SMF PARU
Kata Pengantar
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, SMF Paru telah dapat menyusun Standar
Pelayanan Medis serta Standar Prosedur Operasional Tindakan Medis dan Terapi Staf
Medik Fungsional yang biasa dilakukan. Standar tersebut telah mengalami revisi,
disesuaikan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran. Dengan demikian, isi atau
acuan langkah-langkah prosedur tersebut dapat dilaksanakan dengan baik serta dapat
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien, sehingga tujuan untuk
memberikan pelayanan sebaik-baiknya di rumah sakit insya Allah dapat tercapai.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun / merevisi
protap standar ini, sehingga kerja keras kita dapat berguna dan bermanfaat buat kita dan
pasien khususnya.
Kami harapkan Standar Pelayanan Medis ini dapat digunakan pada setiap kerja
dalam memberikan pelayanan pada pasien.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. INFEKSI
A. Bronkiektasis
B. Pneumonia
1. Komuniti (CAP)
2. Nosokomial (HAP)
3. VAP (ventilator aqcuired pneumonia)
4. Pneumonia/Aspirasi Benda Asing
C. Bronkitis akut
D. Tuberkulosis
1. MDR dan XDR
2. Pleuritis TB
3. Drug Induce Hepatitis
4. Ko infeksi TB HIV
5. Kondisi Khusus
E. Penyakit Jamur Paru
F. Abses Paru
G. SARS
H. Avian Influenza (H5N1)
I. Empiema Toraks
J. Bronkiolitis
K. Swine Flu (H1N1)
Hal
i
ii
1
2
4
4
7
7
10
12
14
14
18
23
25
28
32
37
39
40
42
45
48
51
53
55
57
59
61
63
65
68
71
73
ii
77
83
85
88
93
96
V. IMUNOLOGI
Sindrom Stevens Johnson Akibat Alergi Obat
Interstitial Lung disease
99
102
105
107
109
111
114
116
119
122
iii
INFEKSI
I. Nama Penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
BRONKIEKTASIS
Ialah penyakit paru dengan pelebaran bronkus dan
kerusakan dinding bronkus yang bersifat kronik dan
menetap. Biasanya terjadi pada percabangan ke 4/5
dari bronkus yang penampangnya lebih dari 2 mm
3. Pemeriksaan penunjang
a. Umum
b. Khusus
2. Faktor risiko
3. Diagnosis banding
Fibrosis paru
TB paru
Bronkitis kronik
Fibrosis kistik
4. Terapi
a. Medikamentosa
b.
Non
medikamentosa
c. Khusus
Sepsis
Hemoptisis masif
Gagal napas
9. Bidang terkait
11. Prognosis
a. Ad fungsionam
b. Ad sanasionam
Mikrobiologi
Rehabilitasi medik
Bedah toraks
THT
Gigi
OK bila dilakukan tindakan bedah
ICU bila memerlukan ventilator mekanik
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
c. Ad vitam
Dubia ad bonam
3
PNEUMONIA
1. Definisi
Nama penyakit
PNEUMONIA KOMUNITI
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
6.3. Khusus
8. Penyulit (komplikasi)
Abses paru
Empiema
Atelektasis
Sepsis
Gagal napas
Komorbid lainnya
Radiologi
Patologi Klinik
Mikrobiologi
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Nama penyakit
Definisi
1. Diagnosis
2. Pemeriksaan penunjang
2.1. Umum
2.2. Khusus
3. Faktor risiko
4. Diagnosis banding
5. Terapi
5.1. Medikamentosa
CT Scan Toraks
Biopsi paru
Faktor yang berhubungan dengan daya tahan
tubuh
- Penyakit kronik (penyakit jantung, PPOK,
7
diabetes,
alkoholisme, azotemia), perawatan
rumah sakit yang lama, pemakaian obat tidur,
perokok, intubasi, malnutrisi, umur lanjut,
pemakaian steroid, pengobatan antibiotik, waktu
operasi yang lama, sepsis, syok haemoragik,
infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut
(acute lung injury) serta bronkiektasis
Faktor eksogen
- Pembedahan
- Penggunaan antibiotik
- Peralatan terapi pernapasan
- Pemasangan alat-alat bantu antara lain :
akses vena dan kateter urin
- Pemasangan pipa/selang nasogastrik,
pemberian antasida dan alimenrasi enteral
- Lingkungan rumah sakit (infection control
tidak berjalan dengan baik) contohnya :
Petugas rumah sakit cuci tangan tidak
sesuai dengan prosedur
Penatalaksanaan dan pemakaian alat
yang tidak sesuai prosedur
Pasien dengan kuman MDR dan tidak
dirawat di ruang isolasi
TB paru
Tumor paru
Mikosis paru
Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus bawah paru)
5.3. Khusus
Abses paru
Empiema
Atelektasis paru
Septikemia
Gagal napas
9. Masa pemulihan
Radiologi
Patologi Klinik
Mikrobiologi
Intensivist
12. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
9
Nama penyakit
Definisi
13. Diagnosis
14.2.
KKhusus
CT Scan Toraks
Biopsi paru
Perawatan dengan memakai ETT/ ventilator
TB paru
Mikosis paru
Keganasan rongga toraks
Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus bawah paru)
17. Terapi
17.1.
MMedikamentosa
Terapi
awal
antibiotik
spektrum
luas
dengan
memperhitungkan pola resistensi setempat
Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang
berat dibutuhkan dosis dan cara pemberian yang adekuat
untuk menjamin efektivitas yang maksimal. Pemberian
terapi empiris harus intravena dengan sulih terapi pada
pasien yang terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi
saluran cerna yang baik.
Pemberian
antibiotik
secara
de-eskalasi
harus
dipertimbangkan setelah ada hasil kultur yang berasal dari
saluran napas bawah dan ada perbaikan respons klinis
Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan
kemungkinan terinfeksi kuman MDR
Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika
keadaan klinis memburuk
Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk
mengubah pilihan empirik apabila respons klinik awal tidak
memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik berdasarkan
data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan mengubah
mortaliti apabila terapi empirik telah memberikan hasil yang
memuaskan
Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik/ekspektoran dan bronkodilator
17.3.
KKhusus
Sepsis
Gagal napas
Abses paru
Empiema
19.2.
Atelektasis paru
KKarena tindakan -
2 4 minggu
Radiologi
Patologi Klinik
Mikrobiologi
ICU isolasi
24. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
diagnostik
invasif
atau
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
Infeksi
Sulit menelan (disfagia),
Atelektasis paru
Gagal napas
- Gagal napas
+ 2 4 minggu
Radiologi
THT
Bedah toraks
Anestesi
OK
ICU
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Nama penyakit
14. Definisi
15. Diagnosis
Khusus
19. Terapi
Bronkoskopi
CT scan toraks
Gangguan neuromuskuler
Anesthesia
Penyakit serebrovaskuler
Keracunan obat dan alkohol
Meningitis dan ensefalitis
Gangguan metabolik
Kesadaran menurun, koma atau syok
Gangguan menelan
Penyakit saluran cerna, akalasia esofagus
gangguan pengosongan lambung, ileus, muntah
pipa endotrakeal dan pipa nasogaster
obstruksi esophagus, divertikulum atau fistula
trakeoesofagus
neoplasma yang melibatkan daerah pita suara
trakeostomi
Tumor paru
Pneumonia
Mikosis paru
19.1.
19.2.
19.3.
10
Infeksi
Sulit menelan (disfagia),
Atelektasis paru
Gagal napas
21.2.
Karena tindakan
+1 minggu
26. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Radiologi
THT
Bedah toraks
Anestesi
OK
ICU
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
11
BRONKITIS AKUT
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Sesuai komplikasi
Perokok
Infeksi akut saluran napas bagian atas
Bronkopneumonia
TB paru
6.3. Khusus
Mukolitik
Ekspektoran
Bronkodilator (bila perlu)
Antitusif bila perlu
Antibiotika bila perlu
Istirahat
Suplemen O2
Hidrasi (terapi cairan)
Terapi inhalasi bila perlu
Sesuai komplikasi
Rawat jalan
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
Pneumonia
Abses paru
Empiema
Septikemia
12
Tidak perlu
persetujuan)
10. Masa pemulihan
5-7 hari
Radiologi
Mikrobiologi
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
13
TUBERKULOSIS
Definisi
ialah penyakit
yang
tuberculosis complex
Diagnosis
- Batuk 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Gejala respiratorik bervariasi dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung
dari luas lesi
Gejala
sistemik
- Demam
- Malaise, keringat malam, anoreksia dan penurunan
berat badan
Gejala tuberkulosis ekstraparu
memberikan
gambaran
bermacam-macam
bentuk
(multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi
TB aktif:
- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu dikelilingi oleh
bayangan opak berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) dan bilateral
(jarang)
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
-Kalsifikasi
disebabkan
oleh
Mycobacterium
-Schwarte
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan khusus
Faktor risiko
Diagnosis banding
Fase intensif
2 bulan
Harian
30-
(RHZE)
150/75/400/27
5
2
37
Fase lanjutan
4 bulan
Harian 3x/mingg
u
(RH)
(RH)
150/75
150/150
2
38-
54
5570
>71
16
5. Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Karena tindakan
- batuk darah
- pneumotoraks
- keadaan umum lemah
- sesak napas
- komplikasi lain : pneumonia
- malnutrisi
- gagal napas
TB di luar paru
- TB paru milier
- Meningitis TB
Pengobatan suportif/simptomatis yang diberikan sesuai dengan
keadaan klinis dan indikasi rawat
Penyebaran milier
TB ekstrapulmoner
Destroyed lung / lobe (luluh paruh)
Batuk darah masif / berulang
Pneumotoraks
Gagal napas
Gagal jantung
6. Informed consent
7. Masa pemulihan
8. Bidang terkait
9. Fasilitas khusus
10. Prognosis
ad fungsionam
ad sanasionam
ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Mikrobiologi
Radiologi
Patologi anatomi
Bedah toraks
Bedah Orthopedi
Penyakit dalam
Anak
17
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Anamnesis
Sama seperti gejala TB lainnya : batuk lebih dari 2 minggu,
batuk darah, demam keringat malam, anoreksia, sesak napas,
nyeri dada. Riwayat pengobatan TB sebelumnya
Pemeriksaan fisis:
TB paru tergantung luas kelainan struktur paru, pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan suara napas bronchial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
HAIN test
BACTEC
MODS
Gen Expert
18
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Lfx
Z
Cs
= Levofloksasin
= Pirazinamid
= Sikloserin
6.3. Khusus
Pembedahan, syarat:
Kasus awal
Toleransi operasi baik
Lesi terlokalisir pada satu lobus
Diberikan OAT 2 bulan sebelum operasi
Pascabedah dilanjutkan OAT 12-24 bulan
Infection control
Pemberian gizi yg baik
Pengetahuan tentang penyakit
Pengawasan Menelan Obat (PMO) oleh petugas kesehatan
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
HIV
Diabetes Melitus
Mikosis paru
Infeksi berulang
Batuk darah
Gangguan saluran cerna
Efek samping obat
19
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Mikrobiologi
Patologi Klinik
Psikiatri
Bedah toraks
THT
Penyakit dalam
Kebidanan
Poliklinik khusus MDR
Ruang tunggu terpisah
Ruang rawat khusus MDR
ICU khusus Isolasi
Ad malam
Ad malam
Ad malam
20
Nama penyakit
PLEURITIS TB
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1.Medikamentosa
Pleuroskopi
Torakoskopi medik
IGRA
PCR
ADA (adenosin deaminase assay)
Penderita dengan HIV
DM
Imunocompromised
Empiema
Abses paru
Efusi pleura ganas
Tumor paru
Mesotelioma
6.3. Khusus
7. Perawatan rumah sakit
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
Empiema
Fistula bronkopleural
Penebalan pleura
Hidropneumotoraks
2 8 minggu
Ruang tindakan
13. Prognosis
a. Ad fungsionam
b. Ad sanasionam
c. Ad vitam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
Radiologi
Mikrobiologi
Patologi Anatomi
Bedah toraks
Rehab Medik
22
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Tumor paru
23
6.3. Khusus
Istirahat
Makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Fisioterapi
Batuk darah
Sepsis
1 minggu
Bronkoskopi
OK
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Radiologi
Bedah toraks
Parasitologi
Mikologi
Dubia ad malam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
24
Nama penyakit
ABSES PARU
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
Bronkoskopi
Tomogram atau
CT Scanning toraks
CRP
TTNA
4. Faktor risiko
Aspirasi
Penyakit gigi dan gusi
Obstruksi jalan napas
Bronkiektasis
Infark paru
Fibrosis kistik
Sindrom disfungsi silia
Sekuester paru
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Antibiotik
untuk
kuman
Gram
negatif
misal
aminoglikosida, sefalosporin
Antibiotik kuman anaerob seperti Metronidazol 3 x 500
mg, bila dahak berbau busuk
Obat pilhan lain: amoksisilin + asam klavulanat 3 x 1 g
selama 3 5 hari, dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga
abses menutup
Fisioterapi
6.3. Khusus
Rawat inap
Batuk darah massif
Sepsis
Ko infeksi oleh jamur atau kuman lain
Pembentukan fungus ball
Empiema dengan atau tanpa fistel bronkopleura
Asfiksia karena tumpahnya pus ke dalam saluran napas
Gagal napas
Penyebaran perkontinuitatum
Pneumoptoraks
Perlu, bila akan dilakukan tindakan (bronkoskopi/ TTNA) dan
pembedahan
26
Bedah Toraks
Rehabilitasi Medik
Mikrobiologi
Parasitologi
Gigi dan mulut
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
27
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Suspect SARS
1. Seorang yang sesudah tanggal 1 November
2002
megalami hal-hal seperti berikut :
Demam lebih dari 38C, dan
Batuk atau sesak napas dan atau lebih:
Dalam 10 hari terakhir kontak langsung dengan
seseorang suspek/probable SARS
Dalam 10 hari terakhir riwayat berpergian ke daerah
transmisi lokal SARS
Penduduk dari daerah transmisi lokal SARS
2. Seseorang yang setelah tanggal 1 November 2003
meninggal akibat ARDS yang tidak diketahui penyebabnya
dan tidak dilakukan autopsi, dan satu atau lebih
Dalam 10 hari terakhir kontak langsung dengan
seseorang suspek/probable SARS
Dalam 10 hari terakhir riwayat berpergian ke daerah
transmisi lokal SARS
Penduduk dari daerah transmisi lokal SARS
Gejala tambahan lain: sakit kepala, otot kaku, nasfu makan
berkurang, lesu, binggung, kemerahan pada kulit, diare
Probable SARS
1. Penderita suspect SARS, pada foto toraks terdapat
gambaran pneumonia atau Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS)
2. Penderita suspect SARS, meninggal setelah di autopsi, dari
hasil PA ditemukan gambaran ARDS dangan penyebab
tidak jelas
3. Kasus suspect bila ditemukan corona virus
Confirmed 28
SARS
1. Confirmed positif PCR untuk SARS
- Paling sedikit ditemukan dari 2 bahan klinik yang
berbeda atau
- Bahan klinik sama tapi dilakukan 2 hari kemudian atau
lebih dalam masa sakit atau
- cara penilaian yang berbeda atau ulang PCR dengan
bahan klinik asli
2. Serokonversi dengan ELISA atau IFA
- Antibodi (-) pada masa akut antibodi test (+) pada masa
konvelesen, atau
- Titer antibodi meningkat 4 x atau lebih diantara fase akut
dan konvalesen
3. Isolasi virus
- Isolasi dari SARS coronavirus pada kultur sel dengan
PCR
3. Pemeriksaan penunjang
3.1.Umum
3.2.Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1.Medikamentosa
Pneumonia tipik
Pneumonia atipik lainnya
Suspect SARS
Isolasi
Terapi suportif: vitamin, nutrisi, immunomodulator
Simptomatik
Antibiotik : amoksilin atau amoksilin+antibetalaktamase
6.2.Non medikamentosa
7. Perawatan rumah sakit
8. Penyulit (komplikasi)
8.1.Karena penyakit
8.2.Karena tindakan
29
Probable SARS
A. ringan/sedang
Isolasi
Terapi suportif: vitamin, nutrisi, immunomodulator, cairan,
oksigen
Simptomatik
Antibiotik
- Amoksilin + antibetalaktamase iv + makrolid baru, atau
- Sefalosporin G2, G3 iv + makrolid baru, atau
- Kuinolon respirasi (moksifloksasin, levofloksasin,
gatifloksasin) iv
B. Probable berat
Suportif: vitamin, nutrisi, cairan, immunomodulator, oksigen
Ventilator mekanis
Simptomatik
Antibiotik:
- Tidak ada risiko pseudomonas: sefalosporin G3
iv nonpseudomonas + makrolid atau
fluoroquinolon respirasi IV
- Ada risiko pseudomonas: Sefalosporin
antipseudomonas iv/karbapenem iv +
fluoroquinolon antipseudomonas
IV/aminoglilosida iv +makrolid
Antivirus: ribavirin 1.2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/KgBB
tiap 8 jam iv
Steroid: Hodrokortison 4 mg/KgBB iv tiap 8 jam atau
metilprednisolon iv 240-320 mg tiap hari
Fisioterapi (bila pasien berbaring lama)
30
1 2 minggu
Ruang isolasi
ICU jika terdapat gagal napas
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Radiologi
Patologi Klinik
Mikrobiologi
ad malam
ad malam
ad malam
31
Nama penyakit
Avian Influenza
1. Definisi
2. Diagnosis
32
33
3.2.Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
Demam dengue
Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain,
baktri atau jamur
Demam tipoid
HIV dengan infeksi sekunder
TB paru
6.Terapi
6.1.Umum
6.2.Medikamentosa
34
Mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak
dimasak sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang
terinfeksi H5N1 dalam 1 bulan terakhir
Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak
unggas atau unggas liar)
35
8.2.Karena tindakan
Gagal napas
Ventilator assciated pneumonia (VAP)
Sepsis
ARDS
Pneumotoraks
2-4 minggu
Mikrobiologi
Patologi Klinik
Radiologi
Intensivis
Penyakit dalam
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Ad malam
Ad malam
Ad malam
36
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1.Umum
3.2.Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1.Medikamentosa
6.2.Non medikamentosa
Fisioterapi
6.3.Khusus
WSD
Torakoskopi
VATS
Torakotomi-dekortikasi bila konservatif gagal
Perawatan inap
Sepsis
Fistula bronkopleura
Penebalan pleura
Perdarahan
Piopneumotoraks
2 4 minggu
Radiologi
Bedah toraks
Mikrobiologi
Parasitologi
Fisioterapi
Kamar operasi
ICU
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Ad malam
Ad malam
Ad malam
Nama penyakit
Empiema toraks TB
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1.Umum
- Batuk 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Gejala respiratorik bervariasi dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup
berat tergantung dari luas lesi
Gejala
sistemik
- Demam
- Malaise, keringat malam, anoreksia dan
penurunan berat badan
Pada pemeriksaan foto toraks didapati
perselubungan homogen tanpa atau disertai
gambaran radiologi tb yang lain (Fibrotik,
Kalsifikasi, Schwarte)
BTA sputum langsung
Hasil
pemeriksaan
darah
rutin
kurang
3.2.Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1.Medikamentosa
Histopatologi jaringan
PCR Cairan pleura
Teknik lain untuk biakan kuman tuberkulosis
seperti BACTEC
IGRA (Interferon gamma release assay)
ADA
Torakoskopi
Pleuroskopi
VATS
Malnutrisi
Diabetes melitus
Penderita dengan Human Immunodeficiency
virus (HIV)
Pleuritis eksudativa TB
Hemothoraks
Chylotoraks
Efusi pleura ganas
Parapneumonia effusion non komplikasi
Abses paru
Amebiasis paru
Empiema bakterialis
Fisioterapi
Spooling
Bronkoskopi
Pleuoroskopi
Torakoskopi
VATS
Pembedahan dilakukan jika dalam 2 bulan terapi
produksi cairan masih ada.
4 8 minggu
Sepsis
Fistula bronkopleura
Penebalan pleura
Perdarahan
Piopneumotoraks
2 4 minggu
Torakoskopi
13. Prognosis
Ad fungsionam
Ad sanasionam
Ad vitam
Ad malam
Ad malam
Ad malam
Radiologi
Bedah toraks
Mikrobiologi
Parasitologi
Fisioterapi
Nama penyakit
Bronkiolitis
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1.Umum
Foto toraks
Pemeriksaan swab untuk RSV sebagai penyebab
Bronkitis
Asma bronkial
4.2.Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Medikamentosa
bakteri,39
bronkodilator dapat diberikan untuk membuka
saluran napas yang menyempit. Walaupun vaksin
untuk bronkiolitis belum ada, tetapi saat ini telah
dikembangkan antibody terhadap RSV yang dapat
diberikan untuk mengurangi beratnya penyakit.
7.2. Non medikamentosa
7.3. Khusus
8. Perawatan rumah sakit
9. Penyulit (komplikasi)
Istirahat
Oksigen bila sesak napas
Makanan bergizi
Banyak minum untuk mengencerkan lendir/mukus
9.1.Karena penyakit
9.2.Karena tindakan
10 Informed consent (surat
persetujuan)
Tidak perlu
Radiologi
Mikrobiologi
40
ASMA &PPOK
41
41
Nama penyakit
ASMA
1. Definisi
2. Diagnosis
Gejala :
Riwayat serangan sesak napas disertai
mengi dan atau batuk berulang dengan
atau tanpa dahak akibat faktor pencetus
dan dapat hilang dengan atau tanpa
pengobatan.
Pemeriksaan fisik :
Dijumpai ekspirasi memanjang dengan
atau tanpa mengi (wheezing), Saat
serangan dapat ditemukan penggunaan
otot bantu napas yang berlebihan.
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
Spirometri
Uji bronkodilator
Uji provokasi bronkus/astograf
Peak Flow Rate (PFR)
Analisis gas darah (AGD)
Foto toraks untuk menyingkirkan
penyakit lain
Kadar IgE total atau spesifik
Kadar eosinofil total serum
Darah rutin
Uji kulit
Pemeriksaan
sputum
(eosinofil
sputum)
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Body Box
Cardio pulmonary exercise (CPX)
Kadar NO ekspirasi (FENO)
Atopi
riwayat atopi keluarga
polusi udara di dalam atau di luar ruangan
Pekerjaan dengan inhalasi alergen tinggi
Inhalasi gas toksik
tuberculosis)
Asma kardiak
(ABPA)
Gastroesofageal reflux diseases (GERD)
Rhinosinusitis
6.3. Khusus
Gagal napas
Bulla Paru
Pneumotoraks
Pneumonia
ABPA
Gastroesofageal
(GERD)
Rhinosinusitis
reflux
diseases
9.
13. Prognosis
13.1. Ad fungsionam
13.2. Ad sanasionam
13.3. Ad vitam
THT
Kulit
Radiologi
Intensivist
Bedah toraks
Gastroenterologist
Anak
ad bonam
ad bonam
ad bonam
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
klutur
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
Usia lanjut
Merokok
Pajanan/polusi (di dalam dan di luar
ruangan)
Defisiensi Alfa-1 anti tripsin
Pajanan debu dan bahan kimia di
tempat kerja
Asma
Bronkiektasis
Sindroma obstruksi pasca tuberkulosis
(SOPT)
CHF
Tuberkulosis
Bronkiolitis obliterans
Difuse panbronkiolitis
Eksaserbasi akut :
Terapi oksigen (nasal kanul, simple
6.3. Khusus
7. Perawatan rumah sakit
Berhenti merokok
Hindari pajanan zat-zat toksik seperti asap
rokok, polusi udara dalam dan luar ruangan
Jangka panjang :
Edukasi
NIPPV
Long term oxygen therapy (LTOT)
dengan aliran rendah + 15 jam/hari
bila PaO2 < 55 mmHg pada saat stabil
Rehabilitasi psikis / pekerjaan :
Fisioterapi : latihan relaksasi, latihan
bernapas
Nutrisi adekuat : tinggi lemak rendah
karbohidrat
ICU jika gagal napas
Indikasi rawat inap
Eksaserbasi sedang dan berat
Terdapat komplikasi
Infeksi saluran napas berat
Gagal napas akut pada gagal napas
kronik
Gagal jantung kanan
Aritmia
Indikasi rawat ICU
Sesak berat setelah penangan adekuat
di ruang gawat darurat atau ruang
rawat
Kesadaran menurun, letargi atau
kelemahan otot respirasi
PaO2 < 50 mmHg atau PaCO2 > 50
mmHg memerlukan ventilasi mekanis
(invasif atau noninvasif)
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
Kor pulmonale
Gagal napas
Infeksi berulang
Jantung
Fisioterapi
Endokrin
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
47
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Teradapat 3 macam :
1. Obstruksi : usaha bernapas tetap ada,
sementara saluran napas orofaring
tertutup
2. Sentral : usaha bernapas dan aliran
udara terhenti
3. Mixed : usaha bernapas dan aliran
udara terhenti diikuti dengan usaha
bernapas yang awalnya tidak berhasil
Derajat Beratnya Sindroma Henti Napas
Saat
Tidur
ditentukan
oleh
hasil
pemeriksaan Polisomnograf yakni nilai AHI
(Apnea Hipopnea Indeks).
: derajat Ringan
Bila nilai AHI 5 - 15
Bila nilai AHI 15 30 : derajat Sedang
: derajat Berat
Bila nilai AHI > 30
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
6.2. Non medikamentosa / khusus
(-)
1. CPAP / APAP
Continous Positive Airway Pressur atau
Automatic Positive Airway Pressure
2. Bedah : UPPV, tonsilektomi, laser, pillar
Hanya bila dilakukan tindakan bedah
- Hipertensi serangan jantung
- Stroke
Pemasangan CPAP / APAP
Bila dilakukan tindakan bedah
THT,
Anak,
Jantung,
Neurology,
Psikiatri
13. Prognosis
13.1. Ad fungsionam
13.2. Ad sanasionam
13.3. Ad vitam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
49
GAWAT
NAPAS
Nama penyakit
BATUK DARAH/HEMOPTISIS
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Faktor etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
Tuberkulosis
Bekas TB
Keganasan rongga toraks
Bronkiektasis
Mikosis paru
Kelainan paru lainnya
dahak
napas
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Medikamentosa
7.3. Khusus
Epistaksis
Perdarahan dari rongga mulut
Hematemesis
Pemberian obat hemostatik
Obat-obat dengan efek sedasi ringan
bila penderita gelisah
Koreksi faal hemostasis bila ditemukan
kelainan
Bronkoskopi
Resusitasi cairan dengan pemberian
cairan kristaloid /koloid
Transfusi darah bila diperlukan
Menenangkan dan mengistirahatkan
penderita
Menjaga agar jalan napas tetap
terbuka
Embolisasi arteri
Bedah torak bila diperlukan
Radioterapi pada kasus keganasan
rongga toraks
Asfiksia
Syok hipovolemik karena perdarahan
masif
Gagal napas
Radiologi
Jantung
Penyakit dalam
dan
THT
Gigi dan mulut
Bedah toraks
Anestesi
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Faktor etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
Foto toraks PA
Kadang-kadang diperlukan foto 2 fase (dalam
inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal) bila
dicurigai pneumotoraks ringan atau foto lateral
bila diduga disertai efusi pleura
CT Scan toraks
Analisa Gas Darah
Bronkoskopi dengan tes metilen blue (bila
dicurigai ada fistula bronkopleural)
5. Faktor risiko
Perokok
Penyakit paru
Endometriosis
Pengemudi
Penyelam
Pilot dan olahraga dirgantara
6. Diagnosis banding
PPOK
Asma bronkial
IMA (infark miokard akut)
Emboli paru
7. Terapi
7.1. Medikamentosa
7.2. Non medikamentosa
Tergantung penyebab
Terapi Oksigen
Fisioterapi
Pemasangan WSD jika pneumotoraks >10%
atau klinis didapatkan keluhan sesak.
constinous sucsion
IPPB (intermitent positive pressure breathing)
Jika pneumotoraks berulang dilakukan pleurodesis
dengan zat kimia atau pleurodesis secara bedah
Torakoskopi VATS untuk pemasangan cleps
Pembedahan
7.3. Khusus
8. Perawatan rumah sakit
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
Indikasi rawat
Sesak napas
Luas pneumotoraks > 10%
Ada penyakit penyerta (komorbid)
Emfisema subkutis
Efusi pleura
Empiema
Pada pneumotoraks tekan dapat terjadi torsi
jantung dan pembuluh darah besar
Gagal napas
Fistula bronkopleural
Pneumomediastinum
Emfisema subkutis
Edema paru
Perdarahan
Empiema
Pneumomediastinum
Bedah toraks
Anestesi
Rehabilitasi medis
Intensivist
Kebidanan
OK
ICU
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Faktor etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
Foto toraks
AGDA
CT scan toraks
Ventilasi perfusi scan (VPS)
CVP
Kateter Swan Ganz
CRP
PCT
BNP / Pro BNP
Infeksi berat
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Medikamentosa
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
Transfusi
Penggunaan ventilasi mekanis
Ventilasi mekanis
Vasodilatasi
Diuretik
Inotropik
Oksigen
Cairan infus
Nutrisi
Gagal napas
Sepsis
Gagal multiorgan
Barotrauma
Sangat diperlukan
2 4 minggu
Radiologi
Anestesi
Penyakit Dalam
Kardiologi
Neurologi
Intensivist
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Nama penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Diagnosis
Foto toraks
AGDA
CT scan toraks
Ventilasi perfusi scan (VPS)
CVP
Kateter Swan Ganz
CRP
PCT
BNP / Pro BNP
5. Faktor risiko
Infeksi berat
Transfusi
Penggunaan ventilasi mekanis
6. Diagnosis banding
4.1. Umum
4.2. Khusus
Ventilasi mekanis
Vasodilatasi
Diuretik
Ionotropik
Oksigen
Cairan infus
Nutrisi
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
Gagal napas
Sepsis
Gagal multiorgan
Barotrauma
Sangat diperlukan
2 4 minggu
ICU
RICU
Radiologi
Anestesi
Penyakit Dalam
Kardiologi
Neurologi
Intensivist
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Nama penyakit
EMBOLI PARU
1. Definisi
2. Etiologi
3. Diagnosis
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
8. Perawatan rumah sakit
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
Emboli submasif
Istirahat
Oksigen
Korpulmonale
Hipoksemia berat
hipotensi
Radiologi (Radionuklear)
Anestesi
Kardiologi
Penyakit Dalam
Ahli Bedah kardiovaskular
ICU
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
Nama penyakit
EDEMA PARU
1. Definisi
2. Etiologi
3. Diagnosis
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
AGDA
EKG
Enzim kardiak
4.2. Khusus
Rasio total edema alveolar-serum (Tpc /
Tpc)
Perbedaan tekanan osmotic kapiler
tekanan baji kapiler pulmoner (COPPCWP)
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
Emboli paru
Pneumonia
Pneumotoraks
Asma akut
PPOK eksaserbasi akut
Tumor mediastinum
Tumor paru
Efusi pleura
61
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
Infus cairan
Bergantung pada penyebab / penyakit yang
mendasari
Ventilator mekanik dengan atau tanpa
PEEP1 pada hipoksia berat, asidosis atau
tidak berhasil dengan terapi oksigen
CPAP/BIPAP
Gagal napas
Cairan intravaskular
berkurang
diperlukan
mekanik
1-2 mgg
saat
ICU
ICCU
Dubia ad malam
Dubia ad malam
dubia ad malam
62
berlebihan
pemasangan
atau
ventilator
Nama penyakit
HAMPIR TENGGELAM
(NEAR DROWNING)
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
Alveolar arterial oxygen gradient
CVP
Swan Ganz Catheter
EEG
4. Faktor risiko
Alkoholisme
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Medikamentosa
didapatkan bronkospasme
Antibiotika atas indikasi
Kortikosteroid dosis rendah
mg/Kg/24 jam dibagi 6 dosis
6.2. Non Medikamentosa
6.3. Khusus
7. Perawatan rumah sakit
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
fisioterapi
Menggunakan ventilator
hipoksemia berat
mekanik
bila
rawat inap
ICU
RICU
ARDS
Infeksi- sepsis
Hipoksemia karena aspirasi, edema
paru
Fibrilasi ventrikel (tenggelam di air
tawar)
Gangguan fungsi ginjal (albuminuria,
hemoglobulinuria, anuria)
Gangguan syaraf: koma lama
Cidera kepala dan leher berat
(menyulitkan intubasi dan
bronkoskopi)
Patah tulang iga saat resusitasi
1 minggu
Dubia ad malam
Dubia ad malam
13.3.
Ad vitam
Dubia ad malam
64
No. ICD-X: S20S29
Nama penyakit
TRAUMA TORAKS
1. Definisi
2. Diagnosis
Riwayat benturan/tusukan
karena
Kecelakaan lalulintas
Jatuh dari ketinggian
Kecelakaan kerja
Upaya bunuh diri
pada
dada
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Umum
3.2. Khusus
Foto toraks
Serial Hb-Ht untuk mengetahui
perdarahan masih berlanjut/tidak
AGDA
Bronkoskopi
Awasi:
65 Airway
Bleeding
Circulation
4. Faktor risiko
5. Diagnosis banding
6. Terapi
6.1. Non medikamentosa
6.2. Medikamentosa
Oksigenasi, adekuat
Transfusi bila HB < 8 gr %
Perbaikan sirkulasi
Pasang WSD bila terjadi
pneumotoraks, hematotorak masif
Aspirasi cairan pericard bila terjadi
efusi perikard (tamponade jantung)
Dekompresi lambung, bila terjadi
risiko regurgitasi, muntah & aspirasi
Pengobatan nyeri
Ventilasi mekanik bila terjadi
hipoksemi dan atau hiperkarbia yang
berat
6.3. Khusus
7. Perawatan rumah sakit
8. Penyulit (komplikasi)
8.1. Karena penyakit
66
Retensi sputum
Bronkospasme
Tension pneumotoraks
Gagal napas akut
Infeksi
Trombo emboli
Nutrisi tidak adekuat
Koagulopati
Kardiologi
Bedah
Ortopedi
ICU/Intensivist
Bedah digestif
Bedah toraks
Bedah jantung
ICU
Ventilator mekanik
13. Prognosis
13.1. Ad fungsionam
dubia ad malam
13.2.
13.3.
Ad sanasionam
Ad vitam
dubia ad malam
dubia ad malam
67
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
Dada
trauma (fraktur iga, flail chest, burn
scar)
faktor lain (kifoskoliosis, skleroderma,
spondilitis, pneumotoraks, efusi pleura,
fibrotoraks, posisi telentang, obesiti,
asites, nyeri)
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
AGD
Foto toraks
EKG
Sputum gram
AGDA serial
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
Oksigenasi
Fisioterapi
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
69
Antibiotik
Bronkodilator
Steroid
Cairan infus
Kardiotonika
Ventilator mekanik
Bronkoskopi (untuk bronchial toilet)
Rawat inap
Henti napas
Penurunan kesadaran
Gagal jantung
Akibat pemakaian pipa trakea dan ventilator
mekanik :
Trauma intubasi
Gangguan hemodinamik
Pneumonia nosokomial
ICU
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
70
Radiologi
Laboratorium
Anestesi
Kardiologi
Pnemomediastinum
Nama penyakit
1.
Definisi
pnemomediastinum
atau
emfisema
mediastinum adalah terdapat udara bebas
di rongga mediastinum yang disebabkan
ruptur alveoli atau penyebab lain di luar
paru
2.
Diagnosis
3.
Etiologi
4.
Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5.
Faktor risiko
6.
Diagnosis banding
7.
Pneumotoraks, pneumoperikardium
Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
9.2. Karena tindakan
10.
11.
Masa pemulihan
12.
Bidang terkait
13.
Fasilitas khusus
14.
Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
72
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
73
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
Terapi
sesuai
penyakit
yang
mendasarinya
Terapi yang efektif harus dilakukan
sejak masih dini, sebelum pembuluh
darah pulmoner mengalami perubahan
ireversibel (terapi suportif)
Menurunkan
pulmonary
vascular
resistance (PVR)
- oksigen jangka panjang (LTOT)
- bronkodilator
- vasodilator
- calcium channel blocker (CCB)
- prostasiklin
- nitric oxide
- antikoagulan
Meningkatkan curah jantung
- inotropik jangka pendek
- digoksin bila terdapat takikardi
- supraventrikuler
eksaserbasi akut
Gagal jantung
Gagal napas
Sepsis
9. Penyulit (komplikasi)
Kardiologi
Penyakit dalam
Radiologi
Anestesi
Ahli bedah toraks
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
75
Keganasan
rongga toraks
76
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Kanker Paru
Tumor primer yang berasal dari jaringan epitel
bronkus.
Keluhan atau gejala klinis tergantung pada stage
penyakit dan keterlibatan organ sekitar tumor. Pada
stage awal sering tanpa keluhan. Keluhan respirasi
yang sering adalah batuk, batuk darah, sesak
napas, nyeri dada. Keluhan non-respirasi adalah
lemah, berat badan turun, demam atau keluhan
yang berhubungan dengan komplikasi invasi tumor
misal suara serak, sulit menelan, gangguan hepar
dan ginjal
Diagnosis pasti yaitu dengan didapatkan sel
kanker paru.
Catatan:
Jenis histologis, dipakai klasifikasi menurut WHO
- SCLC =KPKSK= kanker paru jenis karsinoma
sel kecil
- NSCLC= KPKBSK= kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil dan yang termasuk
dalam KPKBSK adalah adenokarsinoma,
karsinoma skuamosa, karsinoma sel besar dan
beberapa jenis sel kanker yang jarang
ditemukan.
Penderajatan
(stage
penyakit)
digunakan
pembagian menurut sistem TNM yang disepakati
oleh UICC & AJCC tahun 1997
Tampilan
(performance
status)
dipakai
pembagian menurut skala Karnofsky atau WHO
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
77
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
78
6. Diagnosis banding
Tumor Mediastinum
Metastasis Tumor di Paru
Mesotelioma
Tumor dinding dada
Tuberkuloma
Abses paru
Pneumonia
Catatan
Karena keluhan dan temuan amat mirip dengan TB
paru atau pneumonia, diagnosis seringkali
terlambat, setelah pengobatan untuk TB /
pneumonia gagal.
Pada kelompok risiko yang dicurigai atau diobati
dengan pneumonia dan TB paru tetapi tidak
respons atau memburuk dengan pengobatan harus
dilakukan prosedur diagnosis untuk kanker paru
7. Terapi
Kemoterapi
79
7.3 Khusus
Terapi simptomatik :
steroid, vitamin, dll
Kemoterapi, termasuk
targeted therapy
golongan
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
analgesik,
80
Gangguan fungsi hepar dan ginjal akibat proses
metastasis
Gangguan psikologik (stres, depresi)
9.2.
Karena tindakan
Radiologi
Patologi anatomi
Patologi klinik
Bedah toraks
Radioterapi
Penyakit dalam
Rehabilitasi medik
Anestesi
o
o
o
o
o
o
o
81
Laser
Sarana untuk brachytherapy dan cauter.
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
82
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Gambaran radiologik
3. Etiologi
Belum diketahui
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2.
Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
Tuberkuloma
Mikosis paru (fungus ball)
Tumor paru jinak
Hemangioma
Kanker paru
Lain-lain : Pneumonia eosinofilik, Sindrom Loeffler
7.3. Khusus
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
9.2. Karena tindakan
Radiologi
Patologi anatomi
Patologi klinik
Mikrobiologi
Parasitologi
Bedah toraks
Anestesi
Bronkoskopi
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
84
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
Tumor paru
Tumor mediastinum
TB paru
7. Terapi
7.1.
Khusus
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
86
Radiologi
Patologi klinik
Patologi anatomi
Bedah toraks
THT
Bedah Onkologi
Penyakit Dalam
Kebidanan
o
o
o
Bronkoskopi
Fluoroskopi
Torakoskopi
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
87
Nama penyakit
Tumor Mediastinum
1. Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
Belum diketahui
88Laboratorium rutin
Foto toraks PA & lateral
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
Kanker paru
7.3 Khusus
CT-scan
Terapi simtomatik
Steroid, terutama dengan kegawatan respirasi
atau nyeri. (Untuk kecurigaan limfoma steroid
hanya diberikan untuk mengatasi kegawatan
sehingga prosedur diagnosis dapat segera
dilakukan)
OAT untuk mediastinal TB
90
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
Gagal napas
Gangguan menelan
Radioterapi
Patologi klinik
Patologi Anatomi
Bedah Toraks
Radioterapi
Penyakit dalam (terutama untuk limfoma)
Neurologi (untuk miastenia gravis)
Anestesi
Bronkoskopi
91
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
92
Flouroskopi
VATS
Nama penyakit
1.
Definisi
2. Diagnosis
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
Paparan Asbes
93
6. Diagnosis banding
1. Tumor paru
2. Metastasis tumor di paru
3. Pleuritis TB
7. Terapi
7.2.
Khusus
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
94
o Bronkoskopi
o Torakoskopi
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
Radiologi
Patologi klinik
Patologi anatomi
Bedah toraks
Radioterapi
93
95
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Gambaran radiologik
Dapat dengan atau tanpa gejala klinis seperti batukbatuk, batuk berdarah
3. Etiologi
Tidak diketahui
4. Pemeriksaan penunjang
Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
Tuberkuloma
Kanker paru
Hemangioma
Mikosis paru
Lain-lain : Pneumonia eosinofilik, Sindrom Loeffler
Terapi simptomatik
96
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
9.2. Karena tindakan
Tidak ada
Batuk darah
Pneumotoraks
Pneumonia
Radiologi
Patologi Klinik
Patologi anatomi
Bedah toraks
Anestesi
Mikologi
o Bronkoskopi
o Flouroskopi untuk TBLB
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
97
IMUNOLOGI
98
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Kriteria diagnosis :
Gejala berupa demam tinggi, malese, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorok.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias
kelainan-kelainan kulit, kelainan selaput
lendir di orificium dan kelainan mata.
Kelainan kulit : eritema, vesikel dan bula.
Vesikel dan bula memecah sehingga terjadi
erosi yang luas.
Di samping itu juga terjadi purpura kelainan
selaput lendir yang tersering pada mukosa
mulut. Kelainan pada mata berupa
conjungtivitis katanalis
3. Etiologi
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
4.2. Khusus
5. Faktor risiko
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
8. Perawatan rumah sakit
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
9.2. Karena tindakan
10. Informed consent (surat persetujuan)
99
100
Paru Kerja
101
Nama penyakit
1.
2. Definisi
3. Kriteria diagnosis
4.
Diagnosis banding
102
5.
Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
: Foto toraks
Uji faal paru (peakflow meter dan
spirometri)
4.2. Khusus
6.
Konsultasi
7.
8.
Terapi
Penanganan
pada
dasarnya
meliputi
penanganan keluhan paru sesuai dengan
kelainan yang ada, termasuk penanganan
kardiopulmoner dan komplikasi lainnya
Catatan:
Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk
pemeriksaan fungsi paru memegang
peranan utama untuk deteksi sedini
mungkin dan mencegah kecacatan tetap
Prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan
kerja perlu selalu ditaati
9.
Korpulmonal
Gangguan paru dan pernapasan yang
menetap
Mesotelioma dan kanker paru pada
pajanan debu asbes
Tuberkulosis paru pada pajanan debu
silica
Kecacatan paru
103
Bronkospasme
Pneumotoraks
Pneumonia
Diperlukan pada tindakan-tindakan khusus
15. Output
16. PA
Radiologi
Kesehatan kerja
104
Sembuh
Kelainan menetap
Pada keadaan yang berat (komplikasi)
dapat terjadi kematian
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis banding
Berbagai penyakit al :
Bronkitis kronik
Asma
Tuberkulosis paru
Pneumonia
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
:
:
:
Oksigen
Terapi medikamentosa
Terapi khusus
8.
105
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
:
:
Karena tindakan
14. Output
15. PA
106
No. ICD-X: J 66
1.
Bisinosis (J66)
Bisinosis adalah penyakit yang timbul akibat
inhalasi debu kapas di lingkungan kerja.
Bisinosis disebut juga brown lungdisease,
cotton bract atau cotton lung disease.
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis banding
Berbagai penyakit al :
Bronkitis kronik
Asma
Asma akibat kerja
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
107
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
:
:
:
Oksigen
Terapi medikamentosa
Terapi khusus
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Bronkospasme
Karena tindakan
14. Output
15. PA
2.
Indikasi
3.
Diagnosis banding
4.
Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
5.
Konsultasi
6.
7.
Pemeriksaan penunjang
109
8.
Output
110
Pneumonitis hipersensitiviti
Pneumonitis hipersensitiviti adalah penyakit
paru kerja yang terjadi akibat inhalasi suatu
bahan
terutama
organik.
Pneumonitis
hipersensitiviti sering disebut extrinsic
allergic alveolitis, merupakan penyakit
imunologi terjadi karena terinhalasi antigen
(termasuk partikel organik) dengan berat
molekul yang rendah, tidak bersifat atopi dan
tidak berhubungan dengan kenaikan IgE
atau eosinofil.
Bergantung pada agen penyebab pneumonitis
hipersensitiviti diberi nama berbeda. Bila
bahan penyebab jamur tanaman atau jerami
pada petani sering disebut farmer lung
disease, agen penyebab residu gula disebut
bagassosis, penyebab plastik disebut plastic
workers lung, penyebab logam cobalt disebut
hard metal lung disease dll
2.
Kriteria Diagnosis
111
antibodi
Gejala
sesuai
dengan
pneumonitis
hipersensitif
Terdapat kelainan pada foto toraks atau
high resolution CT scan
Antigen dapat dibuktikan
Kriteria minor
Ronki basah di kedua basal
Penurunan kapasiti difusi
Hipoksemia saat istirahat dan latihan
Limfositosis pada BAL
Diagnosis dapat ditegakkan bila memenuhi
semua kriteria mayor dan paling sedikit empat
kriteria minor serta menyingkirkan penyakit lain
yang mempunyai gejala yang sama
3.
Diagnosis banding
Berbagai penyakit al :
Asma
Sarkoidosis
Demam inhalasi
Infeksi virus & mikoplasma
Tuberkulosis
Infeksi jamur
Penyakit interstitial lain
Penyakit berilium kronik
Limfoma/leukemia
Inhalasi gas toksik
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
CT Scan toraks
Uji kapasiti difusi
BAL (Bronkoalveolar lavage)
5.
Konsultasi
6.
112
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
:
:
:
Terapi medikamentosa
Simptomatis
Kortikosteroid seperti prednisolon 60 mg/hari
selama 4 minggu.
Terapi khusus
Menghindari
penyebab,
kesehatan kerja
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Karena tindakan
Oksigen
prinsip-prinsip
14. Output
15. PA
113
Asbestosis (J61)
Asbestosis adalah penyakit paru yang timbul
akibat inhalasi debu serat asbes yang
ditandai dengan fibrosis interstitial difus pada
paru
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis banding
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
Kapasiti difusi
CT Scan toraks
Uji imunologi
Bronkoskopi ( Biopsi)
114
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
Terapi medikamentosa
Terapi khusus
:
:
:
:
:
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Karena tindakan
14. Output
15. PA
:
:
115
Silikosis (J62)
Silikosis merupakan penyakit parenkim paru
akibat kerja yang diakibatkan inhalasi silikon
dioksida atau silika. Silikosis dapat timbul
akibat inhalasi debu yang mengandung
kristal silika yang tersebar secara luas di
permukaan bumi.
Berdasarkan waktu pajanan, konsentrasi
pajanan dan perkembangan penyakitnya,
silikosis dibagi atas :
Silikosis akut
Silikosis terakselerasi
Silikosis kronik
2.
Kriteria Diagnosis
116
3.
Diagnosis banding
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
Kapasiti difusi
CT Scan toraks
Uji imunologi
Bronkoskopi ( Biopsi)
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
:
:
:
Terapi medikamentosa
Bersifat simptomatis
117
Terapi khusus
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Karena tindakan
14. Output
15. PA
118
1.
Asma kerja
Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh
keterbatasan aliran jalan napas yang bervariasi
dan atau hipereaktiviti bronkus nonspesifik
disebabkan oleh penyebab dan keadaan di
lingkungan pekerjaan tertentu dan rangsangan
tersebut tidak dijumpai di luar tempat kerja.
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis banding
PPOK
SOPT
4.
Pemeriksaan penunjang
Umum
Khusus
Darah lengkap
Foto toraks
APE atau VEP1 serial selama 2 minggu
Uji provokasi bronkus spesifik dan
Nonspesifik
Uji kulit
5.
Konsultasi
6.
: Bila eksaserbasi
7.
Terapi
Umum
Terapi Nonmedikamentosa
:
: Hindarkan pajanan
:
Terapi medikamentosa
Terapi khusus
: Bronkodilator
Steroid
:
8.
9.
Penyulit (komplikasi)
Karena penyakit
Karena tindakan
:
:
14. Output
15. PA
16. Autopsi/risalah rapat
:
:
Kesehatan kerja
120
Faal Paru
121
Nama penyakit
1. Definisi
2. Diagnosis
Spirometri
5. Faktor risiko
123
6. Diagnosis banding
7. Terapi
7.1. Non medikamentosa
7.2. Medikamentosa
7.3. Khusus
8. Perawatan rumah sakit
Rawat jalan
Rawat inap
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit
9.2. Karena tindakan
10. Informed consent (surat
persetujuan)
11. Masa pemulihan
12. Bidang terkait
13. Fasilitas khusus
14. Prognosis
14.1. Ad fungsionam
14.2. Ad sanasionam
14.3. Ad vitam
124