SUBDIVISI ORTHOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
OLEH :
Rizki Rahmadhan
110 209 0063
SUPERVISOR :
Prof. Chairuddin Rasjad, MD, Ph.D
2. ANATOMI BAHU
Anatomi bahu secara unik disesuaikan untuk memungkinkan gerakan yang
bebas dan jangkauan maksimum bagi tangan.
kelihatan; pada 150 derajat abduksi sisanya, sekitar 90 derajat terjadi pada sendi
glenohumerus. Sendi sternoklavikular ikut serta dalam gerakan yang dekat dengan
tubuh (misalnya mengangkat atau menahan bahu); sendi akromioklavikular
bergerak dalam 60 derajat abduksi terakhir.
Di antara sendi-sendi besar, bahu adalah salah satu yang paling sering
berdislokasi. Ini akibat beberapa faktor: dangkalnya mangkuk sendi glenoid;
besarnya rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang
longgar atau dysplasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas
yang penuh tekanan pada tungkai atas.
Kestabilan sendi bahu terutama terletak pada simpai sendi dan otot di
sekitarnya karena kavitas artikulare sendi bahu dangkal. Oleh karena itu, sering
terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi.
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada
anak-anak.
3. KLASIFIKASI
Dislokasi sendi bahu diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a. Dislokasi anterior
Melihat lokasi kaput humeri terhadap prosesus glenoidalis, dislokasi
paling sering ke arah anterior, dan lebih jarang ke arah posterior atau inferior.
Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan
subklavikuler.
Mekanisme Trauma
Dislokasi anterior merupakan kelainan yang tersering ditemukan dan
biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma
pada skapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral. Dislokasi
3
anterior juga sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet akibat
kecelakaan olahraga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan
gerakan rotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong ke
depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi dan kartilago beserta periosteum
labrum glenoidalis bagian anterior. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada
di bawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.
Gambaran Klinis
Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Pasien
Diagnosis
Pemeriksaan Radiologi
Sinar-X pada Glenohumeral AP akan tampak overlapping antara kaput
humeri dengan fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak di bawah dan
medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada daun skapula
4
akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk sendi. Kalau sendi
pernah berdislokasi, sinar-X dapat memperlihatkan perataan atau cekungan kontur
posterolateral kaput humerus; tempat ini pernah dibuat melesak oleh tepi anterior
mangkuk glenoid.
Penatalaksanaan
Banyak metode reduksi telah diuraikan, beberapa diantaranya sekarang hanya
tercatat sebagai sejarah. Pada pasien yang dulu pernah mengalami dislokasi, traksi
sederhana pada lengan dapat berhasil. Untuk reduksi dislokasi yang terjadi
pertama kali, pasien harus banyak diberi sedasi atau di anestesi dan dalam posisi
telentang. Traksi ditingkatkan perlahan-lahan pada lengan dengan bahu yang
sedikit berabduksi, sementara itu asisten melakukan traksi-lawan yang kuat pada
tubuh (handuk yang dililitkan sekitar dada pasien, di bawah aksila, bermanfaat).
Kalau anestesi merupakan kontraindikasi, posisi tengkurap dengan lengan
tergantung, dapat memudahkan reduksi. Metode Kocher kadang-kadang
digunakan. Siku ditekuk 90 derajat dan dipertahankan dekat dengan tubuh; traksi
tidak boleh diterapkan. Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 derajat ke
lateral, kemudian ujung siku itu diangkat ke depan, dan akhirnya lengan diputar
ke medial.
Sinar-X dilakukan untuk memastikan reduksi tidak menyebabkan fraktur. Bila
pasien sepenuhnya sadar, abduksi aktif dengan pelan-pelan diuji untuk
menyingkirkan suatu cedera saraf aksila. Lengan diistirahatkan dalam kain
gendong selama satu atau dua minggu dan gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi
kombinasi abduksi dan rotasi lateral harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3
minggu. Selama periode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan setiap hari.
a. Dengan pembiusan umum
Metode Hippocrates
Penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik ke atas dan kaput
humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya.
Metode Kocher
Penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping
penderita. Tahap-tahap reposisi menurut Kocher :
- Sendi siku dalam posisi fleksi 90o dan dilakukan traksi sesuai garis humerus
- Lakukan rotasi ke arah lateral
- Lengan di adduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke arah garis tengah
- Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada
b. Tanpa pembiusan umum
Metode Stimson (lihat gambar)
Metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup
sambil bagian lengannya yang mengalami luksasio keluar dari tepi tempat tidur,
menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan
bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat
tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk
beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.
Komplikasi Dini
a) Kerusakan nervus aksilaris
Nervus aksilaris dapat cedera. Pasien tak dapat mengerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot itu. Ini biasanya suatu
neurapraksia yang sembuh spontan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Kadang-kadang
korda
posterior
pleksus
brakialis
cedera.
Ini
sedikit
besar perbaikan tak terjadi dan dislokasi sering berulang. Pembalutan lengan pada
sisi tersebut setelah mereduksi dislokasi akut, tampaknya tidak mempengaruhi
hasil; pelepasan labrum terutama terjadi pada pasien muda, dan kalau saat cedera
terjadi cacat tulang yang menembus keluar pada aspek posterolateral kaput
humerus, kemungkinan besar terjadi perulangan. Riwayat merupakan tanda
diagnostik. Pasien mengeluh bahwa bahu mengalami dislokasi hanya dengan kerja
sehari-hari yang relatif ringan. Dia sering dapat mereduksi sendiri dislokasi itu.
Setiap keraguan mengenai diagnosis dengan cepat dapat diatasi dengan uji
aprehensi: kalau lengan pasien ditempatkan secara pasif di belakang bidang
korona pada posisi abduksi dan rotasi lateral, resistensi yang timbul segera dan
kecemasannya
Mekanisme Cedera
Gaya tak langsung yang menyebabkan rotasi internal dan aduksi yang nyata
harus sangat kuat untuk dapat menyebabkan dislokasi. Keadaan ini paling sering
terjadi selama ayan atau kejang-kejang, atau karena sengatan listrik
Gambaran Klinis
Diagnosis sering terlewat sebagian karena mengandalkan sinar-X
anteroposterior saja (yang dapat tampak seperti normal) dan sebagian karena
mereka yang menangani pasien tidak memikirkan hal itu. Sebenarnya terdapat
beberapa tanda klinik yang sangat jelas. Lengan tetap pada rotasi medial dan
terkunci pada posisi itu. Bagian depan bahu tampak rata dengan korakoid yang
menonjol, tetapi pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini; tetapi bila
dilihat dari atas, pergeseran posterior biasanya terlihat. Ditemukan adanya nyeri
tekan serta benjolan di bagian belakang sendi.
9
Pemeriksaan Radiologis
Dalam foto anteroposterior, kaput humerus karena berotasi ke medial,
bentuknya tampak abnormal (seperti bola lampu) dan agak jauh dari fossa glenoid
(tanda glenoid kosong). Foto lateral sangat diperlukan; foto ini akan menunjukkan
subluksasi atau dislokasi posterior dan kadang-kadang menunjukkan lekukan pada
aspek anterior kaput humerus. Fraktur pada leher humerus kadang-kadang disertai
komplikasi dislokasi posterior. Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb
karena adanya rotasi interna humerus. Pada kasus yang sukar, CT-Scan
bermanfaat.
Penatalaksanaan
Dislokasi akut direduksi (biasanya di bawah anestesi umum) dengan menarik
lengan sementara bahu pada posisi abduksi; biarkan beberapa menit agar kaput
humerus lepas dan kemudian lengan dengan pelan-pelan diputar ke lateral
sementara kaput humerus didorong ke depan. Kalau reduksi terasa stabil, lengan
diimobilisasi dalam kain gendongan; kalau tidak, bahu dipertahankan berabduksi
lebar-lebar dan dirotasi ke lateral dalam spika gips selama 3 minggu. Gerakan
bahu diperoleh kembali melalui latihan aktif.
Komplikasi
a) Dislokasi yang tak direduksi
Sekurang-kurangnya setengah dari pasien dengan dislokasi posterior tak
mendapat reduksi ketika pertama ditemukan. Kadang-kadang sudah terlewat
beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Secara khas
pasien mempertahankan lengan berotasi internal; dia tidak dapat mengabduksi
lengan lebih dari 70 80 derajat, dan kalau mengangkat lengan yang terentang ke
depan, dia tidak dapat memutar telapak tangan ke atas. Kalau pasien itu muda,
atau merasa tak nyaman dan dislokasi belum lama terjadi (katakanlah baru 8
minggu), reduksi terbuka diindikasikan. Melalui pendekatan posterior, dilakukan
10
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berhasil
bahu
bersubluksasi
hampir
ke
setiap
arah
(ketidakstabilan
11
multidireksional).
Sinar-X
dapat
memastikan
diagnosis.
Penatalaksanaan
syarat
faktor-faktor
psikologis
telah
disingkirkan,
kita
dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampone.
Jakarta: 2012.
12
2. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ketiga.
Jakarta: EGC. 2008. h 859-60.
3. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Bedah RSCM. Jakarta. 2005
13