PENDAHULUAN
1 | D e m a m Ty p h o i d
2 | D e m a m Ty p h o i d
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3 | D e m a m Ty p h o i d
4 | D e m a m Ty p h o i d
4. Lambung
5 | D e m a m Ty p h o i d
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia.
b) Fundus.
c) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting:
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida(HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Otot
yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan. Lapisan luar: terdiri atas serabutserabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam: merupakan serabut
6 | D e m a m Ty p h o i d
sirkuler untuk membantu gerakan peristatik. Lapisan sub mukosa terdiri atas
jaringan penyambung, sedangkan mukosa bagian dalam tebal, banyak
mengandung pembulu darah dan kelenjar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
b) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
c) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
7 | D e m a m Ty p h o i d
yaitu sedikitnya sel goblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
d) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum, jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Dinding usus terdiri atas 4 lapisan dasar: lapisan paliang luar (lapisan
serosa), dibentuk oleh peri tonium. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan
pariental dan lapisan yang terletak antara lapisan ini dinamakan rongga
peritoneum.
Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum, antara
lain:
a) Mesentrium merupakan lipatan peritoneum yang lebar mengantung jejunum
dan ileum dari dinding posterior abdomen dan memungkinkan usus bergerak
leluasa. Masentrium menyokong pembulu darah dari limfe yang mensuplai
usus.
b) Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung
dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen
omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu rongga peritoneum (melindungi) dari infeksi.
c) Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari
kurvatura minor lambungdan bagian atas duodenum menuju kehati. Salah
satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah pergerakan antara organorgan yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa sebagai pelumas.
6. Usus Besar (colon)
Usus besar atau colon dalam anatomi adalah bagian usus antara usu buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dalam feses. Usus besar
terdiri dari :
Colon asenden (kanan)
8 | D e m a m Ty p h o i d
Colon transversum
Colon desenden (kiri)
Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum
9. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan
memiliki bebrapa fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
9 | D e m a m Ty p h o i d
10 | D e m a m T y p h o i d
pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan demam typhoid adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan yang disebabkan oleh S.
typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. paratyphi
B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang seroyip salmonella lain dengan gejala demam
lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran.
2.3. Epidemiologi
Thypoid abdominalis atau demam thypoid dan paratifoid merupakan salah
satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Oceania
dan jarang terjdi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO terdapat 16
juta hingga 30 juta kasus thypoid diseluruh dunia dan diperkirakan sekitar
500,000 orang meninggal setiap tahnnya akibat penyakit ini. Asia menempati
urutan tertinggi pada kasus thypoid in, dan terdapat 1 juta kaus dengan 400.000
kematian setiap tahunnya. 91% kasus thypoid mendera anak-anak berusia 3-19
tahun dan angka kematian 20.000/tahnnya. Di Indonesia 14% demam enteris ini
disebabkan oleh S. parathyphi A. (Suratun dan Lusianah, 2010).
2.4. Etiologi
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan salmonella
yang memasuki tubuh penderita memalui saluran pencernaan (Haryono,2012) :
1. Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
2.
3.
4.
5.
2.5. Klasifikasi
Tipe demam berdasarkan pola dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Demam Remitten
Menurun setiap hari namun tidak mencapai normal.
11 | D e m a m T y p h o i d
b. Demam Intermitten
Suhu badan menurun normal dalam beberapa jam dalam waktu 1 hari.
c. Demam Kontinyu
Variasi suhu tak berbeda lebih dari 10C
d. Demam siklik
Suhu meningkat beberapa hari, normal, dan meningkat lagi seperti
semula.
2.6. Mekanisme Penularan
Penularan penyakit thypoid ini sangat mudah terjadi pada lingkungan
dengan sanitasi yang buruk. Berikut ini beberapa mekanisme penularan salmonell
thypi (Suratun dan Lusianah, 2010):
1. Food (makanan/minuman) yang tercemar. Makanan yang diolah dengan
tidak bersih atau disajikan mentah berisiko mengandung salmonella seperti
salad, karedok atau asinan, apalagi bila sayuran terebut diberi pupuk
dengan limbah kotoran dan dicuci dengan menggunakan air yang
terkontaminasi oleh salmonella. Seyogyanya makanan dimasak dengan
matang dan air dididihkan
2. Fingers (jari-jari tangan), seseorang yang pernah menderita thypoid dapat
menjadi karier dan menularkan thypoid kepada orang lain melaui jari-jari
tangannya bahkan menurut ismail (2006) di daerah endemis, seseorang
yang tidak pernah menderita thypoid dapat menularkan thyoid dalam urine
dan fesesnya. Makanan/minuman yang dibuat oleh karier ini dapat
terkontaminasi oleh salmonella seperi makanan yang diolah direstoran
atau pekerja pabrik susu yang mengolah produk-produk susu. Biasanya
sekitar 3-5% pasien menjadi karier.
3. Feses. Feses dapat menularkan salmonella ke orang lain melalui rute
feses oral. Arinya penularan dari feses dan masuk ke mulut. Sebagai
contoh seorang ibu rumah tangga yang menjadi karier dapat menularkan
salmonella kepada anggota keluarga lainnya dengan mengolah makanan
dan minuman atau member makanan kepada anak-anaknya ementara
tangannya dalam keadaan terkontminasi salmonella karena kurang bersih
mencuci tangan ketika BAB atau BAK. Bakteri mampu bertahan hidup
ntuk jangka waktu yang panjang pada feses yang kering. Debu, air limbah,
12 | D e m a m T y p h o i d
dapat
mengandung
salmonella,
peralatan
kesehatan
yang
Anoreksia
Rasa malas
Sakit kepala bagian depan,
Nyeri otot
Lidah kotor (putih di tengahdan tepi lidah kemerahan, kadang disertai
tremor lidah)
Nyeri perut
13 | D e m a m T y p h o i d
14 | D e m a m T y p h o i d
2.8. Patofisiologi
Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman Salmonella Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut
dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan
yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat (Haryono,2012).
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella Thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Setelah kuman masuk ke dalam mulut
ketika orang makan dan minum, makanan masuk ke lambung dan bercampur
dengan HCl. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
masuk ke usus halus yang mencapai jaringan limfoid plaque di ilium terminalis
yang mengalami hipertropi. Jika bakteri masuk bersama-sama cairan, maka terjadi
pengenceran
asam
lambung
yang
mengurangi
daya
hambat
terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit. Daya hambat asam lambung ini juga akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga bakteri akan lebih
leluasa masuk ke dalam usus penderita, memperbanyak diri dengan cepat,
kemudian memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Kuman
Salmonella thyposa kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe
dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella typhi masuk aliran darah melalui
ductus thorasicus. Kuman-kuman Salmonella typhi lain mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque payeri, limfa, hati
dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.
Demam
disebabkan
karena
Salmonella
typhi
dan
endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang. Adapun reaksi kuman terhadap tubuh manusia melakukan aktifitas
terbesar pada sistem retikuloendotelial dan empedu dimana organ yang lebih
dahulu diserang adalah usus(Suratun dan Lusianah, 2010).
15 | D e m a m T y p h o i d
inflamasi
Medulla oblongata
Perforasi
Basilusus
salmonella menembus sel-sel epitel
Penyempitan lumen usus
Perdarahan saluran
cerna serotin
prostaglandin
septor yang mengandung neurotransmitter
epinefrin,
MK:Resiko infeksi
Kehilangan komponen darah (Fe)
Akumulasi
Merangsang pusat
nyeri feses di kolon
Lamina propia
Lambung teraktivasi
2.9. Woc
Berkembangan di jaringan limfoid peyeri ileum distal
Reabsorpsi air pada pada kolon
Melalui ductus toracicus
eritrosit & Hb
Mual-muntah
anoreksia
asupan nutrisi
anemia
Endotoksin salmonella
Thypi
Masuk ke
aliran darah (bakterimia)
hipoksemia
Feses keras
hipoksia
Merangsang pelepasan
oleh
leukosithati, sumsum tulang, limfa
Menyebarzat
ke pirogen
organ RE
terutama
Metabolisme
MK: Konstipasi
Lelah, lemah, pucat
Energi yang dihasilkan sedikit
Beredar dalam darah
hepatomegali
Lelah, lemah
MK: Nyeri
Infiltrasi
limfosit
zat
plasma
dan
sel
mononuklear
Mempengaruhi termoregulator di Hipotalamus
MK: Intoleransi aktivitas
suhu
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhtubuh
MK: Hipertermi
Nekrosis fokal
16 | D e m a m T y p h o i d
splenomegali
Nyeri tekan
2.11. Penatalaksanaan
Terdiri dari tiga bagian yaitu (Haryono,2012) :
1. Perawatan
a. Tirah baring absolute sampai minimal tujuh hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari
b. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
c. Mobilisasi sesuai kondisi
2. Diet
a. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air lunak makanan biasa)
b. Makan harus mengandung cukup air, kalori, dan tinggi protein, tidak
boleh
mengandung
banyak
serat
tidak
merangsang
maupun
syarat,
pembuangan
kotoran
manusia
yang
benar,
18 | D e m a m T y p h o i d
19 | D e m a m T y p h o i d
2. Keluhan utama
Pada pasien thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung,
nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami sakit thypoid, dan apakah menderita
penyakit lainnya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien thypoid mengalami demam, anoreksia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi), nyeri kepala
atau pusing, nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita thypoid atau
sakit yang lainnya.
6. Riwayat psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan
timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa
yang diderita
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah.
b. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
c. Pola ttidur dan aktivitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
d. Pola eleminasi
Kebisaan dalam BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas
yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
e. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah
menikah akan terjadi perubahan
f. Pola persepsi dan pengetahuan
Bagaimanakah persepsi terhadap status kesehatan saat ini dan sampai
sejauh mana pasien memahami penyakit dan perawatannya
g. Pola kelompok diri
Adakah gangguan konsep diri
h. Pola penanggulngan stress
20 | D e m a m T y p h o i d
mempengaruhi
terhadap
hubungan
21 | D e m a m T y p h o i d
22 | D e m a m T y p h o i d
Intervensi keperawatan
rasional
hasil
1) perubahan nutrisi kurang dari
Tujuan:
Pemenuhan
nafsu
nutrisi adekuat.
makan,
mual,
dan
kembung
1. kaji
kebutuhan
nutrisi klien
2. berikan
makan
merangsang
Criteria hasil:
a) tidak ada mual dan
kembung
b) nafsu
makan
yang
(pedas,asam
dasar
untuk
menentukan intervensi.
tidak 2. Mencegah iritasi usus
dan
mengandung gas)
3. berikan makanan lunak selama
fase akut (masi ada panas/suhu
dan
distensi abdomen
3. Mencegah terjadinya iritasi usus
dan komplikasi perforasi usus
4. Mencegah
rangsangan
mual/muntah
lebih dari normal)
meningkat
5. Untuk mengetahui masukan
4. berikan makan dalam porsi kecil
c) makan habis satu
makanan atau penambahan bb
tapi sering
porsi
6. Meningkatkan nafsu makan
5. timbang berat badan klien. Setiap
d) berat
badan
7. Agar klien koeferatif dalam
hari dengan alat ukur yang sama.
meningkat/normal
pemenuhan nutrisi
6. Lakukan perawatan mulut secara
8. Untuk mengontrol mual dan
teratur dan sering
muntah
sehingga
dapat
7. Jelaskan pentingnya intake nutrisi
meningkatkan
masukan
yang adekuat.
8. Berikan terapi antiemetic sesuai
makanan.
9. Untuk
mengistirahatkan
program medic.
9. Berikan nutrisi parenteral sesuai
gastrointestinal,
dan
program
terapi
medik,
jika
Tujuan:
dapat diberikan
1. Kaji dan catat suhu tubuh setiap
memberikan
nutrisi
penting
dasar
23 | D e m a m T y p h o i d
untuk
Hipertermi teratasi
kriteria hasil :
a) Suhu
dalam
batas
normal(36-370c)
b) Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Turgor
mukosa,
menentukan intervensi
2. Untuk identifikasi tanda-tanda
24jam
cukup
4. Berikan
kulit
elastis
Pengisian kapiler
<3
Membrane
mukosa lembab
kompres
hangat
pada
mencegah
panas
4. Kompres
efek
panas
terjadinya
memberikan
pasodilatasi
pembuluh
klien
menggunakan
dan
evaluasi
kefektivannya
8. Pemberian
antibiotik
sesuai
medic
program medic
9. Pemberian cairan parental sesuai
program medik.
10. Observasi hasil
pemeriksaan
panas,
saat
terus
menerus
distensi
banyak
keringat.
7. Untuk
mengeluarkan
menurunkan/
mengontrol panas.
8. Untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran infeksi.
9. Penggantian
cairan
akibat
penguapan panas tubuh
10. Untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit
24 | D e m a m T y p h o i d
abdomen,nyeri abdomen.
11. Peningkatan
menerus
suhu
terus
setelah
pemberian
dan
antibiotic
antipiretik
kemungkinan
terjadinya
Tujuan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam menentukan
nyeri hilang.
kriteria hasil :
-
Pasien
mengatakan
nyeri hilang
Catat
faktor-faktor
mempercepat
dan
yang
tanda-tanda
tidur
semipowler/
relaksasi
tenang,
pengunjung,
dan
klien.
batasi
istirahatkan
kebutuhan
managemen
nyeri
tirah
baring
mungkin
diperlukan
tegangan
dapat
otot
asupan
menurunkan
O2
nyeri
stimulus
dan
pengunjung
pembatasan
akan
meningkatkan
nyeri
membantu
kondisi
O2
banyak
pengunjung
25 | D e m a m T y p h o i d
yang
berada
Istirahat
di
akan
ruangan.
menurunkan
nyeri
berupa
dukungan
7. Kolaborasi pemberian analgesik
4) resiko
tinggi
terjadi
kurang
Tujuan:
Keseimbangan
adekuat
suhu tubuh
kriteria hasil:
a) intake
dan
seimbang
b) ttv
dalam
normal
c) membrane
lembab
d) pengisian
baik(kurang
cairan
output
mukosa
kapilar
dari
detik)
e) produksi urin normal
f) bb normal
g) hematokrit
dalam
batas normal
psikologis
dapat
nyeri
1. observasi ttv setiap 4 jam
1. Hipotensi, takikardia, demam
2. monitor
tanda-tanda
menunjukkan respon terhadap
kekurangan cairan(turgor kulit
kehilangan cairan
tak
elastis,
produksi
urin 2. Tanda tersebut menunjukkan
menurun,
kering,
batas
sentuhan
membrane
bibir
mukosa
pecah-pecah,
jika
klien
cairan
dehidrasi.
3. Untuk
keseimbangan
berlebihan/
mendeteksi
cairan
dan
elektrolit.
2- 4. Untuk pemenuhan cairan tubuh
5. Bb
merupakan
indicator
tidak
kekurangan cairan dan status
muntah.
5. Timbang bb setiap hari dengan
alat ukur yang sama.
6. Berikan cairan parenteral sesuai
program medik.
7. Awasi
data
kehilangan
laboratorium
nutrisi
6. Untuk memperbaiki kekurangan
volume cairan.
7. Indicator status
cairan
evaluasi
26 | D e m a m T y p h o i d
klien,
adanya
(hematokrit)
5) Konstipasi
b.d
penurunan
peristaltik usus
Tujuan :
pasien
hemokonsentrasi.
mengalami
gangguan eliminasi.
klien
untuk
membantu
mengatakan
pada
3. Anjurkan
klien
untuk
makan
makanan berserat.
aktivitas
adekuatnya
(mual
b.d
masukan
dan
pembatasan aktivitas
tidak
nutrisi
muntah),
usus
dan
membantu
eliminasi.
3. Karena
6) intoleran
mempertahankan
mengetahui
kriteria hasil :
Pasien
1. Untuk
diet
kandungan
seimbang
serat
tinggi
merangsang
Tujuan :
1. Kaji
toleransi
4. Memudahkan defekasi
klien 1. Sbg dasar untuk menentukan
terhadap aktifitas
2. Kaji
jumlah
makanan
intervensi
yang 2. Untuk identifikasi intake nutrisi
kriteria hasil:
a) tidak
lelah
b) tidak
dan
ada
ada
keluhan
takikardia
takipenea
bila
melakukan aktifitas
c) kebutuhan
aktifitas
klien terpenuhi.
tingkat
metaboslisme
menurunkan
tubuh
dan
27 | D e m a m T y p h o i d
melakukan
aktifitas
sesuai
beberapa
hari
hasil
laboratorium
menunjukkan
perbaikan).
8. Berikan
terapi
multivitamin
paristeltik usus
6. Partisipasi
keluarga
dan
meningkatkan
toleransi aktivitas
8. Meningkatkan
daya
tahan
aktivitas
1. kaji tingkat pengatuhuan klien 1. Sebagai
Tujuan :
Pemahaman
tentang
penyakitnya
kriteria hasil
Klien dapat menjelaskan :
a. penyakitnya
b. perawatan
penyakitnya
c. pengobatan
d. waktu control ulang
dasar
menentukan
ttg penyakitnya
intervensi
2. jelaskan klien ttg penyakit typhus 2. Klien
mendapat
abdominalis:
penyebab,
pengertian,
tanda
pengobatan
penyakit
3. jelaskan
dan
klien
penyakit:
dan
tentang penyakitnya.
gejala,
komplikasi
ttg
perawatan
pentingnya
banyak
tempat,
lunak
masih
jika
kejelasan
3. Klien
tentang
mendapat
kejelasan
perawatan
makanan
ada
dirumah
panas
28 | D e m a m T y p h o i d
hindari
aktivitas
yg
dapat
29 | D e m a m T y p h o i d
SKENARIO KASUS
An.Aumur 12 tahun baru saja masuk dirawat di Bangsal Anak RS. Hasil
anamnesis, orang tua anak mengatakan bahwa ia menderita demam khususnya
sore dan malam hari sejak 7 hari yang lalu, anak makan hanya sedikit, dalam 3
hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok, tapi minumnya seperti biasa. Kalau
anak beraktivitas beratanak menjadi demam. Keluarga mengatakan bahwa
anaknya baru sekali ini dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka
pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.
Dari anamnesa kepada anak : anak mengeluh pusing, lemas dan mual.
Sudah 4 hari tidak buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum: sadar penuh
(Compos mentis), anak lemah, lidahnya kotor. Hasil pemeriksaan lain
menunjukkan BB=20kg, TB=120 cm, suhu = 390C, Nadi = 98 kali/menit,
Respirasi=24 kali/menit, Tekanan darah=110/70 mmHg. Turgor kulit kembali
segera, membran mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
Haemoglobin : 12,2 gr/dl, Haematokrit : 37 , Trombosit : 210.000/ mm 3,
Leukosit : 9.500/ l, Salmonella typhi O= 1/160, Salmonella typhi H = 1/80,
Salmonella paratyphi= 1/80.hasil pemeriksaantes widal didapatkan hasil widal
positif.
30 | D e m a m T y p h o i d
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
A. Biodata:
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Tanggal masuk
B. Diagnosa Medis
C. Keluhan Utama
: An. A
: 12 Tahun
: laki-laki
:::: Demam Typhoid
:Pasien demam khususnya sore dan malam hari
E. Pengkajian Fungsional
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Managemen Kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa anaknya baru sekali ini dirawat di RS.
Orang tua mengatakan bahwa mereka pasrah menerima hospitalisasi
anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Anak makan hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis
3 sendok, tapi minumnya seperti biasa, mual, lidah tampak kotor.
3) Pola Eliminasi
31 | D e m a m T y p h o i d
F. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum :
Tampak lemah
kesadaran penuh (composmentis)
BB 20 kg, TB 120 cm
Vital Sign :
Pemeriksaan TTV
Suhu
Nadi
Respirasi
Tekanan Darah
Hasil
390C
98x/menit
24x/menit
110/70 mmHg
Nilai Normal
36,5-37,50C
80-90 x/menit
20-30 x/menit
80-100/60 mmHg
G. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan
Hemoglobin
Haemotokrit
Trombosit
Leukosit
Salmonela Typhi O
Salmonela Typhi H
Salmonela paratyphi
Hasil
12,2 gr/dl
37%
210.000/mm3
9.500/ul
1/60
1/80
1/80
Nilai Normal
10,0-16,0 gr/dl
33-38%
140.000-400.000/mm3
5.000-10.000/ul
32 | D e m a m T y p h o i d
Data Objektif
Anak tampak lemah
Lidah anak tampak kotor.
Suhu 390C
Salmonella typhi O = 1/160
Salmonella typhi H = 1/80
Salmonella paratyphi= 1/80
hasil pemeriksaan tes widal
didapatkan hasil widal positif.
beraktivitas
berat
anak
menjadi demam.
Anak mengeluh pusing
Anak mengeluh lemas
Anak mengeluh mual.
Anak mengatakan sudah 4 hari
4.
5.
6.
7.
Data
Ds :
Orang tua anak mengatakan bahwa
anaknya
menderita
Kemungkinan
Masalah
Penyebab
Proses infeksi
Hipertermia
salmonella typhii
demam
demam.
Anak mengeluh pusing
Anak mengeluh lemas
Anak tampak lemah
Do :
Suhu 390C
Salmonella typhi O = 1/160
33 | D e m a m T y p h o i d
2.
3.
Inflamasi
Nyeri akut
Penurunan peristaltik
Konstipasi
usus
Ds :
Orang tua mengatakan anak makan
hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap
Anoreksia
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Do :
Lidah anak tampak kotor.
34 | D e m a m T y p h o i d
3.5.
5.
Diagnosa
7.
Tujuan dan KH
8.
Intervensi
9.
Rasional
No
10.
1.
15.Tujuan :
16. Setelah
infeksi
dilakukan
salmonella typhii dd
tindakan
orang
keperawatan
tua
anak
mengatakan
anaknya
bahwa
selama
menderita
jam
hepertermi teratasi.
1. Sebagai
menentukan intervensi
2. Untuk identifikasi tanda-tanda
sehari /24jam
20.
4. Berikan kompres hangat pada
batas
37,50C).
18.
19.
anak
lemah,suhu
tampak
390C
Salmonella typhi O =
1/160,
typhi
Salmonella
H
1/80,
Salmonella paratyphi=
1/80,
Hasil
normal
(36,5-
baring/
pembatasan
aktifitas
yang
tipis
dan
menyerap keringat.
7. Berikan terapi antiperetik sesuai
program
medic
dan
keefektifannya
8. Pemberian
antibiotik
program medic
9. Pemberian
cairan
sesuai program medik.
evaluasi
sesuai
parental
cukup
dasar
mencegah
panas
4. Kompres
efek
panas
untuk
terjadinya
memberikan
pasodilatasi
pembuluh
panas,
saat
mengeluarkan
menurunkan/
mengontrol panas.
8. Untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran infeksi.
35 | D e m a m T y p h o i d
23.
9. Penggantian
10. Observasi
positif.
12.
hasil
pemeriksaan
13.
abdomen,nyeri abdomen.
14.
cairan
akibat
penyakit
setelah
pemberian
dan
antibiotic
antipiretik
kemungkinan
terjadinya
25. Dx2,
2.
Inflamasi
Nyeri
b.d
dd
Anak
28.Tujuan :
29. Setelah
tindakan
perut.
keperawatan
26.
27.
selama
1x24
Catat
jam
nyeri hilang.
30. kriteria hasil :
-
Pasien
mengatakan
nyeri hilang
31.
faktor-faktor
yang
atau
duduk
di
kursi.
mungkin
diperlukan
tirah
tegangan
dapat
otot
atritis
tidur sesuai indikasi
4. Meningkatkan
asupan
O2
3. Atur posisi tidur semipowler/
sehingga
menurunkan
nyeri
bagian kepala tempat tidur lebih
sekunder akibat iskemia.
tinggi 10-20 cm
5. Lingkungan yang tenang akan
4. Ajarkan
teknik
relaksasi
menurunkan
stimulus
nyeri
pernafasan dalam ketika nyeri
eksternal
dan
pembatasan
36 | D e m a m T y p h o i d
muncul.
5. Berikan
manajemen
pengunjung,
dan
istirahatkan klien.
3.
penurunan
usus
dd
40.Tujuan :
41. Setelah
peristaltik
tindakan
anak
keperawatan
selama
besar.
konstipasi teratasi.
38.
39.
1x24
Pasien
defikasi
47. Dx4,Resiko
minimal
49.Tujuan :
banyak
berada
pengunjung
di
akan
nyeri
ruangan.
menurunkan
berupa
dukungan
sentuhan
psikologis
dapat
43.
mengetahui
membantu
44.
45.
3. Anjurkan
mengatakan
jam
apabila
mengatakan sudah 4
37.
kondisi
membantu
Istirahat
akan
meningkatkan
yang
32.
33.
35.
pengunjung
pada
klien
untuk
makan
makanan berserat.
1. Jelaskan
pada
klien
dan
membantu
eliminasi.
3. Karena
usus
mempertahankan
diet
kandungan
seimbang
serat
tinggi
merangsang
4. Memudahkan defekasi
dan 1. Untuk
meningkatkan
37 | D e m a m T y p h o i d
50. Setelah
Ketidakseimbangan
dilakukan
keluarga
tentang
manfaat
pengetahuan
klien
tentang
tindakan
makanan/nutrisi.
keperawatan
selama
mengatakan
pasien
dapat
memelihara
status
gizi
cukup
adekuat
makan meningkat.
2.
Sebagai
dasar
untuk
Kaji
pola makan dan status
menentukan intervensi.
nutrisi klien
3.
Mencegah iritasi usus dan
Berikan makan yang tidak
distensi abdomen
merangsang (pedas,asam dan
4. Mencegah terjadinya iritasi usus
mengandung gas)
dan komplikasi perforasi usus
Berikan makanan lunak selama
5. Mencegah
rangsangan
fase akut (nasi ada panas/suhu
mual/muntah
lebih dari normal)
6. Untuk mengetahui masukan
Berikan makan dalam porsi kecil
makanan atau penambahan
tapi sering
berat badan
timbang berat badan klien.
7. Meningkatkan nafsu makan
Setiap hari dengan alat ukur 8. Agar klien koeferatif dalam
nutrisi
sendok
kurang
dari
anak
anak
jam 2.
1x24
secara
3.
4.
51.kriteria hasil :
Pasien
porsi
48.
-
menghabiskan
makan
yang 5.
disediakan
Pasien
mengatakan 6.
tidak ada mual.
52.
yang sama.
7. Lakukan
perawatan
pemenuhan nutrisi
mulut 9. Untuk mengontrol
terapi
medik,
jika
muntah
mual
sehingga
meningkatkan
makanan.
10. Untuk
dapat
masukan
mengistirahatkan
gastrointestinal,
memberikan
dan
nutrisi
dan
penting
dapat diberikan
38 | D e m a m T y p h o i d
54.
BAB IV
55.PENUTUP
56.
57.
4.1. Kesimpulan
58.
referensi
39 | D e m a m T y p h o i d
64.STEP I
65.KLARIFIKASI ISTILAH
66.
1. Composmentis
67.
Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. (Suratun dan Lusianah, 2010).
2. Tes widal
68.
Salah satu tes dengan menggunakan reaksi aglutinasi untuk
mendiagnosis demam typoid (Sue Hinchliff.1999).
3. Membran mukosa
69.
Jaringan lunak basah yang melapisi bukaantubuh, khususnya
mulut, hidung, rektum dan vagina (Suratun dan Lusianah, 2010).
4. Hospitalisasi
70.
Keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga
dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Sue Hinchliff.1999).
5. Hematokrit
71.
Presentase sel darah merah dalam darah, yang dihitung dengan
mengikut sertakan baik jumlah maupun ukuran sel-sel tersebut dan
dinyatakan sebagai persentase terhadap volume darah (Michael F, 2009).
6. Turgor kulit
72.
Kelenturan kulit. Menilai apakah turgor kulit cukup baik atau tidak
adalah untuk menilai tingkat kecukupan cairan dalam tubuh (Michael F,
2009).
7. Leukosit : merupakan massa berinti yang tidak berwarna dan sebagian
diantaranya dapat bergerak serta bersifat fagosit (Sue Hinchliff.1999).
8. Pusing (sakit kepala)
73.
Rasa sakit di kepala yang membuat kepala terasa kunang-kunang,
kurang keseimbangan (Suratun dan Lusianah, 2010).
74.
75.
76.STEP II
77.IDENTIFIKASI MASALAH
78.
40 | D e m a m T y p h o i d
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
79.
80.STEP III
81.MENJAWAB PERTANYAAN
82.
1. Karena pada waktu tersebut metabolisme menurun, sehingga suhu
menurun karena adanya salmonella typhoid merangsang sintesi dan
melepaskan zat tirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
(Haryono, Rudi, 2012).
2. Akibat dari sekresi mediator inflamasi yang berlebih, akibat oleh
pengaktifan makrofag oleh virogen yang mempengaruhi hipotalamus
menyebabkan faso konstruksi pembuluh darah ke otak, sulpai oksigen
menurun sehingga terjadi pusing (Suratun dan Lusianah, 2010).
3. Karena basil salmonella yang mampu menembus sel epitel kemudian
melalui ductus toracicus masuk ke aliran darah (bakteri mia) kemudian
sirkulasi portal dari usus menyebar ke seluruh organ retikulo endotelial
terutama hati, sumsum tulang, dan limpa sehingga menyebabkan
pembesaran hati (hepatomegali) dengan ilfiltrasi limfosit, zat plasma dan
sel mononuklear serta terdapat nekrosis fokal dan pembesaran limpa
(splenomegali). Akibat hepatomegali dan splenomegali menyebabkan
pasien mengalami nyeri pada abdomen (Suratun dan Lusianah, 2010).
4. Karena pasien beraktifitas berat menyebabkan metabolisme meningkat
yang akan menyebabkan suhu tubuh meningkat (Haryono, Rudi, 2012).
5. Karena adanya kuman/bakteri yang disebabkan oleh salmonella yang
menyerang membrane mukosa lidah, sehingga lidahnya menjadi kotor.
6. Karena adanya proses inflamasi menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga terjadi penyempitan lumen usus dan terakumulaisnya feses dalam
41 | D e m a m T y p h o i d
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.DAFTAR PUSTAKA
90.
91. Carpenito, LyndaJuall. 2012. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
92.
93. Haryono, Rudi.2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
94.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
95.
96. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
97.
Salemba Medika.
98.
42 | D e m a m T y p h o i d
43 | D e m a m T y p h o i d