Disusun Oleh :
Siti Alfiana C
1220221113
Pembimbing
Nurfitri Bustaman, S.Si., M.Kes, MPd.Ked
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL VETERAN JAKARTA
PERIODE 08 JANUARI 27 FEBRUARI 2015
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PROGRAM
TUBERKULOSIS ANAK DI PUSKESMAS CIMANGGIS
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
Telah disetujui
Tanggal :
.............................................................
Disusun oleh :
Siti Alfiana C
1220221113
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
penulis
dapat
menyelesaikan
EVALUASI
PROGRAM
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
ABSTRAKDAFTAR ISI............................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN......................................................................................1
I.1.
Latar Belakang.................................................................................1
I.2.
Masalah 3
I.3.
Tujuan 3
1.4.
Manfaat 3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
II.1.
Definisi............................................................................................5
II.2.
Epidemiologi....................................................................................5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1..........................................................................................3
Gambar 2..........................................................................................4
Gambar 3..........................................................................................5
Gambar 4..........................................................................................6
Gambar 5..........................................................................................9
Gambar 6........................................................................................14
Gambar 7........................................................................................15
Gambar 8........................................................................................15
Gambar 9........................................................................................15
Gambar 10......................................................................................16
Gambar 11......................................................................................17
Gambar 12......................................................................................18
Gambar 13......................................................................................19
Gambar 14......................................................................................20
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
TB salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak.
Anak lebih beresiko untuk menderita TB berat seperti TB milier dan meningitis
TB sehingga menyebabkan tingginya kesakitan dan kematian pada anak. Anak
sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat dengan pasien TB BTA
positif. Anak dengan infeksi TB saat ini menunjukkan sumber penyakit TB di
masa depan. Beban kasus TB Anak di dunia tidak diketahui karena kurangnya alat
diagnostik yang childfriendly dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan
pelaporan kasus TB Anak. Diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak
mendapatkan penanganan yang benar (http://www.tbindonesia.or.id/tb-anak/).
Indonesia menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara di dunia yang
memiliki beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global Tuberculosis Control
Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB. Estimasi
insidensi TB 228 kasus baru per 100,000 populasi. Estimasi angka insidensi
hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus per 100,000 populasi pada
2007 (WHO, 2009a). Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted life-year (DALY)
WHO, TB menyumbang 6.3 persen dari total beban penyakit di Indonesia,
dibandingkan dengan 3.2 persen di wilayah regional Asia Tenggara (USAID,
2008).
Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda
dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini
sangat pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap
tahun. Di Indonesia proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB yang
ternotifikasi dalam program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi
apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan
menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8 15,9%. TB pada anak
saat ini merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian TB, dengan
pendekatan pada kelompok risiko tinggi, salah satunya adalah anak mengingat TB
merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak dan bayi di negara
endemis TB (Lingkungan, 2013).
Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai 30.806 termasuk 1,865
kasus BTA positif. Proposi kasus TB anak dari semua kasus TB mencapai
10.45%. (Lingkungan, 2011). TB pada anak mencerminkan transmisi TB yang
terus berlangsung di populasi. Kecenderungan yang berlebihan (overdiagnosis)
dalam mendiagnosis TB anak, penatalaksanaan kasus yang tidak tepat, pelacakan
kasus yang lemah serta kurangnya pelaporan pasien TB anak (underreporting)
merupakan permasalahan yang dijumpai pada TB anak. Untuk itu program
pengendalian TB pada anak perlu ditingkatkan implementasinya (Lingkungan,
2013).
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan
global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif
untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat
tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan
masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang
meninggal akibat TB di seluruh dunia (WHO, 2009). Selain itu, pengendalian TB
mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat dan
tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi. Dokumen
Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014 ini disusun dengan
konsultasi yang intensif dengan para pemangku kepentingan di tingkat nasional
dan provinsi serta mengacu pada: (1) kebijakan pembangunan nasional 20102014; (2) dokumen strategi dan rencana global dan regional; dan (3) evaluasi
perkembangan program TB di Indonesia (stoptb, 2011)
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang
vital untuk menilai keberhasilan pelaksanan program penanggulangan TB.
Pemantauan yang dilakukan secara berkala dan kontinu berguna untuk mendeteksi
masalah secara dini dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, agar
dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Selain itu evaluasi berguna untuk
menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya telah
tercapai pada akhir suatu periode waktu. Evaluasi dilakukan setelah suatu periode
waktu tertentu, biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun. Dalam mengukur
Masalah
Belum terdapatnya data evaluasi program mengenai pelaksanaan
TB anak di Puskesmas Cimanggis Kota Depok periode Januari sampai
Desember 2014.
I.3.
Tujuan
1.4.
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Epidemiologi
Epidemiologi TB adalah rangkaian gambaran informasi yang menjelaskan
beberapa hal terkait orang, tempat, waktu dan lingkungan. Secara sistematis dan
informatif menguraikan sejarah penyakit tuberkulosis, prevalens tuberkulosis,
kondisi
infeksi
tuberkulosis
dan
cara/
risiko
penularan
serta
upaya
bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada
umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang),
demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB
apeks paru saat dewasa.
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB
secara akut, yang disebut TB diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul
dalam waktu 26 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung
pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun
pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun
(balita) terutama di bawah dua tahun.
Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di dinding
vaskuler pecah dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman
TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic
spread.
II.3. Diagnosis
A. Evaluasi program
Dalam pelaksanaan suatu program kesehatan, seorang pelaksana
program selalu dihadapkan oleh keadaan yang tidak pasti (uncertainty) Dan
secara sederhana keadaan tersebut dapat disimpulkan menjadi tiga pertanyaan;
(1) apakah program yang akan dilaksanakan adalah suatu program yang telah
tepat, (2) apakah program yang telah dijalankan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, dan (3) apakah program yang telah
dilaksanakan berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.
Pekerjaan mencari jawaban akan ketiga hal tersebut dalam bidang administrasi
disebut dengan nama penilaian (evaluation). (Azrul, 1996)
Program kesehatan merupakan salah satu dari program intervensi,
dimanan
Setiap
program
intervensi
untuk
menghasilkan
perubahan
memerlukan monitoring dan evaluasi guna menilai dari waktu ke waktu sejauh
mana perubahan telah terjadi. Sebaliknya pelaksanaan monitoring dan
evaluasi hanya dilakukan dalam konteks program intervensi. Tidak ada
gunanya melakukan monitoring dan evaluasi kalau tidak ada program
intervensi. Dengan demikian, monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari suatu program. (Anonim a, 2012)
a) Definisi evaluasi
Evaluasi adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman
yang
dimiliki
untuk
meningkatkan
pencapaian,
pelaksanaan
dan
Hal yang
dibandingkan
Frekuensi
Pelaksana
Tujuan
Monitoring
Periodic evaluation
dampak merupakan hasil paling akhir dari suatu program shingga baru
dapat diukur beberapa tahun kemudian. (Anonim a, 2012)
Dalam konteks suatu program, kita ingin melakukan perubahan
dari satu situasi yang tidak kita harapkan menuju satu situasi yang kita
harapkan. Intensitas dan ekstensivitas perubahan karena program
intervensi merefleksikan kemajuan suatu program. Perubahan situasi
dari waktu ke waktu yang dimonitor dan dievaluasi diukur melalui
indikator-indikator. Perubahan ini memerlukan waktu dan sifat
perubahan bertahap, mulai perubahan awal pada tingkat input dan
proses (kegiatan program), perubahan pada tingkat output (cakupan
program), tingkatan outcome (biasanya pengetahuan dan perilaku
kelompok sasaran), dan sampai perubahan lanjut di tingkat dampak
(status morbiditas dan mortalitas). (Anonim a, 2012)
Sementara perubahan awal pada tingkat input, proses dan output
lebih spesifik terkait dengan program yang kita nilai, perubahan lanjut
yang kita harapkan pada tingkat outcome dan dampak semakin kurang
spesifik. Perubahan pada tingkat outcome dan dampak boleh jadi
karena kontribusi dari program-program lain. Dalam dunia nyata, kita
tidak bisa memisahkan program yang kita nilai dengan program-program
lain yang berkaitan. Yang jelas, untuk menunjukkan bahwa perubahan
pada tingkat outcome dan dampak memang ada kaitannya dengan
program yang kita nilai, kita harus mampu menunjukkan adanya
konsistensi antara perubahan pada tingkat proses dan output dan
perubahan pada tingkat outcome dan dampak.
Indikator merupakan suatu variabel yang
memungkinkan
Proses
Proses
Umpan
Umpan
Balik
Balik
Keluara
Keluara
nn
Dampa
Dampa
kk
3. Pendekatan Sistem
Pada dasarnya suatu sistem dibentuk untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi
untuk mencapai tujuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja ini dikerjakan
pada waktu mengerjakan administrasi, maka prinsip pokok ini dikenal
sebagai pendekatan sistem (System approach). (Azrul, 1996)
Menurut L. James Harvey pendekatan sistem adalah penerapan suatu
prosedur yang logis dan rasional dalam merangkai suatu komponenkomponen yang berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Azrul, 1996)
Prinsip pokok pendekatan sistem dalam pekerjaan administrasi dapat
dimanfaatkan untuk dua tujuan :
a) Membentuk sesuatu sebagai hasil pekerjaan administrasi
b) Menguraikan yang telah ada dalam administrasi, hal ini di kaitkan
dengan keinginan untuk menemukan masalah yang dihadapi, untuk
kemudian diupayakan mencarikan jalan keluar yang sesuai.
Keuntungan pendekatan system :
a) Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga penghamburan sumber , tata cara dan kesanggupan
yang sifanya selalu terbatas, akan dapat dihindari.
b) Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran
sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
c) Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur scara
lebih tepat dan obyektif.
d) Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
Pendekatan system juga memiliki kelemahan, yaitu dapat terjebaknya
dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan
keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat
diselesaikan. (Azrul, 1999)
BAB III
METODE EVALUASI
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan
koordinator pelaksana subprogram pelayanan antenatal di puskesmas
kecamatan Cimanggis. Wawancara juga dilakukan terhadap dokter
puskesmas sebagai penanggung jawab utama setiap kegiatan puskesmas.
Disamping sumber data primer juga digunakan sumber data sekunder yaitu
berupa Laporan Tahunan Program KIA Puskesmas Kecamatan Cimanggis
Tahun 2011
B. Indikator Dan Tolok Ukur Penilaian
Evaluasi dilakukan pada program antenatal di puskesmas kecamatan
Cimanggis. Sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2010
2. Stratifikasi Puskesmas Tahun 2001
3. Pedoman Kerja Puskesmas jilid II tahun 1999
4. Profil Indonesia sehat 2010
Table 3.1 Daftar Tolok Ukur Sistem Masukan, Proses, Keluaran dan umpan
balik
Masukan
Tenaga
Dana
Sarana medis
1 dokter,
2 bidan,
1 pembantu bidan
Pemerintah (APBN, APBD),
Pendapatan puskesmas dan sumber lain
2 steteskop
2 tensi meter
2 steteskop Laennec
1 timbangan badan,
Tablet Fe dalam jmlah cukup
Pendingin : 1 kulkas, termos es
Vaksinasi : set vaksinasi lengkap dengan baik, jumlah sesuai
kebutuhan, vaksin baik dalam jumlah cukup
Peralatan ukur Hb
Alat ukur tinggi badan.
Ruang tunggu,
Ruang periksa
Buku register
1 meja, 2 kursi, 1 tempat tidur,1 bantal, 1 selimut
2 meteran
Metode medis
Proses
perencanaan
pengorganisasian
Penatalaksanaan
Pencatatan
pelaporan
Lingkungan
Umpan Balik
dan
Kertas resep
Formulir rujukan,
Buku laporan tahunan-bulanan
KMS Ibu hamil
Brosur
Poster
pamflet
Standar minimal pelayanan antenatal 5T, yaitu :
Timbang berat badan
Periksa Tekanan darah
Ukur Tinggi fundus
Pemberian Tablet besi
Pemberian Tetanus toxoid
Metode penyuluhan oleh petugas puskesmas didalam dan diluar
lingkungan puskesmas dengan melakukan pembinaan kesehatan
wilayah.
Terdapat perencanaan kegiatan pelayanan antenatal yang memuat
aktivitas, target, sasaran, waktu, tempat, dan biaya kegiatan
Ada struktur organisasi yang jelas dan tertulis beserta dengan
tugas masing-masing bagian, yang dipimpin oleh kepala
puskesmas.
Koordinasi yang jelas antara pelayanan kesehatan lain yang ada
diwilayah puskesmas( bidan, posyandu, dan praktek swasta)
dengan rincian pembagian tugas dan tanggung jawab masingmasing tenaga pelaksana.
Kegiatan pelayanan antenatal termasuk penyuluhan perorangan
dilakukan minimal 4 kali dalam setahun
Adanya pencatatan dan pelaporan yang teratur dan sistematis
dalam periode waktu tertentu
Adanya pencatatan dan pelaporan dari fasilitas kesehatan yang
lain tentang pelayanan ANC diwilayah kerja puskesmas
Puskesmas mudah dijangkau oleh sarana transportasi
Digunakan data-data tentang hasil kegiatan dan analisis sebagai
masukan dan perbaikan program selanjutnya.
C. Langkah Penilaian
Evaluasi program pelayanan ANC di puskesmas kecamatan Cimanggis
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Menetapkan indikator dan tolak ukur dari unsur keluaran
Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari
pencapaian hasil output adalah dengan mengetahui atau menetapkan
indicator dan tolok ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau
tolok ukur ini diperoleh dari berbagai sumber seperti buku pedoman kerja
puskesmas, stratifikasi puskesmas
2. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolok ukur keluaran.
Setelah ditetapkan tolok ukur dari setiap indicator keluaran program,
langkah selanjutnya adalah memabandingkan hasil pencapaian keluaran
program (output) dengan tolok ukurnya, bila pencapaian indikator keluaran
program tidak sesuai dengan tolak ukurnya, maka ditetapkan sebagai
masalah. Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari banyaknya indikator
yang dipakai untuk mengukur keluaran program.
3. Menetapkan prioritas masalah
Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat
diatasi secara bersamaan menginggat keterbatasan kemampuan puskesmas.
Selain itu adanya kemungkinan masalah-masalah tersebut berkaitan satu
dengan yang lainnya dimana bila diselesaikan satu masalah yang paling
penting, masalah lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, ditetapkan
prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk pemecahannya. Penetapan
prioritas masalah dilakukan dengan melakukan tehnik kriteria matriks bila
masalah lebih dari satu (criteria matrix technique). Secara umum kriteria
ini dibedakan atas tiga macam :
a) Pentingnya masalah (importancy / I), makin penting masalah tersebut,
makin diprioritaskan penyelesainnya. Ukuran pentingnya masalah yaitu :
1)
2)
Akibat
yang
ditimbulkan
oleh
masalah
(severity / S)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
Pentingnya
jalan
keluar
(importancy/ I)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan masalah.
Makin langgeng selesai masalahnya, makin penting jalan keluar
tersebut.
3)
Sensivitas
jalan
keluar
(vuneberality/ V)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi
masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar
tersebut.
b) Efisiensi Jalan Keluar (efficiency/C), menetapkan nilai efisiensi untuk
setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling
tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien ini
biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin
tidak efisien jalan keluar tersebut.
Menghitung nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar yaitu
dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C. Jalan
keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih. Lebih
jelas rumus untuk menghitung prioritas jalan keluar dapat dilihat dibawah
ini :
Keterangan :
P : priority
M : Magnitude
I : Importancy
V : Vulnerability
C : Cost
BAB IV
PENYAJIAN DATA
A. Data umum
(Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 2011)
1. Kondisi Geografi
Puskesmas DTP Cimanggis terletak di wilayah Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :
Kelurahan
Jarak
Rata-rata
Kondisi
terjauh ke
waktu
Ketergantungan
1.
Cisalak Pasar
Puskesmas
2,5
tempuh
20 Menit
Biasa
2.
Curug
2,0
15 Menit
Biasa
Kelurahan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Luas Wilayah
RW
Posyandu
Kader
(km2)
1.
Cisalak Pasar
19
75
1,71
2.
Curug
11
16
70
2,04
Total
20
35
145
3,75
2.
Kondisi Demografi
Komposisi Penduduk Menurut Jenis
a.
5 14
3.946
3.823
7.769
Pada
15 44
12.944
12.625
24.569
jumlah
45 64
3.936
3.646
7.582
penduduk
546
23.647
611
22.707
1.157
46.354
berdasarkan
> 65
TOTAL
struktur
tahun
usia
yang paling dominan adalah kelompok usia 15-44 tahun sejumlah 24.569
jiwa. Diikuti oleh kelompok umur 5 14 tahun sejumlah 7.769 jiwa.
Selanjutnya terdapat 12.046 penduduk yang termasuk kelompok usia
belum produktif secara ekonomi (0 14 tahun). Untuk penduduk usia
produktif (15 64 tahun) pada tahun 2011 adalah sebesar 32.151 jiwa
dari total penduduk di wilayah Puskesmas DTP Cimanggis. Artinya
jumlah penduduk usia produktif lebih dari setengah jumlah penduduk di
wilayah Puskesmas DTP Cimanggis dan masih mendominasi jumlah
penduduk pada umumnya. Sedangkan jumlah penduduk usia lanjut (> 65
tahun) tahun 2011 sebesar 1.157 jiwa. Berbeda dengan kelompok umur 0
14 tahun dan 15 64 tahun, pada kelompok usia 65 tahun keatas jumlah
penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan.
Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
Total
Jumlah KK
1.
Cisalak Pasar
12.590
12.027
24.617
5.973
2.
Curug
11.058
10.680
21.737
5.525
Puskesmas
23.647
22.707
46.354
11.498
b)
ii.
iii.
Keuangan
iv.
c)
ii.
iii.
(b) Imunisasi
(c) Diare
(d) Ispa
(e) DBD
(6). Upaya pengobatan
(a)
Pengobatan
(b)
Laboratorium
(7). Upaya Kesehatan Pengembangan
(a) Puskesmas dan Rawat Inap
(b) Upaya kesehatan USILA
(c) Upaya kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan
(d) Upaya Kesehatan telinga/ Pencegahan gangguan
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
d)
pendengaran
Kesehatan jiwa
Kesehatan Olah Raga
Penangguhan dan Penanggulanan Penyakit Gigi
Perawatan Kesehata Masyarakat
Bina kesehatan Tradisional
Bina Kesehatan kerja
Jenjang Pendidikan
Medis
- Dokter Umum
- Dokter Gigi
Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D3 Kesehatan Gigi
SPK Perawat Kesehatan
Jumlah
Keterangan
6
2
1 Kepala Puskesmas
1
1
0
7
3
4
5
6
D1 Kebidanan
SPRG
Kefarmasian
- Apoteker
- SMF/SAA
Kesehatan Masyarakat
S1 Kesehatan Masyarakat
D3 Sanitarian
D1 Gizi
D1 Sanitarian
Analis Lab
Tenaga Non Kesehatan
- Sarjana Non Kesehatan
- SLTA
- SLTP
- SD sederajat
Jumlah Seluruhnya
Tenaga Kesehatan
Tenaga Non Kesehatan
5
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
30
27
3
g.
h.
i.
j.
k.
Jenis Barang
Ambulance Toyota F.420 F Tahun
1986
Ambulance Toyota Dyna B1268
UQ Tahun 2003
Ambulance Siaga Suzuki B 1191
UQ Tahun 2007
Keterangan
Diusulkan
penghapusan.
-
Baik
Jenis Barang
1.
Keadaan saat
ini
Rusak berat
Keterangan
Diusulkan
penghapusan
2.
3.
Baik
Baik
v. Tanah
Puskesmas DTP Cimanggis dibangaun diatas tanah Bekas
Tanah Negara yang terletak di Jalan Raya Bogor KM 33 Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok seluas 1.919 M2 dengan
Status Tanah Hak Pakai Sertifikat No. 00006 Tanggal 14 Februari
2002
Adapun jumlah sarana penunjang kesehatan di lingkungan
Puskesmas DTP Cimanggis baik yang didirikan oleh pemerintah
daerah maupun yang dimiliki oleh pihak swasta dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Sarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas DTP Cimanggis Tahun
2011
No
1.
SARANA
Puskesmas
JUMLAH
1
2.
RSU Swasta
3.
BP Swasta
14
4.
RB Swasta
5.
Dokter Gigi
12
6.
32
7.
25
8.
Apotik
11
9.
Laboratorium
10.
Klinik 24 jam
11.
Optik
12.
Pengobat Tradisional
12
B. Data khusus
Table 4.9 Data jumlah ibu hamil, kunjungan K1, K4, pemberian Fe1, Fe3,
immunisai TT1, TT2+ pada Puskesma Cimanggis
Kelurahan
Ibu
K1
K4
Fe1
Fe3
TT1
hamil
Cisalak Pasar
633
600
587
579
592
554
Curug
514
490
478
473
473
545
Jumlah
1.147
1.090 1.065 1.052
1.065
1.099
Sumber : profil kesehatan 2011 puskesmas cimanggis
TT2+
1.418
1.349
2.767
BAB V
HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN