Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak
iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang
diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan meka nisme
imunologik yang spesifik.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat
(tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit.
Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi
tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

B. Etiologi
Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya
alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi.
Alergen penyebab DKA sangat bervariasi berupa bahan kimia sederhana dgn BM rendah(<1000
Dalton),berupa hapten lipofilik yang dapat menembus st.korneum. Dapat ditemukan pada
perhiasan,kosmetik, pewarna rambut atau pakaian, obat topikal, bahan kimia, tumbuhan, dan
lainnya.
Alergen yang tersering menyebabkan DKA :
-

Nikel sulfat

Neomisin sulfat

Balsam peru

Fragrance mix

Thimerosal

Sodium gold thiosulfate

Formaldehid

Quaternium 15

Bacitracin

Cobalt chloride

C. Patofisiologi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama
18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel
LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada
membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human
Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional
dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut
terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen
recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1
(interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells,
yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki
fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini
individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami
dermatitis kontak alergik.
2. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang
sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis.
Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi
Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF
gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi
eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan
histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya

timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan
tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme
yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel
Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh
sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan
basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam
paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat
sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan
D. Manifestasi Klinis
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis.
Dermatitis kontak umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat
efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umunya
mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan
dermatitis kontak alergik.
1. Fase akut.
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan
penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang
berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang
berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila
pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang
jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.
2. Fase Sub Akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut
akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan,
vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
3. Fase Kronis
Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut yang hilang
timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur,
kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa
erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah
dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi
kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.

Selain berdasarkan fase respon peradangannya, gambaran klinis dermatitis kontak alergi juga
dapat dilihat menurut predileksi regionalnya. Hal ini akan memudahkan untuk mencari bahan
penyebabnya.
1. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya
pada ibu rumah tangga. Demikian pula dermatitis kontak akibat kerja paling banyak
ditemukan di tangan. Sebagian besar memang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan
penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen dan pestisida.
(Dermatitis kontak alergi karena nikel pada jam tangan)
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung
tangan karet, debu semen dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.
3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan bahan kosmetik, obat topikal, alergen
yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkun
disebabkan oleh lipstik, pasta gigi dan getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata
dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, perona mata dan obat mata.
4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat topikal, tangkai
kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.
5. Leher dan Kepala
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian. Kulit kepala relative tahan terhadap
alergen kontak, namun dapat juga terkena oleh cat rambut, semprotan rambut, sampo atau
larutan pengeriting rambut.
6. Badan
Dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa ), plastik
dan deterjen.
7. Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita dan alergen
yang berada di tangan.
8. Paha dan tungkai bawah
Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal
(anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan sepatu.

E. Pemerksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument


yaitu :
Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit
yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada
lesi kulit.
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor
pencahayaan memegang peranan penting.
Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat
bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif

F. Penatalaksanaan
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu
bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut
penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi
losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah
berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di
dalam, diberi salep.

Menghentikan paparan terhadap alergen yang dicurigai


a. Terapi topikal:
glukokortikoid ointment/gel (klas I-III) efektif untuk lesi awal nonbullosa

pimecrolimus/tacrolimus efek lbh rendah dibanding kortikosteroid topical


b. Drainage bulla yang besar
c. Kompres dengan larutan Burrowi pada lesi akut
d. Terapi sistemik
Glukokortikoid oral untuk lesi berat
Prednison 70 mg/hari, di tappering off 5-10 mg /hr setelah 1-2 minggu.
e. Imunosupresan

siklosporin oral DKA yang alergennya sulit dihindari seperti DKA airborne

G. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah
disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:
f.

Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

g. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari

kontak dengan bahan pembersih.


h. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk

menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta
nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2. Riwayat keluhan utama
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada
beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada
kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien
Provocative/palliative

Apa penyebab keluhan,


Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu
yang menyebabkan kerusakan pada kulit

Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat.


Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan
akan berkurang

Quality/quantity

Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar


Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan
gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat
menyebabkan keluhan

Sejauh mana sakit dirasakan

Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta
tingkat sensitifitas kulit

Region/radiation

Dimana letak sakit


Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab

Area penyebarannya

Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis,


tempat cedera, dibalik perhiasan.

Severitty scale

Apakah mempengaruhi aktifitas


Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit

Seberapa jauh skala ringan/berat


Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya

Timing

Kapan mulai terjadi

Kapan sering terjadi

Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

b. Riwayat Kesehatan masa Lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah
menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu
juga dikaji kebiasaan klien.
c. Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama,
tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara
khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah
menderita dermatitis atopic
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran

Kompos mentis

Apatis

Samnolen, letergi/hypersomnia

Delirium

Stupor atau semi koma

Koma

Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis


kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan
tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah

Denyut nadi

Suhu tubuh

Pernafasan

4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit
Inspeksi

radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

kemerahan (rubor),

gangguan fungsi kulit (function laisa).

biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat
timbul secara serentak atau beturut-turut.

terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian


membesar.

Terdapat bula atau pustule,

ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut
ematiti sika.

terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat

hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

Palpasi

Nyeri tekan

edema atau pembengkakan

Kulit bersisih

Pola Kegiatan Sehari-hari


1. Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari,
nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari
serta apakah ada perubahan Perubahan selama sakit
2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna
dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam
aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan
mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
4. Istirahat
klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri.
Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
6. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien
lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis
ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita
sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola
interaksi dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan
pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut
agama apa selama sakit klien sering berdoa.

B. Diagnose keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan lesi kulit
3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan
kulit.
C. Intervensi

DX I
Intervensi

Rasional

Mandiri

Mandiri

1. pantau keadaan kulit pasien

1. Mengetahui kondisi kulit untuk

2. Jaga dengan cermat terhadap resiko


terjadinya

cedera

termal

akibat

penggunaan kompres hangat dengan

dilakukan pilihan intervensi yang


tepat
2. Penderita

dermatosis

dapat

suhu yang terlalu tinggi dan akibat

mengalami penurunan sensitivitas

cidera panas yang tidak terasa (

terhadap panas.

bantalan pemanasan, radiator )


3. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kosmetik dan preparat tabir surya.

3. Banyak masalah kosmetika pada


hakekatnya

semua

kelainan

malignitas kulit dapat dikaitkan


dengan kerusakan kulit kronik.

Kolaborasi
4. Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

pemberian obat anti histamine dan


salep kulit

4. Penggunaan anti histamine dapat


mengurangi

respon

gatal

serta

mempercepat proses pemulihan

DX 2
Intervensi

Rasional

Mandiri:

Mandiri

1. Periksa daerah yang terlibat

1. Pemahaman

tentang

luas

dan

karakteristik kulit meliputi bantuan


2. Upaya untuk menemukan penyebab
gangguan rasa nyaman

dalam

menyusun

intervensi.
2. Membantu

3. Mencatat hasil hasil observasi

rencana

tindakan

mengidentifikasi
yang

tepat

untuk

secara

rinci

dengan

memakai

terminology deskriptif

memberikan kenyamanan.
3. Deskripsi
erupsi

yang

kulit

akurat

tentang

diperlukan

untuk

4. Mengantisipasi reaksi alergi yang

diagnosisi dan pengobatan. Banyak

mungkin terjadi ; mendapatkan

kondisi kulit tampak serupa tetapi

riwayat pemakaian obat.

mempunyai etiologi yang berbeda.


Respons inflamasi kutan mungkin

5. Kendalikan factor factor iritan

mati pada pasien lansia.


4. Ruam menyeluruh terutama dengan

6. Pertahankan kelembaban kira kira 60 % ;

8. Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun


untuk

kulit

sensitive

9. Lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan

5. Rasa gatal diperburuk oleh panas,


kimia, dan fisik.

kulit akan kehilangan air


7. Kesejukan mengurangi gatal

di tempat tidur.
10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian

11. Hentikan pemajanan berulang terhadap

12. Gunakan tindakan perawatan kulit untuk


kulit

bahan pengeras.
9. Meningkatkan

detergen, pembersih, dan pelarut.

integritas

8. Upaya ini mencakup tidak adanya


larutan detegen, zat pewarna atau

dengan sabun ringan

dan

meningkatkan kenyamanan pasien.


13. lakukan kompres penyejuk dengan air

lingkungan

yang

keras

dapat

sejuk
10. Sabun

yang

menimbulkan iritasi kulit.


11. Setiap

substansi

yang

suam suam kuku ataukompres dingin

mneghilangkan

air,

guna meredakan rasa gatal.

protein

epidermis

14. Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana


dipreskripsikan.

dapat

6. Dengan kelembaban yang rendah,

Neutrogena, Avveno ).

mempertahankan

mendadak

obat.

7. Pertahankan lingkungan dingin

dibuat

yang

mennjukkan reaksi alergi terhadap

gunakan alat pelembab.

yang

aeitan

dari

lipid

atau
akan

mengubah fungsi barier kulit.


12. Kulit

merupakan

barier

yang

penting yang harus dipertahankan


keutuhannya agar dapat berfungsi
dengan benar.
Kolaborasi:

13. Penghisapan air yang bertahap dari

15. Oleskan lotion dan krim kulit segera


setelah mandi

kasa kompres akan menyejukkan


kulit dan meredakan pruritus.
14. Kulit

16. Gunakan terapi topical seperti yang


dipreskripsikan.
17.

Anjurkan pasien

yang

menimbulkan
dengan

untuk

menghindari

kering
daerah

dapat
dermatitis

kemerahan,

gatal,

deskuamasi dan pada bentuk yang

pemakaian salep ayau lotion yang dibeli

lebih

tanpa resep dokter.

pembentukan lepuh, keretakan dan

18. Jaga agar kuku selalu terpangkas.

berat,

pembengkakan,

eksudat.
Kolaborasi
15. Hidrasi yang efektif pada stratum
korneum

mencegah

gangguan

lapisan barier pada kulit.


16. Tindakan ini membantu meredakan
gejala
17. Masalah pasien dapat disebabkan
oleh iritasi atau sensitisasi karena
pengobatan sendiri.
18. Memotongan

kuku

akan

mengurangi kerusakan kulit karena


garukan.

DX 3

1.

Intervensi

Rasional

Mandiri :

Mandiri :

Bantu pasien melakukan gerak badan


secara teratur

1. Gerak badan memberikan efek


yang menguntungkan untuk tidur
jika dilaksanakan pada sore hari.
2. Udara yang kering membuat kulit

2.

jaga kamar tidur agar tetap memiliki


ventilasi dan kelembaban yang baik.

terasa

gatal.

Lingkungan

yang

nyaman meningkatkan relaksasi.


Kolaborasi:
3. Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang
3. Cegah dan obati kulit yang kering

normal.

4. Anjurkan kepada klien menjaga


4.
kulit selalu lembab

Tindakan ini mencegah kehilangan air.


Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
dapat

disembuhkan

tetapi

bisa

dikendalikan.
5.
5. Anjurkan

klien

Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam

Menghindari sesudah dikonsumsi.

minuman yang mengandung kafein


menjelang tidur di malam hari.
6. Anjurkan klien Mengerjakan hal 6.

Tindakan ini memudahkan peralihan dari

hal yang ritual dan rutin menjelang keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.
tidur.

DX 4

1.

Intervensi

Rasional

Mandiri:

Mandiri:

Kaji adanya gangguan pada citra diri


1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap
pasien ( menghindari kontak mata, ucapan penyakit atau keadaan yang tampak nyata
yang merendahkan diri sendiri, ekpresi bagi pasien. Kesan sesorang terhadap
keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).

2.

dirinya sendiri akan berpengaruh pada

Identifikasi stadium psikososial tahap konsep diri


perkembangan.

2.

Terhadap

hubungan

antara

stadium

perkembangan, citra diri dan reaksi serta


pemahaman

pasien

terhadap

kondisi

3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan. kulitnya


Dengarkan ( dengan cara yang terbuka,
tidak

menghakimi

mengekspresikan

berduka

untuk
3.
/

Pasien membutuhkan pengalaman yang

ansietas harus didengarkan dan dipahami.

tentang perubahan citra tubuh.


4.

Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan


pasien. Bantu pasien yang cemas dalam
mengembangkan

kemampuan

untuk

4.
menilai diri dan mengenali serta mengatasi

Tindakan ini memberikan kesempatan


pada petugas kesehatan untuk menetralkan

masalah.

kecemasan yang tidak perlu terjadi dan


memulihkan realitas situasi. Ketakutan

5. dorong sosialisasi dengan orang lain

merupakan unsure yang merusak adaptasi


pasien.
5.

Meningkatkan

penerimaan

diri

dan

sosialisasi.

DX 5
Intervensi
1.

Rasional

Tentukan apakah pasien mnegetahui 1.(

Memberikan

data

dasar

untuk

memahami dan salah mengerti ) tentang mengembangkan rencana penyuluhan


kondisi dirinya.
2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada
2.

Jaga agar pasien mendapatkan informasi sesuatu

yang

dapat

mereka

perbuat.

yang benar ; memperbaiki kesalahan Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.


konsepsi / informasi

3.

Peragakan

penerapan

terapi

yang
3.

Memungkinkan

pasien

memperoleh

diprogramkan ( kompres basah ; obat kesempatan untuk menunjukkan cara yang

topical )
4.

tepat unutk melakukan terapi.

Berikan nasihat kepada pasien untuk


4.

Stratum korneum memerlukan air agar

menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan
fleksibel dengan tindakan hidrasi dan krim atau lotion untuk melembabkan kulit
pengolesan krim serta lotion kulit.

akan memcegah agar kulit tidak menjadi


kering, kasar, retak, dan bersisik.
5.

Penampakan

kulit

mencerminkan

kesehatan umum seseorang. Perubahan


5.

Dorong pasien untuk mendapatkan status pada kulit dapat menandakan status nutrisi
nutrisi yang sehat

yang abnormal.

Anda mungkin juga menyukai

  • Resume Anak
    Resume Anak
    Dokumen10 halaman
    Resume Anak
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Case Manager
    Case Manager
    Dokumen5 halaman
    Case Manager
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Resume Mata
    Resume Mata
    Dokumen9 halaman
    Resume Mata
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Ilustrasi Rumah Sakit
    Ilustrasi Rumah Sakit
    Dokumen6 halaman
    Ilustrasi Rumah Sakit
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Resume: Tanggal 23 Maret 2004 Pada Pukul 15:10
    Resume: Tanggal 23 Maret 2004 Pada Pukul 15:10
    Dokumen2 halaman
    Resume: Tanggal 23 Maret 2004 Pada Pukul 15:10
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Imelda Suratinoyo 120114024
    Imelda Suratinoyo 120114024
    Dokumen1 halaman
    Imelda Suratinoyo 120114024
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Rencana Asuhan Keperatan
    Rencana Asuhan Keperatan
    Dokumen1 halaman
    Rencana Asuhan Keperatan
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Dokumen17 halaman
    Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Chindy Gbyella Wauran
    0% (1)
  • LP Askep SH
    LP Askep SH
    Dokumen15 halaman
    LP Askep SH
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Inter Vens I
    Inter Vens I
    Dokumen1 halaman
    Inter Vens I
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Efuli Pleura Askep
    Efuli Pleura Askep
    Dokumen27 halaman
    Efuli Pleura Askep
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • KDM All
    KDM All
    Dokumen1 halaman
    KDM All
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian
    Format Pengkajian
    Dokumen12 halaman
    Format Pengkajian
    Rylhy Ulhye Noanyus
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen1 halaman
    Analisa Data
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Dokumen17 halaman
    Leukemia Limfoblastik Akut LLA
    Chindy Gbyella Wauran
    0% (1)
  • Dermatitis Alergen
    Dermatitis Alergen
    Dokumen17 halaman
    Dermatitis Alergen
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Inter Vens I
    Inter Vens I
    Dokumen1 halaman
    Inter Vens I
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Implement As I
    Implement As I
    Dokumen1 halaman
    Implement As I
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Pujian
    Pujian
    Dokumen1 halaman
    Pujian
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Alergen Intervensi
    Dermatitis Alergen Intervensi
    Dokumen3 halaman
    Dermatitis Alergen Intervensi
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen1 halaman
    Analisa Data
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Makalah 20dermatitis 20atopik
    Makalah 20dermatitis 20atopik
    Dokumen33 halaman
    Makalah 20dermatitis 20atopik
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Pujian
    Pujian
    Dokumen1 halaman
    Pujian
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Lagu ..................
    Lagu ..................
    Dokumen1 halaman
    Lagu ..................
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Amen Ore A
    Amen Ore A
    Dokumen4 halaman
    Amen Ore A
    Emy Listiyani
    Belum ada peringkat
  • Kartu 1000
    Kartu 1000
    Dokumen1 halaman
    Kartu 1000
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Patoflow CA Tiroid
    Patoflow CA Tiroid
    Dokumen1 halaman
    Patoflow CA Tiroid
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Lagu
    Lagu
    Dokumen1 halaman
    Lagu
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat
  • Lagu
    Lagu
    Dokumen1 halaman
    Lagu
    Chindy Gbyella Wauran
    Belum ada peringkat