Disusun Oleh:
Nama/ No Mhs
Kelompok
: IV
: Aji Wijayanto
Asisten
: Marni Mansur
Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika suatu bahan dibebani oleh beban siklik yang berturut-turut dan
berkesinambungan maka bahan tersebut akan mengalami kerusakan struktural
lokal dan progresif. Bahan akan mengalami kelelahan dalam menanggung
beban tersebut yang dinamakan dengan fatigue. Maka dari itu, kita perlu
menentukan bahan yang memiliki tingkat kelelahan yang rendah sebagai bahan
baku misalnya dalam pembuatan suatu bangunan. Sehingga kita dapat
meminimalisir bahaya yang bisa terjadi jika suatu bahan itu mengalami fase
retak dan akhirnya patah.
Setiap material mempunyai daya lelah atau fatigue seperti manusia, jika
manusia dapat terlihat dan terukur sedangkan pada bahan tidak dapat terlihat
tetapi fatigue dapat diukur. Fatigue bisa terjadi ketika ada perlakuan berupa
tekanan, torsi, lekukan, tarikan dorongan yang berulang-ulang pada bahan.
Perlakuan pada bahan ini membuat bahan mengalami retak sehingga akan
terjadi patah. Untuk itu penting bagi umat manusia untuk mempelajari ilmu
tentang fatigue untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti dalam
pembuatan jembatan dibutuhkan material yang mempunyai daya tahan yang
lama terhadap lelah. Oleh sebab itu dalam percobaan ini material logam diberi
perlakuan tekukan untuk mengukur daya tahannya. Pengukuran kelelahan
(fatigue) yang akan kita lakukan adalah memberikan satu siklus gaya secara
berulang-ulang pada suatu bahan uji (berupa kawat) dari tidak patah hingga
patah, kemudian dilihat berapa banyaknya siklus yang terjadi melalui alat
pencacah.
B. Tujuan
Mengukur daya tahan suatu bahan logam (kawat/kabel) terhadap
perlakuan tekukan.
BAB II
DASAR TEORI
Kelelahan bahan atau fatigue terjadi ketika sebuah bahan telah mengalami
siklus tegangan, gaya atau suhu yang menghasilkan kerusakan yang permanen.
Pola pemberian beban yang dikenakan pada bahan dapat bermacam-macam
bentuknya. Pemberian beban berulang dikatakan sebagai sebuah siklus.
Berikut beberapa siklus tegangan yang diberikan pada bahan :
tegangan
- tekan
tarik +
siklus
Tegangan tarik dan tekan tidak sama, sehingga pola siklus tidak teratur
atau acak. Pola acak ini terjadi karena simpangan tegangan saat tarik dan tekan
tidak sama, sehingga fluktuasi tegangan rerata tidak bernilai nol.
a
m
m in
m ak
tarik +
- tekan
tegangan
siklus
tarik dan tekan tidak sama. Dengan kata lain, fluktuasi tegangan rerata tidak nol,
namun hanya mendekati nol.
tegangan
- tekan
tarik +
siklus
BAB III
METODE EKSPERIMEN
A. Alat dan Bahan
1. Cord Bending Fatigue Tester
2. Step Down Transformer (220---100 VAC)
3. Bahan kawat atau kabel dengan berbagai diameter
4. Obeng
5. Jangka sorong
B. Tata Laksana
1. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Sudut Tekukan ()
a. Bahan berupa kabel diukur terlebih dulu diameter intinya, kemudian
dimasukkan pada penjepit (clamp).
b. Kabel dijepit dengan support plate dan dikencangkan , lalu bagian lower
clamp dikencangkan.
c. Jarak antara support plate dan lower clamp diukur sebagai atau panjang
tekukan.
d. Kedua ujung bebas kabel dijepit dengan penjepit, kemudian counter diset
pada posisi nol.
e. Motor dihidupkan dengan menaikkan main switch dan strart
f. Bila kabel putus motor otomatis akan berhenti , main swith diturunkan
dan nilai cacah pada counter dicatat.
g. Percobaan di atas diulangi untuk nilai sudut yang berbeda (15,20,25)
C. Skema Alat
D. Analisa Data
Persamaan awalnya adalah:
=
dengan:
= jumlah siklus
= konstanta fatigue
= sudut tekukan
= panjang tekukan
= diameter bahan
, , = tetapan
m x
b. Variasi panjang ()
ln = ln + ln + c ln d + ln 2
m x
1 =
+ + ln 2 = 2
2 =
+ + ln 3 = 3
3 =
BAB IV
HASIL EKSPERIMEN
A. Data Hasil Eksperimen
1. Variasi sudut tekukan
= 35 mm; = 0,130 mm
(o derajat)
n (cacah)
15
50
20
17
25
n (cacah)
30
35
23
40
119
(cacah)
0.085
0.145
22
0.175
33
B. Grafik
1. Grafik pada variasi sudut tekukan
C. Hasil Perhitungan
Dari grafik didapatkan nilai-nilai :
1. Untuk variasi sudut tekukan
m = a = -4.90
C1= 17.29
2. Untuk variasi jarak tekukan
m = b = 11.66
C2 = -38.29
3. Variasi diameter kabel
m = c = 4.03
C3 = 10.65
Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:
1 = 4,95
2 = 5,61017
3 = 4,89101
= 4.95 (4,90) (38,29) 10,65
BAB V
PEMBAHASAN
Patah yang terjadi pada komponen konstruksi akibat pembebanan yang
berulang-ulang (beban dinamis) disebut patah lelah atau fatigue. Mekanisme patah
lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal terjadinya retakan (crack initiation),
tahap penjalaran retakan (crack propagation) serta patah akhir atau patah statis
akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu lagi menerima beban.
Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah sulit. Kesukaran ini
disebabkan oleh banyaknya factor yang mempengaruhi umur lelah. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1.Beban
2.Kondisi material
3.Proses pengerjaan
4.Bentuk dan ukuran komponen
5.Temperatur operasi
6.Kondisi lingkungan
Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus tegangan yang
dicapai sampai spesimen atau komponen patah. Dengan demikian umur total
tersebut telah mencakup pula tahap awal retakan dan penjalaran retakan yang bila
telah cukup jauh penjalarannya akan menyebabkan patah menjadi dua. Selain itu
data kelelahan lain yang penting adalah laju penjalaran retakan (crack growth
rate). Laju penjalaran retakan inilah yang datanya dapat dipakai untuk
memperkirakan umur lelah.
pemusatan
tegangan.
Pengaruh
adanya
takikan
terhadap
kelelahan
4. praktikan juga dapat mempunyai gambaran dari data yang telah didapatkan
sedangkan kelemahanya yaitu
BAB VI
APLIKASI DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KE DEPAN
Dewasa ini semakin marak terjadinya permasalahan pada dunia
penerbangan di Indonesia. Seringkali kita lihat di televisi maupun di surat kabar
tentang kecelakaan pesawat ataupun masalah internal pada maskapai penerbangan
(permasalahan birokrasi ataupun kebangkrutan suatu maskapai). Dalam tulisan ini
saya akan lebih menjelaskan (dengan kemampuan dan pemahaman yang saya
tahu) mengenai hubungan antara peranan kondisi material yang sering dipakai
pada pesawat dengan penyebab kecelakaan pesawat.
Ketidakpastian yang dihadapi industri pesawat terbang sampai 40 tahun
lalu adalah pada kondisi material pesawat. Pemakai dan produsen sama-sama
tidak tahu persis, penyebab yang pasti seringnya terjadi kecelakaan pesawat
(apalagi dengan maskapai penerbangannya).Dalam hal ini, unsur material,
merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses yang potensial
menjadi penyebab kecelakaan bila tidak dikelola dengan benar. Akibatnya
memang bisa fatal, kecelakaan pesawat terbang dapat terjadi karena kerusakan
konstruksi pesawat yang tak terdeteksi.
Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan
perkakas. Titik rawan kelelahan ini biasanya p ada sambungan antara sayap dan
badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang
mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas
maupun mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara
(uplift) yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung
empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan
(crack).
Titik rambat, terkadang dimulai dari ukuran yang sangat kecil
(missal:0,005 milimeter) itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan
fatigue yang semakin panjang, sehingga mesin tidak mudah jebol. Dengan
ditemukannya komposit yang makin sempurna, motor motoGP disetiap tahun
seolah mengalami evolusi yang sempurna karena motor makin kencang, namun
makin memiliki daya tahan yang semakin tinggi. Namun riset mengenai material
di dunia balap motoGP tidaklah murah, untuk membangun sebuah motor saja
diperlukan dana sekitar 100 milyar rupiah. Padahal dibutuhkan pula dana
perawatan dan riset berkelanjutan, hal inilah yang membuat balap motoGP mahal.
BAB VII
KESIMPULAN
Fatigue bukan merupakan kejadian patahnya suatu bahan, tapi merupakan
proses menuju patah.
Fatigue terjadi karena pengulangan, oleh karena itu fatigue sangat erat
kaitannya dengan siklus dan besarnya tegangan atau tekanan (stess) yang
diberikan berulang-ulang.
Hasil analisa grafik didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
Dari grafik didapatkan nilai-nilai :
1. Untuk variasi sudut tekukan
m = a = -4.90
C1= 17.29
2. Untuk variasi jarak tekukan
m = b = 11.66
C2 = -38.29
3. Variasi diameter kabel
m = c = 4.03
C3 = 10.65
Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:
1 = 4,95
2 = 5,61017
3 = 4,89101
Dari eksperimen kali ini juga didapatkan persamaan umur fatigue bahan
adalah:
DAFTAR PUSTAKA
elista.akprind.ac.id/.../2990_Bab_07_Mekanika_Perpatahan_III.ppt
daryono.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Perpatahan-dan-Kelelahan.ppt
i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6361
http://sagabanget.wordpress.com/2009/12/04/penelitian-struktur-jembatan-sstomang-dan-ss-pluit-jalan-tol-dalam-kota
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Variasi sudut tekukan ; = 35 mm dan = 0,130 mm
ln
ln n
15
50
2.71
3.91
20
17
2.99
2.83
25
3.22
1.39
ln
ln n
30
3.40
1.39
35
23
3.56
3.14
40
119
3.69
4.78
ln
ln n
0.085
-2.46
0.69
0.145
22
-1.93
3.09
0.175
33
-1.74
3.49
m = c = 4.03
C3 = 10.6
Analisa / Perhitungan dari grafik
1. Pada variasi sudut tekukan:
ln = ln + ln + ln + ln 1
1
= = 4,90
1 = 17,29; = 35; = 0,130