea (ZA)
sebanyak 100 kg pada luas area 1 hektar. Pada tanaman jagung pemupukan
dan
asam-asam
organik
kompleks),
serta
mikroorganisme
menguntungkan.
Keuntungan produk dapat mengaktifkan sistem kerja enzim dan
metabolisme dalam tubuh tanaman, menciptakan bulu-bulu akar anakan tunas
baru, serta pembentukan bunga dan buah yang sempurna. Meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit serta kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan kualitas
produksi tanaman, mendukung pengendalian hama terpadu (PHT) sehingga
menghemat
penyemprotan
hama
tanaman.
Pupuk
Cair
Super
Vit
mengandung: N 11,98%, P2O5 2,99%, K2O 2,15%, MgO 0,33%, CaO 0,33%,
CuO 638 ppm, Fe 356 ppm, Zn 182 ppm, Mn 500 ppm, B2O5 45,53 ppm.
Dalam penggunaannya tidak dapat dicampur dengan racun rumput, kocok
sebelum pakai, waktu penyemprotan pagi (pukul 07.00-10.00) dan sore
(pukul 16.00-18.00) (Propetani 2010). Penggunaan Pupuk Cair Super Vit
pada tanaman padi diaplikasikan pada saat tanaman dalam persemaian
sampai 10 HST, 28 HST, 42 HST, 42 HST, 56 HST, 70 HST. Dosis
penggunaan tiap umur tanaman secara berturut turut 10 cc/15 liter air, 15
cc/15 liter air, 20 cc/15 liter air, 20 cc/15 liter air, 25 cc/15 liter air, 25 cc/15
liter air, 25 cc/15 liter air. Dalam pengalikasiannya boleh dicampur dengan
insektisida dan fungisida (Tabita Jaya Agro Industri 2010).
B. Pembuatan Kompos
Pupuk kompos merupakan sumber bahan organik dan hara bagi
tanaman, juga merupakan sumber nitrogen di dalam tanah. Pengertian dari
bahan organik adalah sisa sisa tanaman maupun hewan yang terdapat di
tanah. Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan
mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan
organik baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran
hewan/ternak dan sebagainya (Adrien 2009).
Tujuan pembuatan pupuk kompos yaitu merubah bahan organik
menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap tanaman melalui proses
dekomposisi. Pemilihan bahan pembuatan kompos diperluan bahan/seresah
yang berkualitas baik yaitu bahan yang memiliki C/N rasio kurang dari 25%.
Seresah tersebut mudah diurai, sehingga proses pembuatan kompos bisa cepat
dan berkualitas baik. Proses pemilihan seresah dedaunan diambil dari
tumpukan daun dibawah pohon dan dipisahkan dari campuran ranting kayu
dan bahan anorganik seperti plastik.
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik
tanah sehingga sama dengan C/N ratio tanah (kurang dari 20). Dengan
semakin tingginya C/N ratio maka akan semakin lama proses pengomposan
yang dilakukan. Masing-masing bahan pembuat kompos memiliki C/N ratio
berbeda, misalnya jerami C/N rationya 50-70, cabang tanaman 15-60 dan
kayu tua dapat mencapai 400. Waktu yang diperlukan untuk menuurunkan
C/N ratio tersebut bermacam-macam, mulai dari tiga bulan hingga tahunan
(Indriani 2010).
Pada pembuatan kompos seresah daun, bahan yang digunakan adalah
daun kering, larutan inokulum EM-4, dan air. Sedangkan alat yang digunakan
adalah mesin pencacah, gembor, ember, dan terpal. Pada pembuatan kompos
seresah daun pertama-tama yang harus dilakukan yaitu disiapkan ember
untuh wadah seresah. Secara bertahap seresah diambil dan dipisahkan dari
bahan anorganik kemudian dimasukkan ke dalam ember hingga penuh.
lebih rendah. Kompos yang sudah matang akan memiliki kandungan bahan
organik yang dapat didekomposisi dengan mudah, nisbah C/ N yang rendah,
tidak menyebarkan bau yang ofensif, kandungan kadar airnya memadai dan
tidak mengandung unsur- unsur yang merugikan tanaman. Berdasarkan hasil
pengamatan selama 1 bulan suhu kompos terus mengami penurunan, bau
kompos sejak minggu pertama berbau tidak terlalu menyengat, berwarna
coklat terang-gelap, memiliki kadar air sedang/tidak terlalu lembab dan
bertekstur remah.
C. Analisis Kadar Air Pupuk
Metode pengeringan atau metode oven biasa merupakan suatu metode
untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Prinsip dari metode oven pengering adalah air yang terkandung dalam suatu
bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama
waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan
adalah kadar air (Astuti 2007). Metode ini memiliki beberapa kelemahan,
yaitu bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama
dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain
(Soedarmadji 2003).
Penetapan kadar air dengan metode oven sebagai berikut botol
timbang kosong dipanaskan dengan oven 105oC selama 15 menit, kemudian
didinginkan dengan desikator selama 30 menit dan ditimbang. Prosedur
pengeringan botol timbang diulang sampai didapatkan bobot tetap. Sampel
sebanyak 4-5 gram ditimbang dalam botol timbang tersebut, kemudian
dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah botol
timbang dikeluarkan dari oven dan didinginkan, diulang sampai didapatkan
bobot tetap bahan. Persentase kadar air dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut Kadar Air (%) = (W-W1) x 100/W, keterangan W =
bobot contoh asal dalam gram, W1 = bobot contoh setelah dikeringkan dalam
gram, 100 = faktor konversi ke %. Penetapan kadar air bertujuan untuk
mengetahui kadar air pupuk yang dapat mempengaruhi ekosistem yang
terdapat pada tanah, oleh karena itu pada proses analisis dilakukan
pengukuran kadar air sebagai faktor koreksi dari setiap pupuk yang berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil kadar air pupuk Bhoskaf
26,86% dengan faktor koreksi kadar air 1,37.
D. Analisis NPK
1. Penetapan Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur pokok pembentuk protein dan penyusun
utama protoplasma, khloroplas dan enzim. Dalam kegiatan sehari-hari
peran nitrogen berhubungan dengan aktivitas fotosintesis, sehingga secara
langsung atau tidak nitrogen sangat penting dalam proses metabolisme dan
respirasi. Fungsi lain nitrogen bagi tanaman antara lain, diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang dan akar, berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang
berguna sekali dalam proses fotosintesis, membentuk protein, lemak dan
berbagai persenyawaan organic, meningkatkan mutu tanaman penghasil
daun-daunan dan meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di
dalam tanah (Salisbury FB. dan Ross CW 2005).
Nitrogen diserap tanaman sebagai NO3- dan NH4+, yang kemudian
dimasukkan ke dalam semua asam amino dan protein.
Nitrogen
kecoklatan.
Pertumbuhan
tanaman
lambat
dan
kerdil.
d) Prilling Unit
Kristal Urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8 %
berat dengan udara panas, kemudian dikirimkan kebagian atas prilling
tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan
dari distributor dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari
bawah dan menghasilkan produk Urea butiran (prill). Produk Urea
dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.
e) Recovery Unit
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi
diambil kembali dengan 2 Step absorbasi dengan menggunakan
Mother Liquor sebagai absorben, kemudian direcycle kembali ke
bagian Sintesa.
f) Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian Kristalliser
didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil Urea, NH3 dan CO2
ikut kondensat kemudian diolah dan dipisahkan di Stripper dan
Hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3 nya dikirim kembali ke bagian
purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke Utilitas.
(KPPBUMN 2012).
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan
rumus kimia CO(NH2)2. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang
tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya. Berdasarkan hasil
pengamatan, kadar N-Urea (N-Organik) adalah 0,56%. N-NH4 adalah
0,069% dan N-NO3 adalah 0,188%. Kadar N-Urea tergolong rendah.
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat
(NO3-) atau amonium (NH4+) yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam
nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman.
sedangkan bahan yang berasal dari asam fosfat dan asam sulfat dilakukan
cone mixer. Setelah melakukan ball mill kemudian granulation, dryer,
screen dan yang terakhir coller. Pada proses ball mill dilakukan
penghalusan batuan fosfat hingga 80% berukuran 200 mesh dan dilakukan
pengeringan hingga mencapai 1%. Pada tahapan cone mixer, asam sulfat
dimasukkan secara tangensial agar tidak terjadi scaling di dinding cone
mixer. Kemudian terbentuklah slury dan ditampung dalam belt conveyor
dan slury disebut Green TSP. Pada tahapan granulation, produk setengah
jadi dibawa ke unit granulator untuk proses pembutiran dimana
sebelumnya melewati proses pengeringan (dryer) untuk menurunkankadar
airnya. Pupuk diseleksi dimana pupuk yang masih berukuran besar yaitu
lebih dari 100 mesh dimasukkan ke dalam mesin crusher untuk dihaluskan
kembali dan kemudian akan dimasukkan lagi ke granulator. Akhirnya
produk jadi dialirkan ke ruang penyimpanan produk curah dimana
sebelumnya dilakukan pendinginan di ruang cooler.
Pupuk SP-36 mengandung P2O5 total minimal 36%. Selain itu
terdapat pula kadar P2O5 larut Asam Sitrat minimal 34%, kadar P2O5 larut
dalam air minimal 30%, kadar air maksimal 5% serta kadar Asam Bebas
sebagai H3PO4 maksimal 6%. Pada hasil analisis kandungan P dalam
bentuk P2O5 di pupuk SP-36 diperoleh hasil dari penembakan P yang
tidak beda nyata pada tiap kelompok. Pada kelompok 16, 17, 18, 19 dan 20
diperoleh hasil penembakan P organik masing-masing 0,204; 0,364; 0,224;
0,253 dan 0,261. P anorganik masing-masing 0,147; 0,180; 0,929; 0,223
dan 0,239.
3. Penetapan K2O total
Fungsi utama kalium (K) adalah membantu pembentukan protein
dan karbohidrat. Kalium berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar
daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Kalium merupakan sumber
kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak
tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Adrien N 2009. Soil properties and crop yields in response to mixed paper mill
sludges, dairy cattle manure, and inorganic fertilizer application.
Agronomi Journal 101: 826 835.
Ajayi OC, FK Akinnifesi, G Sileshi and S Chakeredza. 2007. Adoption of
renewable soil fertility replenishment technologies in the southern
African region : Lessons learnt and the way forward. Natural Resources
Forum 31 : 306317.
Budhiwidiyastuti 2001. Budidaya Jamur Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hamida 2010. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pupuk Guano dari Kotoran
Kelelawar. http://repository.usu.ac.id. Diakases pada 23November 2014
Handajani Hany 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Alternatif
Kultur Mikroalga Spirullina sp. J. Protein 1(2): 188-193.
Hardjowigeno 2004. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo.
Jakarta.
Hasibuan BE 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan
Husnian D Setyorini, S Widati 2005. Teknologi Budidaya Pertanian Organik
Ditinjau dari Aspek Kesuburan Tanah. Seminar Nasional Inovasi
Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Bogor.
Indriani YH 2010. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Bogor.
Isnaini M 2006. Pertanian Organik. Cetakan Pertama. Penerbit Kreasi Wacana.
Yogyakarta.
Jumadila 2011. Akibat Kekurangan Salah Satu Unsur Hara. http://tha.co.id.
Diakses pada tanggal 30 November 2013.
Jumin HB 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
KPPBUMN 2012. Proses Pembuatan Urea. http://www.kppbumn.depkeu.go.id.
Diakses pada tanggal 30 November 2013.
Kuswandi 2003. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Lingga P dan Marsono 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Marsono 2001. Pupuk Akar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Novizan 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Poerwowidodo 2001. Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Propetani 2010. Info Produk Pupuk Super-Vit. http://propetani.wordpress.com/.
Diakses pada 30 November 2014.
Saraswati 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber
daya Lahan Pertanian, Badan Peneitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Sudarmadji IB 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Suriadi A Nazam M 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan
Bahan Organik. Nusa Tenggara Barat : Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB.
Sutanto R 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Tabita Jaya Agro Industri 2010. Super-Vit Unsur Hara Makro dan Mikro +
Aktivator 10%. http://pupuksuper-vit.com/. Diakses pada 30 November
2014
Talanca AH dan AM Adnan 2005. Mikoriza dan Manfaatnya Pada Tanaman.
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI
Komda Sulsel.
Wahyu A 2010. Pupuk N-P-K. http://wahyuaskari.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 30 November 2014.
LAMPIRAN
-
Foto pengomposan