PENDAHULUAN
sehingga
diperlukan
pemeriksaan
penunjang
berupa
Volvulus merupakan salah satu kegawatan pada bayi dan anak. Volvulus
ini dapat menyebabkan oklusi terhadap proksimal usus dan obstruksi didalam
segmen tersebut (closed loop obstruction) serta berujung kepada strangulasi
dan nekrosis jaringan usus bila tidak tertangani segera, bahkan diikuti dengan
komplikasi berupa perforasi, peritonitis, sepsis hingga syok hipovolemia.
1,2
Oleh karena itu penting untuk mengetahui secara cepat diagnosis volvulus
dimana salah satunya adalah dengan pemeriksaan radiologi baik itu
pemeriksaan foto polos abdomen maupun dengan CT scan.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi dan radiologi organ abdomen,
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan radiologi,
diagnosis banding, komplikasi, dan penatalaksanaan volvulus.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai volvulus terutama pemeriksaan radiologi dalam menegakkan
diagnosis dan sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik
di bagian Radiologi RSUP DR. M Djamil Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk ke
berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Lambung
Terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.3
b) Usus halus
Usus halus atau Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus lambung dan berakhir pada sekum,
usus halus memiliki panjang sekitar 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang dan lapisan serosa. Ada 3 bagian utama pada usus halus yaitu :
Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya kira-kira 25 cm, berjalan
melengkung kekiri pada lengkungan kiri terdapat pankreas dan bagian
lengkungan kanan terdapat saluran empedu. Dinding duodenum mempunyai
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum memiliki panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian
atas yeyenum dengan panjang kira-kira 2-3 meter dan ileum dengan panjang
kira-kira 4-5 meter. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai
batas yang tegas ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum yang
disebnut Orifisium Ileosekalis, orifisium inii diperkuat oleh spinter yang
berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali
kedalam ileum.3
d) Sekum
Sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada ileum serta bagian kolon
asendens dari usus besar.3
e) Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
9
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.3
Embriologi Saluran Pencernaan
Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu
tabung sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung, pada saat ini,
berupa suatu pelebaran kerucut, sedangkan bakal sekum ditandai dengan
pelebaran yang asimetris. Pada usia janin bulan kedua dan ketiga, terjadi
suatu proses yang dapat menimbulkan cacat bawaan pada bayi dikemudian
hari. Intestinal fetal mengalami perkembangan yang pesat saat kehamilan
umur 4-8 minggu. Arteri mesenterika superior yang berfungsi memperdarahi
usus halus dan kolon proksimal berperan sebagai aksis rotasi. Usus tumbuh
dengan cepat, memperluas diri dan berada dalam tali pusat (umbilical coelom)
serta membentuk umbilical loop. Masih dalam perkembangan awal, umbilical
loop diposisikan dengan arah sagital (Gambar 2.1). Pada perkembangan
berikutnya, dapat terbentuk suatu duktus omfalomesenterik yang jika tidak
terkonstriksi akan menjadi kelainan Divertikulum Meckels.2,5,6
Sewaktu memanjang dan bergerak di umbilical ceolom, umbilical loop
berotasi sebanyak 90 searah jarum jam, sehingga umbilical loop berada di
posisi horizontal. Kira-kira minggu ke-5 dan 6, Umbilical loop terus
memanjang hingga mencapai panjang maksimum (Gambar 2.2). Kelainan
kongenital yang dapat terbentuk adalah omfalokel atau hernia umbilikalis. 5
10
Gambar 2.5
Gambar 2.6
5,6
11
Gambar 2.7
12
juga dapat ditemukan pada orang dewasa dengan etiologi dan faktor resiko
yang berbeda.
2.3.1 Volvulus Gaster
Volvulus gaster merupakan kasus yang jarang terjadi, namun merupakan
salah satu kasus kegawatan karena menyebabkan inkarserata dan strangulasi.
Volvulus gaster oleh Singleton diklasifikasikan berdasarkan aksis putaran
volvulus tersebut yaitu : 8
1. Organoaksial
Gaster
berotasi
mengelilingi
aksis
yang
menghubungkan
2. Mesenterikoaksial
Pada tipe mesenterikoaksial, antrum pilorus berotasi kearah anterior
dan superior sehingga permukaan posterior gaster berada di anterior.
Volvulus
gaster
tipe
ini
tidak
berhubungan
dengan
defek
13
1,6
Gambar 2.9
15
16
Gambar 2.10 Sekum letak tinggi akibat malrotasi saat masa embriologi;
disertai Ladds Bands yang menyebabkan obstruksi
duodenum13(10)
17
tidak memasuki faring sehingga tidak terjadi pengeluaran isi lambung) dan
pipa nasogastrik yang tidak dapat masuk hingga ke lambung.8,9,10
Sedangkan volvulus gaster yang kronis bermanifestasi nyeri dan cepat
merasa kenyang saat makan. Pasien juga mengeluhkan adanya sulit napas,
nyeri dada dan disfagia. Karena gejala ini tidak khas maka pasien seringkali
didiagnosis dengan ulkus peptikum dan kolelithiasis.8
Volvulus gaster pada anak kurang dari 5 tahun menyebabkan manifestasi
klinis berupa muntah yang tidak berwarna kehijauan (nonbilious emesis),
distensi pada bagian epigastrium dan nyeri perut, sedangkan pada bayi kurang
dari 1 tahun juga disertai penurunan nafsu makan dan kegagalan tumbuh
kembang.16(14)
Berbeda dengan volvulus pada gaster, manifestasi klinis yang khas dari
volvulus sekum adalah tanda tanda obstruksi saluran cerna, disertai distensi
abdomen dan timpani abdomen. Diagnosis volvulus sekum jarang ditegakkan
melalui gejala klinis, 50% ditegakan melalui gambaran radiologi dengan
karakteristik coffe bean atau tear drop (bascule) appearances.1
Pasien dengan volvulus sigmoid, kolon transversal dan sekum
menunjukan gejala yang hampir sama. Manifestasi klinis utama yang sering
dikeluhkan adalah nyeri perut, distensi perut disertai tidak bisa flatus dan
buang air besar (konstipasi kronis). Pada volvulus sigmoid, episode gejala
yang pertama dapat hilang atau sembuh sendiri. Namun gejala tersebut dapat
timbul kembali. Setiap episode volvulus, basis mesokolon akan semakin
menyempit sehingga pada episode berikutnya volvulus lebih mungkin terjadi
kembali dan sulit untuk kembali.1,17(15)
Kasus volvulus pada bayi, manifestasi klinis yang sering terjadi dan
merupakan gejala khas serta ditemukan di 77-100% kasus meliputi adanya
penurunan nafsu makan dan muntah berwarna kehijauan (bilious vomiting).
Pertimbangkan diagnosis yang diarahkan ke volvulus akibat malrotasi midgut
hingga terbukti adanya penyebab lain. Pada anak yang lebih besar, gejala
sifatnya tidak jelas meliputi muntah kronis dengan kram perut. Gejala lain
yang muncul diantaranya adanya gangguan tumbuh kembang, konstipasi
kronis, diare lendir darah dan muntah darah. Anak dengan gejala tersebut
18
19
20
21
dengan
22
Prognosis
23
sebagian besar lewat melalui udara, seperti paru paru terlihat hitam pada
gambar.21
Syarat foto polos abdomen :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.11.3 Indikasi
Dalam sakit perut akut, foto polos abdomen biasanya merupakan
pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG,
CT Scan dan IVP digunakan untuk mencari masalah yang lebih spesifik.21
Dalam keadaan akut, abdominal x-ray digunakan untuk mendiagnosa:
1. Obstruksi usus
2. Perforasi saluran cerna
3. Pankreatitis
4. Batu ginjal atau batu empedu
5. Impaksi faeces
2.11.4 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak, tetapi, jika mungkin, perut sinarX harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita
hamil untuk mencegah paparan radiasi.
Foto polos abdomen tidak diindikasikan untuk :
1. Nyeri perut samar-samar pusat.
2. Gastroenteritis.
25
3. Haematemesis.
4. Stenosis pilorus.
5. Usus buntu tanpa komplikasi
6. Sembelit kronis, encopresis atau enuresis 22
2.11.5 Teknik Pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto polos
abdomen. Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan
untuk menghidanri terjadinya artefak pada film dan memakai perlindungan
untuk daerah gonad, terutama untuk pria. Lengan pasien diletakkkan di
samping tubuh.
Teknik radiografi abdomen 3 posisi merupakan teknik radiograf
yang saling berhubungan dan kompleks. Teknik pemotretan ini
menggunakan proyeksi sebagai berikut:20
1. Proyeksi antero-posterior (AP)
Proyeksi ini untuk menampakkan struktur abdomen dari arah
anterior (depan). Teknik pemotretannya yaitu :
Penderita tiduran atau berdiri menghadap sumber sinar, kedua
lengan diletakkan di samping tubuh dengan kedua bahu simetris.
Bila penderita tiduran, mid sagital plane (MSP) tubuh diatur tepat
pada pertengahan meja pemeriksaan dan di bawah knee diberi
pengganjal. Jikalau penderita berdiri kedua kaki harus lurus dan
punggung harus menempel kaset.
Pusat sinar diarahkan setinggi crista iliaka dengan
mengaccu batas atas sinar pada diafragma dan batas bawah pada
simpisis pubis. Arah sumbu sinar tegak lurus kaset dengan jarak
fokus ke film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi
dan tahan napas.
26
LLD
ini
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
27
28
29
Pre-peritoneal fat
30
adanya
obstruksi
usus,
termasuk
volvulus.
31
Gambar 2.13 Barium Meal Lambung pada Posisi Supinasi. Mukosa lambung
diselubungi dengan barium dan didistensi dengan udara. Fundus posterior berisi
barium yang pekat. Bagian asendens duodenum didistensi oleh udara, sementara
bagian desendens berisi barium.26
Gambar 2.14 Foto Polos dan Kontras Volvulus Gaster; gambar menunjukan
distensi gaster mengisi hemitoraks bagian kiri dan mendesak
mediastinum (gambar kiri)
Gambar menunjukan
gaster
32
dapat
menyebabkan
distensi
dari
bulb
Gambar 2.17 Foto Polos Volvulus Sekum dan Sigmoid. Coffee bean
appearance; gambaran di tengah bawah abdomen terlihat
dilatasi usus; khas pada volvulus sekum dan sigmoid.25
Gambar 2.18 Barium Meal Usus Halus Normal. Barium masih tertinggal di
lambung.26
34
Gambar 2.20 Gambaran Barium Enema pada Kolon Sigmoid dan Rektum.
Perhatikan bagian rektum. Gambaran ini diambil secara oblik.26
35
Gambar 2.21 Foto kontras khas pada dan sekum volvulus sigmoid.25
Berdasarkan penelitian, volvulus sigmoid paling sering terjadi diantara
volvulus lainnya. Volvulus sigmoid ditegakan melalui gambaran radiologi
foto polos abdomen dimana menggambarkan karakteristik "omega" atau
"inverted loop". Pada kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat
menunjukan adanya gambaran "beaked apperances" yaitu gambaran seperti
paruh burung di bagian kolon sigmoid.
CT Scan pada Volvulus
Gambar 2.22 CT Scan Axial pada Abdomen Bagian Atas. Rugae lambung
diperlihatkan dengan jelas (dibandingkan dengan gambaran barium meal).
Perhatikan posisi abdomen, melewati secara anterior di bawah lobus kiri hepar,
dan sisi anteromedial lien. Lapisan lemak antara struktur tersebut muncul sebagai
gambaran hitam pada CT.26
36
Gambar 2.23 CT Scan Axial melewati lobus kanan hepar pada tingkat kandung
empedu. Pada tingkat ini juga terdapat bagian utama pankreas dan lien. Vena
Splenikus terlihat jelas pada bagian posterior sampai ujung pankreas.26
Gambar 2.24 CT Scan Axial dengan kontras pada rongga peritoneum untuk
meperlihatkan pangkal mesokolon transversum, pangkal mesenterium usus halus,
omentum besar, dan duodenocolic ligament.26
37
38
39
40
Gambar
2.27
gambaran
radiologi
abdomen
posisi
supinasi
41
Gambar 2.28 Barium Enema : Ulserasi mukosa difus yang luas pada usus besar,
disertai hilangnya pola haustrae normal pada kolitis ulseratif.28
BAB III
KESIMPULAN
42
43