Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yanhg sehat. Apabila lingkungan
sehat maka bakteri dan virus akan lebih sedikit berkembang biak disana.
Begitupun dengan bakterisalmonella typhi penyebab demam tifod akan lebih
banyak terdapat pada lingkungan yang kotor dan tingkat perilaku hidup bersih
sehat sangat kurang sehingga kuman tersebut akan banyak terdapat disana.
Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan rendahnya kesadaran mastarakat
dalam berperilaku hidup bersih sehat akan menjadi bimerang bagi masyarakat itu
sendiri, khususnya lingkungan mereka akan lebih rentan terkena penyakit.
Demam Typhoid dan Paratyphoid merupakan penyakit endemic di
Indonesia.Penyakit ini jarang di temukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis,
terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada
orang-orang serumah. Di Indonesia, demam typhoid dapat ditemukan sepanjang
tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak.
Terdapat dua sumber penularan S. typhi yaitu pasien dengan demam typhoid yang
lebih sering karier.Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar
S.typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber
penularan tersering di daerah nonendemik. (Mansjoer Arif, dkk, 2000).
Surverlans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian Demam Thypoid
di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi
peninggkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai
rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan
peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19,596 menjadi 26,606
kasus. (Aru W.Sudoyo, dkk, 2007).
Berdasarkan datadiatas menunjukkan bahwa angka kejadian Thypus
Abdominalis masih sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai factor
antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang masih
relative rendah, penyediaan air bersih yang tidak memadai keluarga dengan

1 | D e m a m Ty p h o i d

hygiene sanitasi yang rendah, permasalahan pada identifikasi dan penatalaksanaan


karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan factor
virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin
efektif aman dan murah menurut Pang dalam (Soegeng Soegijanto, 2002).
Typhoid atau dapat juga disebut sebagai Thypus Abdominalis atau demam
enterik (enteric fever) adalah suatu penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan
(terutama usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaraan.
(Ngastiyah, 2005). Thypus Abdominalis disebabkan oleh maksuknya kuman
Salmonella Typhi (S.typhi) dan Salmonella Paretyphi (S.paratyphi) kedalam tubuh
manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh kuman (Aru W.Sudoyo, dkk,
2007).
Untuk itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menurunkan
angka morbiditas Thypus Abdominalis. Penanganan dilingkungan dengan cara
menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat melalui
upaya promotif dan freventif. Selain itu, penanganan dirumah sakit melalaui
upaya kuratif dan rehabilitative juga sangat diperlukan yaitu dengan cara
perawatan yang baik seperti tirah baring, memberikan makanan yang lunak untuk
mengurangi dan mencegah pendarahan pada usus, serta pemberian obat-obatan
antibiotik (Mansjoer Arif, 2002).
Berdasarkan keterangan diatas maka, kelompok tertarik untuk membahas
Asuhan Keperawatan Pada Pasien An. A dengan gangguan Demam Typhoid.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kelompok merumuskan masalah
sebagai berikut:
1) Ingin mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada An.A
dengan Demam Typhoid?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Kelompok ingin mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan
pada pasien Demam Typhoid.
2) Tujuan Khusus

2 | D e m a m Ty p h o i d

a. Mengidentifikasi konsep teoritis meliputi definisi, etiologi,


klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi (woc), pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, dan komplikasi.
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada An.A dengan Demam
Typhoid meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa dan intervensi.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Demam Typhoid secara
langsung.
2. Manfaat bagi Akademik
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh
mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Demam Typhoid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3 | D e m a m Ty p h o i d

2.1. Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu (Haryono, 2012).
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.

4 | D e m a m Ty p h o i d

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh


gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubungan antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dirongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan yag disebut ismus fausium.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

5 | D e m a m Ty p h o i d

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia.
b) Fundus.
c) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting:
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida(HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Otot
yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan. Lapisan luar: terdiri atas serabutserabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam: merupakan serabut

6 | D e m a m Ty p h o i d

sirkuler untuk membantu gerakan peristatik. Lapisan sub mukosa terdiri atas
jaringan penyambung, sedangkan mukosa bagian dalam tebal, banyak
mengandung pembulu darah dan kelenjar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
b) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
c) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,

7 | D e m a m Ty p h o i d

yaitu sedikitnya sel goblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
d) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum, jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Dinding usus terdiri atas 4 lapisan dasar: lapisan paliang luar (lapisan
serosa), dibentuk oleh peri tonium. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan
pariental dan lapisan yang terletak antara lapisan ini dinamakan rongga
peritoneum.
Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum, antara
lain:
a) Mesentrium merupakan lipatan peritoneum yang lebar mengantung jejunum
dan ileum dari dinding posterior abdomen dan memungkinkan usus bergerak
leluasa. Masentrium menyokong pembulu darah dari limfe yang mensuplai
usus.
b) Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung
dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen
omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu rongga peritoneum (melindungi) dari infeksi.
c) Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari
kurvatura minor lambungdan bagian atas duodenum menuju kehati. Salah
satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah pergerakan antara organorgan yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa sebagai pelumas.
6. Usus Besar (colon)
Usus besar atau colon dalam anatomi adalah bagian usus antara usu buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dalam feses. Usus besar
terdiri dari :
Colon asenden (kanan)
8 | D e m a m Ty p h o i d

Colon transversum
Colon desenden (kiri)
Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum

Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.
7. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan , dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari anus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar- BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
8. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencenaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Hormon yang dihasilkan pankreas :

Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah


Glukogen, yang berfungsi menaikan kadar gula dalam darah
Somatostatin, yang berfungsi mengahalangi pelepasan kedua hormon
lainnya (insulin dan glukagon).

9. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan
memiliki bebrapa fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

9 | D e m a m Ty p h o i d

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki


beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan penetralan obat.
10. Kandung Empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang
selanjutnya bergabung membentuk duktushepatikus umum, saluran ini kemudian
begabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus
sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus
bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.
Empedu memiliki 2 fungsi utama :
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
2.2. Definisi
Menurut Syaifullah Noer, (1998) Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,
B, C .sinonim dari penyakit ini adalah thypoid dan parathypoid abdominalis.
Sedangkan Menurut Haryono, (2012) Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
tujuh hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%20%) dan diatas pada usia anak-anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%) sedangkan
menurut Hidayat, (2006) Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada
usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii
Menurut Ngastiyah, (2005)Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran. Lain halnya menurut
Nelson, (2000) Demam typhoid atau enteric fever adalah sindrom klinik yang
dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. Istilah ini mencakup istilah demam
yang disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan oleh S.
paratyphi A, S. paratyphi B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang seroyip salmonella
lain. Thypus Abdominalis adalah penyakkit infeksi akut yang biasanya terdapat

10 | D e m a m T y p h o i d

pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan demam typhoid adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan yang disebabkan oleh S.
typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. paratyphi
B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang seroyip salmonella lain dengan gejala demam
lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran.
2.3. Epidemiologi
Thypoid abdominalis atau demam thypoid dan paratifoid merupakan salah
satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Oceania
dan jarang terjdi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO terdapat 16
juta hingga 30 juta kasus thypoid diseluruh dunia dan diperkirakan sekitar
500,000 orang meninggal setiap tahnnya akibat penyakit ini. Asia menempati
urutan tertinggi pada kasus thypoid in, dan terdapat 1 juta kaus dengan 400.000
kematian setiap tahunnya. 91% kasus thypoid mendera anak-anak berusia 3-19
tahun dan angka kematian 20.000/tahnnya. Di Indonesia 14% demam enteris ini
disebabkan oleh S. parathyphi A. (Suratun dan Lusianah, 2010).
2.4. Etiologi
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan salmonella
yang memasuki tubuh penderita memalui saluran pencernaan (Haryono,2012) :
1. Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,

2.
3.
4.
5.

tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu:


Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)
Antigen H (flagella)
Antigen V1 dalam protein membrane hialin
Salmonella parathypi A
Salmonella parathypi B
Salmonella parathypi C
Faces dan urin dari penderita thypus

2.5. Klasifikasi
Tipe demam berdasarkan pola dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Demam Remitten
Menurun setiap hari namun tidak mencapai normal.
11 | D e m a m T y p h o i d

b. Demam Intermitten
Suhu badan menurun normal dalam beberapa jam dalam waktu 1 hari.
c. Demam Kontinyu
Variasi suhu tak berbeda lebih dari 10C
d. Demam siklik
Suhu meningkat beberapa hari, normal, dan meningkat lagi seperti
semula.
2.6. Mekanisme Penularan
Penularan penyakit thypoid ini sangat mudah terjadi pada lingkungan
dengan sanitasi yang buruk. Berikut ini beberapa mekanisme penularan salmonell
thypi (Suratun dan Lusianah, 2010):
1. Food (makanan/minuman) yang tercemar. Makanan yang diolah dengan
tidak bersih atau disajikan mentah berisiko mengandung salmonella seperti
salad, karedok atau asinan, apalagi bila sayuran terebut diberi pupuk
dengan limbah kotoran dan dicuci dengan menggunakan air yang
terkontaminasi oleh salmonella. Seyogyanya makanan dimasak dengan
matang dan air dididihkan
2. Fingers (jari-jari tangan), seseorang yang pernah menderita thypoid dapat
menjadi karier dan menularkan thypoid kepada orang lain melaui jari-jari
tangannya bahkan menurut ismail (2006) di daerah endemis, seseorang
yang tidak pernah menderita thypoid dapat menularkan thyoid dalam urine
dan fesesnya. Makanan/minuman yang dibuat oleh karier ini dapat
terkontaminasi oleh salmonella seperi makanan yang diolah direstoran
atau pekerja pabrik susu yang mengolah produk-produk susu. Biasanya
sekitar 3-5% pasien menjadi karier.
3. Feses. Feses dapat menularkan salmonella ke orang lain melalui rute
feses oral. Arinya penularan dari feses dan masuk ke mulut. Sebagai
contoh seorang ibu rumah tangga yang menjadi karier dapat menularkan
salmonella kepada anggota keluarga lainnya dengan mengolah makanan
dan minuman atau member makanan kepada anak-anaknya ementara
tangannya dalam keadaan terkontminasi salmonella karena kurang bersih
mencuci tangan ketika BAB atau BAK. Bakteri mampu bertahan hidup
ntuk jangka waktu yang panjang pada feses yang kering. Debu, air limbah,

12 | D e m a m T y p h o i d

es dan menjadi sumber infeksi. Kebiaaan makan jajanan beriiko menderita


thypoid.
4. Fly, (lalat). Llat dapat menjadi factor mekanisme penularan thypoid. Lalat
dapat menghinggapi fese yang mengandung salmonella dan menghinggapi
makanan/minuman dan mengkontaminasinya.
5. Hubungan seksual. Transmisi penularan salmonella meaui hubungan
seksual melalui rute oral-anal, oral-penis atau anal intercourse. Sehingga
dapat dikatakan bahwa manusia menjadi host dan vector penularan enyakit
ini.
6. Instrument kesehatan. Petugas kesehatan berisiko tertular salmonella
karena kontak langsung dengan cairan tubuh pasien (darah urin) dan feses
yang

dapat

mengandung

salmonella,

peralatan

kesehatan

yang

terkontaminasi bahan untuk pemerksaan laboratorium, alas kasur (sprey)


ang mengandung feses atau urin terkontaminasi salmonella.
2.7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis demam typoid yang disebabkan oleh S. paratyphi lebih
ringan daripada S. Typhi. Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun
pada umumnya adalah 10-14 hari. Masa awal penyakit tanda dan gejala penyakit
berupa (Suratun dan Lusianah, 2010) :

Anoreksia
Rasa malas
Sakit kepala bagian depan,
Nyeri otot
Lidah kotor (putih di tengahdan tepi lidah kemerahan, kadang disertai

tremor lidah)
Nyeri perut

Menurut Ngastiyah (2005), gejala prodromal ditemukan seperti perasaan


tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
berkurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam. Biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam

13 | D e m a m T y p h o i d

keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan


normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut nafas berbau tidak sedap,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, perut kembung, hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan, dapat disertai konstipasi atau
diare.
3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah (kecuali penyakitnya berat). Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola (bintik-bintik kemerahan).
Gambaran klinis typhus abdominalis terbagi atas 4 fase yaitu (Suratun dan
Lusianah, 2010) :
1. Minggu pertama (awal terinfeksi), setelah masa inkubasi 10-14 hari, gejala
penyakit berupa demam tinggi berkisar 390C hingga 400C, sakit kepala dan
pusing, pegal pada otot, mual, muntah, batuk, nadi meningkat, denyut lemah,
perut kembung (distensi abdomen), dapat terjadi diare atau konstipasi, lidah
kotor, epistaksis. Pada akhir minggu pertama lebih sering terjadi diare, namun
demikian biasanya diare lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan
konstipasi lebih sering terjadi pada orang dewasa.
2. Minggu kedua, suhu badan tetap tinggi brakikardi relative, terjadi gangguan
pendengaran, lidah tampak kering dan merah mengkilat. Diare lebih sering
perhatikan adanya darah di feses karena perforasi usus, terdapat hepatomegali
dan splenomegali.
3. Menggu ketiga, suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di
akhir minggu. Hal ini jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil di obati. Jika
denyut nadi meningkat disertai oleh peritonitis local maupun umum, pertanda
terjadinya perforasi usus. Sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernapas
dan nadi menurun menunjukkan terjadinya pendarahan.
4. Minggu keempat. Merupakan stadium penyembuhan, pada awal minggu
keempat dapat dijumpai adanya pneumonia lobaris atau tromboflebitis vena
femoralis.

14 | D e m a m T y p h o i d

2.8. Patofisiologi
Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman Salmonella Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut
dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan
yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat (Haryono,2012).
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella Thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Setelah kuman masuk ke dalam mulut
ketika orang makan dan minum, makanan masuk ke lambung dan bercampur
dengan HCl. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
masuk ke usus halus yang mencapai jaringan limfoid plaque di ilium terminalis
yang mengalami hipertropi. Jika bakteri masuk bersama-sama cairan, maka terjadi
pengenceran

asam

lambung

yang

mengurangi

daya

hambat

terhadap

mikroorganisme penyebab penyakit. Daya hambat asam lambung ini juga akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga bakteri akan lebih
leluasa masuk ke dalam usus penderita, memperbanyak diri dengan cepat,
kemudian memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Kuman
Salmonella thyposa kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe
dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella typhi masuk aliran darah melalui
ductus thorasicus. Kuman-kuman Salmonella typhi lain mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque payeri, limfa, hati
dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.
Demam

disebabkan

karena

Salmonella

typhi

dan

endotoksinnya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang. Adapun reaksi kuman terhadap tubuh manusia melakukan aktifitas
terbesar pada sistem retikuloendotelial dan empedu dimana organ yang lebih
dahulu diserang adalah usus(Suratun dan Lusianah, 2010).

15 | D e m a m T y p h o i d

Makanan, minuman, air terkontaminasi salmonella thypi


Masuk ke tubuh melalui saluran cerna
Masuk dalam lambung
Sebagian dimusnahkan dilambung oleh asam lambung

produksi as. lambung


Kelenjar getah bening mesentrika

Lolos dari as. lambung

emicu rangsangan serabut saraf aferen N.Vagus


Bakteri
Menembus lapisan
otot masuk usus halus
hiperplasia
Erosi pembuluh darah

inflamasi

Pelepasan mediator Peristaltik


kimia
usus
Serosa usus imunitas humoral

Medulla oblongata

Perforasi
Basilusus
salmonella menembus sel-sel epitel
Penyempitan lumen usus
Perdarahan saluran
cerna serotin
prostaglandin
septor yang mengandung neurotransmitter
epinefrin,
MK:Resiko infeksi
Kehilangan komponen darah (Fe)

Akumulasi
Merangsang pusat
nyeri feses di kolon
Lamina propia

Lambung teraktivasi
2.9. Woc
Berkembangan di jaringan limfoid peyeri ileum distal
Reabsorpsi air pada pada kolon
Melalui ductus toracicus
eritrosit & Hb
Mual-muntah
anoreksia
asupan nutrisi

anemia
Endotoksin salmonella
Thypi
Masuk ke
aliran darah (bakterimia)
hipoksemia

Feses keras

Perubahan pola defekasi; konstip


Terjadi kerusakan
sel sirkulasi portal dari usus
Melalui

hipoksia

Merangsang pelepasan
oleh
leukosithati, sumsum tulang, limfa
Menyebarzat
ke pirogen
organ RE
terutama
Metabolisme
MK: Konstipasi
Lelah, lemah, pucat
Energi yang dihasilkan sedikit
Beredar dalam darah

hepatomegali

Lelah, lemah

MK: Nyeri
Infiltrasi
limfosit
zat
plasma
dan
sel
mononuklear
Mempengaruhi termoregulator di Hipotalamus
MK: Intoleransi aktivitas

suhu
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhtubuh
MK: Hipertermi

Nekrosis fokal

16 | D e m a m T y p h o i d
splenomegali
Nyeri tekan

2.10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang dilakukan pada demam typhoid (Haryono,2012) :
1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leokopenia, limfositosis
relative, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2. Biakkan empedu : hasi salmonella thypi ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit
3. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(aglutinin).Agglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan.Antigen yang digunkan pada uji widal adalah suspense
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentuka adanya agglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita thypoid. Akibat infeksi dari salmonella
thypi, klien membut antibody atau agglutinin yaitu :
a. Agglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman)
17 | D e m a m T y p h o i d

b. Agglutinin H , yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal


dari flagel kuman)
c. Agglutinin Vi yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O, dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnose, makin tinggi titernya makin besar
klien mendeita thypoid.
4. Pemeriksaan SGPT dan SGOT
SGPT dan SGOT pada demam thypoid sring kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya thypoid

2.11. Penatalaksanaan
Terdiri dari tiga bagian yaitu (Haryono,2012) :
1. Perawatan
a. Tirah baring absolute sampai minimal tujuh hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari
b. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
c. Mobilisasi sesuai kondisi
2. Diet
a. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air lunak makanan biasa)
b. Makan harus mengandung cukup air, kalori, dan tinggi protein, tidak
boleh

mengandung

banyak

serat

tidak

merangsang

maupun

menimbulkan banyak gas


3. Obat
a. Antimikroba ; kloramfenikol, tiamfenikol, Co-trimoksazol (kombinasi
trimetoprin dan sulkametokazo)
b. Obat simptomatik ; antipiretik, kortikosteroid diberikan dengan pasien
toksik
c. Suportif : vitamin-vitamin
d. Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuropsikiatri.
2.12. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan meliputi (Suratun dan Lusianah, 2010) :
1. Meningkatkan sanitasi lingkungan dengan menyediakan air minum yang
memenuhi

syarat,

pembuangan

kotoran

manusia

yang

benar,

18 | D e m a m T y p h o i d

pemberantasan lalat dan pengawasan terhadap produk makanan/minuman


dan pabrik, rumah makan dan penjual makanan keliling.
2. Usaha terhadap manusia meningkatkan personal hygiene, misalnya
dengan gerakan mencuci tangan: imunisasi efektif menurunkan risiko
penyakit hingga 50-75%. Meskipun telah mendapatkan imunisasi tetap
harus memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan.
2.13. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi (Suratun dan Lusianah, 2010) :
1. Komplikasi intestinal meliputi pendarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik
intestinal:
a. Pendarahan usus. Bila pendarahan yang terjadi banyak dan berat dapat
terjadi melena disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada ileus dimnggu ketiga atau
lebih. Merupakan komplikasi yang sangat serius terjadi 1-3% pada
pasien terhospitalisasi.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi atau tanpa perforasi usus
dengan ditemukannya gejala akut abdomen, yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang (defans muskulair) dan nyeri tekan.
2. Komplikasi ekstraintestinal meliputi:
a. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan,
sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebisis
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau
c.
d.
e.
f.
g.

koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemolitik


Komplikasi paru: Pneumonia, empiema, dan pleuritis
Komplikasi hepar: Hepatitis
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, polineuritis perifer,
sindrom guillai-barre, psikosis, dan sindrom katatonia

2.14. Asuhan Keperawatan Teori


A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien demam typhoid menurut Haryono,
(2012) :
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no. registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan, tanggal MR.

19 | D e m a m T y p h o i d

2. Keluhan utama
Pada pasien thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung,
nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami sakit thypoid, dan apakah menderita
penyakit lainnya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien thypoid mengalami demam, anoreksia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi), nyeri kepala
atau pusing, nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita thypoid atau
sakit yang lainnya.
6. Riwayat psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan
timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa
yang diderita
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah.
b. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
c. Pola ttidur dan aktivitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
d. Pola eleminasi
Kebisaan dalam BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas
yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
e. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah
menikah akan terjadi perubahan
f. Pola persepsi dan pengetahuan
Bagaimanakah persepsi terhadap status kesehatan saat ini dan sampai
sejauh mana pasien memahami penyakit dan perawatannya
g. Pola kelompok diri
Adakah gangguan konsep diri
h. Pola penanggulngan stress
20 | D e m a m T y p h o i d

Kaji apakah yang biasa dilakukan pasien dalam menghadapi setiap


stressor
i. Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan

mempengaruhi

terhadap

hubungan

interpersonal dan mengalami hambatan dalam menjalankan perannya


selama sakit
j. Pola tata nilai dan keperawatan
Adakah gangguan dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien thypoid mengalami badan lemah, panas, mual,
pucat, perut tidak enak, anoreksia.
b. Kepala dan leher
Konjungtiva anemia, muka pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan
ditengah merah
c. Dada dan abdomen
Didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan
d. System integument
Turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak akral hangat.
e. System eliminasi
Pada pasien thypoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bias mengalami penurunan (kurang dari normal).
B. Dianosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak ada nafsu
makan, mual, dan kembung
2. Hipertermi b.d proses infeksi
3. Nyeri b.d Inflamasi
4. Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan b.d kurangnya intake
cairan dan peningkatan suhu tubuh
5. Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
6. Intoleran aktivitas b.d tidak adekuatnya masukan nutrisi (mual dan
muntah), pembatasan aktivitas
7. Kurangnya perawatan diri b.d istirahat total
(Suratun dan Lusianah, 2010).

21 | D e m a m T y p h o i d

22 | D e m a m T y p h o i d

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan pada klien typhus abdominalis(Suratun dan Lusianah, 2010) :
Diagnosa keperawatan

Tujuan dan criteria

Intervensi keperawatan

rasional

hasil
1) perubahan nutrisi kurang dari

Tujuan:

kebutuhan tubuh b.d tidak ada

Pemenuhan

nafsu

nutrisi adekuat.

makan,

mual,

dan

kembung

1. kaji
kebutuhan

nutrisi klien
2. berikan
makan
merangsang

Criteria hasil:
a) tidak ada mual dan
kembung
b) nafsu

pola makan dan status 1. Sebagai

makan

yang

(pedas,asam

dasar

untuk

menentukan intervensi.
tidak 2. Mencegah iritasi usus
dan

mengandung gas)
3. berikan makanan lunak selama
fase akut (masi ada panas/suhu

dan

distensi abdomen
3. Mencegah terjadinya iritasi usus
dan komplikasi perforasi usus
4. Mencegah
rangsangan

mual/muntah
lebih dari normal)
meningkat
5. Untuk mengetahui masukan
4. berikan makan dalam porsi kecil
c) makan habis satu
makanan atau penambahan bb
tapi sering
porsi
6. Meningkatkan nafsu makan
5. timbang berat badan klien. Setiap
d) berat
badan
7. Agar klien koeferatif dalam
hari dengan alat ukur yang sama.
meningkat/normal
pemenuhan nutrisi
6. Lakukan perawatan mulut secara
8. Untuk mengontrol mual dan
teratur dan sering
muntah
sehingga
dapat
7. Jelaskan pentingnya intake nutrisi
meningkatkan
masukan
yang adekuat.
8. Berikan terapi antiemetic sesuai
makanan.
9. Untuk
mengistirahatkan
program medic.
9. Berikan nutrisi parenteral sesuai
gastrointestinal,
dan
program

terapi

medik,

jika

pemberian makanan oral tidak


2) Hipertermi b.d proses infeksi

Tujuan:

dapat diberikan
1. Kaji dan catat suhu tubuh setiap

memberikan

nutrisi

penting

untuk metabolisme tubuh.


1. Sebagai

dasar

23 | D e m a m T y p h o i d

untuk

Hipertermi teratasi

2 jam atau 4 jam


2. Observasi membrane

kriteria hasil :
a) Suhu

dalam

batas

normal(36-370c)
b) Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Turgor

mukosa,

menentukan intervensi
2. Untuk identifikasi tanda-tanda

pengisian kapiler, turgor kulit.


3. Berikan minum 2-2,5liter sehari /

dehidrasi akibat panas.


3. Kebutuhan cairan dalam tubuh

24jam

cukup

4. Berikan
kulit

elastis
Pengisian kapiler

<3
Membrane
mukosa lembab

kompres

hangat

pada

dahi, ketiak dan lipat paha.

mencegah

panas
4. Kompres
efek

panas

terjadinya

memberikan

pasodilatasi

pembuluh

darah, sehingga mempercepat


5. Anjurkan klien untuk tirah baring/
pembatasan aktifitas selama fase
akut
6. Anjurkan

klien

menggunakan

pakaian yang tipis dan menyerap


keringat.

dan

evaluasi

kefektivannya
8. Pemberian
antibiotik

sesuai

medic

program medic
9. Pemberian cairan parental sesuai
program medik.
10. Observasi hasil

pemeriksaan

darah (widal kultur) dan feses


11. Observasi adanya peningkatan
suhu

metabolisme tubuh, sehingga


menurunkan panas
6. Pakaian tipis menggunakan
penguapan

panas,

saat

penurunan panas klien akan

7. Berikan terapi antiperetik sesuai


program

penguapan panas tubuh


5. Menurunkan
kebutuhan

terus

menerus

distensi

banyak
keringat.
7. Untuk

mengeluarkan
menurunkan/

mengontrol panas.
8. Untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran infeksi.
9. Penggantian
cairan
akibat
penguapan panas tubuh
10. Untuk
mengetahui
perkembangan

penyakit

typhus dan efektifitas terapi.

24 | D e m a m T y p h o i d

abdomen,nyeri abdomen.

11. Peningkatan
menerus

suhu

terus

setelah

pemberian

dan

antibiotic

antipiretik
kemungkinan

terjadinya

komplikasi perforasi usus.


3) Nyeri b.d Inflamasi

Tujuan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam menentukan

nyeri hilang.

dan intensitas (skala 0 10).

kriteria hasil :
-

Pasien

mengatakan

nyeri hilang

Catat

faktor-faktor

mempercepat

dan

yang

tanda-tanda

rasa sakit non verbal


2. Biarkan pasien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur
atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai
indikasi
3. Atur posisi

tidur

semipowler/

bagian kepala tempat tidur lebih


tinggi 10-20 cm
4. Ajarkan
teknik

relaksasi

pernafasan dalam ketika nyeri


muncul.
5. Berikan manajemen lingkungan :
lingkungan

tenang,

pengunjung,

dan

klien.

batasi

istirahatkan

kebutuhan

managemen

nyeri

dan keefektifan program.


2. Pada penyakit berat,

tirah

baring

mungkin

diperlukan

untuk mengatasi nyeri.


3. Posisi
semi
powler
mengurangi

tegangan

dapat
otot

abdominal dan otot punggung


atritis
4. Meningkatkan
sehingga

asupan

menurunkan

O2
nyeri

sekunder akibat iskemia.


5. Lingkungan yang tenang akan
menurunkan
eksternal

stimulus
dan

pengunjung

pembatasan

akan

meningkatkan

nyeri

membantu

kondisi

O2

ruangan yang akan berkurang


apabila

banyak

pengunjung

25 | D e m a m T y p h o i d

yang

berada

Istirahat

di

akan

ruangan.

menurunkan

kebutuhan O2 jaringan perifer.


6. Manajemen sentuhan pada saat
6. Lakukan manajemen sentuhan

nyeri

berupa

dukungan
7. Kolaborasi pemberian analgesik

4) resiko

tinggi

terjadi

kurang

Tujuan:

volume cairan b.d kurangnya

Keseimbangan

intake cairan dan peningkatan

adekuat

suhu tubuh

kriteria hasil:
a) intake

dan

seimbang
b) ttv
dalam
normal
c) membrane
lembab
d) pengisian
baik(kurang

cairan

output

mukosa
kapilar
dari

detik)
e) produksi urin normal
f) bb normal
g) hematokrit
dalam
batas normal

psikologis

dapat

membantu menurunkan nyeri.


7. Analgesik dapat mengurangi

nyeri
1. observasi ttv setiap 4 jam
1. Hipotensi, takikardia, demam
2. monitor
tanda-tanda
menunjukkan respon terhadap
kekurangan cairan(turgor kulit
kehilangan cairan
tak
elastis,
produksi
urin 2. Tanda tersebut menunjukkan
menurun,
kering,

batas

sentuhan

membrane
bibir

mukosa

pecah-pecah,

pengisian kapiler lambat)


3. observasi dan catat intake dan
output cairan setiap 8 jam.
4. Berikan
cairan
peroral
2,5liter/hari,

jika

klien

cairan

dehidrasi.
3. Untuk
keseimbangan

berlebihan/
mendeteksi

cairan

dan

elektrolit.
2- 4. Untuk pemenuhan cairan tubuh
5. Bb
merupakan
indicator
tidak
kekurangan cairan dan status

muntah.
5. Timbang bb setiap hari dengan
alat ukur yang sama.
6. Berikan cairan parenteral sesuai
program medik.
7. Awasi
data

kehilangan

laboratorium

nutrisi
6. Untuk memperbaiki kekurangan
volume cairan.
7. Indicator status

cairan

evaluasi

26 | D e m a m T y p h o i d

klien,
adanya

(hematokrit)
5) Konstipasi

b.d

penurunan

peristaltik usus

Tujuan :
pasien

hemokonsentrasi.

1. Monitor Tanda-Tanda Vital.


tidak

mengalami

gangguan eliminasi.

klien

untuk

sering 2. Supaya masukan cairan adekuat

minum air putih yang banyak.

membantu

mengatakan

pada
3. Anjurkan

klien

untuk

makan

makanan berserat.

aktivitas

adekuatnya
(mual

b.d

masukan
dan

pembatasan aktivitas

tidak
nutrisi

muntah),

usus

dan

membantu

eliminasi.
3. Karena

Berikan huknah gliserin untuk


membantu mempermudah BAB.

6) intoleran

mempertahankan

konsistensi feses yang sesuai

defikasi minimal 2 hingga


3 hari sekali.

mengetahui

perkembangan kondisi klien.


2. Anjurkan

kriteria hasil :
Pasien

1. Untuk

diet

kandungan

seimbang
serat

tinggi

merangsang

peristaltik dan eliminasi regular.

Tujuan :

1. Kaji

toleransi

4. Memudahkan defekasi
klien 1. Sbg dasar untuk menentukan

Toleran terhadap aktifitas

terhadap aktifitas
2. Kaji
jumlah
makanan

intervensi
yang 2. Untuk identifikasi intake nutrisi

kriteria hasil:
a) tidak
lelah
b) tidak
dan

ada
ada

keluhan
takikardia

takipenea

bila

melakukan aktifitas
c) kebutuhan
aktifitas
klien terpenuhi.

tingkat

dikonsumsi klien setiap hari.


klien
3. Anjurkan klien untuk tirah baring 3. Untuk
selama fase akut
4. Jelaskan pentingnya pembatasan

metaboslisme

menurunkan
tubuh

dan

mencegah iritasi usus


aktifitas selama perawatan.
4. Untuk mengurangi peristaltic
5. Bantu klien melakukan aktifitas
usus,
sehingga
mengurangi
sehari hari sesuai kebutuhan.
peristaltic usus.
6. Libatkan
keluarga
dalam
5. Kebutuhan
aktivitas
klien
pemenuhan kebutuhan aktifitas
terpenuhi,
dengan
energy
sehari hari.
minimal sehingga mengurangi
7. Berikan kesempatan pada klien

27 | D e m a m T y p h o i d

melakukan

aktifitas

sesuai

kondisi klien (jika telah bebas


panas

beberapa

hari

hasil

laboratorium

menunjukkan

perbaikan).
8. Berikan
terapi

multivitamin

paristeltik usus
6. Partisipasi

meningkatkan kooperatif klien


dalam perawatan
7. Meningkatkan partisipasi klien
dapat meningkatkan harga diri
klien

sesuai program terapi medic.

keluarga

dan

meningkatkan

toleransi aktivitas

8. Meningkatkan

daya

tahan

tubuh, sehingga meningkatkan


7) kurangnya perawatan diri b.d
istirahat total

aktivitas
1. kaji tingkat pengatuhuan klien 1. Sebagai

Tujuan :
Pemahaman

tentang

penyakitnya
kriteria hasil
Klien dapat menjelaskan :
a. penyakitnya
b. perawatan
penyakitnya
c. pengobatan
d. waktu control ulang

dasar

menentukan

ttg penyakitnya
intervensi
2. jelaskan klien ttg penyakit typhus 2. Klien
mendapat
abdominalis:
penyebab,

pengertian,
tanda

pengobatan
penyakit
3. jelaskan

dan

klien

penyakit:

dan

tentang penyakitnya.

gejala,

komplikasi

ttg

perawatan

pentingnya

banyak

istirahat, menghindari makanan


yang merangsanr, hindari jajan
sembarang

tempat,

lunak

masih

jika

kejelasan

3. Klien
tentang

mendapat

kejelasan

perawatan

setelah pulang dari rumah sakit

makanan

ada

dirumah

panas

28 | D e m a m T y p h o i d

hindari

aktivitas

yg

dapat

meningkatkan peristaltic usus


4. Untuk mencegah terulangnya
4. jelaskan
klien
tentang
infeksi usus yang berasal dari
pentingnya menjaga kebersihan
makanan,
alat
makan,
makan dan kebersihan diri
kebersihan dari yang kurang.
5. Berikan catatan tertulis waktu
5. Agar klien mudah mengingat
control ulang setelah sakit.
kapan waktu control yang tepat.

29 | D e m a m T y p h o i d

SKENARIO KASUS

An.Aumur 12 tahun baru saja masuk dirawat di Bangsal Anak RS. Hasil
anamnesis, orang tua anak mengatakan bahwa ia menderita demam khususnya
sore dan malam hari sejak 7 hari yang lalu, anak makan hanya sedikit, dalam 3
hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok, tapi minumnya seperti biasa. Kalau
anak beraktivitas beratanak menjadi demam. Keluarga mengatakan bahwa
anaknya baru sekali ini dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka
pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.
Dari anamnesa kepada anak : anak mengeluh pusing, lemas dan mual.
Sudah 4 hari tidak buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum: sadar penuh
(Compos mentis), anak lemah, lidahnya kotor. Hasil pemeriksaan lain
menunjukkan BB=20kg, TB=120 cm, suhu = 390C, Nadi = 98 kali/menit,
Respirasi=24 kali/menit, Tekanan darah=110/70 mmHg. Turgor kulit kembali
segera, membran mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
Haemoglobin : 12,2 gr/dl, Haematokrit : 37 , Trombosit : 210.000/ mm 3,
Leukosit : 9.500/ l, Salmonella typhi O= 1/160, Salmonella typhi H = 1/80,
Salmonella paratyphi= 1/80.hasil pemeriksaantes widal didapatkan hasil widal
positif.

30 | D e m a m T y p h o i d

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
A. Biodata:
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Tanggal masuk
B. Diagnosa Medis
C. Keluhan Utama

: An. A
: 12 Tahun
: laki-laki
:::: Demam Typhoid
:Pasien demam khususnya sore dan malam hari

sejak 7 hari yang lalu


D. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak makan hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis 3
sendok, tapi minumnya seperti biasa. Kalau anak beraktivitas berat
anak menjadi demam. keadaan umum: sadar penuh (Compos mentis),
anak lemah, lidahnya kotor. anak mengeluh pusing, lemas dan mual.
Sudah 4 hari tidak buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut.
Turgor kulit kembali segera, membran mukosa lembab.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan Dahulu
-

E. Pengkajian Fungsional
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Managemen Kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa anaknya baru sekali ini dirawat di RS.
Orang tua mengatakan bahwa mereka pasrah menerima hospitalisasi
anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Anak makan hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis
3 sendok, tapi minumnya seperti biasa, mual, lidah tampak kotor.
3) Pola Eliminasi

31 | D e m a m T y p h o i d

Sudah 4 hari tidak buang air besar


4) Pola Aktivitas dan Latihan
Kalau anak beraktivitas beratanak menjadi demam, anak tampak
lemah dan lemas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
6) Pola Kognitif dan Persepsi
Anak mengeluh pusing, anak mengeluh nyeri pada perut, keadaan
umum: sadar penuh (Compos mentis),
7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
8) Pola Peran dan Hubungan
9) Pola Seksualitas dan Reproduksi
10) Pola Koping dan Managemen Stress
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
-

F. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum :
Tampak lemah
kesadaran penuh (composmentis)
BB 20 kg, TB 120 cm
Vital Sign :
Pemeriksaan TTV
Suhu
Nadi
Respirasi
Tekanan Darah

Hasil
390C
98x/menit
24x/menit
110/70 mmHg

Nilai Normal
36,5-37,50C
80-90 x/menit
20-30 x/menit
80-100/60 mmHg

G. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan
Hemoglobin
Haemotokrit
Trombosit
Leukosit
Salmonela Typhi O
Salmonela Typhi H
Salmonela paratyphi

Hasil
12,2 gr/dl
37%
210.000/mm3
9.500/ul
1/60
1/80
1/80

Nilai Normal
10,0-16,0 gr/dl
33-38%
140.000-400.000/mm3
5.000-10.000/ul

32 | D e m a m T y p h o i d

Hasil pemeriksaan tes widal : didapatkan hasil widal positif

3.2. Data Fokus


Data Subjektif
tua anak mengatakan 1.
2.
bahwa
anaknya
menderita
3.
demam khususnya sore dan 4.
5.
malam hari sejak 7 hari yang lalu
6.
2. Orang tua mengatakan anak
7.
makan hanya sedikit, dalam 3
1. Orang

Data Objektif
Anak tampak lemah
Lidah anak tampak kotor.
Suhu 390C
Salmonella typhi O = 1/160
Salmonella typhi H = 1/80
Salmonella paratyphi= 1/80
hasil pemeriksaan tes widal
didapatkan hasil widal positif.

hari ini tiap makan hanya habis 3


sendok.
3. Orang tua mengatakan kalau
anak

beraktivitas

berat

anak

menjadi demam.
Anak mengeluh pusing
Anak mengeluh lemas
Anak mengeluh mual.
Anak mengatakan sudah 4 hari

4.
5.
6.
7.

tidak buang air besar.


8. Anak mengeluh nyeri pada perut.

3.3. Analisis Data


No
1.

Data
Ds :
Orang tua anak mengatakan bahwa
anaknya

menderita

Kemungkinan

Masalah

Penyebab
Proses infeksi

Hipertermia

salmonella typhii

demam

khususnya sore dan malam hari

sejak 7 hari yang lalu


Orang tua mengatakan kalau anak
beraktivitas berat anak menjadi

demam.
Anak mengeluh pusing
Anak mengeluh lemas
Anak tampak lemah

Do :

Suhu 390C
Salmonella typhi O = 1/160

33 | D e m a m T y p h o i d

2.

3.

Salmonella typhi H = 1/80


Salmonella paratyphi= 1/80
Hasil pemeriksaan tes widal

didapatkan hasil widal positif.


Ds :
Anak mengeluh nyeri pada perut.
Do :
Ds :

Anak mengatakan sudah 4 hari

Inflamasi

Nyeri akut

Penurunan peristaltik

Konstipasi

usus

tidak buang air besar.


Do :
4.

Ds :
Orang tua mengatakan anak makan
hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap

makan hanya habis 3 sendok


Anak mengeluh mual.

Anoreksia

Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Do :
Lidah anak tampak kotor.

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia b.d proses infeksi salmonella typhii dd orang tua anak
mengatakan bahwa anaknya menderita demam khususnya sore dan
malam hari sejak 7 hari yang lalu, orang tua mengatakan kalau anak
beraktivitas berat anak menjadi demam, anak mengeluh pusing, anak
mengeluh lemas dan anak tampak lemah,suhu 390C , Salmonella typhi O
= 1/160, Salmonella typhi H = 1/80, Salmonella paratyphi= 1/80, Hasil
pemeriksaan tes widal didapatkan hasil widal positif.
2. Nyeri b.d Inflamasi dd Anak mengeluh nyeri pada perut.
3. Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus dd anak mengatakan sudah 4
hari tidak buang air besar.
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia dd orang tua mengatakan anak makan hanya sedikit, dalam 3
hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok , anak mengeluh mual, lidah
anak tampak kotor.

34 | D e m a m T y p h o i d

3.5.
5.

Rencana Asuhan Keperawatan


6.

Diagnosa

7.

Tujuan dan KH

8.

Intervensi

9.

Rasional

No
10.
1.

11. Dx1, Hipertermia b.d


proses

15.Tujuan :
16. Setelah

infeksi

dilakukan

salmonella typhii dd

tindakan

orang

keperawatan

tua

anak

mengatakan
anaknya

bahwa

selama

menderita

jam

hepertermi teratasi.

1. Kaji dan catat suhu tubuh setiap

1. Sebagai

2 jam atau 4 jam


2. Observasi membrane mukosa,

menentukan intervensi
2. Untuk identifikasi tanda-tanda

pengisian kapiler, turgor kulit.


3. Berikan
minum
2-2,5liter

dehidrasi akibat panas.


3. Kebutuhan cairan dalam tubuh

sehari /24jam
20.
4. Berikan kompres hangat pada

demam khususnya sore

17. kriteria hasil :

dan malam hari sejak 7 tua mengatakan kalau -

dahi, ketiak dan lipat paha.


Tidak ada demam dan
21.
pusing
22.
Suhu
tubuh
dalam 5. Anjurkan klien untuk tirah

anak beraktivitas berat

batas

anak menjadi demam,

37,50C).
18.
19.

hari yang lalu, orang

anak mengeluh pusing,


anak mengeluh lemas
dan

anak

lemah,suhu

tampak
390C

Salmonella typhi O =
1/160,
typhi

Salmonella
H

1/80,

Salmonella paratyphi=
1/80,

Hasil

normal

(36,5-

baring/

pembatasan

aktifitas

selama fase akut


6. Anjurkan klien menggunakan
pakaian

yang

tipis

dan

menyerap keringat.
7. Berikan terapi antiperetik sesuai
program

medic

dan

keefektifannya
8. Pemberian
antibiotik
program medic
9. Pemberian
cairan
sesuai program medik.

evaluasi
sesuai
parental

cukup

dasar

mencegah

panas
4. Kompres
efek

panas

untuk

terjadinya

memberikan

pasodilatasi

pembuluh

darah, sehingga mempercepat


penguapan panas tubuh
5. Menurunkan
kebutuhan
metabolisme tubuh, sehingga
menurunkan panas
6. Pakaian tipis menggunakan
penguapan

panas,

saat

penurunan panas klien akan


banyak
keringat.
7. Untuk

mengeluarkan
menurunkan/

mengontrol panas.
8. Untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran infeksi.

35 | D e m a m T y p h o i d

23.

pemeriksaan tes widal

9. Penggantian

didapatkan hasil widal

10. Observasi

positif.

darah (widal kultur) dan feses


11. Observasi adanya peningkatan

12.

hasil

pemeriksaan

suhu terus menerus, distensi

13.

abdomen,nyeri abdomen.

14.

cairan

akibat

penguapan panas tubuh


10. Untuk
mengetahui
perkembangan

penyakit

typhus dan efektifitas terapi.


11. Peningkatan
suhu
terus
menerus

setelah

pemberian

dan

antibiotic

antipiretik
kemungkinan

terjadinya

komplikasi perforasi usus.


24.

25. Dx2,

2.

Inflamasi

Nyeri

b.d

dd

Anak

28.Tujuan :
29. Setelah

dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam menentukan


dan intensitas (skala 0 10).
kebutuhan managemen nyeri

mengeluh nyeri pada

tindakan

perut.

keperawatan

26.
27.

selama

1x24

Catat
jam

nyeri hilang.
30. kriteria hasil :
-

Pasien

mengatakan

nyeri hilang
31.

faktor-faktor

yang

mempercepat dan tanda-tanda


rasa sakit non verbal
2. Biarkan
pasien
mengambil
posisi yang nyaman pada waktu
tidur

atau

duduk

di

kursi.

Tingkatkan istirahat di tempat

dan keefektifan program.


2. Pada penyakit berat,
baring

mungkin

diperlukan

untuk mengatasi nyeri.


3. Posisi
semi
powler
mengurangi

tirah

tegangan

dapat
otot

abdominal dan otot punggung

atritis
tidur sesuai indikasi
4. Meningkatkan
asupan
O2
3. Atur posisi tidur semipowler/
sehingga
menurunkan
nyeri
bagian kepala tempat tidur lebih
sekunder akibat iskemia.
tinggi 10-20 cm
5. Lingkungan yang tenang akan
4. Ajarkan
teknik
relaksasi
menurunkan
stimulus
nyeri
pernafasan dalam ketika nyeri
eksternal
dan
pembatasan

36 | D e m a m T y p h o i d

muncul.
5. Berikan

manajemen

lingkungan : lingkungan tenang,


batasi

pengunjung,

dan

istirahatkan klien.

3.

penurunan
usus

dd

40.Tujuan :
41. Setelah

peristaltik

tindakan

anak

keperawatan

hari tidak buang air

selama

besar.

konstipasi teratasi.

38.
39.

1x24

Pasien
defikasi

47. Dx4,Resiko

minimal

49.Tujuan :

banyak
berada

pengunjung
di

akan

nyeri

ruangan.

menurunkan

berupa

dukungan

sentuhan

psikologis

dapat

membantu menurunkan nyeri.


7. Analgesik dapat mengurangi
nyeri
1. Untuk

43.

mengetahui

perkembangan kondisi klien.

putih yang banyak.

membantu

44.
45.

konsistensi feses yang sesuai

3. Anjurkan

mengatakan

hingga 3 hari sekali.


46.

jam

42. kriteria hasil :


-

apabila

2. Anjurkan klien untuk minum air 2. Supaya masukan cairan adekuat

mengatakan sudah 4

37.

kondisi

kebutuhan O2 jaringan perifer.


6. Manajemen sentuhan pada saat

1. Monitor Tanda-Tanda Vital.


dilakukan

membantu

O2ruangan yang akan berkurang

Istirahat

6. Lakukan manajemen sentuhan


34.
7. Kolaborasi pemberian analgesik

36. Dx3, Konstipasi b.d

akan

meningkatkan

yang

32.
33.

35.

pengunjung

pada
klien

untuk

makan

makanan berserat.

1. Jelaskan

pada

klien

dan

membantu

eliminasi.
3. Karena

2 4. Berikan huknah gliserin untuk


membantu mempermudah BAB.

usus

mempertahankan

diet

kandungan

seimbang
serat

tinggi

merangsang

peristaltik dan eliminasi regular.

4. Memudahkan defekasi
dan 1. Untuk
meningkatkan

37 | D e m a m T y p h o i d

50. Setelah

Ketidakseimbangan

dilakukan

keluarga

tentang

manfaat

pengetahuan

klien

tentang

tindakan

makanan/nutrisi.

kebutuhan tubuh b.d

keperawatan

anoreksia dd orang tua

selama

mengatakan

pasien

dapat

makan hanya sedikit,

memelihara

status

dalam 3 hari ini tiap

gizi

cukup

makan hanya habis 3

adekuat

makan meningkat.
2.
Sebagai
dasar
untuk
Kaji
pola makan dan status
menentukan intervensi.
nutrisi klien
3.
Mencegah iritasi usus dan
Berikan makan yang tidak
distensi abdomen
merangsang (pedas,asam dan
4. Mencegah terjadinya iritasi usus
mengandung gas)
dan komplikasi perforasi usus
Berikan makanan lunak selama
5. Mencegah
rangsangan
fase akut (nasi ada panas/suhu
mual/muntah
lebih dari normal)
6. Untuk mengetahui masukan
Berikan makan dalam porsi kecil
makanan atau penambahan
tapi sering
berat badan
timbang berat badan klien.
7. Meningkatkan nafsu makan
Setiap hari dengan alat ukur 8. Agar klien koeferatif dalam

nutrisi

sendok

kurang

dari

anak

anak

jam 2.

1x24

secara

3.

4.

51.kriteria hasil :

mengeluh mual, lidah -

Pasien

anak tampak kotor.

porsi

48.
-

menghabiskan
makan

yang 5.

disediakan
Pasien
mengatakan 6.
tidak ada mual.
52.

nutrisi sehingga motivasi untuk

yang sama.
7. Lakukan
perawatan

pemenuhan nutrisi
mulut 9. Untuk mengontrol

secara teratur dan sering


8. Jelaskan
pentingnya
intake
nutrisi yang adekuat.
9. Berikan terapi antiemetic sesuai
program medic.
10. Berikan nutrisi parenteral sesuai
program

terapi

medik,

jika

pemberian makanan oral tidak

muntah

mual

sehingga

meningkatkan
makanan.
10. Untuk

dapat
masukan

mengistirahatkan

gastrointestinal,
memberikan

dan

nutrisi

dan
penting

untuk metabolisme tubuh.


53.

dapat diberikan

38 | D e m a m T y p h o i d

54.

BAB IV

55.PENUTUP
56.
57.
4.1. Kesimpulan
58.

Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B,


C .Biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
tujuh hari , gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
59.
Penularan Salmonella Thypoid dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan
muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella
Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat.
60.
Penatalaksanaan pada demam thypoid terdiri dari tiga
bagian yaitu : Perawatan (Tirah baring absolute, posisi tubuh harus diubah
setiap 2 jam, mobilisasi), diet (makanan diberikan secara bertahap sesuai
dengan keadaan penyakitnya, mula-mula air lunak makanan biasa),
obat (antimikroba, obat simptomatik, suportif, penenang).
61.
4.2. Saran
62.

Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal

dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan kasus Demam Typhoid.


Dan nantinya makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai
kasus Demam Typhoid.
63.
Semoga nantinya makalah ini dapat menjadi

referensi

tambahan dalam proses pembelajaran khususnya Blok Pencernaan. Dan


dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk makalah-makalah serupa.

39 | D e m a m T y p h o i d

64.STEP I
65.KLARIFIKASI ISTILAH
66.
1. Composmentis
67.
Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. (Suratun dan Lusianah, 2010).
2. Tes widal
68.
Salah satu tes dengan menggunakan reaksi aglutinasi untuk
mendiagnosis demam typoid (Sue Hinchliff.1999).
3. Membran mukosa
69.
Jaringan lunak basah yang melapisi bukaantubuh, khususnya
mulut, hidung, rektum dan vagina (Suratun dan Lusianah, 2010).
4. Hospitalisasi
70.
Keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga
dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Sue Hinchliff.1999).
5. Hematokrit
71.
Presentase sel darah merah dalam darah, yang dihitung dengan
mengikut sertakan baik jumlah maupun ukuran sel-sel tersebut dan
dinyatakan sebagai persentase terhadap volume darah (Michael F, 2009).
6. Turgor kulit
72.
Kelenturan kulit. Menilai apakah turgor kulit cukup baik atau tidak
adalah untuk menilai tingkat kecukupan cairan dalam tubuh (Michael F,
2009).
7. Leukosit : merupakan massa berinti yang tidak berwarna dan sebagian
diantaranya dapat bergerak serta bersifat fagosit (Sue Hinchliff.1999).
8. Pusing (sakit kepala)
73.
Rasa sakit di kepala yang membuat kepala terasa kunang-kunang,
kurang keseimbangan (Suratun dan Lusianah, 2010).
74.
75.

76.STEP II
77.IDENTIFIKASI MASALAH
78.
40 | D e m a m T y p h o i d

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengapa pasien menderita demam khususnya sore dan malam hari ?


Mengapa anak mengalami pusing ?
Mengapa anak mengeluh nyeri perut ?
Megapa jika anak beraktifitas berat anak menjadi demam ?
Mengapa anak terlihat lemah dan lidah kotor ?
Mengapa anak tidak BAB selama 1 hari ?
Mengapa suhu meningkat ?
Mengapa anak mengeluh mual ?
Mengapa makan anak hanya 3 sendok ?

79.
80.STEP III
81.MENJAWAB PERTANYAAN
82.
1. Karena pada waktu tersebut metabolisme menurun, sehingga suhu
menurun karena adanya salmonella typhoid merangsang sintesi dan
melepaskan zat tirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
(Haryono, Rudi, 2012).
2. Akibat dari sekresi mediator inflamasi yang berlebih, akibat oleh
pengaktifan makrofag oleh virogen yang mempengaruhi hipotalamus
menyebabkan faso konstruksi pembuluh darah ke otak, sulpai oksigen
menurun sehingga terjadi pusing (Suratun dan Lusianah, 2010).
3. Karena basil salmonella yang mampu menembus sel epitel kemudian
melalui ductus toracicus masuk ke aliran darah (bakteri mia) kemudian
sirkulasi portal dari usus menyebar ke seluruh organ retikulo endotelial
terutama hati, sumsum tulang, dan limpa sehingga menyebabkan
pembesaran hati (hepatomegali) dengan ilfiltrasi limfosit, zat plasma dan
sel mononuklear serta terdapat nekrosis fokal dan pembesaran limpa
(splenomegali). Akibat hepatomegali dan splenomegali menyebabkan
pasien mengalami nyeri pada abdomen (Suratun dan Lusianah, 2010).
4. Karena pasien beraktifitas berat menyebabkan metabolisme meningkat
yang akan menyebabkan suhu tubuh meningkat (Haryono, Rudi, 2012).
5. Karena adanya kuman/bakteri yang disebabkan oleh salmonella yang
menyerang membrane mukosa lidah, sehingga lidahnya menjadi kotor.
6. Karena adanya proses inflamasi menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga terjadi penyempitan lumen usus dan terakumulaisnya feses dalam
41 | D e m a m T y p h o i d

kolon, sementara kolon terus melakukan penyerapan air pada feses


akibatnya feses menjadi keras dan terjadinya pola defikasi ; konstipasi
(Suratun dan Lusianah, 2010).
7. Karena adanya bakteri dalam tubuh sehingga leukosit meningkat dan
pelepasan zat pyrogen yang mempengaruhi pusat termoregulasi (pengatur
suhu) sehingga suhu meningkat (Haryono, Rudi, 2012).
8. Karena adanya kuman yang masuk ke lambung sehingga sebagai respon
pertahanan, lambung mengeluarkan asam lambung yang berlebihan yang
menimbulkan mual (Haryono, Rudi, 2012).
9. Karena adanya peningkatan asam lambung yang disebabkan fagosistosis
bakteri salmonela oleh asam lambung yang memicu rangsangan serabut
aferen nervus vagus menuju medula oblangata dan melalui kemoreseptor
yang mengandung neurotransmiter, epinefrin, serotin yang menyebabkan
lambung teraktivasi dan terjadi mual

muntah yang mengakibatkan

penurunan nafsu makan (Haryono, Rudi, 2012).

83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.DAFTAR PUSTAKA
90.
91. Carpenito, LyndaJuall. 2012. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
92.
93. Haryono, Rudi.2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
94.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
95.
96. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
97.
Salemba Medika.
98.

42 | D e m a m T y p h o i d

99. Hinchliff, Sue.1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC.


100.
101.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
102.
103.
Nelson, Waldo et. Al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2.
Jakarta: EGC
104.
105.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
106.
107.
108.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien. Jakarta :
Monica Ester
109.
110.
Soegijanto, Soegeng. 2002. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis
dan Infeksi di
111. Indonesia, Jilid 6. Surabaya: Airlangga University Press.
112.
113.
Suratun dan Lusianah.2010. Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem
114. Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media.
115.
116.
Suriadi dan Yuliani, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada anak..
Jakarta : Cv Sagung Seto.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.

43 | D e m a m T y p h o i d

Anda mungkin juga menyukai