PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah selayaknya pancasila menjadi bagian
penting sebagai penuntun kehidupan sejak dini hingga menuju ke proses usia dewasa. Namun,
pada realitanya, banyak masyarakat kita yang masih acuh terhadap penerapan nilai-nilai
pancasila sebagai aspek penting selama menjalankan proses kehidupan. Pancasila hanya
dipandang sebagai dasar negara yang dilafalkan dalam konvensi semata seperti upacara rutin
di hari Senin, tanpa menghayati dan menerapkan setiap kandungan silanya dalam aktivitas
sehari-hari masyarakat Indonesia. Syahrial Syarbaini (2010 : 1-2) mengatakan sebagai
berikut:
...Nilai-nilai yang menjadi panutan hidup telah kehilangan otoritasnya sehingga
manusia menjadi bingung. Kebingungan itu menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika
terjadi krisi moneter yang dampakya terasa sekali di bidang politik sekaligus juga
berpengaruh di bidang moral serta sikap perilaku manusia di berbagai belahan dunia,
khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Guna merespon kondisi tersebut,
pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju ke arah keadaan yang lebih
memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan pemerintah dalam menjaga nilai-nilai
panutan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu melalui bidang
pendidikan.
Penerapan nilai-nilai pancasila memerlukan dorongan dari segi pendidikan baik formal
maupun non-formal, terutama pendidikan dalam ruang lingkup primer seperti keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dari masyarakat. Dalam keluarga terjadi proses
komunikasi dan interaksi antar penghuninya. Komunikasi antara ibu dan ayah, ibu dan anak,
ayah dan anak, serta antara anak dengan anak. Komunikasi ini dapat menjadi komunikasi
yang edukatif jika orang tua dengan sengaja ingin mentransformasikan nilai-nilai ke dalam
diri anak. Berdasarkan uraian diatas, kami ingin mengetahui bagaimana peran pancasila dalam
sebagai pendidikan dasar di ruang lingkup keluarga beserta cara penerapannya. Sehingga
kami mengambil judul Pancasila sebagai Pendidikan Dasar Keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
hukum dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara
berpikir dan cara kerja perjuangan.
Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya
sendiri. Dasarnya dari konsensus (kesepakatan) masyarakat tidak diciptakan oleh negara
melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu ideologi terbuka adalah
milik dari semua rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya didalamnya. Ideologi
terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut
pandangan negara modern bahwa negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap
dasarnya (Syarbaini,2010:58).
2.2 Pendidikan
Pendidikan memiliki definisi yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut:
2.2.1 Definisi Umum
Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk mengembangkan
keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat
seseorang menjadi lebih baik.
2.2.2 Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik.
2.2.3 Menurut Undang-Undang
1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 :
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
8. Fungsi Biologis
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan
kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta
perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
BAB III
PEMBAHASAN
dapat
diartikan
sebagai
Suatu
metode
untuk
mengembangkan
keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
lebih baik (Siregar, 2013: 2). Pendidikan adalah wadah terbaik sebagai sarana pembentuk
karakter dan manusia yang berbudaya, terutama mengenai penanaman nilai-nilai pancasila.
Pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan maupun kejadian, hal ini
menjadi berdampak positif dimana pendidikan sebagai pengalaman hidup yang membantu
perkembangan individu.
Pendidikan juga berlangsung bagi siapapun, setiap individu berhak melakukan
aktivitas pendidikan baik dari usia anak-anak, remaja, dewasa, kalangan siswa atau
7
mahasiswa maupun bukan siswa atau bukan mahasiswa. Yang terpenting adalah mengarah
pada tujuan utama yaitu mendidik diri. Dari ruang lingkup aktivitas pendidikan sendiri,
pendidikan berlangsung dimanapun. Pendidikan tidak terbatas hanya di schooling atau
persekolahan saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan
didalam lingkungan alam dimana individu berada, pendidik individu tidak terbatas pada
pendidik professional.
Pendidikan dapat dibangun melalui lingkup primer seperti di lingkungan keluarga. Di
dalam lingkungan keluarga terjadi sebuah ikatan batin dan rasa saling ketergantungan oleh
sesama anggota keluarga. Menurut departemen kesehatan (1998), keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007).
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).
Hal ini juga tidak lepas dari fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan yang
dikemukakan oleh Nuraeni (2010) dalam Setiadi (2006) yaitu :
1. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan
anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa
keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Fungsi
pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku
manusia dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai
pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa
anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di
dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.. Dengan demikian
anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip
sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai
sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
tujuan yang sama yakni menjadikan individu yang bermoral dan berakhlak? Jawabannya
adalah, pancasila juga lahir dari nilai-nilai ketuhanan, hal ini dijelaskan dalam sila ke satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai sila lainnya.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karna
itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan
dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (Kaelan,
Zubaidi, 2012:31-32).
Pendidikan pancasila dan pendidikan agama, saling mengajarkan nilai-nilai yang
sama, yang pada intinya membentuk manusia yang bermoral dan berakhlak, serta memiliki
tujuan mengajarkan manusia pada hal-hal positif yang menjadikan individu adalah sosok
manusia yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Perbedaannya adalah, pendidikan
pancasila dikemas untuk diajarkan pada seluruh masyarakat Indonesia atau secara umum,
tidak dikhususkan dalam satu agama tertentu, sedangkan pendidikan agama mengajarkan dan
menjelaskan dengan detail sesuai kepercayaan setiap warga negara, yakni berkaitan dengan
kewajiban yang harus dijalankan setiap individu seuai agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
Didalam lingkungan keluarga, Pancasila dan pendidikan agama juga harus diterapkan
secara seimbang, karna pendidikan agama akan menjadikan kita sebagai makhluk Tuhan yang
beriman, bertaqwa, serta berakhlak, dan menyangkut kehidupan diakhirat nanti, sedangkan
pendidikan pancasila akan mengajarkan kita menjadi warga negara yang baik, mewujudkan
persatuan Indonesia, serta bertujuan untuk menghindari konflik dan segala hal yang berbau
perpecahan di negara kita yang memiliki keragaman suku, bahasa, dan budaya.
3.2 Menerapkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Lingkungan Keluarga
3.2.1 Sila ke-1 , Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karna itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundangundangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa (Kaelan, Zubaidi, 2012:31-32).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan didalam aktivitas sehari-hari untuk
dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yakni dengan Melakukan ibadah sesuai dengan agama
10
dan kepercayaan yang dianut. Berdoa dalam memulai segala aktivitas. Selalu Beramal, dan
bertingkah laku yang baik, karna agama juga mengajarkan untuk menjadi pribadi yang
berakhlak mulia.
3.2.2 Sila ke-2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiann terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab (Kaelan, Zubaidi, 2012:
32). Penerapan Sila kedua ini mengajarkan untuk menyayangi sesama anggota keluarga dan
menghormati hak asasi orang lain, seperti menghormati pendapat sesama anggota keluarga.
Keluarga juga harus membiasakan untuk beramal dan memberikan sedekah kepada orang
yang membutuhkan. Menjaga kelestarian dan merawat tumbuh-tumbuhan juga termasuk
mengamalkan sila Kemanusian yang Adil dan Beradab.
3.2.3 Sila ke-3, Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yangsebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Oleh karna itu perbedaan adalah ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara
(Kaelan, Zubaidi, 2012: 34). Dalam sila ini mengajarkan untuk menjauhkan segala penyakit
hati seperti egois, iri dan dengki terhadap sesama termasuk keluarga, agar terhindar dari sikap
menjatuhkan satu sama lain. Hal ini juga untuk tetap menjaga nama baik keluarga.
3.2.4 Sila ke-4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam silai ke 4, Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat
adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung
nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara (Kaelan, Zubaidi,
2012: 35). Dalam lingkungan keluarga, sila ke 4 diterapkan dengan membiasakan untuk
didalam sebuah keluarga adanya kegiatan sharing pendapat atau musyawarah dalam
mengambil sebuah keputusan.
berkarakter, bermoral, dan menjadikan diri sebagai warga negara yang baik, serta sekaligus
menjadi pangkal pembentukan masyarakat Pancasila.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari uraian pembahasan diatas adalah :
4.1.1 Peran Pancasila sebagai Pendidikan Dasar Keluarga
Pancasila beserta isi yang terkandung didalamnya memberikan pedoman
serta arahan kepada setiap individu yang berkelompok di suatu ruang lingkup
keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari sebagai warga negara Indonesia,
terutama kaitannya dalam bertingkah laku, bertutur kata, bertindak sesuai budaya
bangsa, menanamkan sikap toleransi, dan lain sebagainya. Pancasila memberikan
nilai-nilai dasar untuk menjadi individu yang berkepribadian yang baik, sehingga
dapat dijadikan pandangan oleh suatu keluarga untuk dimengerti, dihayati, diajarkan
(seperti orang tua mengajarkan pada anak-anaknya) dan akan diterapkan di
lingkungan yang lebih luas lagi, seperti lingkungan masyarakat dalam kegiatan
bersosialisasi.
4.1.2 Menerapkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Lingkungan Keluarga
Sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan didalam aktivitas seharihari untuk dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yakni dengan Melakukan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut. Berdoa dalam memulai segala
aktivitas. Selalu Beramal, dan bertingkah laku yang baik, Penerapan Sila ke-2
mengajarkan untuk menyayangi sesama anggota keluarga dan menghormati hak
asasi orang lain, sila ke-3 mengajarkan untuk menjauhkan segala penyakit hati
seperti egois, iri dan dengki terhadap sesama termasuk keluarga, agar terhindar dari
sikap menjatuhkan satu sama lain , sila ke 4 diterapkan dengan membiasakan untuk
didalam sebuah keluarga adanya kegiatan sharing pendapat atau musyawarah dalam
mengambil sebuah keputusan. Sila ke-5 mengajarkan untuk bersikap adil. Dalam
lingkup keluarga, orang tua harus memegang teguh karakter yang tegas dan adil
dalam mengambil keputusan. Serta tidak pilih kasih terhadap putra-putrinya.
13
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai Mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah Pancasila harus turut
berperan aktif mengerti, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai pancasila,
terutama dimulai dari lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial lainya.
4.2.2 Bagi Masyarakat
Agar memahami peran pancasila dalam pendidikan dasar keluarga dan agar
tidak acuh terhadap dasar negara kita yakni Pancasila, serta mempunyai semangat
untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dimulai dari membiasakan diri untuk
menerapkan nilai-nilai pancasila di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
15