Disusun oleh:
Nama : DANIEL MAWU
NRI : 120114030
Kelas : A1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus
paru-paru). Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda:
1)
Efusi Transudat dapat disebabkan oleh biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada
tekanan normal di dalam paru-paru. Seperti kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor,
sindroma meig.
2)
Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi,
penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan
sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura
eksudativa.
3)
infark paru,
tuberkulosis.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
v
Gagal jantung
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Tumor
Pembedahan jantung
Cedera di dadA
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat
mekanisme dasar :
4. PATOFISIOLOGI
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi
oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan
karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis.
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (1020%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal
jantung).
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma
2. Terjadi peningkatan:
Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung
kiri)
Tekanan negatif intra pleura (atelektasis)
(Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga
pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura (3) menurunnya tekanan osmotik koloid plasma yang menyebabkan transudasi
cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan
pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc,
1997, 623-624).
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut:
Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus
systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:
a.
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
b.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru
Pneumonia
Pembedahan dada
Pecahnya kerongkongan
Abses di perut.
c.
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera
pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran
karena adanya tumor.
6. GEJALA KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam
dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: batuk,cegukan,pernafasan yang cepat,dan nyeri
perut. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada
saat diagnosis ditegakkan.
Gejala lainnya:
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
Gejala klinis dari efusi pleura biasanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis. Sementara efusi malignan dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Efusi pleura yang dibahas akan menyebabkan sesak nafas.
Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali
mengahsilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Bila terdapat efusi pleura kecil sampai
sedang, dispnea mungkin saja tidak terjadi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
v
Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya
> 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis : Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam
rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi:Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil
pemeriksaan sitologik ternyata negatif. Diagnosis keganasan dapat ditegakkan dengan biopsi
pleura tertutup pada 3060% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biopsi yang
dilakukan berulang (dua sampai empat kali) dapat meningkatkan diagnosis sebesar 24%.
Biopsi pleura dapat dilakukan dengan jarum.
Analisa cairan pleura : Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus
dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada
foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
Bronkoskopi : Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura
diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi
dilakukan pemeriksaan seperti:
1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan
glucose
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi
pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor penyebabnya. Pada foto toraks
terlihat perselubungan homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut
kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya akan memberikan
gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus. Cairan berjumlah kurang dari 100 ml
tidak akan terlihat pada foto toraks yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru
dapat terlihat jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak pada
foto postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral.
10. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap
penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun
sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Efusi karena gagal jantung penatalaksanaannya:
1.
Diuretik
2.
a.
Efusi unilateral
b.
c.
d.
Efusi+febris
e.
Penanganan efusi pleura keganasan hampir selalu bersifat paliatif dengan tujuan untuk
mengurangi gejala-gejala dan mencegah pembentukan cairan pleura. Pengobatan terhadap
kanker primer dapat diberikan apabila diketahui lokasinya serta terdapat pengobatan untuk
tumor tersebut. Penanganan paliatif pada efusi pleura keganasan dapat berupa aspirasi cairan,
pleurodesis, dan pembedahan.
Aspirasi Cairan Pleura
Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi secara berulang atau dengan
pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal Drainage (WSD). Cairan
yang dikeluarkan pada setiap kali pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1000 ml untuk
mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara mendadak.
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a.
Identitas Pasien
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
b.
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c.
gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d.
disinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
e.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
2)
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien. Pasien dengan efusi
pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada
struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan efusi pleura keadaan umumnya lemah.
3)
Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4)
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5)
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6)
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang
ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
7)
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8)
berpikirnya.
9)
untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih
lemah.
10)
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang
yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11)
g.
1)
Pemeriksaan fisik
Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap
petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
2)
Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa
terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada
effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak
tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax
lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila
cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
2.
Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi
jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-
kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990,
788).
i.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Transudat
Eksudat
<3
>3
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
Rivalta
> 1,016
Negatif
Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
-
Transudat
: jernih, kekuningan
Eksudat
: kuning, kuning-kehijauan
Hilothorax
Empiema
Empiema anaerob
: berbau busuk
Mesotelioma
c.
Banyak Limfosit
jamur
sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan
infark paru, trauma dada dan keganasan.
Misotel banyak
Sitologi
Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi,
preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)
d.
Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-
coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman
tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).
Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga
dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi pleura. Selanjutnya
masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan efusi
3.
4.
dengan demam.
5.
dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
6.
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak
(WSD))
2.
3.
3. PERENCANAAN
Menyusun prioritas :
Diagnosa keperawatan pre-op
1.
3.
4.
dengan demam.
5.
dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
6.
Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase (WSD))
2.
3.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu
mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
Intervensi :
a.
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
b.
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c.
Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
e.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.
f.
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot
dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
g.
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto
thorax.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya
cairan dan kembalinya daya kembang paru.
Akral hangat
Intervensi :
a.
Rasional :
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
b.
Rasional :
Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam tetapi dapat sebagai respons terhadap
hipoksemia.
c.
Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, cacat adanya sianosis ferifer
Rasional :
Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
e.
Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan
Rasional :
Demam tinggi (umumnya pada pneumonia bacterial dan influenza) sangat meningkatkan
kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan menggagu oksigenasi metabolic.
f.
Rasional :
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b.
Rasional :
Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
Rasional :
Dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien perawat dapat mengetahui keadaan umum
klien, serta dapat memantau suhu tubuh klien.
b.
Rasional :
Dengan pemberian kompres hangat dapat menurunkan demam pasieen.
c.
Rasional :
Klien dengan hipertermi akan memproduksi keringat yang berlebih yang dapat
mengakibatkan tubuh kehilangan cairan yang banyak, sehingga dengan memberikan minum
peroral dapat menggantikan cairan yang hilang serta menurunkan suhu tubuh.
d.
Rasional :
Klien dengan hipertermi akan mengalami produksi keringat yang berlebihan sehingga
menyebabkan pakaian basah. Pakaian basah diganti untuk mencegah pasien kedinginan dan
untuk menjaga kebersihan serta mencegah perkembangan jamur dan bakteri.
Kolaborasi :
a.
Rasional :
Obat tersebut digunakan untuk menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
b.
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-400C pada waktu
terjadi kerusakan/gangguan pada otak.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi :
a. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional:
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan,
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat
Rasional :
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan
gerakan disfragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
c. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional :
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
d. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama,
ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak
Intervensi :
a.
kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
Rasional :
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istiraha dan/ tidur.
Rasional :
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja
dan bantal.
e.
e.
Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan
baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.
4.
EVALUASI
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,
1989).
Pre-op
1.
penumpukkan cairan dalam rongga pleura, sianosis tidak ada dan tidak ada gejala hipoksia
dan tidak adanya sesak.
2.
Tercapai ventilasi yang adekuat dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
4.
5.
6.
2.
3.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.
https://www.google.com/search?q=askep+efusi+pleura&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefoxa#psj=1&q=askep+klien+dengan+efusi+pleura&rls=org.mozilla:en-US%3Aofficial
Tanggal 6 september 2013, jam 11.38