Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang sering di diagnosis pada wanita.
Kanker ini bersifat mengancam nyawa dan merupakan salah satu penyebab
kematian kerana kanker dikalangan wanita. Menurut American Cancer Societys,
pada tahun 2011 diperkirakan di Amerika Serikat ditemukan 230,480 kasus baru
karsinoma payudara yang invasif pada wanita dan kira-kira 57,650 kasus baru dari
jenis karsinoma in situ(CIS). Kematian diperkirakan terjadi pada 39,520 kasus
akibat dari kanker ini. Peluang untuk wanita mendapat kanker payudara invasif
lebih kurang 1 daripada 8 dan peluang kematian akibat kanker ini 1 dari 35. Kadar
kematian akibat payudara makin berkurang. Ini mungkin akibat dari penemuan
awal dan penanganan yang lebih berkesan. Sekarang, didapatkan 2 juta
penghidap kanker payudara yang terselamat. Di indonesia, insiden kanker
payudara belum mempunyai data, namun suatu data pathological base registration
mencatat bahwa kanker payudara ini menduduki tempat kedua (15.8%) setelah
kanker mulut rahim ditempat pertama.(12,13)
Kebanyakan gejala awal dari kanker payudara asimptomatik. Gejala termasuk
benjolan pada payudara, terdapatnya perubahan pada kulit, ulserasi, keluarnya
cairan dari puting susu dan lain-lain. Terdapat banyak faktor resiko untuk kanker
payudara iaitu dari jenis kelamin, usia, genetik, riwayat keluarga, riwayat penyakit
pada payudara, radiasi, kehamilan, haid dan faktor-faktor lain. Mempunyai faktor
resiko tidak memastikan bahawa akan terjadi kanker payudara.(12,13)
Untuk mendiagnosis kanker payudara diperlukan pemeriksaan fisik, imaging
(mammografi dan ultrasonografi) dan FNAB. Operasi merupakan terapi utama
untuk kanker payudara. Wanita dengan stadium awal kanker payudara biasanya
sembuh dengan operasi. Terapi adjuvan kanker payudara digunakan untuk
merawat penyakit mikrometastatik atau sel kanker telah menyebar ke KGB
regional. Terapi adjuvan diperkirakan mengurangkan 35-72% kadar kematian.(12,13)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

EMBRIONAL
Dalam embrio manusia, payudara dikenal sebagai milk streak dalam sekitar

minggu keenam perkembangan fetus. Suatu area penebalan ektodermis yang


dikenal sebagai tunas susu, berkembang dalam bagian pectoralis badan embrio.
Peninggian linear tegas ini terbentang bilateral dari aksila ke vulva dan dikenal
sebagai garis susu atau mammary ridge. Lokasi pectoralis payudara pada manusia
hanya ditempati pada primata tinggi spesies mamalia.(1)
Dengan mencapai minggu 9 perkembangan dalam rahim, garis susu menjadi
atrofi, kecuali dalam daerah pectoralis dan pengenalan pertama primodium
payudara (tunas puting susu) jelas. Dengan mencapai minggu 12 embriogenesis,
tunas puting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis. Pada bulan ke 5,
jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan berdiferensiasi
ke 15 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris di bawah kulit tunas
puting susu. Duktus mamae berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral
dari sisa embriologi ini, yang terbagi dalam duktus susu primer dan berakhir
dalam tunas lobulus. Kemudian tunas ini berproliferasi ke dalam asinus setelah
dimulai rangsangan estrogen ovarium. Selama pertumbuhan dalam rahim, duktus
susu primer bercabang dan membelah luas. Dengan mencapai bulan ke tujuh
sampai ke delapan dalam rahim, duktus berkanulasi membentuk lumen yang
berhubungan dengan duktus lactifer tak matang.(1)
Saat lahir, tunas puting susu mempunyai cekungan sentral yang sesuai dengan
area yang dipenetrasi oleh lumen duktulus susu primer. Segera setelah lahir,
penetrasi tunas puting susu lengkap ia bereversi dan lebih diinvasi oleh sel
basaloid yang menjadi dipigmentasi gelap untuk membentuk areola.(1)

2.2.

ANATOMI
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai

berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar

Superior : iga II atau III

Inferior

: iga VI atau VII

Medial

: pinggir sternum

Lateral

: garis aksilaris anterior

2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya

Superior : hampir sampai ke clavikula

Medial

: garis tengah

Lateral

: m. Latissimus dorsi

Payudara terdiri dari berbagai struktur :

Parenkim epitelial

Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening

Otot dan fascia

Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masingmasing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan
bermuara pada puting susu. Tiap lobus berisi 20-40 lobulus dan masing-masing
lobulus terdiri dari 10-100 alveoli. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar
dari glandula mammae. Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis
dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper
yang berfungsi sebagai penyangga.(1,2)
1. Vaskularisasi (1,2)
a. Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari :

Cabang-cabang perforantes a.mamaria interna. Cabang-cabang


I,II,III dan IV dari a.mamaria interna menembus dinding dada
dekat pingir sternum pada interkostal yang sesuai, menembus
m.pektoralis mayoor dan memberi pendarahan tepi medial
glandula mammae.

Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun


diantara m.pektoralis minor dan m.pektoralis mayor. Pembuluh
ini merupakan pembuluh utama m.pektoralis mayor. Setelah
menembus m.pektoralis mayor, arteri ini akan mempendarahi
glandula mammae bagian dalam (deep surface).

A. Thorakalis lateralis. (a.mamaria eksterna). Pembuluh darah ini


berjalan turun menyusuri tepi lateral dari m.pektoralis mayor
untuk mempendarahi bagian lateral payudara.

A. Thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari


a.subskapularis. Arteri ini mempendarahi m.latissimus dorsi dan
m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberi
pendarahan pada glandula mammae, tetapi sangat penting artinya.
Karena tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi
akibat terputusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini
dinamakan bloody angle.

b. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

Cabang-cabang perfrantes v. mamaria interna


Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkandarah dari
payudara. Vena ini bermuara pada v.mamaria interna yang
kemudian bermuara pada v.innominata.

Cabang-cabang v.aksilaris yang terdiri dari v.thorako-akromialis,


v.thorakalis dan v.thorako-dorsalis.

Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis


V.interkostalis bermuara pada v.vertebralis, kemudian bermuara
v.azygos.

2. Sistem Limfatik (1,2)

a. Pembuluh getah bening

Pembuluh getah bening aksila


Pembuluh getah bening aksila ini mengarlirkan getah bening dari
daerah sekitar areola mammae, kuadran lateral bawah dan
kuadran lateral atas payudara.

Pembuluh getah bening mamaria interna


Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fascia pektoralis
lalu menembus fascia tersebut dan masuk ke dalam m.pektoralis
mayor. Laju berjalan ke medial bersama-sama dengan sistem

perforantes menembus m.interkostalis dan bermuara ke dalam


kelenjar getah bening mamaria interna. Dari kelenjar mamaria
interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus
mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v.kava, sebagian
akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
b. Kelenjar-kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening mamaria eksterna


Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m.pektoralis
mayor, sepanjang tepi medial aksila. Dibagi dalam 2 kelompok :
-

Kelompok superior. Kelompok ini terletak setinggi interkostal


II-III.

Kelmpok inferior. Kelompok ini terletak setinggi interkostal


IV-V-VI.

Kelenjar getah bening skapula


Kelenjar getah bening terletak sepanjang vas subskapularis
danthorako-dorsalis, mulai dari percabangan v.aksilaris menjadi
v.subskapularis, sampai ke tempat masuknya v.thorako-dorsalis ke
dalam lm.latissimus dorsi.

Kelenjar getah bening sentral (Central nodes)


Terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang
beberapa diantaranya terletak sangat superfisial, di bawah kulit
dan fascia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan
pertengahan lipatan ketiak depan dan belakang. Merupakan
kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.

Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes)


Terletak diantara m.pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.

Kelenjar getah bening v.aksilaris

Terletak sepanjang v.aksilaris bagian lateral, mulai dari white


tendon m.latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari
percabangan v.aksilaris v.thorako-akromialis.

Kelenjar getah bening subklavikula


Terletak sepanjang v.aksilaris, mulai dari sedikit medial
pecabangan

v.aksilaris-v.thorako-akromialis

sampai

dimana

v.aksilaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. Merupakan


kelenjar aksila yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua
getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening
aksila masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening
aksila ini terletak di bawah fascia kostokorakoid.

Kelenjar getah bening prepektoral


Merupakan kelenjar tunggal yang kadang terletak di bawah kulit
atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas.

Kelenjar getah bening mamaria interna


Tersebat sepanjang trunkus limfatikus mamaris interna, kira-kira
3 cm di pinggir sternum. Terletak di dalam lemak diatas fascia
endothorasika, pada sela iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada
6-8 buah.

3. Persarafan

(1,2,3)

Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan


n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit
paralisis dan mati rasa pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus
braktus medialis yang mengurus sensilbilitas daerah aksila dan bagian medial
lengan atas.
Nervus pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor,
n.torakodorsalis yang mengurus m.latissimus dorsi, dan n.torakalis longus
yang mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi aksila.

2.3 FISIOLOGI
Kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari sistem reproduksi
maka perbuahan fisiologis kelenjar tersebut rapat hubungannya dengan
reproduksi, dalam keseluruhannya dikendalikan oleh sistem neuro-endrokrinologi
yang sama.(4)
Payudara mengalami tiga macam perubahan : (4)

Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara


Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem aluran yang
bermuara ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi dari
kedua seks menunjukkkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai
bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kirakira satu minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan
infantil, tidak aktif.
Dalam permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan
lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu cakram.
Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga
berbentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi pengaruh estrogen yang kadarnya
meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat
di antara 15-20 lobus payudara, saluran lobus tidak banyak bertumbuh.
Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai.

Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid


Pada saat haid payudara agak membesar dan tegang dan pada
beberapa wanita timbul rasa nyeri. Perubahan ini kiranya ada hubungan
dengan perubahan vaskuler dan limfogen.

Perubahan payudara pada saat hamil dan laktasi


Beberapa minggu setelah konsepsi timbul perubahan pada kelenjar
payudara. Payudara menjadi lebh penuh, tegang, areola lebih banyak
mengandung pigmen dan puting susu sedikit membesar. Pada awal
trimester kedua mulai timbul sistem alveolar, baik duktus maupun asinus
menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni

kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen da


progesteron, kolostrum tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir
dapat dikeluarkan beberapa tetes. Pengecilan payudara sesudah menopause
adalah berdasarkan berkurangnya produksi estrogen. Pemakaian obatobatan

yang

tidak

diketahui

becampur

dengan

estrogen

dapat

menimbulkan bermacam-macam keluhan.


2.4 DEFINISI KANKER PAYUDARA (9,10,11)
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengambil pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali, kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh
World Health Orgnization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Clasification of Disease (ICD) dengan kode nomor 17.
2.5 EPIDEMIOLOGI (2)
Insiden kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan semakin edukasi dan
teknolgi yang mempunyai dampak luas dalam penemuan penyakit, semakin
tingginya keadaan status sosial ekonomi yang mempunyai dampak pula terhadap
perubahan pola hidup.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Menurut
WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan
lebih dari 700,000 meninggal karenanya.
Di AS (1983) insiden kanker payudara 92 kasus baru/100,000 penderita
wanita dengan mortalitas 27/100.000 yaitu 18% dari angka kematian pada
wanita. Di Indonesia, insiden kanker payudara ini belum ada datanya, namun
suatu data pathological base registration mencatat bahwa kanker payudara ini

10

menduduki tempat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker terbanyak setelah kanker
mulut rahim di tempat pertama. Diperkirakan pula insiden kanker payudara ini di
Indonesia semakin meningkat di masa yang akan datang.
2.6 ETIOLOGI
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang
terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga,
hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel,
chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus,
adeno virus, herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
2.7 FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA
Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah didokumentasikan.
Namun demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita kanker payudara, faktor
resiko yang spesifik tidak dapat ditentukan (IARC, 2008; Lacey, et al., 2009).
Beberapa faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah :

Usia
Meningkat setelah usia 30 keatas (Robbins, 2007). Sekitar 60% kanker
payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada
wanita berusia diatas 75 tahun. Hal ini dapat dimengerti karena pajanan
pada karsinogen, inisiator, dan promotor lebih lama pada usia lanjut (Wim
de jong, 2005)

Riwayat Keluarga

11

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat


penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Jika ibu atau saudara wanita mengidap kanker
payudara maka risiko kanker payudara meningkat dua kali lipat
dibandingkan wanita lain yang dalam keluarganya tidak ada penderita

satupun (Tjindarbumi, 2002)


Faktor Genetik
Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter
spesifik. Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herditer
memperlihatkan mutasi di gen BRCA1 (pada kromoson 17q21.3) dan
sepertiga di BRCA2 (pada kromoson 13q12-13). Kedua gen ini
diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja
sebagai gen penekan tumor karena muncul jika kedua alel inaktif atau
cacat pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh

mutasi somatik berikutnya (Robbins, 2007)


Faktor Reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua.
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Wanita
nuliparitas akan meningkat risikonya 2-4 kali untuk menderita kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang kawin dan punya anak
.Wanita yang melahirkan anak pertamanya pada usia lebih dari 35 tahun
akan memiliki risiko 2 kali lebih besar .Wanita yang mendapat haid
pertama kali (menarche) pada usia kurang dari 12 tahun meningkat
risikonya menjadi 1,7-3,4 dibandingkan dengan wanita menarche pada
usia normal atau lebih dari 12 tahun .Wanita yang menopause lebih dari 55
tahun memiliki risiko 2.5-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menopause diusia normal (Tjindarbumi, 2002) .Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.Secara

12

anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan


bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi

jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.


Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan

secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.


Penggunaan Hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun
tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral,
wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Selsel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami

perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.


Penyakit Fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, sampai 2 kali. Sedangkan pada hyperplasia
atipik, risiko meningkat hingga fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik risiko meningkat hingga 5 kali (Karten, 2003).

2.8 PATOGENESIS(14)
Diusulkan bahwa ada enam perubahan penting dalam fisiologi sel yang
menentukan pertumbuhan sel ganas: mempertahankan proliferasi, menghindari

13

pertumbuhan suppressors , penghindaran apoptosis (kematian sel terprogram),


potensi replikasi tetap, angiogenesis, dan invasi dan metastasis.

Gambar 1: Hallmark of Cancer


Sumber: Schwartz: Principles of Surgery, 7th ed
1. Mempertahankan Proliferasi
Sel-sel kanker memiliki kemampuan untuk mempertahankan proliferasi
kronis tanpa rangsangan eksternal. Jaringan normal

mengendalikan

produksi dan release growth-promoting signals melalui proto-onkogen,


sehingga memastikan homeostasis dari jumlah sel dan pemeliharaan

14

struktur dan fungsi jaringan normal . Dalam sel-sel kanker, perubahan dari
pro-onkogen ke onkogen mempromosikan pertumbuhan sel mandiri.
2. Menghindari Pertumbuhan Suppressors
Gen supresor tumor mencegah pertumbuhan sel. Sel-sel kanker dapat
mengatasinya hingga mengakibatkan pertumbuhan sel tumor.
3. Melawan Kematian sel (apoptosis)
Perkembangan sel-sel kanker dapat ditingkatkan dengan mutasi pada gen
yang mengatur kematian sel terprogram .
4. Mengaktifkan replikatif yang tetap
Sel-sel kanker memerlukan potensi replikatif luas untuk menghasilkan
tumor makroskopik. Telomeres pada akhir kromosom memendek selama
proses pembelahan sel. Setelah memendek pada satu titik tertentu dalam
sel normal, proliferasi berhenti. Dalam sel-sel kanker, pemendekan
telomere yang dihindari oleh enzim telomerase, hingga memungkinkan
replikasi sel secara luas.
5. Angiogenesis yang berlanjut
Seperti jaringan normal, tumor membutuhkan nutrisi dan oksigen serta
kemampuan untuk menghapus sisa metabolisme dan karbon dioksida
untuk bertahan hidup. Melalui angiogenesis, satu sistem vaskular
dihasilkan untuk pertumbuhan tumor dan metastasis terus.
6. Mengaktifkan Invasi dan Metastasis
Sel-sel kanker dapat menyebar dimulai dengan sel bebas keluar dari tumor
primer, masuk ke dalam darah dan pembuluh limfatik terdekat, melalui
sistem limfatik dan pembuluh darah untuk menghasilkan tumor sekunder
di lokasi yang jauh.

15

2.9 Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Kanker Payudara (Harrisons Principle of Internal Medicine)


1. Ductal Carsinoma in situ (DCIS):
Ini adalah tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti
sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding

16

duktus ke jaringan payudara disekitarnya. Sekitar 1 dari 5 kasus baru


kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker pada
tahap awal ini dapat disembuhkan. Sebuah mamografi seringkali adalah
cara terbaik untuk deteksi dini DCIS. Ketika terdiagnosa DCIS, ahli
patologi biasanya akan mencari area dari sel sel kanker yang telah mati,
disebut nekrosis tumor dalam sample jaringan. Bila nekrosis ditemukan,
maka tumor agaknya lebih bersifat agresif. Istilah comedocarsinoma
kadang digunakan untuk menjelaskan DCIS dengan nekrosis.
2. Lobular Carsinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sendiri sering tidak
menjadi kanker invasive, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko
lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker payudara invasive pada
payudara yang sama atau berbeda. Untuk itu, mamografi rutin sangat
disarankan. Invasif (atau infiltrating) Duktal Karsinoma (IDC): Ini adalah
kanker payudara paling umum dijumpai. Bermula dari duktus, menerobos
dinding duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Pada
titik ini, itu mungkin menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya
melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker
payudara invasive adalah jenis ini. Invasif (infiltrating) Lobular
Karsinoma (ILC): kanker ini dimulai dalam lobulus. Seperti IDC, ia dapat
menyebar (bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10
kanker payudara invasif adalah dari jenis ini. ILC lebih sulit terdeteksi
melalui mammogram daripada IDC.
3. Kanker invasive
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, biasa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik
(menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
4. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

17

5. Karsinoma tubuler : Kanker ini berasal dari kelenjar susu.


Jenis-jenis Kanker Payudara yang Jarang Terjadi
Inflammatory breast carcinoma (IBC):
Jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi ini, statistiknya adalah sekitar 13% dari semua kasus kanker payudara. Biasanya tidak terjadi benjolan tunggal
atau tumor. Sebaliknya, IBC membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa
hangat. Hal ini jugamembuat kulit payudara tampak tebal dan mengerut, seperti
kulit jeruk. Dokter biasanya baru mengetahui bahwa perubahan ini bukan
disebabkan oleh inflamasi/peradangan atau infeksi, tetapi karena sel-sel kanker
telah memblokir pembuluh getah bening di kulit. Payudara yang terkena biasanya
lebih besar, kenyal, lembek atau gatal. Pada tahap awal, jenis kanker ini kadang
salah diartikan sebagai infeksi payudara (mastitis) dan diobati dengan antibiotic.
Bila tidak juga membaik, biasanya dokter akan menyarankan biopsy. Karena tidak
terjadi benjolan, jenis ini biasanya tidak terdeteksi saat mammogram. Jenis kanker
ini biasanya cenderung menyebar dan kelihatannya lebih buruk daripada tipe IBC
ataupun ILC.
Penyakit Paget pada Putting :
Jenis kanker payudara ini dimulai pada duktus dan menyebar ke kulit puting dan
kemudian ke areola (lingkaran gelap di sekeliling putting). Jenis ini jarang terjadi
(hanya sekitar 1% dari semua kasus kanker payudara). Tandanya adalah kulit
puting dan areola pecah-pecah, bersisik, dan merah, dengan adanya area berdarah.
Pasien biasanya melihat adanya area yang seperti terbakar atau gatal. Penyakit
Paget

seringkali

diasosiasikan

dengan

DCIS,

atau

lebih

sering

IDC.

Pengobatannya seringkali memerlukan mastektomi. Jika DCIS hanya ditemukan


(tanpa kanker invasif), ketika payudara diangkat, harapan sembuhnya sangat baik.

18

2.10 Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara
untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah
stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh
UICC (International Union Against Cancer dari World Helath Organization) /
AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM :
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

19

a) Ukuran Tumor (T) :

Tabel 2.1 : Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM


b) Palpable Lymph Node (N):

20

Tabel 2.2 : Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM


c) Metastase (M) :

Tabel 2.3 : Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM

21

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Tabel 2.4 Stadium Numerik Kanker Payudara


Setelah masing-masing faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

Stadium 0 (T0 N0 M0)


Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer. Yaitu
kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan
kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

22

Stadium I (T1 N0 M0)


Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening. Tumor dengan garis tengah kurang dari 2
cm dan belum menyebar keluar payudara.

Stadium IIA (T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0)


Pada stadium ini :
-

Tidak ada benjolan yang ditemukan pada payudara, tetapi kanker


ditemukan pada limfonodi axillaris (kelenjar limfe dibawah lengan);
atau

Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil dan sudah menyebar ke


limfonodi axillaris; atau

23

Benjolan lebih besar dari 2 cm tetapi tidak lebih besar dari 5 cm


(antara 2-5 cm) dan tidak menyebar ke limfonodi axillaris.

Stadium IIB (T2 N1 M0 / T3 N0 M0)


Pasien stadium ini, benjolan berukuran :

2-5 cm dan sudah menyebar pada limfonodi axillaris; atau

Lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke limfonodi axillaris.

Stadium IIIA (T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2


M0)
Tidak ada benjolan yang ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di
limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada

24

jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang
dada atau :
-

Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil. Kanker ditemukan di


limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lin atau pada
jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar
tulang dada; atau

Benjolan berukuran 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi


axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan
lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada; atau

Benjolan lebih besar dari 5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi


axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan
lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada.

Stadium IIIB (T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0)


Benjolan bisa sebesar apapun dan kanker :
-

Sudah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara; dan

25

Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris yang saling


berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker
mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada

Kanker yang sudah menyebar ke kulit payudara disebut kanker payudara


inflamatorik (Inflammatory Breast Cancer)

Stadium IIIC (Tiap T N3 M0)


Pada stadium ini, terdapat kanker payudara ataupun benjolan dalam
berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke dinding dada dan/atau
kulit payudara. Selain itu, kanker juga :
-

Sudah menyebar ke linfonodi diatas atau dibawah tulang leher dan

Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris atau ke limfonodi di


sekitar tulang dada.

Kanker payudara stadium IIIC dibagi menjadi stadium IIIC yang dapat
dioperasi dan tidak dapat dioperasi.

Pada stadium IIIC yang dapat dioperasi, kanker :

Ditemukan dalam sepuluh atau lebih limfonodi axillaris; atau

Ditemukan dalam limfonodi dibawah tulang leher; atau

26

Ditemukan dalam limfonodi axillaris dan limfonodi di sekitar


tulang dada

Pada stadium IIIC yang tidak dapat dioperasi, kanker sudah menyebar
ke limfonodi diatas tulang leher.

Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1)


Kanker sudah menyebar ke organ lain tubuh, yang paling sering
adalah ke tulang, hati, atau otak..

2.11 Gejala (5)


Gejala yang paling sering meliputi :
a. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting
susunya

27

Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah


ketiak

Puting susu terasa mengeras

b. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

Perubahan ukuran maupun bentuk dalam payudara

Puting susu tertarik ke dalam payudara

Kulit payudara, aerola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak.


Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.

c. Keluar sekret atau cairan dari puting susu


Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel
kanker telah menyebar, biasanya sel anker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang
berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian
tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada
payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan
meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu
dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit payudara,
massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50% wanita dengan kanker
payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara biasanya
berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.
Tanda-Tanda
Nyeri :
- Berubah dengan daur menstruasi

Interpretasi
Penyebab fisiologi seperti
pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit
fibrokistik

- Tidak tergantung daur menstruasi

Tumor jinak, tumor ganas


atau infeksi

Benjolan di payudara

28

Permukaan licin pada

- Keras

fibroadenoma atau kista


Permukaan keras, berbenjolbenjol atau melekat pada
kanker atau inflamasi nonenfektif
- Kenyal

Kelainan fibrikistik

- Lunak

Lipoma

Perubahan Kulit :
Sangat mencurigakan

- Bercawak

karsinoma
Kista, karsinoma,

- Benjolan kelihatan

fibroadenoma besar
Di atas benjolan : kanker

- Kulit jeruk

(tanda khas)
Infeksi jika ganas

- Kemerahan

Kanker lama (terutama pada

- Tukak

orang tua)
Kelainan

puting

Retraksi

Infeksi baru

atau areola
Fibrosis karena kanker
Retraksi baru karena
kanker (bidang fibrosis

Ekskema

karena pelebaran duktus)


Unilateral : penyakit paget
(tanda khas kanker)

Keadaan cairan
-seperti susu

Kehamilan atau laktasi

-jernih-hijau

Normal

29

Perimenopause
Pelebaran duktus
-Hemoragik

Kelainan fibrolitik
Karsinoma

Papiloma Intraduktus
(Sumber : Sjamsu Hidayat & Wim de Jong, 1997)
2.12 DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Fisik (5)
a. Inspeksi
Inspeksi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara,
apakah terdapat edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting
susu, dan eritema.

b. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa,
termasuk palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan
parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu lymphadenopathy,
harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentukk, mobilitas
atau fiksasinya.

30

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Mammografi

merupakan

pemeriksaan

yang

paling

dapat

diandalkan untuk mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau


massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat
diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum
mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.(5)
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahunn1960
dan tekhnik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk
meningkatkan

kualitas

gambarnya.

Mammografi

konvensional

menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy) setiap


penggunannya.

Sebagai

perbandingan,

foto

X-ray

thoraks

menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat


digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi
mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik
mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae
yang lebih luas, termasuk kuadran lateralatas dan axillary tail of
Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang
lebih baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara
yang lebih besar.(6)
Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma
payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative

31

sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma


mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti
bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammaee dan
kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifkasi ini merupakan
tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan
satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih
akurat daripada pemeriksaan klinis untuk mendeteksi karsinoma
mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol
saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN)
menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan
pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun,
pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan
pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening
mammography,

menunjukkan

reduksi

sebesar

40%

terhadap

karsinoma mammae stadium II, III, dan IV pada populasi yang


dilakukan skrining dengan mammografi.(6)
b. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau
meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau
massa yang padat.pada pemeriksaan untuk USG, kista mammae
mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang
halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara
jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau
bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas.
Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan,
tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG
juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy
(FNAB), core needle bipsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara.
USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima

32

oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.
(5)

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan
pada mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika
pada pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapatkan kelainan,
maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat
kecil.(5)
MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya
digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam
membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut.
MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada
wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari
karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon
terhdap kemoterapi neoadjuvan.(6)
d. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan
pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada
biopsi eksisional dengan resiko yang rendah. Tekhnik ini memerlukan
patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma mammae
dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dlam
mungkin terlewatkan. Insiden false-positive dalam diagnosis adalah
sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%.
Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan
massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah
negatif, kecuali secara klinis, pencintraan dan pemeriksaan sitologi
semuanya menunjukkan hasil negatif.(6)
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau
inti jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsy genggam membuat
large-core needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi
mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.(6)

33

Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum


memutuskan tindakan definitif merupakan cara diagnosis yang paling
dapat dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya
positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang
rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka hrus dilanjutkan dengan
open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi
eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara
yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy
atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau
klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia coreneedle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara
diambil.(6,7)
e. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari berbagai jenis.
Biomarker sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko
karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada
jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan karsinoma.
Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian
kompreventif jangka pendek dan termasuk sebagai hasil akhir dalam
penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan
histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang
mengarah pada karsinoma.(5)
Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma
mammae antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell
nuclear antigen (PNAC), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis
seperti bel-2 dan raio bax; (3) petanda angiogenesis seperti vascular
endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4)
growth factors dan growth factor reseptors seperti human epidermal
growth receptor (HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor
(EGFr); dan (5) p53.(5)

34

2.13 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kanker Payudara


Penanganan dan pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari type
dan stadium yang dialami penderita. Umumnya seseorang baru diketahui
menderita penyakit kanker payudara setelah menginjak stadiun lanjut yang cukup
parah, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau rasa malu sehingga
terlambat untuk diperiksakan kedokter atas kelainan yang dihadapinya.
1. Pembedahan
Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan
adalah tindakan yang tepat. Dokter akan mengangkat benjolan serta area
kecil sekitarnya yang lalu menggantikannya dengan jaringan otot lain
(lumpectomy). Secara garis besar, ada 3 tindakan pembedahan atau
operasi kanker payudara diantaranya:
o Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara (lumpectomy). Operasi ini selalu diikuti dengan
pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan
pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di
pinggir payudara.
o Total Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
o Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2. Radiotherapy (Penyinaran/radiasi)
Proses

penyinaran

pada

daerah

yang

terkena

kanker

dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel


kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Therapy Hormon

35

Hal ini dikenal sebagai 'Therapy anti-estrogen' yang system kerjanya


memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara.
4. Chemotherapy
Ini merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar kebagian tubuh lainnya. Dampak
dari kemoterapy adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.
5. Pengobatan Herceptin
Therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2-positive pada
wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III dan IV dengan
penyebaran sel cancernya.

2.14 PENCEGAHAN
Pencegahan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal,
ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan
perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada
puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting
susu. Perhatikan apakah kulit pada putting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di
belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi
seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil
akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama
pada payudara bagian bawah.

36

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah


cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran
dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan,
telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar
(membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar
payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara
perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal
yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan
kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah
antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan
dari putting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan
kanan. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu
kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara
akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama
terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan
dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh
jari-jari tangan kiri. Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan
ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan
dan kulit lebih licin.

37

2.15 PROGNOSIS(14)
Prognosis Ca Mamae ini tergantung dengan beberapa hal:
a) Ukuran tumor
Jika ukuran tumornya < 1cm disertainya munculnya atau tidak nodul serta
metastasis, prognosis pasien tersebut lebih baik dengan pasien yang
mempunyai tumor yang berukuran>1cm.

b) Dijumpai nodul-nodul
c) Dijumpai Metatasis
Pasien yang mengalami penyebaran hematogen tidak dapat sembuh
sempurna, tetapi rawatan kemoterapi dapat membantu memanjangkan
lama tahan hidup pasien tersebut.

38

d) Stadium carcinoma
Stadium carcinoma ini terbagi kepada3 yaitu, well differentional ,
Moderately differentional ,poor differentional.Didapati bahwa stadium
carcinoma yang well differentional mempunyai tahap yang baik
berban.ding dengan stadium Moderately differentional ,poor
differentional.
e) Histologi tumor
Tipe carcinoma yang terdiri daripada tubular, medular lebih baik prognosis
berbanding dengan ductal carcinoma.
f) Poliferasi cancer
Bergantung hal- hal tersebut di terbentuklah Five year survival rateoleh
American Joint Committee of Cancer. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada
penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai
mendekati:
- 95% untuk stadium I
- 88% untuk stadium II
- 40% untuk stadium III
- 5% untuk stadium IV.
Kanker payudara dini memiliki angka harapan hidup 5 tahun untuk penderita
stadium I adalah 95% dan untuk stadium II adalah 80%, dengan angka
kekambuhan lokal sekitar 6%. Penderita dengan resiko tinggi mempunyai tumor
dengan diferensiasi sitologis buruk, menembus limfatik dan pembuluh darah,
sirkumskripsi buruk, indeks labeling timidin yang tinggi (peninggian jumlah sel
yang berkembang), dan negatifitas RE sekitar 50%.14
Prognosa untuk penyakit stadium III telah meningkat dari 20% menjadi 40%
pada 5 tahun dengan adannya pengobatan adjuvan. Kebanyakan penderita ini
dapat menerima kemoterapi praoperasi. Penyakit stadium IV masih mempunyai
harapan hidup 5 tahunan kurang dari 10 tahun.14

39

Karsinoma peradangan (IIIb), sebelumnya diperkirakan sebagai kanker


mematikan dari semua karsinoma, sekarang memiliki harapan hidup 5 tahunan
hampir mencapai 30% pada penggunaan pengobatan multimodal sekuensial.

40

BAB 3
LAPORAN KASUS
Data Pribadi
Nama : SR
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 13 Agustus 2014
Alamat: Jl. Bersiap No.87 Desa Tengah
Keluhan Utama

: Benjolan di payudara kiri

Telaah

: Hal ini dialami pasien 2 tahun ini. Benjolan terletak di


payudara kiri atas, mengelilingi puting susu, permukaan
tidak rata dan berbenjol-benjol, keras dan immobile.
Awalnya benjolan tunggal muncul di payudara kiri sebesar
kelereng, keras tidak dan tidak terasa nyeri. Semakin lama,
benjolan itu semakin membesar. Pada awalnya warna
benjolan sama dengan warna kulit. Riwayat keluar cairan
dari benjolan dijumpai apabila benjolan itu pecah. Cairan
berwarna merah muda bercampur lender keluar, dan kering
sendiri setelah beberapa jam.
2 tahun yang lalu, pasien memeriksakan diri ke bagian PA
di USU dan diambil sampel dengan jarum. Menurut pasien,
hasilnya tidak diberikan kepada dia. Kemudian pasien
memeriksakan diri kembali di RS Haji Mina dan telah
diambil sampel dengan jarum. Kesimpulan hasilnya
merupakan Karsinoma Mammae dan pasien dianjurkan
kemoterapi, tetapi menurut pasien obat kemoterapi tidak
ada di RS Haji Mina dan pasien diminta menunggu
sehingga obat itu ada. Karena sudah berulang kali ke RS
Haji Mina dan tidak mendapatkan tindakan, pasien beralih

41

ke obat tradisional dengan minum air rebusan daun sirsak


dan kunyit putih. Namun, benjolan tidak berkurang, malah
semakin membesar dan bertambah jumlahnya.
Pada tanggal 13 Agustus 2014 pasien dirawat inap di RS
HAM dengan keluhan benjolan di payudara kiri yang
bertambah jumlahnya dan nyeri. Pasien mengeluhkan sesak
nafas sejak masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
kedua kaki

bertambah bengkak dan perut bertambah

membesar sejak 3 bulan yang lalu. BAK normal. BAB


normal.
Riwayat haid pertama di usia 14 tahun. Haid terakhir 2
tahun yang lalu. Riwayat pemakaian obat KB suntik
dijumpai pada tahun 2000 setelah anak pertama lahir.
Pasien menggunakan obat KB suntik sehingga tahun 2003
dan melahirkan anak kedua pada tahun 2004. Setelah itu,
pasien menggunakan kembali obat KB suntik sehingga
tahun 2011. Tiga tahun terakhir ini, pasien tidak
menggunakan obat KB lagi. Pasien merupakan pekerja di
pabrik sarung tangan medis di Binjai. Pasien sudah bekerja
selama 2 tahun sejak tahun 2012. Riwayat alergi obatobatan dan makanan disangkal.
Riwayat demam dijumpai dan pasien selalu mengambil
obat penurun panas yang diberikan oleh bidan. Nafsu
makan berkurang dijumpai sejak 6 bulan ini. Riwayat
penurunan berat badan dijumpai sebesar 10 kg dalam 6
bulan terakhir. Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi
obat-obatan dalam jangka panjang. Riwayat penyakit kronis
tidak dijumpai.
Sarapan pagi: pasien biasanya makan nasi, ikan dengan
sayur. Pasien jarang memakan buah-buahan.

42

Makan siang: pasien biasanya makan nasi, daging atau ikan


atau ayam dengan sayur.
Makan malam: pasien biasanya makan nasi dengan ikan
atau daging dengan sayur. Pasien jarang memakan buahbuahan.
Pasien merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. Pasien
telah memiliki dua anak. Anak pertama laki-laki berusia 14
tahun. Anak kedua perempuan berusia 10 tahun. Riwayat
keluarga menderita penyakit keganasan disangkal.
RPT

: Tidak ada

RPO

: Obat penurun panas dan anti nyeri.

Status Presens
Sensorium

: Compos mentis

TD

: 120/70 mmHg

HR

: 84 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 37,6C

Status Generalisata
Kepala

: Mata : Anemis(+), ikterik(+), Rc+/+, pupil isokor, diameter 3mm


ka=ki, Conjunctiva palpebra inferior pucat (+)

Leher

: Pembesaran KGB(-), Trakea medial

Thoraks

: Asimetris, Suara Pernafasan : vesikuler, Suara tambahan : (-)


Payudara kiri : multiple nodul, keras, immobile, tidak berbatas
tegas, nyeri tekan (+), retraksi nipple (-), peau de orange (-),
cairan dari puting (+) berwarna putih dan berbau.

43

Payudara kanan : benjolan (+), keras, immobile dan berbatas


tegas, nyeri tekan (-), peau de orange (+)
Abdomen

: I : Asimetris, dijumpai seluruh perut membesar


Palpasi: soepel
Perkusi: Tymphany
Auskultasi: Peristaltik (+) N

Axilla kiri

: 4 benjolan, konsistensi keras, berbatas tegas, immobile dan nyeri


tekan (-).

Axilla kanan : Tidak dijumpai kelainan


Genetalia

: Perempuan , tidak dijumpai kelainan

Ekstremitas atas : oedem (-) fraktur (-)


Ekstremitas bawah: oedem (+) fraktur (-)
Karnofsky Score (KPS) : Requires considerable assistance and frequent medical
care.
Diagnosa Sementara
Breast cancer (L)
Penatalaksanaan
- Pasang IV line menggunakan abocath No. 18G
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Inj.Ketorolac 30 mg/12 jam
Rencana Pemeriksaan
- cek lab
- thorax AP erect

44

FOLLOW UP
13 Agustus 2014
S: Sesak napas
0: Sens: CM
TD:
HR:
Temp:
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
Hasil Lab:
Koreksi HB
Koreksi NaCl
14 Agustus 2014
S: Sesak napas
O: Sens CM
TD:
HR
Temp : fever
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
Rencana
-biopsi jaringan (pasien menolak)
15 Agustus 2014
S: Sesak napas

45

O:
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
-transfusi darah 1 kantung
Rencana
-usg liver
16 agustus 2014
S: nyeri di daerah payudara
O: fever
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
Pembacaan hasil USG
(metatase liver)
17 augustus 2014
S: nyeri di daerah payudara
O: fever
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
18 agustus 2014
S: nyeri di daerah payudara
O:
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam

46

- transfusi PRC 1 kantung


19 agustus 2014
S: nyeri di daerah payudara
O:
A:
P: IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30 mg/8jam
- transfuse PRC 1 kantung
13 Agustus 2014

14 Agustus 2014
S: Nyeri di

15 Agustus 2014
Koreksi :

16 Agustus 2014
S: nyeri di

Hasil lab:

payudara

Hb: 4.60g%

daerah payudara

Hb: 4.60 g% (11.7-

O: HD stabil,

(10-4.60)x

O: k/u: lemah

15.5)

lemah

60x4=1296cc

A: Susp. Breast

Eritrosit:
3/

1.46.10 mm

Leukosit:

cancer (L)

breast

P: IVFD RL

T4cN3M1

3/

5.41.10 mm

Hematokrit:15.20%
(38-44)

P:

cancer dan pinggul.


Skala 5

20gtt/i

O: HD stabil

- Inj. Ranitidin

KU : lemah

50mg/ 12 jam

A : Susp (L) -Inj.Ketorolac 30

Trombosit :
3

A : Susp (L) S: Nyeri di dada

breast
3

164.10 /mm

cancer mg/8jam

T4cN3M1
P : - IVFD RL
20gtt/i
- Inj. Ranitidin
50mg/ 12 jam
-Inj.Ketorolac 30
mg/8jam
- Transfusi PRC
8 bag

- Subs. Nacl 3%

47

- Subs Nacl 3%

17 Agustus 2014

18 Agustus 2014
S: nyeri di

- USG liver +
hasil foto thorax
19 Agustus 2014
S: nyeri di

S: nyeri di daerah

daerah payudara

daerah payudara

payudara

O: k/u: lemah

O: k/u: lemah

O: k/u: lemah

A: (L) Breast ca

A: (L) Breast ca

A: Susp (L) breast T4CN1M1


cancer T4cN3M1
P: IVFD RL

T4CN1M1
P: IVFD RL

20gtt/i

20gtt/i

P: IVFD RL 20gtt/i

- Inj. Ranitidin

- Inj. Ranitidin

- Inj. Ranitidin

50mg/ 12 jam

50mg/ 12 jam

50mg/ 12 jam

-Inj.Ketorolac 30

-Inj.Ketorolac 30

-Inj.Ketorolac 30
mg/8jam

mg/8jam

mg/8jam

- Transfusi PRC
sampai 8 bag

- Transfusi PRC
sampai 8

DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Sabistons Essentials Surgery. Part 1 : Breast.
Philadelphia : W.B.Saunders Co. 1992.
2. Ramli,Muchlis. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas

Indonesia.

Kumpulan

Kuliah

Payudara.Tangerang : Binarupa Aksara. 1995.

Ilmu

Bedah:

Kanker

48

3. Sjamsuhidayat,R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2: Payudara.


2005. Jakarta: EGC. Halaman: 387-402.
4. Djamaloeddin. Ilmu Kandungan : Kelainan pada Mammae. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. Halaman : 472-494.
5. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakults Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
6. Vaidy, M.P, and Shukla, H.S. A texetbook of Breast Cancer. Vikas
Publishing House PVT LTD
7. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia. Semarang.2003
8. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 1997.
9. Devita et al, Principles and Practice of Oncology 7th ed, 2006.
10. Harrisons, Principle of Internal Medicine 17th ed, 2008, capt 86.
11. Van de Velde C.J.H., Bosman F.T., Eagener D.J.Th., 1999, Onkologi
Kedokteran, Panitia Kanker RSUP dr. Sardjito, Yogykarta. Hal : 467-492.
12. American Cancer Society. Breast Cancer. [updated

2011 June 20th].

Accessed

at

http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003037pdf.pdf on 20 Ogos 2014.


13. Medscape Reference. Breast Cancer. [updated 2011 July 18th]. Acccessed at
http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#showall on 20
Ogos 2014.
14. Schwartz: Principles of Surgery, 7th edition by The McGraw-Hill

Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai