Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA III


(MFS 3551)
PENGUKURAN KELELAHAN (FATIQUE)
(FZP-5)

Disusun Oleh:
Nama/ No Mhs

: Erwin Isna Megawati / 11978

Kelompok

: IV

Hari/ Tanggal Praktikum : Senin / 28 Maret 2011


Rekan Kerja

: Aji Wijayanto

Asisten

: Marni Mansur

Dosen Pembimbing

: Kuwat Triyana, Ph.D

LABORATORIUM FISIKA ZAT PADAT


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika suatu bahan dibebani oleh beban siklik yang berturut-turut dan
berkesinambungan maka bahan tersebut akan mengalami kerusakan struktural
lokal dan progresif. Bahan akan mengalami kelelahan dalam menanggung
beban tersebut yang dinamakan dengan fatigue. Maka dari itu, kita perlu
menentukan bahan yang memiliki tingkat kelelahan yang rendah sebagai bahan
baku misalnya dalam pembuatan suatu bangunan. Sehingga kita dapat
meminimalisir bahaya yang bisa terjadi jika suatu bahan itu mengalami fase
retak dan akhirnya patah.
Setiap material mempunyai daya lelah atau fatigue seperti manusia, jika
manusia dapat terlihat dan terukur sedangkan pada bahan tidak dapat terlihat
tetapi fatigue dapat diukur. Fatigue bisa terjadi ketika ada perlakuan berupa
tekanan, torsi, lekukan, tarikan dorongan yang berulang-ulang pada bahan.
Perlakuan pada bahan ini membuat bahan mengalami retak sehingga akan
terjadi patah. Untuk itu penting bagi umat manusia untuk mempelajari ilmu
tentang fatigue untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti dalam
pembuatan jembatan dibutuhkan material yang mempunyai daya tahan yang
lama terhadap lelah. Oleh sebab itu dalam percobaan ini material logam diberi
perlakuan tekukan untuk mengukur daya tahannya. Pengukuran kelelahan
(fatigue) yang akan kita lakukan adalah memberikan satu siklus gaya secara
berulang-ulang pada suatu bahan uji (berupa kawat) dari tidak patah hingga
patah, kemudian dilihat berapa banyaknya siklus yang terjadi melalui alat
pencacah.
B. Tujuan
Mengukur daya tahan suatu bahan logam (kawat/kabel) terhadap
perlakuan tekukan.

BAB II
DASAR TEORI
Kelelahan bahan atau fatigue terjadi ketika sebuah bahan telah mengalami
siklus tegangan, gaya atau suhu yang menghasilkan kerusakan yang permanen.
Pola pemberian beban yang dikenakan pada bahan dapat bermacam-macam
bentuknya. Pemberian beban berulang dikatakan sebagai sebuah siklus.
Berikut beberapa siklus tegangan yang diberikan pada bahan :

tegangan
- tekan
tarik +

1. Siklus tak beraturan (acak)

siklus

Tegangan tarik dan tekan tidak sama, sehingga pola siklus tidak teratur
atau acak. Pola acak ini terjadi karena simpangan tegangan saat tarik dan tekan
tidak sama, sehingga fluktuasi tegangan rerata tidak bernilai nol.

a
m

m in

m ak

tarik +
- tekan

tegangan

2. Siklus pembalikan tak sempurna

siklus

Tegangan tarik dan tekan dilakukan secara periodik dengan simpangan


(amplitudo) yang sama ,namun simpangan tegangan yang diberikan pada saat

tarik dan tekan tidak sama. Dengan kata lain, fluktuasi tegangan rerata tidak nol,
namun hanya mendekati nol.

tegangan
- tekan
tarik +

3. siklus pembalikan sempurna

siklus

Tegangan tarik dan tekan dilakukan secara periodik dengan


simpangan (amplitudo) yang sama , fluktuasi tegangan rerata nol, atau
dengan kata lain, pemberian nilai tekan dan tarik sama. Dari referensi
yang telah saya dapatkan, sebuah bahan tidak akan serta merta patah saat
diberikan beban, namun akan mengalami fase per-fase, fase-fase ini sering
disebut sebagai fase fatigue.
Berikut fase fatigue :
o Fase permulaan retak (munculnya inti retak)
Retak muncul akibat bahan tidak mampu lagi menerima beban. Inti
retak yang muncul awalnya berupa titik.
o Fase penyebaran retak
Retak terus tumbuh dalam tahap ini sebagai hasil dari penekanan
yang terus-menerus.
o Fase patah
material retak tidak mampu lagi menahan tekanan, sehingga patah
dan tidak mampu kembali ke bentuk aslinya.

BAB III
METODE EKSPERIMEN
A. Alat dan Bahan
1. Cord Bending Fatigue Tester
2. Step Down Transformer (220---100 VAC)
3. Bahan kawat atau kabel dengan berbagai diameter
4. Obeng
5. Jangka sorong

B. Tata Laksana
1. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Sudut Tekukan ()
a. Bahan berupa kabel diukur terlebih dulu diameter intinya, kemudian
dimasukkan pada penjepit (clamp).
b. Kabel dijepit dengan support plate dan dikencangkan , lalu bagian lower
clamp dikencangkan.
c. Jarak antara support plate dan lower clamp diukur sebagai atau panjang
tekukan.
d. Kedua ujung bebas kabel dijepit dengan penjepit, kemudian counter diset
pada posisi nol.
e. Motor dihidupkan dengan menaikkan main switch dan strart
f. Bila kabel putus motor otomatis akan berhenti , main swith diturunkan
dan nilai cacah pada counter dicatat.
g. Percobaan di atas diulangi untuk nilai sudut yang berbeda (15,20,25)

2. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Panjang Tekukan ()


a. Sudut tekukan kabel dan diameter kabel ditentukan terlebih dahulu.
b. Support plate dan lower clamp diatur panjang sudut tekukannya mulai
dari 30, 35, dan 40 mm.
c. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 1b sampai dengan 1f.

3. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Diameter Kabel ()


a. Sudut tekukan kabel dan panjang tekukan kabel ditentukan terlebih
dahulu.
b. Langkah 1b sampai dengan 1f diulangi untuk besar diameter kabel yang
bervariasi (0,085; 0,145; 0,175 cm)

C. Skema Alat

D. Analisa Data
Persamaan awalnya adalah:
=
dengan:

= jumlah siklus

= konstanta fatigue

= sudut tekukan

= panjang tekukan

= diameter bahan

, , = tetapan

a. ariasi sudut tekukan ()


ln = ln + ln + ln + ln 1

m x

b. Variasi panjang ()
ln = ln + ln + c ln d + ln 2

m x

c. Variasi diameter kawat (d)


ln = + ln + ln + ln 3

c = perpotongan terhadap sumbu y sehingga diperoleh :


+ + ln 1 = 1

1 =

+ + ln 2 = 2

2 =

+ + ln 3 = 3

3 =

BAB IV
HASIL EKSPERIMEN
A. Data Hasil Eksperimen
1. Variasi sudut tekukan
= 35 mm; = 0,130 mm
(o derajat)

n (cacah)

15

50

20

17

25

2. Variasi panjang tekukan


= 20o; = 0.145 mm
(mm)

n (cacah)

30

35

23

40

119

3. Variasi diameter kabel


= 20o; = 40 mm
(mm)

(cacah)

0.085

0.145

22

0.175

33

B. Grafik
1. Grafik pada variasi sudut tekukan

2. Grafik pada variasi panjang tekukan

3. Grafik pada variasi diameter kabel/kawat

C. Hasil Perhitungan
Dari grafik didapatkan nilai-nilai :
1. Untuk variasi sudut tekukan
m = a = -4.90
C1= 17.29
2. Untuk variasi jarak tekukan
m = b = 11.66
C2 = -38.29
3. Variasi diameter kabel
m = c = 4.03
C3 = 10.65
Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:
1 = 4,95
2 = 5,61017
3 = 4,89101
= 4.95 (4,90) (38,29) 10,65

BAB V
PEMBAHASAN
Patah yang terjadi pada komponen konstruksi akibat pembebanan yang
berulang-ulang (beban dinamis) disebut patah lelah atau fatigue. Mekanisme patah
lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal terjadinya retakan (crack initiation),
tahap penjalaran retakan (crack propagation) serta patah akhir atau patah statis
akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu lagi menerima beban.
Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah sulit. Kesukaran ini
disebabkan oleh banyaknya factor yang mempengaruhi umur lelah. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1.Beban
2.Kondisi material
3.Proses pengerjaan
4.Bentuk dan ukuran komponen
5.Temperatur operasi
6.Kondisi lingkungan
Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus tegangan yang
dicapai sampai spesimen atau komponen patah. Dengan demikian umur total
tersebut telah mencakup pula tahap awal retakan dan penjalaran retakan yang bila
telah cukup jauh penjalarannya akan menyebabkan patah menjadi dua. Selain itu
data kelelahan lain yang penting adalah laju penjalaran retakan (crack growth
rate). Laju penjalaran retakan inilah yang datanya dapat dipakai untuk
memperkirakan umur lelah.

Uji lelah yang sederhana dilakukan dengan memberikan pembebanan atau


tegangan yang relatif sederhana, yaitu beban uniaksial atau lenturan. Dengan
beban tersebut akan diperoleh tegangan tarik dan tegangan tekan yang
berfluktuasi. Baja memiliki batas kelelahan (fatigue limit) atau batas ketahanan
(endurance limit) yang jelas, sedangkan alumunium tidak mempunyai batas
kelelahan yang jelas.
Batas kelelahan adalah batas tegangan yang akan memberikan umur lelah
yang tidak berhingga. Adanya bagian komponen yang tidak kontinyu, misalnya
akibat adanya takikan atau lubang ataupun goresan yang dalam akan
menyebabkan

pemusatan

tegangan.

Pengaruh

adanya

takikan

terhadap

karakteristik kelelahan dinyatakan dengan faktor takikan terhadap kelelahan


(fatigue notch factor) Kf :Harga kekuatan lelah pada kedua jenis spesimen tersebut
diatas diambil pada jumlah siklus yang sama. Cara lain untuk menyatakan
pengaruh takikan adalah dengan sensitivitas takikan terhadap kelelahan (fatigue
notch sensitivity) q : Pada tingkat tegangan yang rendah serta jumlah siklus yang
tinggi, banyak logam yang menunjukkan kapekaan terhadap takikan. Disisi lain
hal ini tidak berlaku pada logam yang ulet. Tegangan lokal yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya deformasi plastis setempat, sehingga tegangan yang
bekerja menjadi lebih rendah daripada kalau hanya di daerah elastis
Pada eksperimen atau praktikum Pengukuran Tingkat

kelelahan

bahan(fatique) menggunakan metode perhitungan atau rumus dan menggunakan


grafik. Metode grafik yang digunakan yaitu menggunakan program KaleidaGraph.
Dengan metode grafik ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
kelebihanya antara lain adalah
1. lebih mudah untuk dipahami
2. lebih cepat menentukan nilai
3.

relative lebih sederhana dari pada metode lain

4. praktikan juga dapat mempunyai gambaran dari data yang telah didapatkan
sedangkan kelemahanya yaitu

1. hanya mencakup baberapa data


2. kekurang akuratan dalam menentukan nilai karena keterbatasan skala
Pada eksperimen kali ini kita mempelajari pengukuran kelelahan suatu
bahan atau yang lebih dikenal dengan fatigue. Pengukuran fatigue bahan
bertujuan untuk mengetahui daya tahan suatu bahan logam terhadap perlakuan
tekukan yang diberikan oleh alat yang kita gunakan pada eksperimen ini yaitu
cord bending fatigue tester. Bahan yang kita gunakan adalah kabel dengan
diameter kawat didalamnya beragam. Kabel kita beri tekanan dan tarikan berulang
secara konstan sehingga kabel mendapatkan gaya atau tegangan siklik yang
mengenainya. Setelah kabel dikenai sejumlah siklus gaya tertentu, kabel akan
mengalami patah. Nilai cacah siklus yang tertera pada counter pada saat keadaan
patah tersebut menunjukkan bahwa bahan tersebut memiliki umur fatigue. Yaitu
dimana bahan sudah tidak mampu lagi menahan tekanan dan tarikan yang
menimpanya.
Kita mempelajari pengaruh besarnya sudut tekukan, panjang tekukan dan
diameter bahan terhadap umur fatigue bahan tersebut. Jika variasi sudut tekukan
makin besar, nilai cacah menunjukkan makin sedikit/kecil. Hal ini berarti bahwa
semakin besar sudut tekukan maka umur kelelahan suatu bahan akan semakin
kecil. Pada variasi nilai panjang, saat panjang tekukan makin besar, nilai cacah
makin besar. Seharusnya semakin panjang tekukan maka semakin cacahnya
semakin kecil. Hal ini jelas terjadi karena beban yang menimpa suatu bahan yang
lebih panjang maka beban tersebut akan menyebar merata pada bahan sehingga
cepat patah, maka daya tahan bahan dengan panjang tekukan yang besar akan
seamakin kecil. Dan pada variasi diameter bahan, jika makin besar diameter bahan
tersebut, logikanya akan diperlukan lebih banyak waktu untuk bertahan terhadap
perlakuan tekukan alat. Dalam eksperimen atau praktikum ini terbukti bahwa
semakin besar diameter kawat, maka n cacah juga semakin besar.
Pada hasil perhitungan didapatkan konstanta fatigue yang berbeda antara
hasil percobaan dengan variasi sudut dan panjang tekukan serta diameter bahan.
Seharusnya konstanta selalu sama nilainya karena bersifat konstan dan berupa
tetapan. Ketidaktepatan hasil perhitunngan dengan logika dan teori yang ada

dikarenakan beberapa faktor yang terjadi selama dilaksanakannya eksperimen.


Faktor yang paling utama adalah karena tingkat kekencangan lower clamp dan
support plate yang berbeda-beda antara percobaan yang satu dengan yang lain
yang lebih bersifat obyektif. Sehingga data yang didapat juga tidak seakurat
mungkin.
Selanjutnya kita menentukan nilai konstanta fatiguenya dengan memilih
dari perhitungan dengan data yang paling bagus. Kita pilih nilai dari percobaan
dengan variasi sudut tekukan, karena data yang didapat lumayan bagus dan dari
perhitungan, nilainya masuk akal.
Pada eksperimen kali ini, khusuhnya pada eksperimen dengan variasi
sudut tekukan dan variasi diameter bahan/kabel praktikan hanya memperoleh dua
data. Sehingga kalau di plot ke dalam grafik linier tidak diperoleh ralat(gradien).
Untuk itu, praktikan perlu menambah satu data lagi agar gradien ditemukan,
sehingga perhitungan dapat dikerjakan dan diperoleh nilai-nilai konstanta.

BAB VI
APLIKASI DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KE DEPAN
Dewasa ini semakin marak terjadinya permasalahan pada dunia
penerbangan di Indonesia. Seringkali kita lihat di televisi maupun di surat kabar
tentang kecelakaan pesawat ataupun masalah internal pada maskapai penerbangan
(permasalahan birokrasi ataupun kebangkrutan suatu maskapai). Dalam tulisan ini
saya akan lebih menjelaskan (dengan kemampuan dan pemahaman yang saya
tahu) mengenai hubungan antara peranan kondisi material yang sering dipakai
pada pesawat dengan penyebab kecelakaan pesawat.
Ketidakpastian yang dihadapi industri pesawat terbang sampai 40 tahun
lalu adalah pada kondisi material pesawat. Pemakai dan produsen sama-sama
tidak tahu persis, penyebab yang pasti seringnya terjadi kecelakaan pesawat
(apalagi dengan maskapai penerbangannya).Dalam hal ini, unsur material,
merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses yang potensial
menjadi penyebab kecelakaan bila tidak dikelola dengan benar. Akibatnya
memang bisa fatal, kecelakaan pesawat terbang dapat terjadi karena kerusakan
konstruksi pesawat yang tak terdeteksi.
Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan
perkakas. Titik rawan kelelahan ini biasanya p ada sambungan antara sayap dan
badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang
mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas
maupun mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara
(uplift) yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung
empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan
(crack).
Titik rambat, terkadang dimulai dari ukuran yang sangat kecil
(missal:0,005 milimeter) itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan

bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi, taruhannya mahal, karena sayap bisa


sontak patah saat pesawat tinggal landas.
Dalam hal umur material, pembahasan berorientasi pada airframe. Prinsip
utama yang dipakai adalah teori kelelahan material. Biasanya logam aluminium
alloyying sering digunakan, karena dalam satu cycle operasi : take-off flight
landing, airframe tidak mengalami beban yang statis. Harus diingat beban dinamis
menghasilkan fatigue yang berujung pada kerusakan material pada beban yang
jauh dibawah maksimum. Contohnya kita bisa memotong kawat baja dengan cara
mengongkek sehingga lama-lama si kawat putus padahal gaya yang kita beri jauh
dibawah kekuatan maksimal kawat tsb. Meskipun pesawat sipil terbang selama
berjam-jam varia beban terbesar sebenarnya terjadi saat take-off dan landing. Jadi
faktor terpenting adalah flight cycle (jam terbang juga berpengaruh namun usia
fisik sama sekali tidak relevan). Artinya sebuah pesawat sipil dengan 20000 jam
terbang yang hanya diakumulasi dari penerbangan jarak jauh (misal SingapuraPrancis) akan memiliki usia yang lebih muda daripada pesawat sipil berjenis sama
dengan katakanlah 10000 jam terbang yang diakumulasi dalam penerbangan jarak
pendek (misal Bandung-Makassar).
Aplikasi fatigue juga digunakan dalam balap. Misalnya pada balap motor
terbesar di dunia, motoGP. Di arena balap motoGP setiap motor selalu dipaksa
berkitir diatas 18000 rpm dan konsekuensinya motor akan memiliki kecepatan
yang tidak lumrah jika dibandingkan dengan motor pada umumnya. Setiap motor
motoGP rata-rata dipaksa berkitir pada kecepatan di atas 320 km per jam (rekor
kecepatan terbaru di musim balap 2009 yang ditorehkan oleh Daniel Pedrosa di
sirkuit Mugello-Italia tercatat 346 km per jam), sebuah kecepatan yang sangat gila
untuk ukuran orang biasa. Anehnya, rekor kecepatan terbaru selalu ditorehkan
pembalap di setiap tahun balap. Dan yang lebih aneh lagi, meskipun mesin
motoGP berganti dari era 990cc (dari tahun 2000 hingga akhir tahun 2006)
menjadi 800cc (pada awal 2007), setiap tahun justru rekor kecepatan terbaru
muncul. Padahal secara nalar motor 800cc akan lebih pelan dari motor 990cc,
namun para ahli membalikkan teori tersebut. Hal ini tentu tidak lepas dari peran
para ahli material yang mampu menciptakan komposit yang memiliki umur

fatigue yang semakin panjang, sehingga mesin tidak mudah jebol. Dengan
ditemukannya komposit yang makin sempurna, motor motoGP disetiap tahun
seolah mengalami evolusi yang sempurna karena motor makin kencang, namun
makin memiliki daya tahan yang semakin tinggi. Namun riset mengenai material
di dunia balap motoGP tidaklah murah, untuk membangun sebuah motor saja
diperlukan dana sekitar 100 milyar rupiah. Padahal dibutuhkan pula dana
perawatan dan riset berkelanjutan, hal inilah yang membuat balap motoGP mahal.

BAB VII
KESIMPULAN
Fatigue bukan merupakan kejadian patahnya suatu bahan, tapi merupakan
proses menuju patah.
Fatigue terjadi karena pengulangan, oleh karena itu fatigue sangat erat
kaitannya dengan siklus dan besarnya tegangan atau tekanan (stess) yang
diberikan berulang-ulang.
Hasil analisa grafik didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
Dari grafik didapatkan nilai-nilai :
1. Untuk variasi sudut tekukan
m = a = -4.90
C1= 17.29
2. Untuk variasi jarak tekukan
m = b = 11.66
C2 = -38.29
3. Variasi diameter kabel
m = c = 4.03
C3 = 10.65
Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:
1 = 4,95
2 = 5,61017
3 = 4,89101

Dari eksperimen kali ini juga didapatkan persamaan umur fatigue bahan
adalah:

= 4.95 (4,90) (38,29) 10,65

Hal yang dapat kita simpulkan dari eksperimen ini adalah


1. Jika sudut tekukan makin besar, maka nilai cacah makin kecil.
2. Jika nilai panjang tekukan makin besar, maka nilai cacah makin besar.
3. Jika diameter bahan makin besar, maka cacah makin besar.

DAFTAR PUSTAKA

Staff Laboratorium Fisika Zat Padat.2011.Buku Penuntun Praktikum Eksperimen


Fisika III. Yogyakarta:UGM.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wiki
pedia.org/wiki/Fatigue_%28material%29&prev=/search%3Fq%3Dfatigue%26hl
%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3Dj4W%26rls%3Dorg.mozilla:en
US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgIQEEceL7U14B_qFQIM8
JmB5ZgkA

elista.akprind.ac.id/.../2990_Bab_07_Mekanika_Perpatahan_III.ppt

daryono.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Perpatahan-dan-Kelelahan.ppt

i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6361

http://sagabanget.wordpress.com/2009/12/04/penelitian-struktur-jembatan-sstomang-dan-ss-pluit-jalan-tol-dalam-kota

LAMPIRAN
Perhitungan
1. Variasi sudut tekukan ; = 35 mm dan = 0,130 mm

ln

ln n

15

50

2.71

3.91

20

17

2.99

2.83

25

3.22

1.39

2. Variasi panjang tekukan ; = 20o dan d=0,145 mm

ln

ln n

30

3.40

1.39

35

23

3.56

3.14

40

119

3.69

4.78

3. Variasi diameter kabel ; = 40 mm dan = 20o


d

ln

ln n

0.085

-2.46

0.69

0.145

22

-1.93

3.09

0.175

33

-1.74

3.49

Dari grafik didapatkan nilai-nilai :


1. Untuk variasi sudut tekukan
m = a = -4.90
C1= 17.29
2. Untuk variasi jarak tekukan
m = b = 11.66
C2 = -38.29
3. Variasi diameter kabel

m = c = 4.03
C3 = 10.6
Analisa / Perhitungan dari grafik
1. Pada variasi sudut tekukan:
ln = ln + ln + ln + ln 1
1
= = 4,90
1 = 17,29; = 35; = 0,130

ln 1 = 17,29 11,66 4,03 = 1.6


1 = 4,95
2. Pada variasi panjang tekukan:
Ln = ln + ln + c ln d + ln 2
2
= = 11,66
2 = 38,29; = 20 ; = 0,145
ln 2 = 38,29 4,90 4,03 = 37,42
2 = 5,61017
3. Pada variasi diameter kabel
ln = + ln + ln + ln 3
3
= = 4.03
3 = 10.65; = 50; = 20
ln 3 = 10.65 11.66 (4.90) = 3.89
3 = 4.89101

Anda mungkin juga menyukai