B. KEPALA
Rambut
: hitam, distribusi normal, sukar dicabut
Wajah
: simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata
: conj. Palp.inf pucat (-/-)
Telinga
: Sekret (-), perdarahan (-), tanda peradangan (-), penebalancuping
Hidung
: Sekret (-), perdarahan (-) nafas cuping hidung (+)
Mulut
Bibir
: sianosis (-)
Lidah
: beslag (-)
Mukosa
: basah
Tenggorokan
: hiperemis (-)
Faring
: hiperemis
C. LEHER
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid
: pembesaran (-)
Trakhea
: letak medial
TVJ
: R-2 cmH2O
D. THORAKS
Pulmo
Anterior
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Posterior
Inspeksi
: simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi
: pergerakan dada simetris, stem fremitus (N/N)
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : ves (+/+), rh (-/-), wh(+/+)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Atas
: ICS II
Kanan
: Linea parasternal dextra
Kiri
: Linea midclaviculasinistra
Auskultasi :
HR=86 x/menit,regular,bising (-)
E. ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
SUPERIOR
INFERIOR
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Sianotik
edema
6. Diagnos Sementara
Dyspneu ec DD : 1. Asma Bronkhial eksaserbasi akut derajat sedang
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut
3. Pneumonia
7. DIAGNOSA SEMENTARA
Asma Bronkial eksaserbasi akut derajat sedang
8. PENATALAKSANAAN
O2 2-4 l/mnt
Semi fowler posisi
Nebule ventolin 1 respule (extra) di evaluasi dalam 2 jam wheezing menghilang
Cefadroxil 2x1
Metil Prednisolon 2x 1
Salbutamol 3x2 mg
Ambroxol 3x1
9. Planing
Spirometri
Darah Rutin
Hitung Jenis (diftel) dan IgE
Foto Thorax PA
Skin prick test
10. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
Quo ad funcionam
: dubia ad bonam
Daftar Pustaka :
1.
Riyanto BS, Hisyam B. 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut In : Ajar Ilmu Penyakit
RANGKUMAN
1. Subjektif
Pasien mengeluh Sesak nafas berat, sesak muncul saat terpapar udara dingin pagi hari, dada
terasa terhimpit, nafas berbunyi seperti suara anak kucing. Keluhan ini memberat 1 hari SMRS.
riwayat sesak berulang selama satu tahun terakhir. Biasanya sesak dapat menghilang setelah
pemakaian obat inhalasi yang diberikan dokter akan tetapi dalam dua hari terakhir sesak
dirasakan semakin memberat dan berbunyi . Sesak timbul sebanyak 3 x dalam seminggu dan
sangat mengganggu tidur. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk yang mulai dirasakan 2 hari
SMRS
2. Objektif
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis asma bronkial
derajat sedang. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gejala klinis sesak nafas disertai dengan batuk berdahak. Sesak muncul saat terpapar
udara dingin pagi hari, dada terasa terhimpit, nafas berbunyi seperti suara anak kucing
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nafas cuping hidung, penggunaan otot-otot bantu
c.
d.
e.
jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Suhu yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma
Lingkungan kerja
Olahraga/aktivitas jasmani yang berat. 1
A.
4) Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas 30 tahun dan
disebut juga late onset asma
5) Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali
menimbulkan kemaian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid
6) Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik, namun tidak dapaat
dibuktikan dengan keterlibatan IgE
7) Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan asma ekstrinsik
8) Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid misalnya sel LE
9) Riwayat keluarga jauh lebih sediking sekitar 12-48%
10) Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai
d. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
2.
3.
sering terjadi, aktivitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEVI < 60%.
Berdasarkan terkontrol atau tidaknya asma
Dibagi menjadi 3 yaitu asma terkontrol, asma terkontrol sebagian ( partial) dan asma tak
terkontrol. 1.2
Keluhan utama penderita asma ialah sesak nafas mendadak, disertai fase inspirasi yang
lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi ( wheezing), batuk
disertai serangan napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut
dapat ringan, berat ataupun sedang dan sesak nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin
lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat. 4
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat
atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau
kelelahan otot pernafasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali.
Batuk hampir selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan sahak putih berbuih. Selain itu, makin
kental dahak maka keluhan sesak akan semakin berat.4
Tanda lain yang menyertai sesak nafas adalah pernafasan cuping hidung yang sesuai
dengan irama pernafasan. Frekuensi pernafasan terlihat meningkat ( takipnea) otot bantu
pernafasan ikut aktif, dengan tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak nafas akan diikuti
dengan penurunan Pa02 dan PaCO2 tetapi pH normal atau naik sedikit. Hipoventilasi yang
terjadi kemudian akan meperberat sesak nafas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan PH
serta meningkatkan PaCO2 darah. Salin itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi
sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi kaekolamin dalam darah akibat respon
hipoksemia.1
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.6
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas,
mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor faktor yang
mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas.
Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat,
ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman, kristal
Charcot Leyden).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru.
Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat
dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau
kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian
bronkodilator.
b. Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita
dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara
objektif hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi
bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja (exercise),
hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik seperti metakolin dan histamin.
c. Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang
memberikan gejala serupa sepert
terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.
Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan nonmedikamentosa dan pengobatan
medikamentosa :1,2,3,4
1.
Pengobatan non-medikamentosa
a.
b.
c.
d.
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
2.
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
Controller dan reliever.
a.
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat
pengontrol :
1)
Kortikosteroid inhalasi
Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Penggunaan steroid
inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi
gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualiti hidup. Steroid inhalasi
adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat).
2)
Kortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi (efek/ efek
samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang.
3)
Sodium kromoglikat dan Nedokromil sodium
Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium) Pemberiannya secara inhalasi.
Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu
pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak.
4)
Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti antiinflamasi.
Teofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai obat pengontrol, berbagai studi
menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru.
5)
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang
mempunyai waktu kerja lama (> 12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek
relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh
darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan basofil.
6)
7)
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Mekanisme kerja
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada
dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.
Termasuk pelega adalah :
1)
Agonis beta 2 kerja singkat
Agonis beta-2 kerja singkat. Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan
prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat.
Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos saluran napas,
meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi
penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat
bermanfaat sebagai praterapi pada exerciseinduced asthma
2)
Kortikosteroid sistemik.
Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah
optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
3)
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek penglepasan asetilkolin dari
saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus
kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan
iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium bromide.
4)
Aminofillin
5)
Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian secara subkutan
harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan kardiovaskular.
Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus dengan pengawasan ketat
(bedside monitoring).
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :1,2
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Konsultasi : Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Paru. Konsultasi ini
merupakan upaya untuk mengetahui apakah ada komplikasi sekunder dari penyakit yang
diderita selama ini.
Kegiatan
Foto thorak
Laboratorium
Spirometri
Nasihat
Periode
Setiap 6 bulan untuk mengetahui
Ada komplikasi
Bulan 1
Setiap kali kunjungan
Setiap kali kunjungan