INFORMASI
FAKTOR RISIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN
KATARAK PADA KELOMPOK PEKERJA
Lusianawaty Tana*
Latar Belakang
atarak adalah suatu kelainan pada mata,
berupa Kekeruhan pada lensa yang disc-
babkan oleh pemecahan protein atau ba-
han lainnya oleh proses oxidasi dan foto oksida-
si, Katarak dapat terjadi tanpa gejala atau de-
ngan gejala berupa gangguan penglihatan dari
derajat yang ringan sampai berat babkan sampai
menjadi buta.*
Prevalensi katarak di Amerika Serikat men-
capai 5,8% atau 15,8 juta orang, sedangkan pre-
valensi katarak yang dilaporkan sendiri di Aus-
tralia menurut National Health Survey 2001 se-
besar 2%.‘ Prevalensi katarak di Indonesia menu-
mut SKRT-SURKESNAS 2001 sebesar 4,99%
dan di Jawa Bali sebesar 5,48%.° Prevalensi
katarak pada beberapa propinsi yang dapat
mewakili Indonesia _menurut Survei Kesehatan
Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-
1996 sebesar 7,3% (6,2%-9,7%). Prevalensi
katarak di daerah perdesaan sebesar 6,29%, lebih
tinggi dibandingkan daerah perkotaan sebesar
45% Jumlah katarak di Indonesia saat ini adalah
berbanding Iurus dengan jumlah penduduk usia
lanjut. Jumlah usia lanjut pada tahun 2000
diperkirakan mencapai 15,3 juta orang (7,4% dari
total penduduk) dan cenderung akan bertambah
dengan meningkatnya jumlah penduduk Indone-
sia.
Katarak adalah penyebab kebutean yang
paling besar (0,78%) di antara penyebab kebutaan
lainnya,’ Buta katarak merupakan suatu penyakit
degeneratif yang umumnya terjadi pada usia
lanjut, namun 16% dari buta katarak di Indonesia
terdapat pada usia produktif (40-54 tahun), Per-
Kraan mulai terjadinya katarak adalah 15-20
tahun sebelum menjadi buta.
Etiologi katarak masih tidak jelas dan ber-
hubungan dengan banyak faktor.’ Faktor risiko
* Puslitbang Pemberantasan Penyakit,
Badan Litbangkes Depkes RI.
dapat berupa faktor intrinsik dan ekstrinsik
Faktor intrinsik dapat berasal dari dalam tubuh
sendiri dan faktor ekstrinsik berasal dari Inar
fubuh termasuk faktor demografik dan ling-
keungan. Faktor di lingkungan kerja, baik yang
berasal ‘dari proses kerja maupun dari peralatan
kerja dapat berdampak buruk pada mata pekerja.
Untuk menurunkan prevalensi katarak pert
tindakan pencegahan yang sesuai dengan faltor
tisiko yang terkait.
Katarak
Pembagian katarak dapat berdasarkan onset
usia terjadi, lokasi, tahap perkembangan/tingkat
maturitas, dan penyebabnya. Contoh katarak ber-
dasarkan onset usia terjadinya adalah katarak
kongenital, katarak juvenil, dan katarak senil, dan
contoh berdasarkan lokasi kekeruhan adalah kata-
rak kortikal dan katarak nuklear. Contoh berdasar-
kan tahap perkembangar/tingkat maturitas adalah
katarak insipien, imatur, matur, dan hipermatur,
dan contoh berdasarkan penyebab adalah katarak
primer atau sekunder.”
Pada katarak insipien, kekeruban lensa yang
terjadi sangat kecil dan menyebabken penurunan
tajam penglihatan ringan, Pada katarak imatur,
kekeruhan lensa yang terjadi lebih luas dari
katarak incipient dan menyebabkan penurun-an
tajam penglihatan sampai hanya dapat melibat
gerakan tangan pada jarak dekat, dan disertai
penurunan refieks fundus. Pada Katarak matur,
kekeruhan lensa yang terjadi adalah menyeluruh,
Kemampuan penglihatan menurun sedemikian
rupa sampai hanya dapat melihat persepsi gerakan
tangan pada jarak dekat atau lebih buruk lagi, dan
refleks fundus tidak terlibat.*
Pada ketarak matur dapat terjadi “intu-
messen” yaitu kekeruhan yang terjadi bertambah
dan lensa menjadi sembab, kandungan air dalam
ensa menjadi maksimal dan kapsul lensa tere-gang. Pada katarak hipermatur (kataral lanjut),
terjadi pengeluaran air dari lensa, sehingga lensa
relatif mengalami dehidrasi, sangat keruh dan
kapsul lensa menjadi keriput.'
Gejala dan Tanda Katarak
Katarak mungkin terjadi tanpa gejala dan
ditemmukan secara kebetulan pada saat pemeriksa-
an mata, Katarak kadang-kadang tidak menimbul-
kan rasa sakit tetapi mengganggu penglihatan,
seperti penglihatan menjadi kabur, penglihatan
bagian sentral hilang sampai menjadi buta****
Apabila terjadipenurunan penglihatan
secara perlahan-lahan tanpa rasa sakit pada orang
usia tua, maka pada umumnya dicurigai sebagai
penycbabnya adalah Katarak, walau peru mem-
perhatikan keadaan Iain seperti glaucoma kronik,
perubahan macular pada diabetes mellitus, dan
degenerasi macular senilis,*
Salah satu keluhan dini pada katarak adalah
keluhan silau atau tidak tahan terhadap cahaya
terang, seperti sinar matahari langsung atau sinar
lampu kendaraan bermotor dari arah depan.
Keluhan silau bervariasi tergantung lokasi dan
besamya kekeruhan pada fensa, Kekeruhan kecil
‘yang terjadi di daerah pupil akan dirasakan sangat
_mengganggu. Apabila kekeruhan lensa menjadi
semakin parah maka penglihatan jarak jauh dan
dckat mulai terganggu. Keluhan lain dapat berupa
penglihatan berkabut, penglihatan wama menjadi
tumpul, dan penglihatan ganda, ®
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat
oleh pengamat awam sampai kekeruhan cukup
padat, yaitu pada tingkat matur atau hipermatur
yang menyebabkan kebutaan. Secara klinis ting-
jcatan katarak ditentukan oleh tajam peng-lihatan,
dengan asumsi tidak ada penyakit Jain. Sclain
pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan juga
pemeriksaan dengan oftalmoskop, lup, atau lampu
celah dengan pupil yang dilebarkan.' Pemeriksaan
proyeksi cahaya pada mata penting dilalcukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab pe-
nyakit mata lain atau kerusakan pada retina/
nervus opticus. Pada pemeriksaan rutin, katarak
tingkat dini mungkin didapatkan penglihatan yang
normal, Tajam penglihatan umumnya turun secara
Jangsung sebanding dengan kepadatan katarak.'*
Pupil pada mata dengan katarak biasanya bereaksi
normal terhadap cahaya, yang merupaken tanda
Miinik penting untuk menandai retina schat dan
nervus opticus berfungsi baik dan merupakan
ramalan kesuksesan hasil operasi
Adanya penurunain tajam penglihatan diser-
tai dengan tidak adanya reflek fundus mengarah
kepada diagnosis katarak, walaupun perlu mem-
pethatikan kelainan pada komea atau pada vit-
reous body karena penyebab lain
Pada katarak mature/matang, penglihatan
‘mungkin menurun, sehingga hanya dapat melihat
gerakan tangan pada jarak dekat atau bahkan
hanya dapat melihat cahaya. Semakin parah ke-
Keeruban lensa semakin sukar memantau fundus
‘okuli sampai akhimnya refleks fundus negatif.
Faktor Risiko Katarak
Etiologi katarak masih tidak jelas dan
mekanisme terjadinya masih belum sepenulnya,
dimengerti.” Faktor penyebab katarak dapat
berasal dari dalam tubuh sendiri (faltor intrinsik)
dan faktorfaktor dari luar tubuh (faktor eks-
trinsik) termasuk faktor demografik dan ling-
kungen. Faltor intrinsik antara lain adalah faktor
usia, jenis kelamin, etnis, dan genetik. Faktor
ckstrinsilé antara lain adalah faktor pajanan kronis
tehadap ultra violet, infra merah, atau sinar
matahari, merokok, nutrisi, myopia, alkohol
derajat sosial ekonomi, status pendidikan dan
multivitamin,"
Adanya faktor risiko yang berbeda berperan
dalam pembentukan jenis katarak yang berbeda
contohnya faktor stres lingkungan (pajanan sinar
ultra viole/UV), diabetes mellitus/DM, dan obat-
obat tertentu merupakan beberapa fakior yang
tampaknya berhubungan sangat erat dengan jenis,
katarak kortikal dan subkapsular posterior, Faldor
merokok tampaknya berhubungan dengan jenis
katarak muklear dan faktor pemakaian_ alkohol
berhubungan dengan sermua jenis katarak.”?
Faktor Intrinsik
Usia.Hubungan katarale dengan proses ke-
tuaan telah diketahui sejak dulu, Usia dikatakan
merupakan faktor risiko utama terjadinya kata-
rake
Lensa berpartisipasi pada perubahan imu-
nositologi dan metabolik yang terjadi pada proses
ketuaan, Adanya perubahan lensa mungkin meref-
Joksikan perubahan yang terjadi, Apabila katarak
‘erjadi di usia muda, maka kemungkinan ada
faktor lain yang berperan.
Katarak senilis merupakan suatu penyakit
idopatik, umumnya terjadi pada usia diatas 50
tahun, prevalensinya cenderung meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia, Pada kelompok usia
44
Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 1 Tahun 200660 tahun, diperkirakan separuhnya mengalami
kekeruhan Jensa dan pada kelompok usia 80
tahumlebih tua, hampir seluruhnya mempunyai
kekeruhan lensa,
enelitian lain melaporkan pada usia 55-64
tahun didapatkan hampir 40% dengan kekeruhan
lensa dan 5% dengan katarak penuh, pada usia 65-
74 tahun didapatkan 70% dengan kekeruhan lensa
dan 18% dengan katarak penuh, Pada usia 79-84
tahun lebih dari 90% dengan kekeruhan pada
fonsa dan hampir separuhnya dengan katarak
penuh,”
Jenis Kelamin, Walaupun penelitian di be-
berapa negara melaporkan bahwa Katarak lebih
banyak terjadi pada wanita, namun hal ini
mungkin berhubungan dengan faktor lain, Faktor
Jain tersebut adalah relatif kurang baiknya secara
umum akses kesehatan terhadap wanita di suatu
negara. Selain itu perlu juga memperhitungkan
angka harapan hidup yang lebih tinggi pada
-wanita di beberapa negara.®
Diabetes Mellitus. Katarak yang berhu-
bungan dengan DM akan meningkat di masa men~
datang sejalan dengan meningkatnya_prevalensi
DM pada beberapa negara di dunia, termasuk
negara sedang berkembang, Adanya peningkatan
metabolisme glucose dalam lensa, menyebabkan
penimbunan sorbitol yang dianggap berhubungan
dengan perubahan osmotik, dan akhimya menye-
babkan kekeruhan lensa.
Risiko katarak dilaporkan tinggi pada pen-
derita DM, kadar gula darah normal tinggi, keru-
sakan ginjal, dan penggunaan steroid.” Penderita
DM menderita katarak 1,6 kali lebih sering,
terjadi pada usia lebih muda, dan lebih cepat
morburuk ibandingkan dengan orang tidak
DM."*
‘Kongenital dan etnik. Katarak kongenital
sering ditemui dan biasanya tidak banyak meng-
ganggu penglihatan. Sebagian besar katarak
Kongenital terjadi pada kedua mata dan mungkin
berkubungan dengan sifat _genetik —tertentu.
Kadang-kadang dapat terjadi sebagai akibat
infeksi rubela pada ibu di masa kehamilan trimes-
ter pertama.
Beberapa penelitian memperoleh hasil bah-
wa predisposisi genetik pada _pembentukan
katarak berhubungan juga dengan perbedaan
etnik, Suatu penelitian melaporkan _bahwa
berkembangnya gejala katarak pada kelompok
populasi Amerika Afrika 4 kali lebih tinggi diban-
dingkan kelompok kaukasia. Hal ini mungkin
derhubungan dengan fuktor lain, misalnya
pengobatan penderta katarak dan glaucoma yang
Jearang baik.
Faktor Ekstrinsik
Nutrisi, Nutrisi dicurigai sebagai salah satu
di antara banyak faktor yang menyebabkan per-
ubahan kepekaan pada protein lensa, Perbedaan
status mutrisi dan komposisi diet di negara yang
telah berkembang menjelaskan perbedaan besar-
nya prevalensi dan onset usia terjadinya katarak.
Peranan diare berat dan malnutrisi terhadap
kkatarak- telah dipelajari dengan scksama. Sebagai
contoh, diare berat yang terjadi sekali atau ber-
ulang kali mungkin sudah cukup menimbulkan
perubahan pada lensa, Diare berat dianggap ber~
peran sebagai penyebab timbulnya acidosis,
dchidrasi dan peningkatan konsentrasi urea plas-
ma, Adanya ketidakseimbangan osmotik dan
faltor lainnya akan meningkatkan urea plasma
pada protein lensa.
‘Suatu penelitian menunjukkan ada hubung-
an antara katarak dengan indeks masa tubuh yang
lebih besar dan lemak pada abdomen yang iebih
besar.
Hubungan katarak dengan vitamin telah
banyak diteliti. Penelitian Robertson dan kawan-
kawan melaporkan bahwa pasien dengan katarak
cenderung mempunyai tingkat vitamin C, E atau
karotenoid serum lebih rendah dibandingkan
kelompok yang tidak katarak."® Penurunan pre-
valensi katarak berhubungan dengan penggunean
suplemen thiamine, riboflavin, niacin, vitamin A,
asam folat, vitamin B12."° Penggunaan suplemen
multi vitamin berhubungan dengan terjadinya,
penurunan katarak nuklear.
Penelitian Iain menunjukkan pada orang
tanpa katarak yang mengkonsumsi vitamin C dan
E lebih banyak secara bermakna, maka terjadi
pengurangan risiko katarak sedikitnya 50%,
Konsentrasi vitamin C yang rendah dikaitkan
dengan peningkatan risiko katarak.
Asupan vitamin C_menunjukkan konsen-
‘trasi vitamin C dalam cairan bola mata dan di
dalam lensa, yang memiliki efek antioksidan,
sehingga mengurangi stres oksidatif yang dapat
menimbulkan pembentukan katarak.”
Penelitian Sirlan di Indonesia menunjukkan
bahwa kekurangan riboflavin berpengaruh ter-
hadap penurunan aktivitas enzym glutation reduk-
tase darah, yang mempunyai hubungan dengan
kejadian buta Karena katarak pada usia produk-
tifRadiasi_ sinar pengion dan sinar bukan
pengion *!"2° Radiasi sinar pengion ada 2 jenis
yaitu jenis elektromagnetik dan partikel. Yang
termasuk jenis elektromagnetik adalah sinar X
dan sinar gamma, sedangkan jenis partikel adalah
elektron, proton, neutron, partikel alfa, dan lain-
nya. Sinar pengion menimbulkan efek stochastic
dan non stochastic pada tubuh, Efek stochastic
meliputi ofek mutagen, efek karsinogen, dan efek
teratogen. Efék nonstochastic meliputi antara lain
efek eritem kulit dan katarak pada lensa,
Efek radiasi sinar pengion pada lensa dapat
mengakibatkan terbentuknya kekeruhan lensa. se
telah beberapa bulan sampai bebcrapa tahun ke-
mudian, Frekuensi, keparahan dan waktu ter-
jadinya kekeruhan fensa tergantung kepada dosis,
dan penyebaran sinar dalam wakiu dan tempat.
Ambang terjadinya kekeruhan lensa diperkirakan
antara 2-3 Sv (sievert unit 1 Sv=100 rem) pada
pajanan tunggal yang singkat, sampai 5,5-14 Sv
pada pajanan berulang dengan periode waktu
bulan.
Radiasi bukan pengion yang dapat menim-
bulkan katarak adalah sinar ultraviole/UV dan
infra merah, Radiasi UV ditimbulkan oleh gelom-
bang panas yang berasal dari sumber enersi yang
‘mengeluarkaan cahaya yang berasal dari alam dan
buatan. Sumber utama UV alam adalah matahari,
yang difitrasi oleh lapisan ozon pada atmosfir.
Pajanan sinar dengan panjang gelombang yang
berdekatan dengan panjang gelombang ultra-
violeVUVB 300-400 nm beriubungan dengan
terjadinya perubahan kimia dan fisik pada protein
dan sel epitel lens,
Pajanan UV akut mempunyai efek pada
keulit, cornea, dan Jensa mata. Pajanan kronis UVB
dengan tingkat yang bermakna dan waktu yang
berlebihan akan menyebabkan hilangnya elastisi-
tas pada kulit atau penuaan leulit dini, dan risiko
terjadinya kanker kait dan kekerahan lensa
mata”?
Peranan UV tampak lebih nyata sebagai
salah satu faktor pembentukan katarak senil.
Pajanan pada radiasi UVB bahkan dengan tinekat
terendah yang berasal dari matahari kadang-
kadang meningkatkan risiko katarak dan dicurigai
berhubungan dengan terjadinya katarak jenis
kortikal.* Pada penelitian epidemiologi ‘menun-
Jukkan babwa di daerah yang sepanjang tahun
selalu ada sinar matahari kuat insiden katarak
meningkat pada usia 6 tahun atau lebih.’ Brilliant
dan kawan- kawan melaporkan adanya hubungan
positip antara prevalensi katarak dengan lama
terpajan sinar matahari, Pajanan terhadap sinar
matahari selama rata-rata 12 jam menimbulkan
katarak 3,8 kali lebih banyak dibandingkan hanya
terpajan 7 jam sehari.””
Selain sinar UV, sinar infra merah (IR)
dapat juga menyebabkan terjadinya katarak,
Radiasi IR diangeap sebagai sinar elektromagne-
tik atau sinar penghasil panas.
Lensa mata adalsh rapuh terhadap keru-
sakan Karena lensa tak memiliki sensor panas dan
mempunyai mekanisme penyalur panas yang
buruk.!”
Merokok. Perokok dengan jurlah lebih
20 batang sehari akan meningkatkan risiko men-
Jedi katarak hampir 2 kali lipat lebih tinggi dan
mem-punyai risiko Khusus terbentuknya jonis
katarak yang berlokasi di bagian tengah lensa,
yang mengakibatkan pandangan menjadi terbatas
dan sangat parah dibandingkan katarak di lokasi
lain pada lensa.™
Trauma, Salah sana penyebab katarak ada-
lah trauma pada mata, Jenis trauma yang paling
sering dijumpai_menimbulkan katarak adalah
cedera tumpul pada bola mata akibat terkena
peluru scnapan angin, anak panah, batu, benturan,
dan terkena obyek yang berterbangan, Obyck
yang berterbangan dapat berupa serpian logam
atau batu, benda tajam, pasir/kerikil dari proses
peng-gurindaan (grinding). Penyebab trauma lain
ada-lah trauma karena terpajan panas terlal lama
(pada glass blower), sinar X, dan bahan-bahan
radioaktif,
Penyait, Katarak dapat terjadi secara pri-
mer dan sekunder Karena penyakit. Penyakit di
dalam mata (intraokuler) yang mempengaruhi
fisiologi lensa misalnya uveitis berat kambuhan
yang biasanya mulai di daerah subkapsuler dan
akhimya mengenai seluruh mata, Penyakit mata
jain yang bisa menyebabkan katarak adalah
uveitis menahun, glaucoma, retinitis pigmentossa
dan ablasi retina. Katarak dapat terjadi berkaitan
dengan ponyakit sistemik seperti DM,
hipoparatiroidism, distropia mitonik, dermatitis
atopik, galatossemia dan sindrome lowe, werner
dan down.!
Obat-obatan. Pada percobaan dilaporkan
bahwa beberapa obat yang diabsorpsi secara oral
dan topical dapat merangsang pembentukan
katarak. Karatak toksik jarang terjadi. Pada tahun
46
Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 1 Tahun 20061930, banyak terjadi kasus katarak toksik sebagai
akibat pemakaian dinitirfenol sebagai obat me-
nekan nafsu makan, Kesalahan pemakaian obat
Jain seperti triparanol, kortikosteroid jangka
Panjang, dan ekotiofat iodide yang. merupakan
bat miotik kuat pada pengobatan glaukoma,’
Pekerja yang Berisiko Katarak
Pekerja yang berisiko katarak adalah
pekerja yang terpajan olch faktor-faktor yang
merupakan risiko katarak di lingkangan kerjanya.
Sebagai contoh pekerja yang terpajan radiasi sinar
pengion antara lain adalah pekerja bidang energi
atom, awak pesawat terbang, operator elektron
mikroskop, operator fluoroskopi, perbaikan tele-
visi voltase tinggi, industri radiografi, dokter
gigi, pembantu dokter gigi, abli radiclogi, pekerja
laboratorium radium, teknisi sinar X, pembuat
tabung sinar X, pekerja tambang uranium, dan
pekerja tambang minyak.'*"?
Pekerja di luar gedung dan terpajan radiasi
UVB dari sinar matahari, yang merupakan faktor
‘yang berfubungan dengan berkembangnya kata-
ak. Pekerja dengan katarak mendapat pajanan per
talnun lebih tinggi terhadap sinar UVB dibanding-
kan dengan yang tidak katarak,*”
Pekerja yang terpajan radiasi UV intensitas
tinggi, yang terutama terjadi akibat bunga api yang
berasal dari proses pengelasan, plasma torches
yang dipakai dalam proses pemotongan pada
‘industri berat, bunga api dapur listrik, lampu
germisidal, cahaya hitam, dan sinar laser jenis
tertentu.”” Pajanan sinar UV dapat pula terjadi
akibat terpajan pantulan radiasi lampu UV secara
Jangsung dan tidak langsung, terhadap peralatan
yang dipakai dalam laboratoriam untuk baban
bakterisid, lampu penyamak, lampu untuk peng-
obatan Kedolteran, peralatan untuk sanitasi dan
sterilisasi."”
Pekerja yang terpajan sinar IR adalah
pekerja pada industri yang menghasilkan IR
secara bermakna, berasal secara.langsung dari
sumber lampu dan secara. tidak langsung dari,
sumber panas, yaitn operator dapur pada proses
pengecoran logam dengan perapian terbuka,
proses pencairan dan penyaringan logam cair di
pabrik baja, tungku yang tidak terlindung, proses
pembuatan kaca (blower), proses pembuatan batu
bata dan tanah liat, proses pemanasan cat,
penempaan besi, pengelas, operator oven, proses
pembakaran, lampu pengering (drying heat lamp),
proyeksi film, pengeringan email dan pekerjaan
dengan sinar laser.’ Pekerja pada tungku dan
blower gas memperlihatkan meningkatnya inci-
dence dati segala tipe katarak (khususnya poste-
rior katarak), setelah pajanan kronis, terhadap IR
selama lebih 10 tahun,
Upaya Pencegahan Katarak
Sccara umum
Pencegahan kebutaan katena katarak me-
alui tindakan operasi. Upaya untuk menurunkan
prevalensi katarek periu dilakukan terutama
mencegah kebutaan pada usia produltif, Untuk
memperlambat terjadinya katarak dibutuhkan
upaya mengurangi pajanan terhadap —faktor
perusak antara lain faktor-faktor ekstrinsik seperti
faktor lingkungan, cahaya UV, trauma, merokok,
nutrisi dan sebagainya.*””
Beberapa hal yang dihindari untuk pen-
cogahan katarak adalah menghindari sinar mata-
hari langsung, tidak merokok dan menghindati
asap rokok, mengurangi berat badan bagi orang
dengan berat badan berlebih, menghindari pe-
makaian obat-obat steroid, menghindari makanan
yang tengik dan sumber radikal bebas lain,
mengurangi asupan lemak hewan, menghindari
semua makanan yang merupakan produk akhir,
dan mengurangi minum alkohol.”
Beberapa anjuran untuk pencegahan kata~
rak melalui nutrisi antara lain dengan mengkon-
sumsi buah dan sayuran lebih dari 3,5 porsi se-
hari, makan lebih banyak makanan yang mengan-
dung tinggi asam amino sulfur (lebih banyak biji-
bijian éan legumes) dan_menggunakan. banyak
bumbu, tumerik dan curcumin. ®
Mengkonsumsi vitamin dan mineral yang
mengandung vitamin Bi, vitamin C, vitamin E,
Beta karoten, Zink, Copper, dan selenium, Dosis
vitamin dan mineral diberikan dengan pengawas-
an dan naschat tenaga kesehatan.”
‘Kimsus pada pekerja
Pencegahan katarak pada pekerja, selain
‘memperhatikan upaya pencegahan secara umum,
perk juga memperhatikan upaya pencegehan
yang kiusus."*
Pada pencegahan terhadap trauma langsung
i lingkungan kerja, maka pengusaha dan pekerja,
perlu memperhatikan keselamatan kerja.
Perlindungan mata dan wajah dipertukan
pada pekerjaan dengan kemungkinan bermacam-macam bahaya, termasuk obyek yang melayang
(Gerpihan logam:atau batu, pasir atau kerikil dari
proses penggurindaan), semburan cairan korosif,
logam cair, debu dan radiasi
Untuk mencegah mata terkena trauma Jang-
sung diperlukan kombinasi antara peralatan yang
aman dengan pelindung diri yang memadai, dan
posisi arak) kerja pekerja. Pengusaha periu
memperhatikan penyediaan dan pemeliharaan per-
alatan pelindung mata, pengawasan pemakaian
alat pelindung mata saat bekerja.'*”
Tim keschatan kerja mengevaluasi_ dan
memelibara Kesehatan mata dan penglihatan
dengan menilai kebutuhan penglihatan dalam
melakukan tugas dengan aman dan adekuat,
menilai akses tethadap pertolongan medis dan
sistem untuk pertolongan pertama dan pelayanan
yang ada bila terjadi kecelakaan.'”
Peraturan Keselamatan tersedia dan jelas
dapat dilihat dan dibaca oleh pekerja di tempat
kerja, misalnya tentang bahaya sinar laser dan
cahaya ultra violet. Peraturan tentang sanksi pada
ketidakpatuhan terhadap peraturan yang ada
tersedia dan diketahui oleh pekerja, ”
Peningkatn usaha untuk _pencegahan
kecclakaan pada pekerja dengan radiasi sudah
dilalekan dengan membatasi pajanan di ling-
kungan kerja. "
Usaha yang dilakukan adalah menetapkan
besamya dosis yang dapat diterima (tolerable
dose) atau nilai ambang batas, menetapkan dosis
maksimum yang diperkenankan, yang lebih
ditujukan untuk membatasi frekuensi efek pada
derajat rendah yang dapat diterima.
Sistim untuk melindungi pekerja radiasi
bertujuan untuk mencegah efek nonstochastic, dan
untuk membatasirisiko efek stochastik pada
tingkat rendah yang masih dapat diterima. Untuk
mencegah efek nonstochastic khusus katarak, di-
rekomendasikan batas dosis equivalent pertahun
sekitar 0,15 Sv (15 rem). "*
Pajanan radiasi pada pekerja dikurangi
tanpa terlalu menakutkan efisiensi pekerja,
melalui perencanaan tempat kerja dan prosedur
kerja yang teliti, pelatihan dan pengawasan
pekerja, penerapan program perlindungan radiasi
yang telah tersedia, pemberian label pada semua
sumber radiasi dan daerah yang terpajan radiasi,
perlindungan yang berlapis-lapis dalam mencegah
terkena radiasi Karena tidak hati-hati, dan
membuat peringatan lainnya. ”
Untuk mencegah cedera mata karena radiasi
sinar UV make dilakukan pembatasan pajanan
radiasi UV di dalam dan di Iuar ruang kerja.
Pembatasan pajanan sinar matahari di dacrah
tropis dilakukan dengan menganjurkan pekerja
yang bekerja di Iuar ruangan (terpajan sinar
‘matahari) untuk melindungi matanya, dengan cara
memakai topi yang mempunyai pinggiran lebar
dan kaca mata dengan lensa yang dapat
mengabsorpsi UVB. Pajanan tehadap cahaya
matahari pada jam-jam tertenta perl dihindari,
yaitu sinar matabari pada pukul 10-14 siang,
Pekerja yang terpaksa harus bekerja di Iuar
Tuangan sebaiknya bekerja dengan perlindungan
tabir matahari atau bekerja di tempat teduh.”
Bagi orang yang berada di dalam ruangan
dan di dalam kendaraan, pajanan terhadap sinar
UVB matahari dapat ditekan sangat rendah
dengan absorpsi UVB oleh kaca jendela baik di
Tuangan maupun pada kendaraan yang dilapisi
oleh filter penghambat UV.”
Pekerja yang bekerja di dalam ruangan
tetapi harus berhubungan dengan UV pada peker-
Jaannya, perlu melakukan pencegahan dengan
cara _mengisolasi sumber radiasi UV intensitas
‘tinggi, memakai peralatan pelindung diri yang
sesuai untuk melindungi mata, seperti memakai
goggles/pelindung tain dengan filter yang sesuai.
Kaca mata yang dipakai adalah kaca mata yang
dapat mengabsorpsi UV dan bila mungkin sesuai
dengan standard Australia AS 1067.”
Rangkuman
Katarak masih belum jelas etiologi dan
mekanisme pembentukannya, dan berhubungan
dengan banyak faktor yaitu "faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik antara lain usia, jenis kelamin,
etnis, gonetik dan sinar matahari, UV, IR, me-
rokok, nutrisi, myopia, alkohol’ derajat sosial
‘ekonomi, status pendidikan dan multivitamin,
Pekerja yang berisiko ketarak adalah
pekerja yang terpajan oleh faktor risiko katarak i
lingkungan kerjanya,
Upaya pencegahan kebutaan karena katarak
dilakukan melalui tindakan operasi. Upaya untuk
memperlambat katarak perlu dilakulan terutama
untuk mencegah Kebutaan pada usia produlcf,
dengan jalan mengurangi pajanan terhadap faktor
perusak seperti pajanan sinar matahari langsung,
sinar pengion dan bukan pengion. Selain itu me-
ningkatkan konsumsi buah, sayuran , mineral dan
vitamin,
Pencegahan katarak pada pekerja dilakukan
dengan memperhatikan keschatan dan keselamat-
48
Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 1 Tahun 2006an kerja antara lain melalui perencanaan tempat
kerja dan prosedur kerja yang teliti, pelatihan dan
pengawasan pekerja, penerapan program perlin-
dungen radiasi, pemberian label pada semua
sumber radiasi/daerah yang terpajan radiasi, per~
lindungan yang berlapis-lapis dalam mencegah
terkona radiasi, dan membuat peringatan lainnya,
Pemakaian pelindung diri/mata yang khusus untuk
mencegah trauma langsung atau radiasi_sinar
pengion dan bukan pengion di lingkungan kerja,
Daftar Pustaka
1. Vaughan D, Asbury T. General Ophthal-
ology. Alih’ bahasa Waliban, Hariono B.
Widya Medika. Jakarta, 1990, 167-176.
2. Degoua JJ. Natural Cataract Prevention,
Available at http://iwww-truestarhealth.com/
embers/m-archivesO7ml4p 1421 html
accesed August 20, 2004
3. Departemen Kesehatan RI. Rencana Stra-
tegis Nasional Penanggulangan Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) untuk
‘Mencapai Vision 2020. Jakarta, 2003,
4. Prevalence and Incidence of Cataracts,
Available at http://curresearch. com/admin/
preval htm. accesed August 20, 2004,
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gangguan Kesehatan Indera Penglihatan
dan Pendengaran. Analisis Data Morbiditas-
Disabilitas, SKRT SURKESNAS 2001.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Kesehatan Khusus
dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Keschatan, Sekretariat_ | SURKESNAS
Jakarta, 2004
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen Binkesmas. Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, Hasil Survei Kese-
hatan Indera Penglihatan dan Pendengaran
1993-1996. Jakarta, 1998.
7. Taylor A, Nowell T. Oxidative Stress and
Antioxidant Function in Relation to Risk for
Cataract. Adv Pharmacol. 1997. 38: 515-
536.
8. World Health Organization. Management of
Cataract in Primary Health Care Services.
2 edition. Geneva, 1996. p1-2.
9. Brealthrough Digest. Catarcts: Symptoms
and Treatment. Available at http:/iwww.
breakthroughdigest healthology.com/breakt
hroughdigest/15592.htm accesed August
2004,
10,
WL
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Indonesian Second Country in South-East
Asia Region to Launch national Vision
2020 Programe. WHO Experts Plan
Regional strategy for Preventable Blind-
ness for Next Twenty Years. Available at
http://www. home.earthlink net/-blindworld/
RESEARCH! = 4-04-12-04.htm —_accesed_
August 20, 2004.
Adam M. Age-related Vission Loss is
Becoming More Common. Available at
http:/vww swedish org/17488.cfmn?inFram
e. Accesed August 20, 2004.
West SK, Valmadrid CT. Epidemiology of
Risk Factors for Age Related Cataract, Surv
Ophthalmol. 1995 Jan-Feb;39(4); 323-34,
‘Nidus Information servicesWhat are the
Risk Factors for Cataracts. Available at
http:/Avww nchinlmnihgovlentrez/query fog
2 ~ cmd=Retrievededb=pubmedésdopt=abs-
tract Accesed October 20, 2004.
Eye Disease. Complications of Diabetes
Mellitus. Available at_http://wonder.cde.
goviwonder/prevanid/p0000063/p0000063
asp Accesed October 20, 2004.
Robertson JM, Donner AP. A Possible
Role for Vitamin C and E in Cataract
Prevention, Am J Clin Nutr. 1991 Jan; 53:
3468-3518,
Kumiarz M, Mitchell P, Cumming RG,
Flood VM. Use Vitamin Supplements and
Cataract: The Blue Mountains Eye Study.
Am J Ophthalmol 2001 Jul; vol 132 (Issue
1); p.19-26.
Sirlan F. Faktor Risiko Buta Katarak Usia
Produktif! Tiinjauen Khusus Terhadap
Enzym Glutation Reduktase dan Riboflavin
Darah. Studi Kasus Di Daerah Pantai
Sumatera Barat dan Nusa Tenggara
Barat. Disertasi. Jakarta, 2000.
Upton AC. Ionizing Radiation, Occu-
pational Health. Little, Brown and
Company, London. 3ed, 1994,305-319,
Vinger PE, Sliney DH. Eye Disorders.
Occupational Health. Little, Brown and
Company, London, 3ed, 1994.507-517
UV Exposure to Outdoor Workers from the
Sun. available at http://www. healthgoods.
com/Education/Health_Information/Sun_Ca
re/Ultraviolet_radiation accesed Oktober
20,20042.
Brilliant LB, Grasset NC, Pokhrel RP,
Kolstad A, Lepkowskwi JM, Brilliant
GE, Association Among Cataract
Prevalence, Sunlight Hours, and Altitude in
the Himalayas. Am J of Epidemiology, vol
118, Issue 2: p. 250-264.
Weintraub JM, Willett WC, Rosner B,
Colditz GA, Seddon JM, Hankinson SE.
‘Smoking Cessation and Risk of Cataract
Extraction among US Women and Men,
available at —_http:/Avww.nym.org/health
info/docs/026/ — doc26risk.html accesed
Oktober 20, 2004,
50
Media Litoang Kesehatan Volume XVI Nomor 1 Tahun 2006