PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Tugas Perencanaan Mesin ini merupaan Tugas yang diberikan guna melengkapi
nilai tugas mahasiswa pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta, pada Jenjang Sarjana. Selain itu bahwa dalam tugas ini
berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa Teknik Mesin terutama dibidang
Teknik.
Dalam Perencanaan Mesin kali ini, mencoba mengangkat permasalahan tentang
Conveyor. Perlu diketahui sebelumnya, Conveyor merupakan salah satu bagian dari
pesawat pengangkat, namun conveyor adalah salah satu alat angkut sederhana yang mana
digunakan untuk memindahkan barang dari tempat satu ketempat lainnya. Dalam hal ini
operator tidaklah perlu ikut bergerak bersamaan dengan mesin yang digerakkan.
Operator bisa berdiri ditempat dan menunggu pengerjaan selesai.
perkiraan beban yang membebaninya seberat 100kg. Dengan permisalan beban tersebut
kami ingin tahu seperti apakah spesifikasi yang ada pada Conveyor pada nantinya.
Dengan berbagai uraian diatas dan berbagai alasan yang membuat kami ingin
melakukan percobaan analisis diatas, maka perkenankanlah kami dalam laporan ini
membahas tentang Conveyor tersebut, guna transfer barang 100kg.
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan Laporan Perencanaan Mesin kali ini adapun tujuan-tujuan
daripada Laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi Nilai Tugas Mahasiswa pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Sebagai sarana pengaplikasian dari matakuliah-matakuliah yang sebagai syarat
pengambilan Tugas Perencanaan Mesin ini.
3. Memberikan analisis tentang Conveyor pada laporan ini sehingga dapat
memberikan wawasan pengetahuan tentang Conveyor pada khalayak
ramai umumnya,penulis khususnya.
4. Memberitahukan bahwa dengan beban 100kg bagaimanakah bentuk-bentuk
daripada spesifikasi yang terjadi pada Conveyor.
1.3 Pembatasan Masalah
Adapun dalam Perencanaan Mesin ini yang menjadi pokok pembahasan utama
adalah:
a. Gaya dan Moment yang diterima pada Poros Conveyor
b. Dimensi yang ada pada poros Conveyor tersebut.
Hal tersebut dianalisis dengan persyaratan beban yang diterima Conveyor sebesar
100kg.
1.4 Sistematika Penulisan
ubah atau kekuatan torsi yang berubah ubah lebih besar, kalau pengaruh
tekukan yang tajam dihindari.
b) Kekuatan poros
Suatu poros dapat mengalami beban puntir dan lentur, maka memerlukan
kekakuan yang baik, bantalan yang kaku dan pembentukan yang kaku.
c) Kekakuan poros
Kekakuan poros perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan macam
macam mesin yang akan dilayani mesin tersebut.
d) Putaran kritis
Apabila putaran mesin dinaikan, maka pada saat putaran tertentu akan
terjadi getaran yang sangat besar. Putaran ini disebut putaran kritis. Maka poros
yang direncanakan harus memiliki putaran kerja yang lebih rendah dari putaran
kritis.
e) Korosi
Bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros, bila terjadi kontak dengan
sebuah fluida yang korosif.
2.2.2 Macam macam poros
Menurut pembebananya poros dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Poros dengan beban puntir
Berikut ini akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapat
pembebanan utama berupa torsi, seperti pada poros motor dan sebuah
kopling.
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak akan
mendapat beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih
kecil dari pada yang dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa
lenturan, tarikan, atau tekanan, maka kemungkinan adanya pembebanan
tambahan tersebut perlu diperhitungkan dalam faktor keamanan yang
diambil.
b. Poros dengan beban lentur murni
Pembebanan ini biasanya terdapat pada gandar, jadi gandar dari kereta
rel tidak dibebani dengan puntiran melainkan mendapat pembebanan lentur
saja, selain mendapat beban statis ternyata gandar juga mendapat beban
dinamis maka dari itu dalam merencanakan gandar (poros dengan beban
lentur) perlu diberikan angka faktor keamanan yang tinggi.
c. Poros dengan beban puntir dan lentur
Poros ini pada umumnya meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi
dan rantai. Dengan demikian poros tersebut mendapat dua pembebanan
sekaligus, yaitu selain poros tersebut mendapat beban lentur yang
diakibatkan oleh tarikan, juga mendapat beban puntir yang diakibatkan oleh
putaran.
distel, seperti yang misalnya terdapat pada kursi mesin gilas, pada sisi sampingnya terdapat
bidang untuk tuntunan.
Dalam kebanyakan hal, bantalan luncur dibuat terbagi. Ini menyebabkan
pemasangan poros lebih mudah dilakukan.
Bantalan satu bagian (Bus) harus disorongkan pada poros dan karena itu hanya dapat
diterapkan pada ujung poros. Bus ini yang kebanyakan dibuat dari besi cor atau perunggu,
sering dipres pada bagian mesin yang mengelilinginya atau dalam blok bantalan (blok
bantalan mata).
Dalam bantalan terbagi terdapat metal bawah dan metal atas. Metal atas dieratkan
oleh tutup bantalan yang dengan baut tembus atau dengan pena ulir dipasang pada bagian
bawah. Baut ini dibuat sepanjang mungkin untuk memberikanya regangan yang besar, jadi
membuatnya lebih tahan terhadap tumbukan.
2. Bantalan Gelinding Radial
Untuk keperluan ini banyak dipergunakan bantalan peluru. Sebuah bantalan
peluru terdiri dari dua buah cincin jalan (cincin dalam dan cincin luar), diantaranya
terdapat peluru dengan sangkar.
Pada bantalan peluru alur, bidang jalanya dibengkokkan dalam arah aksial
dengan jari jari yang hanya sedikit lebih besar daripada jari jari peluru. Sehingga
terdapat tepi yang mencegah jatuhnya peluru yang memungkinkan blok mampu
menerima gaya radial dan gaya aksial yang agak besar. Karena itu bantalan peluru alur
cocok untuk semua arah beban. Oleh sebab itu bantalan ini sangat banyak
penerapanya.
Gambar 2.3 memperlihatkan penampang sebuah bantalan peluru alur satu baris
dengan sangkar peluru baja dan gambar 2.4 diperoleh dengan plat lindung atau dengan
perapat karet. Bantalan ini juga dapat diperoleh dengan plat lindung atau dengan
perapatan satu sisi. Sangkar peluru berfungsi untuk memisahkan benda gelinding yang
satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat meluncur yang satu dengan yang lain.
Dengan jalan ini aus, dibatasi. Pada sejumlah tepi bantalan, sarang tambahan pula
diperlukan untuk mencegah benda gelinding, ketika dipasang atau dilepaskan, jatuh ke
luar bantalan.
Gambar 2.3 Bantalan peluru
Gambar
2.4
Bantalan
peluru
dengan
plat
pelindung
atau
cincin
perapat
karet
3. Bantalan Gelinding Aksial
Bantalan mempunyai satu stel peluru yang berputar diantara dua buah cincin
jalan, yang satu buah diantaranya dipasang pada poros (cincin poros) dan yang lain
ditempatkan dalam rumah (cincin rumah). Bantalan pivot peluru hanya dapat
menerima beban aksial dalam satu arah. Untuk penempatan yang lebih baik bantalan
ini juga dilaksanakan dengan cincin berbentuk bola.
diselubungi dengan tenunan yang dicelup karet. Juga terdapat sabuk V yang
mempunyai kawat baja sebagai tubuh sabuk penarik.
Sabuk V ini tidak boleh terkena minyak; tidak boleh dibiarkan terkena
temperature lebih tinggi dari dari 600C. Kerugian sabuk V adalah tidak pernah ada
kepastian bahwa semua sabuk memindahkan gaya yang sama. Kalau satu sabuk
meregang dari suatu bundel, maka sabuk lainya dibebani terlampau kuat. Kalau
diambil secara ketat, setelah salah satu sabuk rusak, maka kesemuanya harus diganti.
Untuk memungkinkan sabuk tanpa sambungan dapat dipasang sekeliling pulli,
salah satu poros harus dapat digeser secara jauh, misalnya karena motor listrik terletak
pada eretan. Apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan, maka harus dipasang pulli
pemegang alur, lebih baik pada posisi dalam sangat dekat dengan pulli yang besar.
Pulli pemegang ini harus mempunyai garis tengah yang sedikitnya sama dengan pulli
kecil. Apabila disebabkan oleh kekurangan tempat hal ini tidak dapat dilakukan, maka
dapat dipergunakan pulli penegang pada posisi luar, sedekat mungkin dengan pulli
kecil. Dengan menggunakan pulli penegang ini, sabuk memperoleh pra tegangan
yang diperlakukan setelah dipasang sekeliling pulli. Setelah itu pulli dikencangkan.
2.4.3 Pulli
Pulli adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan daya
dari mesin dengan perantara sabuk. Pulli sabuk ini biasanya terbuat dari besi cor, atau
baja. Dewasa ini pulli kayu sudah tidak banyak digunakan lagi. Sedangkan untuk
konstruksi ringan diterapkan pulli dari paduan aluminium. Pulli sabuk baja terutama
cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det).
Dilihat dari bentuknya sabuk dapat dibedakan menjadi :
a. Pulli datar
Pulli datar menurut konstruksinya yaitu sebuah elemen mesin yang digunakan untuk
mentransmisikan daya dengan perantara sabuk, tetapi sabuk tersebut adalah sabuk yang
konstruksinya rata.
b. Pulli alur (dengan bentuk alur V)
Pulli bentuknya beralur dan alur tersebut membentuk huruf V dimana pulli tersebut
digunakan untuk sabuk yang berbentuk atau yang mempunyai penampang V.
Gambar 2.6 sabuk gigi
Dimana,
P = Daya (Kw)
F = Gaya Beban (N)
V = Kecepatan Benda (m/s)
..(a.2)
Dimana,
Pd = Daya Rencana (Kw)
Fc = faktor koreksi
b. Moment Puntir
.(b.1)
Dimana,
T = Moment punter (kgmm)
n1 = Putaran (rpm)
c. Tegangan Geser
(C.1)
Dimana,
= Tegangan Geser (Kg/mm2)
Sf = Faktor Bahan
= Kekuatan Tarik
a.1
a.2
..
d. Gaya Reaksi Engsel
.(d.1)
.,(d.2)
...(d.3)
(d.4)
Dimana,
H = Beban Horisontal
V = Beban Vertikal
l = Jarak
e. Harga Moment Lentur
.(e.1)
(e.2)
(e.3)
(e.4)
..(e.5)
..(e.6)
Dimana,
M = Moment Lentur
R = Gaya Reaksi
f. Moment Lentur Gabungan
(f.1)
.(f.2)
Dimana,
MR = Moment lentur Gabungan
Sulars
d.1- f.2
o hal
21
Diameter
.(g.1)
Dimana,
ds = diameter poros
= Tegangan Geser (Kg/mm2)
M = Moment lentur (diambil M yang terbesar)
h. Tegangan Pasak
g.
(h.1)
Dimana,
ds = Diameter Poros
K = Faktor keamanan
MR = Moment Lentur (diambel nilai M yang terbesar)
i. Defleksi Puntiran
..(i.1)
Dimana,
G = Modulus geser (baja =
kg/mm2)
= Defleksi puntiran()
j. Kelenturan
.(j.1)
Dimana,
Y = Kelenturan (mm/m)
F = Resultan Gaya (N)
lb = Jarak beban utama dengan Bantalan
l = Panjang poros
Sulars
g.1-i.1 .
o hal
j.1 ..
18
Sulars
o hal
19
BAB III
ANALISIS PERHITUNGAN
2.1 Perhitungan
Diketahui
v\:*
Pmotor = 0,48Kw
n1 = 50rpm
n2 = 30rpm
v = 20m/menit
beban = 100kg
Standart besi yang dipakai jenis S30C-D,maka
= 58kg/mm
sf1 = 6,0
sf2 = 2,0
kt = 1,5
km = 2,3
Ditanyakan
Gaya, Tegangan dan Diameter Porosnya.?
Jawab
a) Perhitungan Daya pada Conveyor
Dikarenakan Beban yang bekerja diam maka gaya (F) yang bekerja menjadi gaya
beban (W), dimana F = W
b) Moment Puntir
c) Tegangan Geser
d)
400mm 100mm H4
H1 H2 H3 V4
RH1 Rv2
V2 V3
Rv1 V1
H1 = 230kg
V1 = 78kg
H2 = 300kg
V2 = 120kg
H3 = 230kg
V3 = 78kg
H4 = 160kg
V4 = 24kg
100mm
100mm 100mm
800mm
g) Tegangan Pasak
Dari hasil diameter diatas untuk mengetahui titik aman pada poros sudah tepatkah
atau belum maka dengan cara demikian
Dari tabel alur pasak diperoleh dilihat dari tabel poros untuk pulli conveyor, dimana
alur pasaknya adalah 14 x 9 x 1,0 (1,0 = jari-jari fillet)
1,0/45 = 0,02, = 2,6
Dalam perhitungan poros di atas yang menjadi langkah utama adalah diameter,
yang mana pada poros ini tidak hanya dipengaruhi oeh moment dan gaya tegangannya
saja, namun perlu diketahui ternyata dalam perhitungan poros ini juga dipengaruhi oleh
faktor konsentrasi tegangan Peterson yang besar pada alat pasak. Hal inilah yang
membuat diameter poros conveyor ini pada akhirnya menjadi lebih besar.
Selain itu juga memperhitungkan kelenturan poros itu sendiri yang sangat
berhubungan dengan diameter poros itu sendiri. Namun selain itu pada kelenturan ini
dipengaruhi oleh resultan gaya yang terjadi pada poros itu sendiri dan jarak beban
terhadap bantalan.
BAB IV
PENUTUP
.4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dikerjakan ternyata dalam poros suatu conveyor,
selain terkena beban puntir karena pengaruh putaran poros pada saat bekerja juga
terkena beban lentur karena adanya beban 100kg yang menindihnya.
Dimana dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk conveyor guna mengangkut
beban 100kg diperoleh: Daya conveyor 0,3 Kw dan:
a) Moment puntir (T) : 5850 kgmm
b) Tegangan geser (a) : 4,8 kg/mm2
c) Gaya reaksi
RH1 : 505,5 kg
RH2 : 414,5 kg
Rv1 : 149,5 kg
Rv2 : 150,5 kg
d) Momen lentur
MH1 : 50550 kgmm
MH2 : 41450 kgmm
MH3 : 41450 kgmm
Mv1 : 14950 kgmm
Mv1 : 15050 kgmm
Mv1 : 15050 kgmm
e) Momen lentur gabungan
MR1 : 52714,4kgmm
MR2 : 44097,7 kgmm
MR2 : 44097,7 kgmm
f) Diameter : 45mm
g) Defleksi puntiran : 0,02
h) Kelenturan : 4,1 mm/m
i) Tegangan pasak : 0,09 kg/mm2
4.2 Saran
Dalam perencaaan mesin kali ini adapun beberapa hal yang penulis berikan pada
semuanya, yaitu dalam merencanakan sebuah poros pada conveyor cobalah mengambil
untuk tingkat keamanan yang tinggi, demi kelancaran produksi nantinya. Terutama dalam
merencanakan poros kita harus berhati-hati.
Dalam hal ini alangkah lebih baik dalam merencanakan conveyor itu dilakukan
pembagian atau dengan kata lain spesialis. Yang mana orang tersebut bisa benar-benar
memperhitungkan dengan matang jenis alat apa yang efisien untuk conveyor dengan
beban tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Stolk, jack dkk.1993-1994. Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Jakarta:Erlangga.
Sularso dan Suga, Kyokatsu.1997. Dasar Perencanaan Mesin dan Pemilihan Mesin.
Jakarta:PT. Pradnya Pramita