Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar
membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa
pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan
dengan gaya hidup sesorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya kasus-kasus penyakit
infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun sekarang bergeser pada
penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan teratas (Ramadha,
2009).
Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur
18 tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31,7%, prevalensi stroke di Indonesia sebesar
8,3%, prevalensi penyakit jantung di Indnesia adalah 7,2% dan prevalensi DM di Indonesia
adalah 1,1%. Prevalesnsi penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur
responden (Riskesdas, 2007). Upaya paling baik untuk mengurangi kasus penyakit
degeneratif adalah melalui upaya pencegahan. Pencegahan yang paling baik adalah dengan
merubah faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif, yaitu dengan memperbaiki
pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik. Faktor risiko ini meningkat seiring dengan
perubahan gaya hidup seperti kebiasaan makan masyarakat kearah konsumsi makanan
tinggi lemak dan gula dan jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga
(sedentary) (Depkes, 2010). Secara nasional hampir separuh penduduk (48,2%) kurang
melakukan aktifitas fisik. Kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat di provinsi
Kalimantan Timur (61,7%) dan provinsi Riau (60,2%). Prevalensi kurang aktifitas fisik
dibawah rata-rata nasional terdapat di Nusa Tenggara Timur (27,3%), Sulawesi Tengah
(39,4%), dan Bengkulu (40,1%) (Riskesdas, 2007). Menurut kelompok umur, kurang
aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun keatas (76%) dan umur 10
40 tahun (66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibanding laki-laki (41,4%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi
kurang aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik penduduk perkotaan (57,6%) lebih
tinggi dibanding pedesaan (42,4%) (Riskesda, 2007). Gaya hidup sangat berpengaruh
terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya

perilaku hidup sehat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Gaya hidup
berpengaruh ada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kasehatan fisik
dan psikis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Gaya hidup sehat dilakukan dengan
tujuan agar hidup lebih panjang dan menghindari berbagai macam penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
a) Bagaimana pengaruh penyakit degeneratif pada para pekerja terhadap pekerjaan?
b) Bagaimana cara pencegahan penyakit degeneratif?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui dampak penyakit degenereatif pada pekerjaan.
b.
Mengetahui cara pencegahan penyakit degeneratif.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan:
1) Dapat memberi informasi kepada masyarakat khususnya para pekerja agar dapat
lebih memperhatikan pola hidup, meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan
terhadap penyakit-penykait degeneratif.
2) Dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit degenerative agar dapat lebih meningkatkan
kualitas hidup para pekerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini
terjadi seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara
medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel tubuh
manusia tanpa sebab yang jelas, yaitu dari keadaan normal ke keadaan yang lebih buruk.

Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit yang
dipengaruhi oleh faktor genetik.
Ada beberapa penyakit yang dahulu dimasukkan ke dalam penyakit degeneratif,
tetapi sekarang diketahui mempunyai suatu dasar gangguan metabolik, toksik dan nutrisi
(defisiensi zat tertentu) atau disebabkan suatu jenis virus. Dengan berkembangnya ilmu,
memang banyak penyakit yang dulu penyebabnya tidak diketahui akhirnya diketahui
sehingga tidak termasuk dalam bagian penyakit degeneratif. Sedangkan penyakit yang
penyebabnya tidak diketahui dan mempunyai kesamaan dimana terdapat disintegrasi yang
berjalan progresif lambat dari sistem susunan saraf dimasukkan ke dalam golongan ini.
Istilah yang agak membingungkan yaitu pemakaian yang tidak konsisten dari istilah
atrofi dan degeneratif, dua istilah ini digunakan pada penyakit degeneratif. Spatz
mengatakan bahwa gambarannya secara histopatologis berbeda. Atrofi gambaran khasnya
berupa proses pembusukan dan hilangnya neuron dan tidak dijumpai produk degeneratif,
hanya jarak antar sel yang melebar dan terjadi fibrous gliosis. Degeneratif menunjukkan
proses yang lebih cepat dari kerusakan neuron, mielin dan jaringan dengan akibat
timbulnya produk-produk degeneratif dan reaksi fagositosis yang hebat dan gliosis selular.
Jadi perbedaan atrofi dan proses degeneratif yaitu pada kecepatan terjadinya dan tipe
kerusakannya. Banyak penyakit yang merupakan proses degeneratif ternyata diketahui
kemudian penyebabnya adalah proses metabolik. Tetapi ternyata pada kejadian atrofi, ada
beberapa yangdasarnya adalah gangguan metabolik juga.

2.2. Jenis jenis Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif sangat banyak jenisnya. Berbagai referensi menyebutkan lebih
dari 50 jenis penyakit degeneratif. Berikut adalah beberapa jenis penyakit degeneratif yang
berhubungan dengan konsumsi makanan atau zat gizi tertentu:
2.2.1. Obesitas
Adalah kelebihan berat badan dari berat badan ideal/normal dengan standar
BMI/IMT (Index Massa Tubuh) > 30 kg/m2.
Pencegahan Obesitas:

a.
b.
c.
d.

Gizi : Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.


Hindari konsumsi alkohol berlebihan.
Hindari stress/depresi/frustrasi/kebosanan
Berolahraga secara teratur : lakukan latihan aerobik minimal 30 menit per hari,
selama 3 kali seminggu ; tingkatkan aktivitas fisik misalnya jalan kaki ke

e.

kantor, naik tangga di dalam kantor.


Stop merokok.

2.2.2. Kolesterol
Dalam tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat yang biasa disebut LDL
(Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat menempel pada pembuluh darah.
Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein)
merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol normal
dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan kandungan LDL harus dicegah agar
tetap dalam keadaan normal.
2.2.3. Penyakit Jantung
Paling sering adalah penyakit jantung koroner (PJK). Koroner adalah arteri-arteri
yang melingkari jantung seperti mahkota (crown/coroner) yang berfungsi menyuplai
nutrisi dan oksigen bagi otot jantung. PJK timbul jika 1 atau lebih arteri koroner
mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan komponen lain (pembentukan
plak) pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
(angina), terutama selama olahraga dimana otot jantung banyak membutuhkan oksigen.
Proses aterosklerosis dapat mulai terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga pencegahan
PJK harus diperhatikan sejak dini. Tanda-tanda awal PJK antara lain adalah hipertensi dan
kolesterol tinggi.
2.2.4. Osteoporosis
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka, agar kepadatan tulang
terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi kalsium yang banyak terdapat dalam susu.
Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk menyerap kalsium semakin
berkurang. Maka, sebaiknya Anda membiasakan diri atau anak Anda untuk minum susu

setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium
pada usia muda.
Kaum muda, seringkali mereka berpikir tidak perlu lagi mengkonsumsi susu yang
dianggap sebagai makanan anak kecil. Atau karena berpikir tulang tidak dapat tumbuh lagi
sehingga mereka enggan minum susu. Memang, pada umumnya tulang berhenti tumbuh
saat usia 16-18 tahun, tetapi bukan berarti kita tidak perlu lagi memperhatikan kesehatan
tulang, karena fungsi tulang sangat penting bagi tubuh.
Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung pada berat badan dan
aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsium yang dibutuhkan lebih
banyak.
Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium. Kalsium tidak hanya terdapat
pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup tulang, sayuran hijau seperti bayam dan
kacang-kacangan adalah salah satu sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat
dihasilkan tubuh kita, maka penting untuk minum susu dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium.
2.2.5. Stroke
Terjadi saat aliran darah ke otak terganggu atau berkurang secara hebat, sehingga
otak tidak mendapat oksigen dan makanan. Stroke terbagi terbagi menjadi dua:
a.

Stroke Iskemik, disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pada
pembuluh darah otak. Merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai

(80%).
b. Stroke Hemoragik, disebabkan pecahnya pembuluh darah dalam otak, darah yang
berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan penekanan dan kerusakan sel otak.
Tanda dan Gejala (berlangsung mendadak), berikut adalah tanda dan gejalanya:
a.

Baal, lemah atau lumpuh di wajah, kaki atau tangan, biasanya pada satu sisi

b.
c.
d.
e.

badan.
Sulit berbicara atau memahami pembicaraan (afasia).
Penglihatan buram, terganggu atau pandangan ganda.
Kehilangan keseimbangan atau koordinasi badan.
Sakit kepala hebat, dapat disertai leher kaku, nyeri wajah, nyeri di daerah antara

f.

kedua mata, muntah atau gangguan kesadaran.


Gangguan daya ingat, orientasi atau persepsi.

Pencegahan stroke:

a. Hindari atau kendalikan faktor risiko di atas.


b. Diet sehat untuk otak.
c. Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung kalium, folat dan
d.
e.
f.
g.

antioksidan.
Makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang.
Makanan kaya kalsium.
Kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai.
Makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya salmon, makerel dan tuna.

Faktor risiko penyakit stroke adalah:


a. Riwayat stroke dalam keluarga.
b. Usia, semakin lanjut usia, semakin tinggi risiko stroke.
c. Jenis kelamin, lebih banyak wanita yang meninggal akibat stroke dibandingkan
d.
e.
f.
g.
h.
i.

dengan pria.
Ras, ras kulit hitam lebih tinggi risiko stroke dibandingkan ras lain.
Hipertensi.
Hiperkolesterolemia.
Merokok.
Diabetes Mellitus.
Obesitas, dll.

2.2.6. Asam Urat


Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal
dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel
dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal
dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat
purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut
berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin.
Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau
karena penyakit tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran)
dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada
menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar
asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian
sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga
kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi
penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi
sehingga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung purin.
a. Gejala asam urat:
1) Kesemutan dan linu
2) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3) Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar
biasa pada malam dan pagi.
b. Solusi mengatasi asam urat:
1. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar normalnya
adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.
2. Kontrol makanan yang dikonsumsi.
3. Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat membantu
membuang purin yang ada dalam tubuh.
c. Makanan yang dihindari (mengandung banyak purin):
1) Lauk pauk seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
2) Makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting.
3) Makanan kaleng seperi kornet dan sarden.
4) Daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental.
5) Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti tempe,
6)

tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping.
Sayuran seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus, kembang kol,

buncis.
7) Buah-buahan seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa.
8) Minuman dan makanan yang mengandung alkohol seperti bir, wiski, anggur, tape,
tuak.
2.2.7. Hipertensi
Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada baiknya
Anda mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Tekanan darah yaitu tekanan yang
dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat
dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya
adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri
akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut
tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan
saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering
juga disebut tekanan bawah.

Jika pembuluh dara menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan
meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga
akan meningkat.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi.
Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang
dapat di kendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor
tersebut antara lain:
a. Keturunan
Faktor ini tidak bisa di kendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah
tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi.
b. Usia
Faktor ini tidak bisa di kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Gaya hipup sehat di
anjurkan untuk mengurangi resiko.
c. Garam
Faktor ini bisa di kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat
pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan,
orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
d. Kolesterol
Faktor ini bisa di kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
e. Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa di kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat
badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
f. Stres
Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
Faktor ini bisa di kendalikan.
g. Rokok

Faktor ini bisa di kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein
Faktor ini bisa di kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman
cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i. Alkohol
Faktor ini bisa di kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
j. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa di kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan
darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita
tekanan darah tinggi.
Untuk mencegah penyakit hipertensi ini adalah dengan mengendalikan penyebab.
Adapun pencehgahan yang berhubungan dengan makanan adalah urangi konsumsi
garam dalam makanan, konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan
kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi,
makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat,
wortel, melon, dan jeruk, kendalikan kadar kolesterol, kendalikan diabetes.
2.2.8. Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Diantara penyakit degeneratif, diabetes mellitus (DM) adalah salah satu di antara
penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. WHO menaksir
bahwa lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus.
Diperkirakan 1,1 juta orang-orang meninggal akibat diabetes pada tahun 2005.
Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara yang mengalami
peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan
gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
diabetes melitus. Hampir separuh kematian diabetes terjadi pada penduduk yang berusia di
bawah 70 tahun, 55% diantaranya adalah wanita.

10

Di Indonesia peningkatan jumlah penderita diabetes melitus bahkan lebih cepat


dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. WHO menyimpulkan bahwa di
Indonesia, penderita diabetes melitus menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan diatasnya India, China dan
Amerika Serikat. Beberapa penelitian di Bali, 2005 menunjukkan bahwa insiden DM di
masyarakat mencapai lebih dari 13,5% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat
seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Temuan tersebut
semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat serius (Depkes.go.id, 2005).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 (insulindependent diabetes mellitus) yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas.
Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus tipe-2 (noninsulin-dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk
berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi
insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes melitus
tipe-2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus
diabetes di seluruh dunia (Depkes.go.id, 2005).
Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, dengan rajin
mengontrol kadar gula darah. Kontrol yang ketat ini bisa mencegah terjadinya komplikasi
pada pasien diabetes. Penyakit diabetes melitus dapat dihindari apabila setiap individu
melakukan tindakan pencegahan, antara lain mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat
menimbulkan penyakit diabetes yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya
obesitas, merokok, stres, hipertensi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu
usia di atas 45 tahun keatas, faktor keturunan, ras, riwayat menderita diabetes gestasional,
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg dan jenis kelamin.
Namun dalam hal ini, khususnya di Indonesia, faktor risiko terbesar penyebab
diabetes adalah obesitas (Depkes.go.id, 2005). Analisis yang dilakukan di Jakarta melihat
adanya korelasi yang bermakna antara obesitas dengan kadar gula darah. Obesitas secara
tersendiri tidak sampai menimbulkan diabetes, walaupun jelas dapat menaikkan kadar gula
darah. Mekanisme hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko diabetes, sampai saat ini
masih belum jelas benar. Yang sudah diketahui adalah bahwa diabetes melitus mempunyai
etiologi multifaktorial dengan obesitas sebagai salah satu faktornya (Sarwono, 1996).

11

Faktor risiko kedua yang dapat dimodifikasi yaitu merokok. Merokok merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena merokok dapat menimbulkan
kematian. Bila pada tahun 2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada
tahun 2010 akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang yang akan meninggal karena
merokok. Di Indonesia, 70% penduduknya adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah
tangga, 57 persennya memiliki anggota yang merokok yang hampir semuanya merokok di
dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Artinya, hampir semua orang di
Indonesia ini merupakan perokok pasif (Depkes.go.id, 2005)..
Faktor risiko ketiga yang dapat dimodifikasi yaitu stres. Stres memang faktor yang
dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara mental tetapi
juga fisik. Penelitian terbaru membuktikan komponen kecemasan, depresi dan gangguan
tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan
pria. Para ahli dari Karolinska Institute Swedia menemukan, pria yang memiliki tingkat
stres psikologisnya tinggi tercatat memiliki risiko dua kali lipat menderita diabetes tipe-2
dibandingkan mereka yang tingkat stres psikologisnya rendah.
Faktor keempat adalah hipertensi. Di Amerika telah meneliti hubungan antara
tekanan darah dengan diabetes tipe 2 dan menemukan bahwa wanita yang memiliki
tekanan darah tinggi berisiko 3 kali terkena diabetes dibandingkan dengan wanita yang
memiliki tekanan darah rendah. Dari beberapa studi ditemukan adanya hubungan yang erat
antara hipertensi dengan diabetes tipe 2, namun hanya ada sedikit infomasi mengenai
hubungan antara tingkat tekanan darah dan diabetes tipe 2 yang terjadi sesudahnya. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa wanita yang memiliki hipertensi, berisiko 3 kali lipat
menjadi diabetes dibandingkan dengan wanita yang memiliki tekanan darah optimal
(Escardio, 2007).
Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada individu
yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan
berat badan) dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan. Meskipun program ini
tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan
di negara-negara dengan sumber daya terbatas. Sedangkan pencegahan sekunder,
merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang.
Programnya meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes,
pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine program menurunkan atau
menghentikan kebisaaan merokok (Depkes.go.id, 2007).

12

2.3. Hubungan Gizi dengan Penyakit Degeneratif


Salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif adalah karena perolehan zat
gizi mikro dan makro yang tidak seimbang. Pola makan yang salah meningkatkan resiko
penyakit ini. Dari beberapa jenis penyakit di atas dapat kita simpulakan bahwa sebagian
besar di pengaruhi oleh konsumsi makanan. Masyarakat sekarang gemar mengkonsumsi
makanan manakan tinggi lemak seperti goreng gorengan, junk food, makanan
makanan instan. Kandungan Junk food mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam
dan gula, serta bermacam-macam additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine
dengan kadar yang tinggi. Oleh sebab itu daya tahan tubuh akan menurun dan
meningkatkankan resiko penyakit ini terutama karena konsumsi lemak dan gula berlebih.
Makanan yang kita konsumsi akan membentuk antioksidan yang penting untuk
melindungi tubuh. Dari asal terbentuknya antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni
intraseluler ( didalam sel) dan ekstraseluler (diluar sel) atau pun dari makanan. Dari sini
aktioksidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni:
a.

Antioksidan Primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas
baru. Ia mengubah radikal bebas menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya,
sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh anti aksidan ini adalah enzim SOD
yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel sel tubuh serta mencegah proses
peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita.
Namun bekerjanya membutuhkan bantuan zat zat gizi meneral seperti mangan, seng,
tembaga. Selenuum (Se) juga berperan sebagai antipksidan. Jadi, jika ingin menghambat
gejala penyakit degeratif, mineral mineral tersebut hendaklah tersedia cukup dalam

makanan yang dikonsumsi setiap hari.


b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan ini berfungsi untuk menangkap senyawa oksidan serta mencegah
terjadinya reaksi berantai. Contoh anti oksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, beta
karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.
Kanker esofagus dan kanker lambung juga berhubungan dengan keadaan gizi
kurang. Kenyataannya, hampir semua studi mengenai diet dengan kanker lambung, telah
menemukan efek protektif dari konsumsi sayuran dan buah-buahan, dan bahkan dalam
percobaan in vitro pembentukan komponen N-nitriso dapat ditekan seminim mungkin oleh
antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C.

13

c.

Antioksidan Tersier
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel sel jaringan yang disebabkan
oleh radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA. Enzim ini berguna untuk
mencegah penyakit kanker. Percobaan telah mendukung teori bahwa mengkonsumsi
antioksidan yang memadai dapat mengurangi berbagai penyakit degeratif.

2.4. Pencegahan Penyakit Degeneratif


Faktor-faktor resiko utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan yang
tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, stress serta konsumsi rokok (oksidan). Pada pola
makan yang tidak sehat misalnya mengkonsumsi makanan berlemak jenuh seperti junk
food serta makanan berkolestrol lainnya. Modernisasi pekerjaan yang serba elektronik
mendorong banyaknya jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga sehingga
berkurang aktifitas fisik. Peningkatan pemasaran dan penjualan produk tembakau yang
marak pada negara-negara dengan pendapatan rendah hingga sedang sangat berperan
dalam menjadikan konsumsi rokok sebagai faktor risiko penyakit degeneratif. Karena itu,
ada tiga cara upaya-upaya pencegahan penyakit degeneratif, yakni melakukan pola makan
yang baik, olah raga yang teratur, dan tidak mengkonsumsi rokok.
Pendekatan lain yang banyak diambil pemerintah di berbagai negara karena
menguntungkan bagi pemerintah dalam penanggulangan penyakit degeratif adalah
penerapan

pajak

tembakau,

penggunaan

garam

pada

makanan

olahan,

dan

mengembangkan pola makanan sekolah.


Cara orang-orang Jepang mencegah penyakit degeneratif adalah banyak
mengkonsumsi ikan. Penduduk Jepang setiap hari mengonsumsi ikan dan rumput laut.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu protein ikan setingkat dengan mutu
protein daging, sedikit di bawah mutu protein telur dan di atas mutu protein serelia dan
kacang-kacangan. Ikan adalah sumber protein dan memiliki kandungan asam lemak
omega-3 yang mempunyai peran dalam pencegahan penyakit generatif, seperti jantung
koroner, diabetes, tekanan darah tinggi, stroke, kanker. Mengkonsumsi ikan sejak usia
muda juga dapat menunjang perkembangan kesehatan dan kecerdasan otak.
Sebagian masyarakat di Indonesia rajin mengkonsumsi kedelai bubuk sebagai
terapi nutrisi untuk Penyakit Degeneratif, seperti hipertensi, stroke, diabetes dan
kegemukan. Bubuk kedelai mengandung banyak vitamin dan mineral serta unsur-unsur

14

lainnya yang terkandung didalamnya. Kedelai bubuk banyak digunakan orang untuk
meningkatkan vitalitas kebugaran dan imunitas daya tahan tubuh, serta mencegah
gangguan pencernaan.
Selain itu, lebih sering mengkonsumsi makanan olahan sendiri dengan bahan
bahan yang alami, segar dan tanpa bahan pengawet lebih dianjurkan daripada
mengkonsumsi masakan cepat saji dan kalengan. Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan segar juga dapat membantu suplai antioksidan untuk memperlambat proses
penyakit degeneratif tersebut.
Konsumsi makanan sehat masih kurang jika tidak diimbangi dengan aktivitas tubuh
yang cukup. Karena itu, diperlukan olahraga yang teratur dan pergerakan yang cukup
untuk membuang kelebihan kalori dan membuang sisa-sisa metabolisme tubuh serta
memperlancar aliran darah. Dianjurkan minimal berolahraga 30 menit dalam sehari.
Selain konsumsi makanan dan olahraga, istirahat yang cukup serta mengurangi
stress juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan berbagai pernyakit degeneratif dan
penyakit lainnya. Karena tubuh manusia juga harus beristirahat untuk mengembalikan
vitalitas fungsi berbagai organ tubuh yang akan kembali digunakan keesokan harinya. Jika
tubuh kurang istirahat dan banyak mendapatkan stress maka berbagai fungsi tubuh akan
menurun, seperti tingkat konsentrasi, fungsi imun tubuh dan sebagainya, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit. Karena itu dibutuhkan waktu minimal 8
jam sehari untuk tidur yang baik pada jam yang tepat dan kegiatan-kegiatan penunjang
seperti refreshing, hobi, kegiatan rohani dan lainnya untuk mengurangi stress, sehingga
paparan tubuh terhadap oksidan bisa diminimalisir.

15

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini
terjadi seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara
medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf
tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih
buruk.
Beberapa jenis penyakit degeneratif antara lain: osteoporosis, stroke, penyakit
jantung, asam urat, DM, kolesterol, obesitas, dll.
Salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif adalah karena perolehan zat
gizi mikro dan makro yang tidak seimbang. Pola makan yang salah meningkatkan resiko
penyakit ini. Dari beberapa jenis penyakit di atas dapat kita simpulakan bahwa sebagian
besar di pengaruhi oleh konsumsi makanan. Masyarakat sekarang gemar mengkonsumsi
makanan manakan tinggi lemak seperti goreng gorengan, junk food, makanan
makanan instan. Selain pola asupan makanan, faktor lain seperti kurangnya olahraga dan
tingginya tingkat stress membuat penyakit degenerative ini lebih mudah terjadi.
3.2. Saran
Dalam kenyataannya sekarang ini, penyakit degeneratif yang biasa dialami oleh
orang lanjut usia ternyata sudah dialami pada usia relatif muda. Tentunya hal ini berkaitan

16

dengan pengaturan pola makan yang tidak benar. Untuk itu perlu kita upayakan pemberian
pola makan yang benar sejak bayi balita dan seterusnya dalam pola yang seimbang.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangan kami harapkan guna untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan kerja pada Puskesmas
kawasan/sentra industri. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 038/MENKES/SK/I/2007.
Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2007.
International Commission on Occupational Health. International code of ethics for occupational
health professionals. ICOH. 2002.
Kusumawati Yuli. 2009. Konsultasi Gizi Untuk Menerapkan Terapi Diet Bagi Penderita Penyakit
Degeneratif pada Kelompok Ibu-ibu PKK Dusun Prayan Gumpang Kecamatan Kartasura.
Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja. Prigen: IDKI
1999.

Ramadha W. 2009. Gaya Hidup pada Mahasiswa Penderita Hipertensi.


Dikutip dari, http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 29 Desember
2014 .
Riskesdas. 2007. Gizi dan PolaHidup Sehat. Bandung; CV Yrama Widya.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta; Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Derpartemen Pendidikan Nasional.
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC.

17

WHO. Global Database on Body Mass Index an interactive surveillance tool


for monitoring nutrition transition. Word Health Organization 2006.

Anda mungkin juga menyukai