Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah selayaknya pancasila menjadi bagian
penting sebagai penuntun kehidupan sejak dini hingga menuju ke proses usia dewasa. Namun,
pada realitanya, banyak masyarakat kita yang masih acuh terhadap penerapan nilai-nilai
pancasila sebagai aspek penting selama menjalankan proses kehidupan. Pancasila hanya
dipandang sebagai dasar negara yang dilafalkan dalam konvensi semata seperti upacara rutin
di hari Senin, tanpa menghayati dan menerapkan setiap kandungan silanya dalam aktivitas
sehari-hari masyarakat Indonesia. Syahrial Syarbaini (2010 : 1-2) mengatakan sebagai
berikut:
...Nilai-nilai yang menjadi panutan hidup telah kehilangan otoritasnya sehingga
manusia menjadi bingung. Kebingungan itu menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika
terjadi krisi moneter yang dampakya terasa sekali di bidang politik sekaligus juga
berpengaruh di bidang moral serta sikap perilaku manusia di berbagai belahan dunia,
khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Guna merespon kondisi tersebut,
pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju ke arah keadaan yang lebih
memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan pemerintah dalam menjaga nilai-nilai
panutan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu melalui bidang
pendidikan.
Penerapan nilai-nilai pancasila memerlukan dorongan dari segi pendidikan baik formal
maupun non-formal, terutama pendidikan dalam ruang lingkup primer seperti keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dari masyarakat. Dalam keluarga terjadi proses
komunikasi dan interaksi antar penghuninya. Komunikasi antara ibu dan ayah, ibu dan anak,
ayah dan anak, serta antara anak dengan anak. Komunikasi ini dapat menjadi komunikasi
yang edukatif jika orang tua dengan sengaja ingin mentransformasikan nilai-nilai ke dalam
diri anak. Berdasarkan uraian diatas, kami ingin mengetahui bagaimana peran pancasila dalam
sebagai pendidikan dasar di ruang lingkup keluarga beserta cara penerapannya. Sehingga
kami mengambil judul Pancasila sebagai Pendidikan Dasar Keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas dapat dituliskan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana peran pancasila sebagai pendidikan dasar keluarga ?
1

1.2.2 Bagaimana cara menerapkan nilai-nilai pancasila dalam lingkungan keluarga ?


1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah :
1.3.1 Untuk mendeskripsikan peran pancasila sebagai pendidikan dasar keluarga.
1.3.2 Untuk mengetahui cara menerapkan nilai-nilai pancasila dalam lingkungan
keluarga
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah :
1.4.1 Aspek Praktis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk masyarakat
terutama dalam ruang lingkup keluarga, agar kembali menanamkan nilai-nilai
pancasila sebagai pendidikan dasar.
1.4.2 Aspek Akademis
Sebagai bahan informasi bagi kepenulisan karya ilmiah selanjutnya tentang peran
pancasila sebagai pendidikan dasar keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
hukum dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara
berpikir dan cara kerja perjuangan.
Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya
sendiri. Dasarnya dari konsensus (kesepakatan) masyarakat tidak diciptakan oleh negara
melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu ideologi terbuka adalah
milik dari semua rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya didalamnya. Ideologi
terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut
pandangan negara modern bahwa negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap
dasarnya (Syarbaini,2010:58).
2.2 Pendidikan
Pendidikan memiliki definisi yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut:
2.2.1 Definisi Umum
Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk mengembangkan
keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat
seseorang menjadi lebih baik.
2.2.2 Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik.
2.2.3 Menurut Undang-Undang
1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 :
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.

2. UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat (Siregar, 2013: 2).
2.3 Keluarga
Menurut departemen kesehatan (1998), keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut WHO (1969) keluarga
merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Setiadi,2006).
2.1.3 Fungsi Keluarga
Ruang lingkup tanggung jawab pendidikan dalam lingkungan keluarga
ditentukan atas fungsi-fungsi. Menurut Nuraeni (2010) dalam Setiadi (2006) ada 8
fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan, yaitu :
1. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan
anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa
keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Fungsi
pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku
manusia dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai
pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994),
bahwa anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan
4

selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.. Dengan


demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas.
Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali
nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
3. Fungsi Proteksi
Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik,
melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk
menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat menjalankan tugas secara
proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan
mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung
menekan perkembangan psikologinya.
4. Fungsi Afeksi
Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila
mampu melakukan komunikasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh
kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi
kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas
hidupnya di masa depan.
5. Fungsi Religius
Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah
pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali
utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.
6. Fungsi Ekonomis
Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat
materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung
jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi
objek pemaksaan orang tua.
7. Fungsi Rekreasi
Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan,
keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.

8. Fungsi Biologis
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan
kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta
perlindungan terhadap hubungan seksualnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Pancasila sebagai Pendidikan Dasar Keluarga


Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum
dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai ideologi
nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja
perjuangan (Syarbaini,2010:58).
Namun, eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara tidak difungsikan secara
maksimal, Pancasila tidak lagi mewarnai setiap aktivitas yang berlangsung di tengah
masyarakat. Pancasila bahkan tidak lagi ramai dipelajari oleh generasi muda. Pengaruh
kekuasaan orde baru yang menjadikan Pancasila sekedar sebagai simbol dan upaya
memperkuat kekuasaannya dan hanya mampu menghasilkan generasi cerdas penghafal nilainilai Pancasila dan para penatar ahli. Selain tidak mampu mengamalkannya, justru mereka
sendiri yang mencedrainya. Pancasila dibiarkan tenggelam dari kehidupan masyarakat.
Pancasila dianggap sebagai simbol orde baru semakin dilupakan oleh penguasa termasuk elit
politik kita. Syahrial Syarbaini (2010 : 1-2) mengatakan sebagai berikut:
...Nilai-nilai yang menjadi panutan hidup telah kehilangan otoritasnya sehingga
manusia menjadi bingung. Kebingungan itu menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika
terjadi krisi moneter yang dampakya terasa sekali di bidang politik sekaligus juga
berpengaruh di bidang moral serta sikap perilaku manusia di berbagai belahan dunia,
khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Guna merespon kondisi tersebut,
pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju ke arah keadaan yang lebih
memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan pemerintah dalam menjaga nilai-nilai
panutan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu melalui bidang
pendidikan.
Pendidikan

dapat

diartikan

sebagai

Suatu

metode

untuk

mengembangkan

keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
lebih baik (Siregar, 2013: 2). Pendidikan adalah wadah terbaik sebagai sarana pembentuk
karakter dan manusia yang berbudaya, terutama mengenai penanaman nilai-nilai pancasila.
Pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan maupun kejadian, hal ini
menjadi berdampak positif dimana pendidikan sebagai pengalaman hidup yang membantu
perkembangan individu.
Pendidikan juga berlangsung bagi siapapun, setiap individu berhak melakukan
aktivitas pendidikan baik dari usia anak-anak, remaja, dewasa, kalangan siswa atau
7

mahasiswa maupun bukan siswa atau bukan mahasiswa. Yang terpenting adalah mengarah
pada tujuan utama yaitu mendidik diri. Dari ruang lingkup aktivitas pendidikan sendiri,
pendidikan berlangsung dimanapun. Pendidikan tidak terbatas hanya di schooling atau
persekolahan saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan
didalam lingkungan alam dimana individu berada, pendidik individu tidak terbatas pada
pendidik professional.
Pendidikan dapat dibangun melalui lingkup primer seperti di lingkungan keluarga. Di
dalam lingkungan keluarga terjadi sebuah ikatan batin dan rasa saling ketergantungan oleh
sesama anggota keluarga. Menurut departemen kesehatan (1998), keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007).
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).
Hal ini juga tidak lepas dari fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan yang
dikemukakan oleh Nuraeni (2010) dalam Setiadi (2006) yaitu :
1. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan
anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa
keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Fungsi
pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku
manusia dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai
pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa
anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di
dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.. Dengan demikian
anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip
sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai
sosial lingkungannya oleh orang tuanya.

Fungsi-fungsi tersebut merupakan acuan penting dalam menyalurkan berbagai kajian


dan materi pendidikan di lingkungan keluarga. Peran keluarga dianggap sangat vital dan
berpengaruh terhadap proses peningkatan dan pengembangan kualitas setiap individu,
terutama relevansinya dalam peningkatan moral dan akhlak yang diajarkan pula dalam
kandungan setiap sila-sila di dalam dasar negara kita yakni pancasila. Hubungan yang intens
didalam keluarga akan mempermudah mentransfer atau mensosialisasikan materi edukatif
seperti wawasan, pengetahuan, nasehat, pendidikan etika, dan lain sebagainya. Keluarga
merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama bagi semua anak. Keluarga harus
menjadi wadah pembentukan insan Pancasila dan sekaligus menjadi pangkal pembentukan
masyarakat Pancasila.
Jika melihat konteks kalimat yaitu, peran pancasila sebagai pendidikan dasar keluarga
atau peran keluarga dalam saling menanamkan nilai-nilai pancasila, keduanya dapat
memberikan tafsir yang saling terkait satu sama lain. Pancasila beserta isi yang terkandung
didalamnya memberikan pedoman serta arahan kepada setiap individu yang berkelompok di
suatu ruang lingkup keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari sebagai warga negara
Indonesia, terutama kaitannya dalam bertingkah laku, bertutur kata, bertindak sesuai budaya
bangsa, menanamkan sikap toleransi, dan lain sebagainya. Pancasila memberikan nilai-nilai
dasar untuk menjadi individu yang berkepribadian yang baik, sehingga dapat dijadikan
pandangan oleh suatu keluarga untuk dimengerti, dihayati, diajarkan (seperti orang tua
mengajarkan pada anak-anaknya) dan akan diterapkan di lingkungan yang lebih luas lagi,
seperti lingkungan masyarakat dalam kegiatan bersosialisasi.
Karna pada dasarnya, inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun
dalam kehidupan keagamaan (Kaelan, Zubaidi, 2012:27)
Sedangkan peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pancasila juga sangat
penting, karna sebagai warga negara, seharusnya timbul rasa bangga akan dasar negara yang
disusun oleh para pendahulu, para pejuangkemerdekaan yang mendedikasikan diri merancang
dan menyusun dasar negara yang sesuai dengan kepribadian bangsa sebagai syarat dan
pondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka. Secara fisik, dasar tertulis sudah
ada, namun tinggal memupuk kembali semangat menghayati nilai-nilai pancasila beserta
detail kandungannya, untuk diterapkan sebagai pedoman dalam aktivitas sehari-hari terutama
di dalam lingkungan keluarga dan dikembangkan lagi di lingkungan lain seperti lingkungan
pendidikan formal di sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Lalu jika pancasila menjadi pendidikan dasar keluarga, bagaimana dengan pendidikan
dasar yang lain, seperti pendidikan agama, terutama kedua pendidikan dasar ini memiliki
9

tujuan yang sama yakni menjadikan individu yang bermoral dan berakhlak? Jawabannya
adalah, pancasila juga lahir dari nilai-nilai ketuhanan, hal ini dijelaskan dalam sila ke satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai sila lainnya.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karna
itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan
dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (Kaelan,
Zubaidi, 2012:31-32).
Pendidikan pancasila dan pendidikan agama, saling mengajarkan nilai-nilai yang
sama, yang pada intinya membentuk manusia yang bermoral dan berakhlak, serta memiliki
tujuan mengajarkan manusia pada hal-hal positif yang menjadikan individu adalah sosok
manusia yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Perbedaannya adalah, pendidikan
pancasila dikemas untuk diajarkan pada seluruh masyarakat Indonesia atau secara umum,
tidak dikhususkan dalam satu agama tertentu, sedangkan pendidikan agama mengajarkan dan
menjelaskan dengan detail sesuai kepercayaan setiap warga negara, yakni berkaitan dengan
kewajiban yang harus dijalankan setiap individu seuai agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
Didalam lingkungan keluarga, Pancasila dan pendidikan agama juga harus diterapkan
secara seimbang, karna pendidikan agama akan menjadikan kita sebagai makhluk Tuhan yang
beriman, bertaqwa, serta berakhlak, dan menyangkut kehidupan diakhirat nanti, sedangkan
pendidikan pancasila akan mengajarkan kita menjadi warga negara yang baik, mewujudkan
persatuan Indonesia, serta bertujuan untuk menghindari konflik dan segala hal yang berbau
perpecahan di negara kita yang memiliki keragaman suku, bahasa, dan budaya.
3.2 Menerapkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Lingkungan Keluarga
3.2.1 Sila ke-1 , Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karna itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundangundangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa (Kaelan, Zubaidi, 2012:31-32).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan didalam aktivitas sehari-hari untuk
dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yakni dengan Melakukan ibadah sesuai dengan agama
10

dan kepercayaan yang dianut. Berdoa dalam memulai segala aktivitas. Selalu Beramal, dan
bertingkah laku yang baik, karna agama juga mengajarkan untuk menjadi pribadi yang
berakhlak mulia.
3.2.2 Sila ke-2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiann terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab (Kaelan, Zubaidi, 2012:
32). Penerapan Sila kedua ini mengajarkan untuk menyayangi sesama anggota keluarga dan
menghormati hak asasi orang lain, seperti menghormati pendapat sesama anggota keluarga.
Keluarga juga harus membiasakan untuk beramal dan memberikan sedekah kepada orang
yang membutuhkan. Menjaga kelestarian dan merawat tumbuh-tumbuhan juga termasuk
mengamalkan sila Kemanusian yang Adil dan Beradab.
3.2.3 Sila ke-3, Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yangsebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Oleh karna itu perbedaan adalah ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara
(Kaelan, Zubaidi, 2012: 34). Dalam sila ini mengajarkan untuk menjauhkan segala penyakit
hati seperti egois, iri dan dengki terhadap sesama termasuk keluarga, agar terhindar dari sikap
menjatuhkan satu sama lain. Hal ini juga untuk tetap menjaga nama baik keluarga.
3.2.4 Sila ke-4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam silai ke 4, Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat
adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung
nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara (Kaelan, Zubaidi,
2012: 35). Dalam lingkungan keluarga, sila ke 4 diterapkan dengan membiasakan untuk
didalam sebuah keluarga adanya kegiatan sharing pendapat atau musyawarah dalam
mengambil sebuah keputusan.

3.2.5 Sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan
dalam hidup bersama. Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama. (Kaelan, Zubaidi, 2012: 36). Sila ke-5 mengajarkan
untuk bersikap adil. Dalam lingkup keluarga, orang tua harus memegang teguh karakter yang
tegas dan adil dalam mengambil keputusan. Serta tidak pilih kasih terhadap putra-putrinya.
Apabila nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila mulai dihayati dan diterapkan
dimulai dari lingkungan keluarga, maka akan mempermudah anggota keluarga dalam
menerapkan nilai-nilai pancasila di lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan masyarakat.
Menerapkan kandungan disetiap silai-sila dalam pancasila akan melahirkan pribadi yang
11

berkarakter, bermoral, dan menjadikan diri sebagai warga negara yang baik, serta sekaligus
menjadi pangkal pembentukan masyarakat Pancasila.

12

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari uraian pembahasan diatas adalah :
4.1.1 Peran Pancasila sebagai Pendidikan Dasar Keluarga
Pancasila beserta isi yang terkandung didalamnya memberikan pedoman
serta arahan kepada setiap individu yang berkelompok di suatu ruang lingkup
keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari sebagai warga negara Indonesia,
terutama kaitannya dalam bertingkah laku, bertutur kata, bertindak sesuai budaya
bangsa, menanamkan sikap toleransi, dan lain sebagainya. Pancasila memberikan
nilai-nilai dasar untuk menjadi individu yang berkepribadian yang baik, sehingga
dapat dijadikan pandangan oleh suatu keluarga untuk dimengerti, dihayati, diajarkan
(seperti orang tua mengajarkan pada anak-anaknya) dan akan diterapkan di
lingkungan yang lebih luas lagi, seperti lingkungan masyarakat dalam kegiatan
bersosialisasi.
4.1.2 Menerapkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Lingkungan Keluarga
Sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan didalam aktivitas seharihari untuk dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yakni dengan Melakukan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut. Berdoa dalam memulai segala
aktivitas. Selalu Beramal, dan bertingkah laku yang baik, Penerapan Sila ke-2
mengajarkan untuk menyayangi sesama anggota keluarga dan menghormati hak
asasi orang lain, sila ke-3 mengajarkan untuk menjauhkan segala penyakit hati
seperti egois, iri dan dengki terhadap sesama termasuk keluarga, agar terhindar dari
sikap menjatuhkan satu sama lain , sila ke 4 diterapkan dengan membiasakan untuk
didalam sebuah keluarga adanya kegiatan sharing pendapat atau musyawarah dalam
mengambil sebuah keputusan. Sila ke-5 mengajarkan untuk bersikap adil. Dalam
lingkup keluarga, orang tua harus memegang teguh karakter yang tegas dan adil
dalam mengambil keputusan. Serta tidak pilih kasih terhadap putra-putrinya.

13

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah Pancasila harus turut
berperan aktif mengerti, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai pancasila,
terutama dimulai dari lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial lainya.
4.2.2 Bagi Masyarakat
Agar memahami peran pancasila dalam pendidikan dasar keluarga dan agar
tidak acuh terhadap dasar negara kita yakni Pancasila, serta mempunyai semangat
untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dimulai dari membiasakan diri untuk
menerapkan nilai-nilai pancasila di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Achmad Zubaidi.2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi.Yogyakarta:Paradigma
Setiadi.2006. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta:Graha
Ilmu
Siregar, Mara Sutan dkk.2013. Tindakan Tegas yang Mendidik.Padangsidimpuan: Karya Tulis
Ilmiah tidak diterbitkan
Syarbaini, Syahrial.2010.Implementasi Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta:Graha Ilmu
Winarno.2013.Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Bumi Angkasa

15

Anda mungkin juga menyukai