Anda di halaman 1dari 13

Proses Metabolisme Energi dan Pengaturan Suhu di

Dalam Tubuh
Samsu Buntoro
102011194
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Terusan Arjuna No.6,Kebun Jeruk,Jakarta Barat.Tel.(021)56966593-4 Fax.(021)5631731
Email: boensamsu@yahoo.co.id
I.Pendahuluan
A. Latar belakang
Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah bergerak, melakukan respirasi, memerlukan
bahan makanan, dan beradaptasi. Demi kelangsungan hidupnya,beradaptasi merupakan hal
yang penting untuk dimiliki suatu makhluk hidup agar tidak punah. Kemampuan beradaptasi
ini berhubungan dengan lingkungan tempat makhluk hidup tersebut tinggal,salah satu contoh
beradaptasi terhadap lingkungan adalah suhu sekitar. Makhluk hidup terbagi menjadi 2
berdasarkan cara mereka beradaptasi terhadap suhu lingkungan yaitu makhluk hidup berdarah
panas dan makhluk hidup berdarah dingin. Makhluk hidup yang tergolong berdarah panas
adalah mamalia dan aves. Manusia tergolong makhluk hidup berdarah panas yang artinya,
dalam tubuh manusia harus memproduksi panas untuk beradaptasi dengan suhu sekitar. Lain
hal dengan makhluk hidup berdarah dingin, suhu tubuh mereka mengikuti suhu lingkungan
sekitar, contohnya reptile,amfibi dan ikan.
Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap suhu lingkungan
sekitarnya. Kemampuan ini diatur oleh pusat pengatur suhu yang ada di otak. Pada makalah
ini, kita akan membahas mengenai bagaimana metabolisme tubuh bekerja, pengaturan suhu
tubuh pada manusia serta beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengaturan suhu tersebut.
Tujuan penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan memahami bagaimana kerja
tubuh dalam mengatur suhu tubuh terhadap suhu lingkungan sekitar.

II.Pembahasan
1.Suhu dan Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan dari produksi panas dan pengeluaran
panas oleh tubuh. Panas tubuh yang dihasilkan oleh jaringan disalurkan ke permukaan kulit
melalui darah dan selanjutnya panas akan dilepaskan ke lingkungan sekitar tubuh. Core body
temperature atau suhu inti tubuh yang meliputi intrakranial, intrathoraks, dan intraabdominal
pada normalnya memiliki suhu normal 360C - 37,50C (970 F 99,50F). Suhu inti tubuh
mencapai titik tertinggi pada saat menjelang sore hingga malam dan suhu inti tubuh akan
menurun ke titik terendah saat subuh menjelang pagi hari. Suhu tubuh merupakan
perwujudan dari perbedaan antara produksi panas, pengeluaran panas, aktivitas tubuh dan
suhu lingkungan. Tubuh masih bisa berfungsi dalam rentang suhu dari 50C (48F) to
+50C (+122F). Walaupun demikian sel-sel dalam tubuh tidak dapat mentolerir ketika suhu
berada pada 1C (+32F) yang akan membentuk kristal es dan pada suhu +45C (+113F),
sel-sel protein akan menggumpal.1
Sebagian besar panas tubuh dihasilkan oleh jaringan inti yang terletak di dalam yaitu
otot dan pembuluh darah yang terisolasi dari lingkungan luar dan terlindungi dari
pengeluaran panas oleh lapisan luar subkutan jaringan dan kulit. Karena lapisan subkutan ini
berada diantara jaringan inti dan lingkungan luar,maka panas yang keluar dari tubuh harus
melalui lapisan subkutan ini. Ketebalan dari lapisan ini bergantung pada aliran darah. Pada
lingkungan yang hangat, aliran darah meningkat dan lapisan subkutan ini akan menipis
sehingga pengeluaran panas meningkat. Sedangkan pada lingkungan yang dingin,pembuluh
darah akan berkonstriksi dan aliran darah akan menuju ke kulit dan ke jaringan dasar
termasuk otot-otot superfisial pada leher dan badan. Hal ini akan menyebabkan
meningkatknya ketebalan lapisan luar dan membantu meminimalisir kehilangan panas tubuh.
Lapisan lemak subkutan ini cukup berperan dalam menahan panas tubuh karena
ketebalannya.1
Suhu pada rectal biasanya berada di rentang 37.3C (99.2F) sampai 37.6C (99.6F).
Suhu oral atau di mulut, biasanya lebih rendah 0.2C (0.36F) sampai 0.51C (0.9F) dari
suhu rectal. Pengukuran suhu melalui telinga juga dapat dilakukan dengan menggunakan
sensor infrared untuk mengukur aliran panas dari membran timpani dan canal telinga.
Pengukuran ini menjadi terkenal dan populer disebabkan karena kemudahan dan kemudahan
dalam pengukuran, dan metode ini mudah diterima oleh orang tua dan anak serta hemat
2

waktu ketika ingin melakukan pengukuran suhu anak. Namun,perdebatan mengenai metode
ini berkelanjutan dikarenakan beberapa sebab yaitu, ukuran dari alat pengukuran harus sesuai
dengan ukuran lubang telinga, alat infrared tersebut harus diarahkan ke membran timpani,
dan keberadaan cairan atau serumen di dalam telinga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.1
Suhu inti tubuh diatur oleh pusat pengaturan suhu yang ada di hipotalamus. Pusat ini
menyatukan input reseptor panas dan dingin yang terletak di seluruh tubuh dan mengeluarkan
output sebagai respon untuk menghasilkan panas tubuh atau mengeluarkan panas tubuh.
Thermostatic set point dari pusat pengaturan suhu tubuh diatur sehingga suhu inti tubuh
berjalan dalam rentang yang normal yaitu 36.0 (97.0F) to 37.5C(99.5F). Ketika suhu
tubuh mulai naik di atas set point, hipotalamus akan mengirim sinyal ke sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi untuk pengeluaran panas tubuh. Begitu juga sebaliknya, ketika suhu
tubuh berada di bawah set point maka akan merangsang produksi panas.1
2.Mekanisme Produksi Panas Tubuh
Metabolisme adalah sumber utama dari produksi panas tubuh. Setiap peningkatan 7%
pada metabolisme, maka akan menaikkan suhu tubuh sekitar 0.56C (1F)

Simpatetik

neurotransmitter, epinefirn dan norepinefrin yang dilepaskan ketika adanya peningkatan suhu
tubuh, diperlukan untuk bekerja di tingkat sel,yang akan mengganti metabolisme tubuh yang
semula menghasilkan energi menjadi menghasilkan panas. Ini merupakan salah satu alasan
mengapa saat orang demam, orang tersebut merasakan lemas dan kelelahan. Hormon tiroid
juga meningkatkan metabolisme sel tetapi respom ini biasanya memerlukan beberapa minggu
untuk bekerja secara maksimal. Peningkatan metabolisme hingga mencapai 45% atau lebih
merupakan tanda dari hipertiroidisme.1
Menggigil dan menggetarkan gigi saat dingin dapat membantu dalam memproduksi
panas tubuh hingga 3x sampai 5x lipat. Menggigil merupakan impuls dari hipotalamus.
Karena tidak ada kerja ekstenal tubuh,maka metabolisme tubuh akan dipakai untuk menggigil
sehingga terjadi produksi panas.1
3.Mekanisme Pengeluaran Panas Tubuh
Sebagian besar panas tubuh akan dikeluarkan dari darah melalui permukaan kulit ke
lingkungan sekitar. Kontraksi dari otot pilomotor di permukaan kulit sehingga membuat
rambut-rambut di permukaan kulit berdiri juga membantu menahan pengeluaran panas. Panas
dapat hilang dari tubuh melalui radiasi, konduksim dan konveksi dari permukaan kulit

melalui evaporasi dari keringat dan keringat yang tak terlihat yang menguap dan pengeluaran
panas melalui urin dan feses. Dari semua mekanisme pengeluaran panas ini, hanya
pengeluaran panas melalui permukaan kulit yang merupakan kontrol langsung dari
hipotalamus.1
4.Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lipid
Panas tubuh dihasilkan dari metabolisme yang terjadi dalam sel-sel tubuh.
Metabolisme ini meliputi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Dari ketiga
metabolisme ini,yang paling utama adalah metabolisme karbohidrat sedangkan kedua
metabolisme lainnya akan bekerja ketika asupan karbohidrat kurang atau metabolisme
karbohidrat mengalami gangguan.
Karbohidrat dapat digolongkan menjadi 3 kelompok besar yaitu monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan gula yang paling sedeerhana yang
memiliki 6 karbon, contohnya :glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Oligosakarida adalah gula
yang memiliki 2-10 molekul gula sederhana, contohnya sukrosa dan maltosa(kedua gula ini
termasuk golongan disakarida). Polisakarida merupakan karbohidrat kompleks terdiri dari
beberapa molekul satuan gula sederhana. Beberapa dari golongan ini dapat dicerna yaitu pati
dan dekstrin, sedangkan yang lain tidak, seperti sellulosa dan hemisellulosa.2
Dari semua golongan karbohidrat tersebut yang paling utama yaitu golongan
monosakarida karena di dalam tubuh akan terjadi pemecahan karbohidrat dari polisakarida
menjadi monosakarida. Golongan monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, dan galakstosa.
Karbohidrat yang kita makan akan masuk ke dalam tubuh untuk dicerna dan diserap oleh
usus. Di usus, karbohidrat yang diserap dalam bentuk monosakarida. Galaktosa dan fruktosa
yang telah diserap usus selanjutnya akan dibawa ke hati untuk dirombak menjadi glukosa.
Meskipun demikian, di dalam darah masih terdapat fruktosa dan galaktosa dalam kadar yang
sedikit.3
Sebelum glukosa dapat digunakan oleh jaringan sel tubuh, glukosa ini harus
ditranspor melewati jaringan membran sel ke sitoplasma sel. Namun, glukosa tidak dapat
dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel karena berat molekul yang dapat
berdifusi melewati membran adalah 100 sedangkan glukosa memiliki berat molekul 180.Oleh
karena itu, difusi terfasilitasi diperlukan dalam hal ini agar glukosa dapat masuk ke dalam
sitoplasma. Dalam hal ini kerja hormon juga ikut mempengaruhi difusi terfasilitasi glukosa
4

yaitu hormon insulin. Ketika insulin disekresi oleh pankreas, transpor glukosa masuk ke
dalam sel-sel meningkat 10 kali atau lebih daripada transpor tanpa ada insulin yang
disekresi.3
Setelah masuk ke dalam sel,glukosa akan bergabung dengan fosfat menjadi glukosa6-fosfat. Fosforilasi ini diregulasi oleh enzim glukokinase di hati dan heksokinase di sebagian
besar sel lain. Fosforilasi dari glukosa ini bersifat irreversible kecuali di dalam sel hati, sel
epitel tubular ginjal dan sel epitel usus halus, ketiga sel-sel ini memiliki enzim glukosa
fosfatase yang ketika aktif dapat membalikkan reaksi fosforilasi.3
Setelah diabsorbsi ke dalam sel,glukosa dapat digunakan sebagai energi oleh sel atau
dapat di simpan dalam bentuk glikogen. Semua sel tubuh dapat menyimpan glikogen
setidaknya dalam jumlah yang sedikit, tetapi sel tertentu yang dapat menyimpan glikogen
dalam jumlah besar adalah sel-sel di hati yang dapat menyimpan lebih dari 5%- 8% glikogen
dari beratnya dan juga sel-sel otot yang dapat menyimpan 1%-3% glikogen dari beratnya. 3
Reaksi pembentukkan glikogen adalah
dilihat pada Gambar.1, dari glukosa-6-fosfat bisa
fosfat.

Selanjutnya,

glukosa-1-fosfat

glikogenesis.
menjadi

Dapat
glukosa-1diubah

menjadi uridin difosfat glukosa yang


akhirnya akan diubah menjadi glikogen.

Komponen

kecil tertentu seperti asam laktat, gliserol

dan

asam

piruvat,

Reaksi

bisa

diubah

menjadi

pemecahan

menjadi glukosa disebut glikogenolisis.


hasil pemecahan glikogen tersebut dapat

glukosa.3

glikogen
Glukosa

dari

digunakan

untuk memproduksi energi. Glikogenolisis


tidak terbentuk dari proses kebalikan dari
reaksi pembentukkan glikogen melainkan setiap molekul glukosa pada tiap cabang dari
glikogen polimer akan dipotong oleh fosforilasi yang dikatalis oleh enzim fosforilase. Dalam
kondisi istirahat, fosforilase akan berada dalam bentuk inaktif, sehingga glikogen akan tetap
disimpan. Ketika dibutuhkan, fosforilase akan diaktifkan terlebih dahulu untuk membentuk

glukosa dari glikogen. Proses ini dapat terjadi dengan berbagai cara yaitu aktivasi fosforilase
oleh epinefrin atau oleh glukagon.3
Epinefrin dilepaskan oleh adrenal medullae ketika sistem saraf simpatik dirangsang.
Oleh karena itu, salah satu fungsi sistem saraf simpatis adalah untuk meningkatkan
ketersediaan glukosa untuk metabolisme energi yang cepat. Fungsi dari epinefrin terjadi di
kedua sel hati dan otot, sehingga memberikan kontribusi bersama dengan efek lain dari
simpatik stimulasi, untuk mempersiapkan tubuh untuk bertindak.3
Glukagon adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel alfa pankreas ketika konsentrasi
glukosa darah terlalu rendah. Hal ini merangsang pembentukan siklik AMP terutama dalam
sel hati, dan mendorong konversi glikogen hati menjadi glukosa,dan melepaskan glukosa ke
dalam darah, sehingga meningkatkan konsentrasi glukosa darah.3
Glikolisis merupakan reaksi yang paling penting dalam hal menghasilkan energi dari
molekul glukosa. Glikolisis berarti pemecahan molekul glukosa menjadi 2 molekul asam
piruvat. Dalam rangkaian ini, glukosa akan diubah menjadi piruvat secara aerob dan
menghasilkan 8 ATP. Rangkaiannya adalah glukosa menjadi glukosa 6-P dengan enzim
glukokinase atau heksokinase. Proses ini memerlukan ATP dan Mg 2+. Glukosa 6-P akan
diubah menjadi fruktosa 6-P dengan enzim isomerase. Kemudian fruktosa 6-P akan diubah
menjadi fruktosa 1,6 bisfosfat dengan enzim fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan enzim
kunci yang penting dalam pengauran kecepatan glikolisis. Kemudian Fruktosa 1,6 bisfosfat
akan diubah menjadi gliseraldehid-3P + DHAP. Kemudian Gliseraldehid-3P diubah menjadi
1,3 bisfosfogliserat dengan enzim gliseral-3P dehidrogenase. Proses ini memerlukan NAD +
dan Pi serta menghasilkan 3 ATP melalui rantai pernapasan. Selanjutnya 1,3 bisfosfogliserat
akan diubah menjadi 3 fosfogliserat dengan fosfogliserat kinase. Proses ini memerlukan Mg 2+
dan menghasilkan 1 ATP. 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan enzim
mutase dan kemudian 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenolpiruvat (PEP) dengan enzim
enolase. PEP akan diubah menjadi 2 piruvat dengan enzim piruvat kinase dan menghasilkan 1
ATP dan akhirnya piruvat nantinya akan dioksidasi lebih lanjut melalui SAS.4

Tahap selanjutnya dari pemecahan glukosa dinamakan dengan siklus asam sitrat
dimana bagian asetil dari asetil-koA akan didegradasi menjadi karbon dioksida dan atom
hidrogen. Reaksi ini terjadi di matriks mitokondria. Perhatikan Gambar 3. di bagian atas
kolom yang siklus dimulai dengan asam oksaloasetat, dan di bagian bawah rantai reaksi,
asam oksaloasetat terbentuk lagi. Dengan demikian, siklus dapat terus berulang.3
Pada tahap awal dari siklus asam sitrat, asetil-KoA bergabung dengan asam
oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Sebagian koenzim dari asetil CoA-dilepaskan dan
dapat digunakan lagi dan lagi untuk pembentukan lebih lanjut jumlah asetil-CoA dari asam
piruvat. Atom hidrogen dilepaskan selama reaksi kimia dari asam sitrat siklus sebanyak 4
hidrogen atom selama glikolisis, 4 selama pembentukan asetil-CoA dari asam piruvat, dan 16
dalam siklus asam sitrat. Total 24 atom hidrogen dilepaskan untuk setiap molekul glukosa.
Namun, atom hidrogen tidak dilepaskan begitu saja ke dalam intraseluler cairan. Sebaliknya,
7

20 dari 24 atom hidrogen segera bergabung dengan nikotinamida adenin dinukleotida


(NAD +), turunan dari vitamin niasin. Reaksi ini tidak akan terjadi tanpa intermediasi
dehidrogenase tertentu atau tanpa ketersediaan NAD + untuk bertindak sebagai pembawa
hidrogen.

Dapat dilihat di Gambar 4 reaksi kedua hidrogen bebas ion dan hidrogen terikat
dengan NAD + selanjutnya masuk ke dalam beberapa
reaksi kimia oksidatif yang membentuk ATP
dalam jumlah besar. Atom hidrogen yang tersisa berjumlah

4 atom nantinya akan

bergabung dengan dehidrogenase spesifik. Dari


keseluruhan proses ini, total ATP yang terbentuk adalah
sebanyak 38ATP dari pemecahan 1 melokul
glukosa dan menghasilkan karbon dioksida dan air sebagai hasil akhir pemecahan tersebut.3
Glukosa selain dapat diubah menjadi energi dan disimpan dalam bentuk glikogen,
dapat juga diubah menjadi lemak. Ketika glukosa tidak diperlukan untuk pembentukan
energi, glukosa yang terus menerus masuk ke dalam sel, akan diubah mejadi glikogen atau

diubah menjadi lemak. Ketika daya tampung sel untuk glikogen menjadi jenuh, glukosa
tambahan lainnya akan diubah menjadi lemak di hati dan sel lemak dan disimpan sebagai
lemak di sel lemak.3
Ketika cadangan karbohidrat(glukosa) tubuh menurun di bawah normal, maka gliserol
dan asam amino akan membantu untuk mencukupi cadangan karbohidrat(glukosa) tersebut.
Proses ini dinamakan glukoneogenesis. Glukoneogenesis penting untuk mencegah turunnya
gula darah selama puasa. Hati memegang peran utama dalam mengatur kadar gula darah
selama puasa dengan mengubah glikogen menjadi glukosa dan mensintesis glukosa dari
laktat atau asam amino. Sekitar 25% produksi glukosa di hati berasal dari glukoneogenesis.
Sekitar 60% asam amino di dalam tubuh dapat dengan mudah diubah menjadi glukosa
sedangkan 40% lainnya memiliki pengaturan kimia sangat sulit untuk diubah menjadi
glukosa. Setiap asam amino diubah menjadi glukosa dengan proses kimia yang berbeda
contohnya, alanin akan diubah langsung menjadi asam piruvat dengan proses deaminasi,
selanjutnya asam piruvat diubah menjadi glukosa atau disimpan dalam bentuk glikogen.3
Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber atau cadangan energi, komponen
membran, bahan baku hormon, surfaktan, asam lemak esensial, komponen lipoprotein, dan
insulator suhu dan listrik. Lemak digolongkan menjadi asam lemak jenuh dan tidak jenuh.
Asam lemak esensial terdiri dari asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakhidonat. Asam
lemak ini tidak dapat disintesis oleh tubuh dan berfungsi dalam menjaga fluiditas membran,
integritas membran, menghasilkan eikosanoat, DHA, dan fungsi reproduksi. Lipid dalam
makanan terutama dalam bentuk trasilgliserol, akan dihidrolisis menjadi monoasilgliserol dan
asam lemak di usus, yang kemudian akan mengalami re-esterifikasi di mukosa usus. Di sini,
lipid ini akan dikemas bersama dengan protein dan disekresikan ke dalam sistem limfe lalu ke
aliran darah sebagai kilomikron, yaitu suatu lipoprotein plasma terbesar. Tidak seperti
glukosa dan asam amino, triasilgliserol tidak serap langsung oleh hati. Senyawa ini mulamula dimetabolisme oleh jaringan yang mengandung lipoprotein lipase yang menghidrolisis
triasilgliserol, dan membebaskan asam lemak yng kemudin masuk ke dalam lipid jaringan
atau dioksidasi sebagai bahan bakar. Sisa kilomikron dibersihkan oleh hati. Sumber utama
lain asam lemak rantai panjang adalah sintesis(lipogenesis) dari karbohidrat di jaringan
adiposa dan hati.5
Sintesis de novo asam lemak terjadi bila ada kelebihan kalori. Sumber atom C untuk
sintesis asam lemak adalah karbohidrat makanan. Jalur utamanya adalah sebagai berikut:
9

karbohidrat makanan glukosa glikolisis EM piruvat masuk mitokondria


menghasilkan asetil-koA dan oksaloasetat asam sitrat masuk sitosol menghasilkan
asetil-koA dan oksaloasetat. Asetil-koA berperan sebagai senyawa awal sitesis de novo asam
lemak.
Tahap awal sintesis de novo asam lemak adalah reaksi dari asetil-koA menjadi
malonil-koA. Proses ini membutuhkan ATP, biotin, dan HCO 3-. Enzim regulator yang
berperan adalah asetil koA-karboksilase yang merupakan regulator alosterik dan terdiri atas
protein multienzim (biotin karboksilase, carrier biotin karboksil, dan transkarboksilase).
Regulasi asetil-koA karboksilase meningkat oleh insulin dan pada diet tinggi karbohidrat,
sedangkan menurun pada saat kelaparan, puasa, DM, dan diet tinggi lemak. Proses ini juga
membutuhkan NADPH yang sumbernya didapat dari HMP Shunt, enzim malat, dan isositrat
dehidrogenase ekstramitokondria.
Triasilgliserol jaringan adiposa adalah cadangan bahan bakar utama tubuh.
Pembentukan TAG memerlukan enzim asil transferase dan fosfohidrolase. Gliserol-3P akan
bereaksi dengan asil-koA dengan enzim asil transferase menghasilkan 1-asil-gliserol-3P yang
kemudian akan bereaksi dengan asil-koA dengan enzim asil transferase lagi dan
menghasilkan 1,2 diasil-gliserol P (asam fosfatidat). Asam fosfatidat akan diubah dengan
enzim fosfohidrolase menjadi 1,2 diasil-gliserol (digliserida) dan akan bereaksi dengan
monoasil-gliserol beserta dengan asil ko-A menjadi TAG dengan bantuan enzim asil
transferase. Senyawa ini dihidrolisis(lipolisis) untuk melepaskan gliserol dan asam lemak
bebas ke dalam sirkulasi. Gliserol merupakan suatu substrat untuk glukoneogenesis. Asam
lemak diangkut dalam keadaan terikat pada albumin serum, asam-asam ini diserap oleh
sebagian besar jaringan(kecuali otak dan eritrosit) dan diesterifikasi menjadi asilgliserol atau
dioksidasi sebagai bahan bakar. Di hati, triasilgliserol yang berasal dari lipogenesis, asam
lemak bebas, dan sisa kilomikron disekresikan ke sirkulasi dalam bentuk lipoprotein
berdensitas sangat rendah.(very low density lipoprotein,VLDL). Oksidasi parsial asam lemak
di hati menyebabkan terbentuknya badan keton(ketogenesis). Badan keton diangkut ke
jaringan ekstrahepatik, tempat badan-badan keton ini bekerja sebagai bahan bakar dalam
keadaan puasa lama dan kelaparan.5
Protein yang dicerna dan diserap berasal dari 2 bagian yaitu eksogen yang berasal dari
makanan dan endogen yang merupakan produk pemecahan dalam tubuh. Asam amino diserap
ke dalam sel epitel usus dan kemudian ke darah melalui mekanisme transport aktif.
10

Sedangkan peptida-peptida kecil yang diangkut oleh jenis pembawa berbeda, diuraikan
menjadi asam-asam amino oleh amino peptida yang terdapat di brush border sel epitel.
5.Metabolisme Basal Tubuh
Metabolisme basal(Basal Metabolism Rate,BMR) adalah energi minimum yang
digunakan oleh tubuh saat puasa, istirahat dan kondisi suhu standar. Metabolisme basal
merupakan suatu konstanta dari total energi yang diperlukan dan sebagian besar untuk
mempertahankan suhu tubuh dan tegangan otot. Oleh karena itu,BMR berkaitan dengan
bobot otot dan luas permukaan tubuh tempat panas hilang dengan pengecualian bagi orangorang yang obesitas. Hormon tiroid memiliki efek terbesar terhadap laju metabolisme.
Karena sekresi tiroid menurun dengan bertambahnya usia, anak-anak memiliki laju
metabolisme lebih tinggi daripada orang tua. Adanya perbedaan menurut jenis kelamin,
bukan karena perbedaan metabolismenya tetapi karena umumnya wanita lebih gemuk
daripada pria.BMR pada pria dewasa sekitar 1700 kkal dan pada wanita 1500 kkal.6
Orang yang akan diukur energi basal metabolismenya harus memenuhi kondisi yang
ditentukan. Orang yang bersangkutan dalam kondisi istirahat total baik fisik maupun mental,
sehingga otot-otot dalam keadaan istirahat, kelenjar,jantung, paru-paru tidak bekerja dalam
aktivitas tinggi dan alat pencernaan dalam keadaan istirahat.Cara perhitungan besarnya energi
basal metabolisme dikemukakan oleh Harris dan Benedict dengan rumus yaitu: untuk lakilaki : H=66,4730 + (13,7516xW)+(5,0033xS)-(6,7550xA) dan untuk wanita : H=655,0955 +
(9,5634xW)+(1,8496xS)-(4,6756xA).Dimana H adalah produksi panas dalam 24 jam(kalori),
W adalah berat badan(kg), S adalah tinggi badan(cm) dan A adalah umur(tahun). Pada
umunya untuk mudah dan praktisnya dalam memperhitungkan energi basal metabolisme
dipakai patokan BMR=Kalori/kg berat badan/jam, meskipun cara ini agak kasar.2

6.Peningkatan Suhu Tubuh


Ada 2 macam sebutan keadaan dimana suhu tubuh meningkat daripada normalnya
yaitu demam dan hipertermia. Demam adalah perubahan set point oleh pusat pengaturan di
hipotalamus. Sedangkan pada hipertermia, set point tidak berubah tetapi mekanisme yang
mengontrol suhu tubuh menjadi kurang efektif sehingga suhu tubuh menjadi meningkat dari
normal.1

11

Mekanisme dari demam adalah peningkatan suhu tubuh yang diakibatkan oleh
cytokine yang mengubah set point dari pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Demam akan
berhenti apabila penyebab peningkatan set pointnya dihilangkan. Demam yang diatur oleh
hipotalamus biasanya tidak terjadi peningkatan suhu di atas 410C(105,80F), hal ini karena
adanya safety mechanism pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila suhu naik di
atas 410C(105,80F), biasanya dikarenakan adanya aktivitas tambahan seperti kejang,
memasuki keadaan hipertermia atau adanya gangguan pada pusat pengaturan tubuh.1
Pyrogens adalah substansi eksogen atau endogen yang menyebabkan demam.
Pyrogens eksogen adalah derivat dari luar tubuh yang meliputi bakteri, atau mikroorganisme.
pyrogens eksogen ini menginduksi sel induk untuk memproduksi mediator demam yang
disebut pyrogens endogen. Penelitian telah mengenali sedikitnya 3 substansi kimia yang
bertindak sebagai pyrogens endogen yaitu interleukin-1, interleukin-6, dan faktor tumor
nekrosis. Mediator kimia ini disebut dengan cytokine, yang disintesis oleh beberapa tipe sel
tubuh termasuk sel endotel, sel epitel, limfosit, fibroblas, dan monosit. Pyrogens endogen
inilah yang mengubah dan menaikkan set point dari pusat pengaturan suhu tubuh di
hipotalamus. Demam yang berawal dari pusat saraf pusat kadang-kadang disebut juga demam
neurogenik. Demam ini disebabkan adanya kerusakan pada hipotlamus, pendarahan di dalam
otak atau adanya peningkatan tekanan intrakranial. Demam neurogenik memiliki karakteristik
yaitu demam dengan suhu tinggi dan bersifat resisten terhadap obat antipiretik dan tidak
berkaitan dengan berkeringat.1

III.Penutup
a.Kesimpulan
Pada skenario E, seorang wanita sudah minum obat warung namun demamnya tidak
sembuh, hal ini diakibatkan wanita tersebut menderita demam neurogenik yang bersifat
resisten teradap obat antipiretik.

12

Daftar Pustaka
1. Heyman GH, Porth CM.Pathophysiology. 7th ed.Philadelphia:Lippincott Williams and
Wilkins;2004.p.
2.Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi.12th ed.Yogyakarta :Kanisius;2010. h.202.
3.Guyton, Arthur C.Textbook of medical physiology.11th ed.Pennsylvania:Elsevier Inc;
2006.p.830
4. Campbell MK, Farrell SO. Biochemistry. 7th ed. Belmont: Cengage Learning; 2011.p.533540.
5.Murray RK, Granner DK, Rodwell VW.Biokimia harper.27th ed.Jakarta:EGC;2009.p.95-158
6.Makfoeld D, Marseno DW, Hastuti P.Kamus istilah pangan dan nutrisi.5th
ed.Yogyakarta:Kanisius;2006.h.222.

13

Anda mungkin juga menyukai