Anda di halaman 1dari 16

POLARIMETER

Dea Christ Wahyu M. (140310130055)


Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjajaran
Senin 6 Oktober 2014

ABSTRAK
Cahaya putih merupakan polikromatik yang terdiri dari berbagai panjang gelombang
yang dapat bervibrasi ke segala arah. Cahaya putih dapat diubah menjadi cahaya
monokromatik dengan menggunakan suatu filter atau sum bercahaya yang
khusus.Cahaya monokromatik ini disebut terpolarisasi.Polarimter adalah polaroid yang
dapat mempolarisasi cahaya, sedang kanan alisator adalah polaroid yang dapat
menganalisa atau mempolarisasikan cahaya. Dalam hal ini,praktikan menentukan nol
terbaik, sudut putar glukosa, sudut putar glukosa terhadap waktu dan sudut putar
khasnya. Dalam hal ini penentuan nilai besaran ini berdasarkan data yang diperoleh saat
praktikum, dari sekian data yang diperoleh, tingkat keakuratan data hampir mendekati
data sebenarnya, karena ada kesesuaian antara data yang diperoleh dengan nilai yang
diperoleh ke dalam persamaan untuk menentukan besaran tadi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, semua yang mata kita lihat merupakan pantulan dari
cahaya. Cahaya merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan, terlebih lagi
cahaya matahari yang dapat kita rasakan pada siang hari. Cahaya dapat dianggap
sebagai partikel-partikel energy yang dipancarkan oleh sumber cahaya, juga dapat
merupakan gerak gelombang yang terpancar dari suatu sumber ke segala arah. Cahaya
merupakan gelombang electromagnet, yang mana medan magnet dan listriknya saling
tegak lurus. Cahay matahari merupakan cahaya putih(tampak), karena perambatannya
tidak membutuhkan medium, maka ia terjadi gerakan gelombang dari medan listrik dan
magnet secara serentak. Polarisasi merupakan salah satu fenomena yang timbul karena
aktifitas cahaya. Polarisasi adalah proses dimana getaran-getaran suatu gelombang
dibatasi menurut pola tertentu atau dapat juga dikatakan sebagai peristiwa perubahan
arah getar gelombang cahaya yang acak menjadi satu arah getar.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Menentukan gejala pemutaran bidang polarisasi (sudut putar) oleh zatoptik
aktif b.
2. Menentukan sudut putaran khas zat optik aktif setelah mencapaikesetimbanganc.
3. Menentukan konstanta reaksi dari larutan zat optik aktif

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Cahaya
Cahaya dapat dianggap sebagai partikel-partikel energy yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya. Akan tetapi cahaya juga adalah gelombang elektromagnetik, sehingga
cahaya dikatakan mempunyai sifat dualism. Sebagai gelombang elektromagnetik,
gelombang cahaya terbentuk karena terjadi gerakan gelombang dari medan listrik dan
medan magnet secara serentak dimana kedua gerakan gelombang tersebut masingmasing merambat pada suatu bidang getaran yang saling tegak lurus. Gerakan
gelombang elektromagnetik adalah secara transversal hal ini terbukti dengan adanya
efek polarisasi cahaya yang merupakan peristiwa berputarnya bidang polarisasi yang
disebabkan karena peristiwa pembiasan, pemantulan, dan dapat pula terjadi apabila
cahaya diteruskan melalui bahan Kristal transparan tertentu atau melalui bahan cairan
tertentu yang bentuk molekul bahan-bahan tersebut tidak simetris.
2.2 Polarimeter
Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optic
yang dihasilkan suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasikan cahaya
oleh suatu senyawa optis aktif.
2.3 Zat optis aktif
Zat optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi. Untuk
mengetahui besarnya polarisasi cahya oleh suatu zat optic aktif, maka besarnya
perputaran itu bergantung pada beberapa factor, yaitu: struktur molekul, temperature,
panjang gelombang, banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan dan
konsentrasi larutan.

2.4 Prinsip kerja polarimeter


Prinsip kerja polarimeter adalah; sinar yang datang dari sumber cahaya(misalhnya
lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi kemudian diteruskan ke
sel yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua(analisator).
Polarisator tidak dapat diputar-putar sedangkan analisator dapat diatur atau diputar
sesuai keinginan. Bila polarisator dan analisator saling tegak lurus(bidang polarisasinya
juga tegak lurus), maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara
prisma polarisasi. Peristiwa ini disebut tidak optis aktif. Kila zat yuang bersifat optis
aktif ditempatkan pada sel dan ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar
akan ditransmisikan. Potaran optic adalah sudut yang ilalui analyzer ketika diputar dari
posisi silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol.n Jika zat
yang bersifat optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analyzer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke posisi
semuila, analyzer apat diputar sebesar sudut putaran dari sampel.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1. Alat dan Bahan serta Fungsi
1. Polarimeter.Sebagai alat untuk mengukur besarnya sudut putaran arah polarisasi.
2. Gelas kimia.Sebagai tempat untuk membuat larutan glukosa monohidrat 10 %.
3. Gelas ukur.Sebagai tempat yang digunakan untuk mengukur volume antara air
sulingdengan glukosa monohidrat.
4. 3 buah tabung gelas ukuran 10 cm, 15 cm, dan 20 cm.Sebagai tempat untuk
menaruh larutan ataupun air suling yang akan kitaamati dalam percobaan.
5. Glukosa-monohidrat.Sebagai zat optik aktif yang akan kita ukur sudut putarnya.
6. Air suling.Sebagai pembanding glukosa dalam menentukan sudut putar.
7. Neraca.Sebagai Alat untuk menimbang massa dari glukosa monohidrat.
3. 2. Prosedur Percobaan
A. Menentukan Titik Nol
a.
b.
c.
d.
e.

Masing-masing tabung diisi dengan air suling.


Tabung 10 cm dimasukkan ke dalam kalorimeter.
Analisator diputar sehingga tampak seperti pada gambar 1(a).
Posisi analisator dicatat sesuasai dengan percobaan yang digunakan.
Analisator diputar kembali searah jarum jam sehingga tampak seperti
padagambar 1(b).(a) (b)

Gambar 1. Keadaan polarimeter (a) keadaan sebelum terpolarisasi. (b)keadaan


setelah mengalami polarisasif.
f. Catat posisi analisator tersebut.g.
g. Tentukan besarnya titik nol tersebut.h.
h. Percobaan 3 s/d 7 dilakukan dengan menggunakan tabung 15, dan 20 cm.

B. Menentukan Sudut Putar Glukosa


a.
b.
c.
d.

Larutan 10% dibuat dari glukosa monohidrat dalam air suling. b.


masing-masing tabung diisi sebanyak 10 cm, 15 cm, dan 20 cm denganlarutan.c.
Lakukan percobaan 2 s/d 6 pada prosedur A.d.
Sudut putar ditentukan dengan larutan .

Catatan: Untuk Prosedur A dan B setiap pengambilan data minimal 5 kali.


C. Mutarotasi
a.
b.
c.
d.
e.

Percobaan 1 s/d 3 dilakukan dengan menggunakan prosedur B. b.


Tabung 10 cm dimasukkan kedalam polarimeter.c.
Lakukan percobaan 2 s/d 6 pada prosedur A selama satu jam setiap 5 menit.d.
Sudut putar ditentukan dari larutan tersebut.e.
Percobaan 1 s/d 4 dilakukan dengan menggunakan tabung 15 cm, dan 20cm.

D. Larutan Tak Hingga


Larutan tak hingga yaitu larutan yang disimpan selama satu minggu yangdibuat pada
pertemuan pertama.
a. Tabung 10 cm, 15 cm, dan 20cm diisi dengan larutan tak hingga. b.
b. Lakukan percobaan 2 s/d 6 pada prosedur A untuk masing-masing tabung.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
1. Menentukan titik nol
Menentukan titik nol dapat menggunakan rumus:
0=( b a )(180b )
Dan titik nol terbaiknya dapat dihitung dengan merata-ratakan nilai titik nol yang
didapat

No
tabung

10 cm

15 cm

20 cm

Sebelum
Setelah
terpolarisasi
terpolarisasi
kiri
kanan
kiri
kanan
41
41
152
152
53
53
156
156
48
48
125
125
37
37
137
137
40
40
141
141
nilai nol terbaiknya
48
48
140
140
68
68
135.5
135
41
41
147.5
148
59
59
137
137
23
23
135.5
135.5
nilai nol terbaiknya
45
45
137
137
44.5
45
149
149
45.5
45.5
132.5
133
24
24
133.5
133.5
43.5
43.5
142
142
nilai nol terbaiknya

Titik nol
83
79
22
57
62
60.6
52
22.5
74.5
35
68
50.4
49
73.25
40
63
60.5
57.15

Sehingga di dapat sudut nol terbaik dari tabung 10 cm adalah 60.6


cm adalah 50.4 dan dari tabung 20 cm adalah 57.15 .

dari tabung 15

2. Menghitung sudut putar dan sudut khasnya


Sudut putar dapat dihitung dari sudut glukosa yang didapat:
glukosa=b a
putar =glukosa 0
Dan sudut khas kemudian dapat dihitung menggunakan rumus:
=

glukosa
C l

Dengan C adalah konsentrasi larutan yaitu sebesar 0,1 M dan l adalah panjang tabung.
Untuk panjang tabung 10 cm sebenarnya adalah 11 cm dan untuk panjang tabung 15 cm
sebenarnya adalah 14.4 cm. Kemudian merata-ratakan sudut khasnya.

No
tabung

10 cm

Sebelum
terpolarisasi
kiri
Kanan
36
47
47
26
38

36
47
47
26
38

15 cm

39
40
36.5
38
38

39
40
36.5
38
38

20 cm

49
47.5
49
41
49

49
47.5
49
41
49

Setelah
terpolarisasi
Kiri
kanan
141
141
145
145
149
149
145
145
144.5
144.5
rata-rata
141
141
142
142
148
148
142
142
141
141
rata-rata
146
146
141.5
141.5
138
138
142
142
146.5
146.5

sudut putar
glukosa

sudut
putar

105
98
102
119
106.5

22
19
80
62
44.5

102
102
111.5
104
103

50
79.5
37
69
35

97
94
89
101
97.5

48
20.75
49
38
37

sudut khas
95.454545
89.090909
92.727273
108.18182
96.818182
96.454545
70.833333
70.833333
77.430556
72.222222
71.527778
72.569444
48.5
47
44.5
50.5
48.75

rata-rata

47.85

3. Dari percobaan C menghitung sudut putar glukosa dari masing-masing waktu


Dengan menggunakan terapan rumus yang sama dengan nomor 1 dan 2 maka didapat
hasilnya dalam tabel:
Tabung 10 cm
sebelum
setelah
terpolarisasi
terpolarisasi
Waktu(s
)
kiri
kanan kiri
kanan
5
43
43
142
142

sudut
glukosa

keduduka
n nol
terbaik
99
61

sudut putar
38

10

44.5

44.5

151

151

106.5

77.5

29

15

48

48

138

138

90

48

42

20

41

41

144.5

144.5

103.5

68

35.5

25

43

43

140

140

97

57

40

30

41

41

144

144

103

67

36

35

44

44

149.5

149.5

105.5

75

30.5

40
45

40
44.5

40
44.5

141.5
138

141.5
138

101.5
93.5

63
51.5

38.5
42

50
55

41
38

41
38

139
142.5

139
142.5

98
104.5

57
67

41
37.5

60

36

36

136

136

100

56

44

sudut
khas
90
96.8181
8
81.8181
8
94.0909
1
88.1818
2
93.6363
6
95.9090
9
92.2727
3
85
89.0909
1
95
90.9090
9

(t)
50
40
30
putar

20
10
0
0

10

20

30

40

50

60

70

waktu

Tabung 15 cm

Waktu(s
)

sebelum
terpolarisasi
kiri
kanan

setelah
terpolarisasi
kiri
kanan

keduduka
n nol
terbaik

sudut
glukosa

sudut putar

5
10

46.5
46

46.5
46

142
145

142
145

95.5
99

57.5
64

38
35

15

43.5

43.5

138

94.5

52.5

42

20

52

52

138
142.
5

142.5

90.5

53

37.5

25

58

58

138

138

80

38

42

30

45

45

140

140

95

55

40

35
40

46
42.5

46
42.5

143
136

143
136

97
93.5

60
49.5

37
44

45

40

40

138

138

98

56

42

50

41

41

137

137

96

53

43

sudut
khas
86.8181
8
90
85.9090
9
82.2727
3
72.7272
7
86.3636
4
88.1818
2
85
89.0909
1
87.2727
3

55

38

38

60

41

41

138
143.
5

138

100

58

42

143.5

102.5

66

36.5

90.9090
9
93.1818
2

(t)
50
40
30
putar

20
10
0
0

10

20

30

40

50

60

70

waktu

4. Dari percobaan menghitung sudut putar tak hingga dan sudut putaran khasnya
Sama seperti sebelumnya, dilakukan perhitungan sudut putar dan sudut khas untuk
larutan tak hingga:

No
tabung

10 cm
15 cm

Sebelum
Setelah
terpolarisasi
terpolarisasi
Kiri
kanan
kiri
kanan
38
38.5
142
142
45
45
139
139
41
41
140
140
40
40
137
137
49
49
138
138
rata-rata
50
50
143
143
48
48
135
135
48
48
138
138
44
44
144
144

sudut putar
tak hingga
103.75
94
99
97
89
93
87
90
100

sudut khas
94.31818182
85.45454545
90
88.18181818
80.90909091
87.77272727
64.58333333
60.41666667
62.5
69.44444444

47.5

47.5
133.5
rata-rata
42
146.5
45.5
144
45
141.5
30
141
43
145
rata-rata

133.5

86

59.72222222
63.33333333
42
146.5
104.5
52.25
45.5
144
98.5
49.25
45
141.5
96.5
48.25
30
141
111
55.5
20 cm
43
145
102
51
51.25
Sehingga di dapat sudut khas larutan tak hingga untuk tabung 10 cm adalah 87.77 ,
untuk tabung 15 cm adalah 63.33 , dan untuk 20 cm adalah 51.25 .

ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum Polarimeter ini dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan


1 kali air suling, 2 kali air glukosa 0,1 M dengan perlakuan berbeda, dan dengan 1 kali
larutan tak hingga. Hal ini dilakukan untuk membedakan karakteristik larutan tersebut
dalam polarisasi.
Percobaan yang pertama adalah menentukan titik nol. Percobaan ini menggunakan
3 jenis ukuran tabung, yaitu 10 cm, 15 cm dan 20 cm. Sebelum melakukan percobaan,
panjang tabung diukur terlebih dahulu untuk memastikan panjangnya dan setelah
dihitung didapat panjang tabung sebenarnya, yaitu 11 cm, 14,4 cm dan 20 cm. Disini
dapat dilihat teta yang di bentuk. Di sini praktikan memperhatikan sudut saat sebelum
polarisasi dan saat sudah terpolarisasi dan melakukannya 5 kali. Dari data yang telah
didapat dan dari perhitungan yang telah dilakukan, di dapat bahwa nilai nol terbaik dari
tabung 11 cm adalah sebesar 60,6 , dari tabung 14,4 cm adalah sebesar 50,4 dan
dari tabung 20 cm adalah sebesar 57,15 . Nilai nol terbaiknya tidak berbanding lurus
dengan panjang tabungnya, dan berdasarkan praktikum kenaikan sudutnya tidak
berbanding lurus dengan titik nolnya. yang berarti praktikum mengalami kesalahan hal
ini mungkin dikarenakan kesalahan praktikan saat memperhatikan gelap terang saat
sebelum terjadi polarisasi ataupun setelah terjadi polarisasi.
Percobaan yang kedua adalah menentukan sudut putar glukosa dan sudut khasnya.
Dalam percobaan ini, praktikan menggunakan larutan glukosa 0,1M untuk menentukan
sudut putar glukosa dan sudut khasnya. Sama seperti sebelumnya, dilakukan
pengamatan untuk sudut sebelum terjadi polarisasi dan setelah terjadi polarisasi. Dari
data yang diperoleh dan perhitungan yang telah dilakukan, nilai dari sudut khas untuk
tabung 11 cm adalah 96,45 , untuk tabung 14,4 cm adalah 72,57

dan untuk

tabung 20 cm adalah 47,85 . Dapat dilihat bila nilai panjang tabung semakin kecil
maka semakin besar sudut khas yang dibentuk.
Percobaan yang ketiga adalah Mutarotasi, yaitu untuk menghitung sudut putar
glukosa dan sudut khasnya dengan menghitung waktunya selang 5 menit. Pada
percobaan ini, hanya menggunakan 2 tabung, yaitu tabung 11 cm dan tabung 14,4 cm.
Pada percobaan ini praktikan mengambil data setiap 5 menit sekali dengan interval
waktu 1 jam. Dari data yang diperoleh, kenaikan dan penurunan sudut tidak terlalu
drastic, atau bisa diartikan lebih konsisten nilai sudutnya. Nilai yang digunakan untuk
membuat grafik adalah perbandingan nilai sudut putarnya dan selang waktunya.
Seharusnya nilai dari sudutnya semakin naik semakin lama waktu yang dihitung, namun
dari data di dapat hasil grafik kedua tabung adalah berantakan walau sedikit-sedikit
semakin menaik. Hal ini dikarenakan permasalahan dalam pengambilan data ini,
praktikan tidak konsisten dengan daya terang dari penentuan jenis polarisasinya. Ini
dikarenakan keterbatasan dan kelalaian praktikan.
Percobaan keempat adalah Larutan tak hingga. Disini digunakan larutan glukosa
0.1M yang telah dibuat satu minggu sebelumnya hal ini agar larutan mengendap dan
dapat dilihat perbedaan sudutnya. Untuk sudut putarnya, bernilai beragram, ada yang
sesuai dengan persamaan yang ada dan ada pula yang berbeda. Tetapi setelah di ratarata nilai sudut khasnya tidak sama dengan persamaan yang ada, ini dekarenakan ada
kesalah dari praktikan ketika mengambil data saat praktikum.

BAB V
KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan polarimeter maka dapat disimpulkan dalam


percobaan kali ini, praktikan mendapatkan:
1. Pada pemutaran bidang polarisasi, titik nol dapat dihitung dengan
0=( b a )(180b )

dan menghasilkan nilai nol terbaik dari tabung

11 cm adalah sebesar 60,6 , dari tabung 14,4 cm adalah sebesar 50,4


dan dari tabung 20 cm adalah sebesar 57,15 .
2. Pada pemutaran bidang polarisasi, sudut putar oleh zat optic aktif dapat
dihitung dengan

glukosa=b a

khasnya dapat dihitung dengan

dan

putar =glukosa 0

glukosa
C l

lalu sudut

dan menghasilkan nilai dari

sudut khas untuk tabung 11 cm adalah 96,45 , untuk tabung 14,4 cm


adalah 72,57 dan untuk tabung 20 cm adalah 47,85 .
3. Pengaruh waktu terhadap sudut putar glukosa adalah semakin besar selang
waktunya maka semakin besar pula sudutnya
4. Sudut khas yang dibuat larutan tak hingga mengalami kenaikan dan
penurunan sudut yang tidak drastic dan menghasilkan sudut khas larutan tak
hingga untuk tabung 11 cm adalah 87.77 , untuk tabung 14,4 cm adalah
63.33 , dan untuk 20 cm adalah 51.25 .

DAFTAR PUSTAKA

Lalelorang,Natalia.2012.Polarimeter.
(http://organiksmakma.fisikon.com/2012/12/v-

behaviorurldefaultvmlo.html)
Arlan.2010.Polarimeter.

(http://www.academia.edu/5437466/52897012-POLARIMETER)
http://slideshare.net/polarimeter

Anda mungkin juga menyukai