Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Darah merupakan suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat
beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain
yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan
pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang
menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju
jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah
tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah
hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh
tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah
katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini
sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler
insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh.
Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh,
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim
ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan
karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah
yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi
pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Melalui sel darah, suatu organisme
dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami
pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak
memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari
presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.
Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari protoporfirin, globin
dan besi yang bervalensi 2 (ferro). Satu gram hemoglobin dapat mengikat
sekitar 1,34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat di jadikan
sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandunga protein pakan, defisiensi

vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan


bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress.
Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak
jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma dan akan
terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa. Pada ikan teleost, jumlah
normal eritrosit adalah 1,05x106-3,0x106 sel/mm3. Seperti halnya pada
hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia.
Sedangkan kadar tinggi menandaka bahwa ikan dalam keadaan stress.
Leukosit (sel darah putih) mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak
berwarna dan jumlahnya tiap mm3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir,
serta merupakan unit yang aktif dari system pertahanan (imun) tubuh. Sel-sek
leukosit akan di tranfer secara khusu ke daerah terinfeksi leukosit terdiri dari
dua macam sel yaitu sel granulosit (terdiri dari netrofil, eusinofil dan basofil
serta sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari limfosit, trombosit dan
monosit)
Limfosit memiliki peranan dalam respon imunitas dan monosit
merupakan sel mkrofag yang berperan penting dalam memfagosit mikro
organisme pathogen. Sedangkan trombosit sangat berperan dalam proses
pembekuan darah dan berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan tubuh
pada kerusakan-kerusakan di permukaan. Berbeda dengan ketiga sel di atas,
netrofil sangat berperan aktif dalam membunuh bakteri dan jumlahnya besar
dalam nanah. Sel-sel tersebut bersikulasi dalam darah dan cairan limfa.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang
banyak di gemari karena rasanya yang enak serta memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Dan pada praktikum ini, ikan nila akan di jadikan sebagai
sampel untuk perhitungan hematokrit.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Sebagai syarat kelulusan pada mata kuliah fisiologi hewan air
Untuk mengetahui cara perhitungan hematokrit pada ikan nila

1.2.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Darah

Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat


vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai
pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil
metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu,
komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting
sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam
tubuh.
Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi

kesehatan

yang

sedang

dialami

oleh

organisme

tersebut.

Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-komponen


darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia
darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi
kesehatannya.
2.2. Komposisi dan Fungsi Darah
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen
utama yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki
bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain
fibrinogen, juga terdapat ion-ion anorganik dan komponen organik untuk
fungsi metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadang-kadang
terpisah, kadang-kadang bergabung. Contohnya penggumpalan darah dan
produksi antibodi. Bahan-bahan untuk menggumpalkan darah berasal dari
plasma adalah fibrinogen sedangkan dari sel darah putih adalah trombosit.
yang mengandung bahan penyusun, diantaranya :
A. Sel-sel (butir) darah
Sel darah merah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk.
Ada 3 macam sel darah :
1. Sel darah merah (Eritrosit)
Ikan sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah
(eritrosit) berinti dan berwarna merah kekuningan dengan bentuk dan
ukuran bervariasi antara satu species dengan lainnya. Eritrosit dewasa
berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron tergantung pada
spesies ikannya. Jumlah eritrosit pada masing-masing species juga

berbeda, tergantung aktivitas ikan tersebut. Pada ikan yang memiliki


aktivitas tinggi seperti ikan predator blue marlin ( Makaria nigricans )
memiliki hematokrit 43% dan mackerel 52,5%, sedangkan pada ikan
nototheniid ( Pagothenia bermachii ) hanya 21%. Tiap-tiap mm darah
berkisar antara 20000 s.d. 3000000. Pengangkutan oksigen dalam darah
bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat
dalam eritrosit.
2. Sel darah putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) memiliki jumlah antara 20000 s.d.
150000 tiap mm3 darah. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua yaitu
granulosit (leukosit yang bergranula) dan agranulosit (leukosit yang tidak
bergranula). Berdasarkan penyerapan warna, granulosit terdiri dari
neutrophil, acidophil (eosinophil) dan basophil. Agranulosit yang
merupakan komponen terbesar leukosit terdiri dari limposit, monosit dan
trombosit.
3. Keping Darah (trombosit)
Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Berfungsi
mencegah kehilangancairan tubuhpada kerusakan-kerusakan di permukaan
tubuh.
B. Plasma Darah
Merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari :
Air mencakup 91-92%
Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin dan

fibrinogen.
Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti , Anion : Cl-, Co3

2-, Hco3-, SO4 2-, PO4-, I- dan Kation : Na+, K+. Ca2+, Mg2+, Fe3+
Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen,

misalnya lipid, karbohidrat, glukosa, garam amonium, urea, asam urat, dll.
Gas terlarut dalam plasma.
Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim dan anti toksin. Sel darah
ikan memiliki inti yang menonjol dengan jumlah 2juta mm3 dan
memiliki ukuran yang cukup konsistenyaitu umumnya sekitar 12 x 3

mikron dan memiliki sitoplasma yang kecil.


Menurut strukturnya, sel darah terdiri dari :
Membran sel yang merupakan dinding sel.

Bahan yang menyerupai spong yang disebut stroma.


Hemoglobin yang menempati ruang kosong pada stroma.
Menurut analisi kimia, sel darah merah terdiri dari dua macam

senyawa yaitu protein dan lipid. Bentuk sel darah merah berubah ketika
memasuki kapiler. Sel darah merah kaya akan macam-macam senyawasenyawa seperti glukosa, enzim, garam-garam organik, dan garam-garam
anorganik.
Darah memiliki fungsi utama yaitu menjaga keseimbangan pH tubuh.
Fungsi utama sistem sirkulasi darah adalah sebagai media transport zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh juga untuk transport panas dari dan ke jaringan
tubuh dan untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit.
2.3. Volume Darah
Volume darah merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan
orgainsme. Volume darah dipengaruhi :
a. Evolusi yang terus-menerus, misalnya ikan primitif mempunyai volume
darah lebih sedikit dari ikan sekarang.
b. Ikan yang lebih aktif mempunyai volume darah lebih banyak daripada ikan
non-aktif (sedentary).
Fungsi sirkulasi yang paling pnting selama aktifitas adalah
pengangkutan oksigen, karena meningkatnya aktifitas otot tanpa diimbangi
dengan meningkatnya ketersediaan oksigen sehingga menghabiskan sistem
energi anaerobik dan akhirnya menjadi lelah (fatique).
Ikan yang mempunyai jumlah otot merah (anaerobik) banyak, biasanya
lebih aktif dan mempunyai curah cor yang lebih banyak. Dasar dari
respons sistem sirkulasi terhadap meningkatnya kecepatan aktifitas adalah:

Meningkatnya curah cor.

Terdapat jumlah peningkatan dan mekanisme yang digunakan,

2.4.

bervariasi dengan cara hidup ikan dan spesies ikan.


Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah)
dalam darah ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan
sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai
hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar
hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan.
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah.
Bila dikatakan hematokrit 40 (40%) berarti darah terdiri dari 40% sel darah
merah dan 60% plasma dan sel darah putih. Nilai normal hematokrit
tergantung pada jenis kelamin. Ada 3 metode untuk menentukan nilai
hematokrit, yaitu :
1) Darah dimasukkan ke dalam tabung Winsrobe yang mempunyai skala,
kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama
setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi
antikoagulan terlebih dahulu.
2) Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat
pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah.
Kecepatan pemutaran adalah 11000rpm selama 4 menit.
3) Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini
menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel
darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah
dicampurdengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan
pada alat baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat

2.5.

dibaca pada galvanometer.


Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi
dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi
ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Nile Tilapia. Berikut merupakan klasifikasi ikan nila :

Kerajaan

: Animalia

Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Chordata
: Osteichtyes
: Perciformes
: Cichlidae
: Oreochromis
: Oreochromis niloticus

Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan


plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini sangat peridi,
mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil)
ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo
dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria,
dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung
semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter
sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur
sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila
mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya
mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku
ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera
diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai
daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak
istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping
dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.

BAB III
METODOLOGI
3.1.

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari
: Kamis
Tanggal : 08 Maret 2012
Pukul
: 14.00 17.00 Wita
Tempat : Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan

3.2.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum fisioligi hewan air ini, adalah:
Aquarium
Aerator
Syringe and needle (jarum dan spoit suntik)
Plastisin
Kapas
Tabung Plastik
Mirotube ( tabung kapiler) yang berheparin
Centrifuge
Serbet
Pinset
Mikrotob
Bahan yang digunakan dalam praktikum fisiologi hewan air ini,
adalah:
Ikan nila
Air

3.3.

Prosedur Kerja
a. Persiapan

Siapkan aquarium (bersihkan) dan isi air (kurang lebih 10 L atau sesuai

b.

c.

ukuran aquarium)
Lengkapi dengan aerator (1 batu/ aquarium)
Masukkan ikan kedalam aquarium
Perlakuan (Pb)
Penungguan waktu selama 30 menit
Setelah 30 menit, dilakukan prosedur sampling
Prosedur Sampling dan Analisa
Sampling ikan ditutup dengan serbet basah
Ambil darah ikan dengan menggunakan alat suntik melalui caudal
Masukkan darah langsung kedalam tabung kapiler
Kemudian sample darah dimasukkan kedalam tabung kapiler sampai 2/3

volume tabung
Salah satu ujung tabung ditutup dengan plastisin
Masukkan tabung kapiler yang berisi darah kedalam tabung centrifug,
lapisi dengan kapas hingga penuh agar tabung kapiler tidak goyang,

sehingga tabung tidak mudah patah


Sentrifus tabung selama 5 menit dengan kecepatan 15000 rpm
Ukur tinggi kolom eritrosit dan total keseluruhan (plasma + darah merah),
nilainya dinyatakan dalam %

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
Berikut merupakan data hasil hematokrit dari keseluruhan kelompok :
1. Kelompok 1 ( waktu 15 menit )
a) - Control :
Keseluruhan
: 3 cm
Darah Merah
: 2 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Control :
HCT (%) = 100 x (R/T)

= 100 x

2
3

= 100 x 0,66
= 66,66 %
Jadi, hasil dari perhitungan hematokrit control adalah 66,66 %
b) - Perlakuan :
Keseluruhan
: 1,85 cm
Darah merah
: 2,9 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Perlakuan :
HCT (%) = 100 x (R/T)
1,85
= 100 x 2,9
= 100 x 0,637
= 63,79 %
Jadi, hasil dari perhitungan hematokrit perlakuan adalah 63,79 %
2. Kelompok 2 ( waktu 30 menit )
a) - Control :
Keseluruhan
: 3 cm
Darah merah
: 2 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Control
HCT (%) = 100 x (R/T)
2
= 100 x 3
=

200
3

= 66,67 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematoktit control adalah 66,67 %
b) - Perlakuan :
Keseluruhan
: 2,7 cm
Darah merah
:1,7 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Perlakuan
HCT (%) = 100 x (R/T)
1,7
= 100 x 2,7
=

170
2,7

= 62, 96 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematokrit perlakuan adalah 62,96 %

10

3. Kelompok 3 ( waktu 60 menit )


a) - Control
Keseluruhan
: 4,4 cm
Darah merah
: 2,2 cm
Plasma
: 2,2 cm
- Perhitungan Hematokrit Control
HCT (%) = 100 x (R/T)
2,2
= 100 x 4,4
= 50 %
Jadi,hasil perhitungan dari hematokrit control adalah 50 %
b) - Perlakuan
Keseluruhan
: 3 cm
Darah merah
: 2 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Perlakuan
HCT (%) = 100 x (R/T)
2
= 100 x 3
= 66,67 %
Jadi, hasil perhitungan hematokrit perlakuan adalah 66, 67 %
4. Kelompok 4 ( waktu 15 menit )
a) - Control
Keseluruhan
: 2,8 cm
Darah Merah
: 2 cm
Plasma
: 0,8 cm
- Perhitungan Hematokrit Control
HCT (%) = 100 x (R/T)
2
= 100 x 2,8
= 100 x 0,714
= 71,4 %
Jadi, hasil perhitungan hematokrit control adalah 71,4 %
b) - Perlakuan
Keseluruhan
: 4,8 cm
Darah Merah
: 1,9 cm
Plasma
: 2,9 cm
- Perhitungan Hematokrit Perlakuan
HCT (%) = 100 x (R/T)
1,9
= 100 x 4,8
= 100 x 0, 395
= 39,6 %

11

Jadi, hasil perhitungan hematokrit perlakuan adalah 39,6 %


5. Kelompok 5
a) - Control
Keseluruhan
: 2,7 cm
Darah merah
:1,7 cm
Plasma
: 1 cm
- Perhitungan Hematokrit Control
HCT (%) = 100 x (R/T)
1,7
= 100 x 2,7
= 63 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematokrit control adalah 63 %
b) - Perlakuan
Keseluruhan
: 2,7 cm
Darah merah
: 1,8 cm
Plasma
: 0,9 cm
- Perhitungan Hermatokrit Perlakuan
HCT (%) = 100 x (R/T)
1,8
= 100 x 2,7
= 67 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematokrit perlakuan adalah 67 %
6. Kelompok 6
a) - Control
Keseluruhan
: 3,2 cm
Darah merah
: 2 cm
Plasma
: 1,2 cm
- Perhitungan Hematokrit Control
HCT (%) = 100 x (R/T)
2
= 100 x 3
= 62,5 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematokrit control adalah 62,5 %
b) - Perlakuan
Keseluruhan
: 3,2 cm
Darah merah
: 1,5 cm
Plasma
: 1,7 cm
- Perhitungan Hematokrit Perlakuan
HCT (%) = 100 x (R/T)

12

= 100 x

1,5
3,2

= 46,875 %
Jadi, hasil perhitungan dari hematokrit Perlakuan adalah 46,875 %

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah darah terdiri
dalam kelompok besar yaitu sel darah dan plasma darah. Secara umum
system peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun
perbedaan-perbedaan mendetail tetap ada diantara setiap kelompok hewan.
Hal tersebut tergantung anatomi, fisiologi dan kondisi lingkungan. Untuk
mengetahui jumlah sel darah merah dapat dinilai dari nilai hematokritnya.
Nilai hematokrit ini berhubungan dengan laju metabolisme, cara hidup ikan,
jenis kelamin ikan dan spesies ikan tersebut. Semakin tinggi nilai hematokrit
semakin tinggi pula jumlah sel darah merahnya. Selain itu, ada juga korelasi

13

yang kuat antara hematokrit dan jumlah hemoglobin darah, semakin rendah
jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah pula kandungan
hemoglobin darah.
5.2. Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu sebaiknya sample yang
digunakan lebih beragam (tidak hanya satu spesies) agar dapat diketahui
jumlah hematokrit dari berbagai spesies.

DAFTAR PUSTAKA
http://maswira.wordpress.com/2008/09/17/darah-ikan-2/. Di akses pada tanggal
10 April 2012.
http://www.google.com. Hematokrit pada ikan. Di akses pada tanggal 10 April
2012.
http://www.google.com. Klasifikasi Ikan Nila. Di akses pada tanggal 10 April
2012

14

Anda mungkin juga menyukai