Rp 18.000.000,00 / 12 = Rp 1.500.000,00
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasaal 25 setiap bulan pada
tahun 2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00.
Beberapa Masalah / Kasus Untuk Menghitung Besarnya PPh Pasal 25
Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh
Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak
yang lalu.
Contoh 2 :
Tuan Dias menyampaikan SPT Tahunan PPh 2009 pada bulan Maret 2010. Angsuran
PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2009 adalah Rp 1.000.000,00.
Maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2010
masing-masing adalah : Rp 1.000.000,00.
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Januari
dan Februari 2010 masing-masing adalah : Rp 1.000.000,00.
Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun
pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.
Contoh 3 :
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak 2007 yang disampaikan Wajib Pajakdalam bulan Maret
2008, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus adalah sebesar Rp
1.250.000,00. Dalam bulan Juli 2008 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak tahun pajak
2007 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp
2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka besarnya angsuran pajak
mulau bulan Agustus 2008 adalah sebesar Rp 2.000.000,00. Penetapan besarnya
angsuran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama, lebih besar
atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT).
Hal-Hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25
Direktur Jendral Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan bersarnya angsuran
pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, apabila :
Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.
Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.
SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan seterlah lewat batas waktu yang
ditentukan.
Wajib Pajak memberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh.
Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan
Contoh 4 :
Penghasilan PT Dira tahun 2009 adalah sebesar Rp 250.000.000,00. Sisanya
kerugian tahun 2007 yang masih dapat dikopensasikan adalah sebesar Rp
300.000.000,00. Sisa kerugian yang belum dikompensasikan sebesar RP
50.000.000,00.
Pada tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar Rp
8.000.000,00 dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri.
Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25
adalah sebesar Rp 250.000.000,00 Rp 50.000.000,00 = Rp 200.000.000,00.
PPh Terutang
28% x Rp 200.000.000,00
= Rp 56.000.000,00
PPh dipotong atau dipungut
= Rp 8.000.000,00
Rp 48.000.000,00
Besarnya angsuran pajak bulanan PT Dira tahun 2010
= 1/12 x Rp 48.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Contoh 5 :
Pada tahun 2009, Abas memperoleh penghasilan teratur sebesar Rp 52.000.000,00.
Sedangkan penghasilan tidak teratur Abas tahun 2009 adalah sebesar Rp
18.000.000,00.
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan Pajak penghasilan Pasal 25
pada tahun 2010 Abas adalah hanya dari penghasilan teratur saja sebesar Rp
52.000.000,00.
Contoh 6 :
PT Luwes yang bergerak dibidang konveksi dalam tahun 2009 membayar angsuran
bulanan sebesar Rp 18.000.000,00. Pada bulan Juli 2009 pabrik milik PT Luwes
terbakar. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak, mulai bulan Agustus
2009 dapat disesuaikan menjadi lebih kecil daripada Rp 18.000.000,00.
Contoh 7 :
PT Trendy yang bergerak di bidang konveksi dalam tahun 2009 membayar angsuran
bulanan sebesar Rp 27.000.000,00. Mulai bulan Mei PT Trendy mengalami
peningkatan penjualan yang sangat besar dan diperkirakan penghasilan kena
pajaknya akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu,
berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak mulai bulan Agustus 2009 dapat disesuaikan
menjadi lebih besar daripada Rp 27.000.000,00
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru, Bank, BUMN, BUMD, dan wajib
Pajak Tertentu Lainnya
Sesuai Pasal 25 ayat (7) UU PPh, penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP baru, BUMN,
Contoh 8 :
PT Almond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai wajib pajak pada awal
bulan juni 2009. Selama bulan Juli penjualan PT Almond sebesar Rp 100.000.000,00
dan biaya-biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 60.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa Juni 2009 adalah sebagai berikut :
Penjualan Rp 100.000.000,00
Biaya
Rp 60.000.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 40.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan
(12 x Rp 40.000.000,00)
Rp 480.000.000,00
PPh Terutang
28% x Rp 480.000.000,00 =
Rp 134.400.000,00
Rp 134.000.000,00 / 12 = Rp 11.200.000,00
Untuk bulan berikutnya sampai dengan penyampaian SPT Tahunan dihitung lagi PPh
Pasal 25 tiap-tiap bulan seperti pada perhitungan di atas.
Contoh 9 :
Setiawan mulai usaha bengkel 3 Februari 2009, penerimaan bruto bulan Februari
2009 Rp 40.000.000,00. Persentase Norma Penghitungan misalnya untuk usaha
bengkel motor 22,5%. Setiawan nikah dan mempunyai 2 anak.
Penghitungana PPh Pasal 25 :
Penghasilan neto bulan Februari
(22,5% x Rp 40.000.000,00) Rp 9.000.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 9.000.000,00
Rp 108.000.000,00
PTKP (K/2)
Rp 18.480.000,00
Penghasilan Kena Pajak
Rp 89.520.000,00
PPh Terutang
5% x Rp 50.000.000,00 =
Rp 5.000.000,00
15% x Rp 39.520.000,00 =
Rp 5.928.000,00
Rp 10.928.000,00
PPh Pasal 25 bulan Februari :
Rp. 10.928.000,00/12=Rp. 910.666,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau sewa guna
usaha dengan hak opsi (financial lease), adalah sebesar jumlah Pajak Penghasilan
yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut
laporan keuangan triwulan terahir yang disetahunkan dikurangi pajak Penghasilan
Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang
lalu,dibagi 12 (dua belas).
Contoh 10:
PT Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April s.d.Juni 2009 menunjukan
penghasilan neto Rp.250.000,00.
Penghasilan PPh Pasal 25 untukmasa Juli, Agustus, September 2009 adalah sebagai
berikut:
Penghasilan neto triwulan
Rp. 250.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan
4 x Rp. 250.000.000,00
Rp. 1.000.000.000,00
PPh Terutang
28% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 280.000.000,00
PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2009:
Rp. 280.000.000,00/12 =Rp. 23.333.333,00
Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh Pasal 25 tiap-tiap triwulan seperti
pada perhitungan di atas.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, adalah besar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut rencana kerja dan Anggaran
pendapatan (RKAP) tahun pajak yangbersangkutan yang telah disahkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan
PPh Pasal 22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri
tahunpajak yang lalu, dibagi 12.
Dalam hal Rencana Kerja dan Angsuran Pendapatan (RKAP) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulanbulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25
bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
Menurut RKAP Tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja bangkit (sebuah BUMD
yang dimiliki Pemerintah Yogyakarta) diperkirakan mempunyai penghasilan neto
sebesar Rp 1.000.000.000,00. Kredit Pajak (PPh Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24