Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era ini kata HIV dan AIDS sudah tidak asing lagi untuk didengar di berbagai
khalayak umum di Indonesia. HIV dan AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang tentunya perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak tak
terkecuali pemerintah maupun seluruh lapisan masyrakat. Hal ini terlihat dari jumlah kasus
AIDS yang meningkat setiap tahunnya secara signifikan. Sejak pertama kali ditemukan pada
1987 sampai pada juni 2012, kasus HIV dan AIDS tersebar di berbagai kota ataupun
kabupaten di provinsi Indonesia.
Salah satu povinsi yang memilki kasus HIV dan AIDS terbesar ke-2 adalah Provinsi Jawa
timur setelah DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat dan Bali yaitu sebesar pada 2010 terdapat
4.233 orang penderita AIDS dan 1.102 orang diantaranya meninggal. Oleh karena itu
perlunya tindakan penanggulangan secara komprehensif dan kebijakkan atau pun sebuah
lembaga-lembaga yang dapat membantu dalam penanggulangan HIV dan AIDS sehingga
angka pederita HIVdan AIDS dapat ditekan menjadi lebih sedikit dari pada beberapa tahun
sebelumnya.
Adanya pandangan, sikap, dan perlakuan diskriminatif terhadap keberadaan orang
dengan HIV dan AIDS (ODHA) di tengah kehidupan masyarakat, sehingga inilah yang
menjadi pemicu untuk menimbulkan masalah sosial yang kompleks. Dengan demikian, tidak
berlebihan apabila penyandang HIV dan AIDS sekaligus sebagai penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang memerlukan pelayanan sosial. Adapun Pemerintah Provinsi Jawa
Timur membentuk berbagai pelayanan sosial berbentuk lembaga-lembaga yang dapat
membantu kehidupan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Tentunya pemerintah tidak
hanya membentuk beberapa lembaga saja, karena jika tidak diimbangi dengan pengadaan
sumber daya manusia yang professional maka, program, tindakan dan kebijkan tidak dapat
berjalan secara baik. Oleh sebab itu, dalam penanggulangan ini dibutuhkan berbagai kerja
sama dari seluruh pihak yang bersangkutan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2 1 Apa yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?
1.2.2 Bagaimana penyebaran HIV dan AIDS di kabupaten dan kota di Jawa Timur?
1.2.3 Bagaimana upaya pengendalian HIV dan AIDS di Jawa Timur?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan HIV dan AIDS.
1.3.2 Mengetahui penyebaran HIV dan AIDS di kabupaten dan kota di Jawa Timur.
1.3.3 Mengatahui upaya yang dapat dilakukan guna menanggulangi HIV dan AIDS.

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 HIV dan AIDS
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit
infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
infeksi HIV (Human immunodeficiency virus). Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang
ilmuwan Perancis, tahun 1983. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik
RNA. HIV cenderung menyerang jenis sel-sel tertentu, yaitu sel-sel CD4, terutama limfosit
T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh. Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menyatakan stadium klinis HIV bagi orang
dewasa yang terbagi menjadi 4 kategori dan skala fungsional:
Tabel 2.1 Stadium klinis HIV bagi orang dewasa
No.

Katagori

Stadium klinis II
Berat badan
berkurang <10%

Stadium klinis III

Stadium klinis IV

Berat badan
berkurang >10%

Pneumonia

Manifesti
mukataneous
ringan

Diare kronis tanpa


sebab yang jelas

Herpes simplex

Herpes zoster
dalam lima tahun
terakhir

Demam
berkepanjangan
tanpa sebab yang
jelas.

Kandidiasis
esofagus, trakea,
bronki

ISPA
Simtomatik,
aktivitas normal.

TB paru Dalam 1
bulan terakhir
terbaring.

Stadium Klinis I

Asimtomatik

Limfadenitis
generalisata
Aktivitas normal
dan tampak sehat

2.1.1 Rantai Infeksi


a. Agent : HIV (Human Immunodeficiency virus)
b. Host: (sasaran) data dalam bentuk tabel berdasarkan kelompok usia dan profesi.
c. Environment:
1. Lingkungan biologis

Adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks dan STS (serum test for syphilis)
yang positif akan meningkatkan prevalensi infeksi HIV karena luka-luka ini menjadi
tempat masuknya HIV.
2. Lingkungan sosial
Perilaku orang yang memiliki pergaulan kurang sehat meningkatkan kerentanan akan
HIV, karena kondisi sosial yang buruk juga berpengaruh pada aspek kesusilaan
seseorang yang juga akan meningkatkan resiko terjangkit HIV, misal seks bebas,
penyalahgunaan narkoba.
3. Lingkungan ekonomi
Keadaan ekonomi yang kurang baik akan mendorong munculnya perasaan tertekan
oleh keadaan sehingga cenderung menghalalkan segala cara seperti praktik prostitusi.
d. Transmisi:
Transmisi seksual, hubungan seksual yang memiliki resiko tertinggi bagi penularan HIV
adalah hubungan seksual secara ano-genital. Tingkat resiko yang kedua adalah orogenital, dan tingkat resiko ketiga adalah melalui hubungan genito-genital (heteroseksual).
Transmisi non seksual, terdiri dari dua macam:
1. Transmisi parenteral, contohnya penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara
bergantian oleh penyalah guna obat-obatan terlarang, transfusi darah yang
terkontaminasi HIV,
2. Transmisi transplasental, contohnya transmisi dari ibu kepada janinnya saat hamil
karena terjadi percampuran darah antara ibu dan janin. Resiko cara transmisi ini
adalah 50%.
2.2 Penyebaran HIV DAN AIDS di Kabupaten dan Kota Jawa Timur
Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan
secara serius khususnya pada Jawa Timur. Ini terlihat bahwa Jawa Timur adalah salah satu
provinsi di Indonesia dengan epedemi yang terkonsentrasi dan diperkirakan jumlah Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) mencapai 27.047 orang (Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, kasus AIDS pada 2009 ditemukan 3.234
orang sedangkan pada 2010 terdapat 4.233 orang penderita AIDS dan 1.102 orang
diantaranya meninggal. Jumlah penderita AIDS tersebut menempatkan Jawa Timur pada
posisi ke-2 di Indonesia setelah DKI Jakarta diikuti Papua, Jawa Barat dan Bali. Menurut
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, faktor penularan utama melalui heteroseksual (70,1%)
dan NAPZA (21,3%). Kasus HIV memiliki estimasi ODHA di Jawa Timur sebanyak 27.062.
Jumlah HIV+ ditemukan sebesar 14.482 (53,5%). Sejak 2003 Jawa Timur ditetapkan sebagai
4

daerah epidemik terkonsentrasi. Kasus HIV dan AIDS yang tersebar di kota dan kabupaten
Jawa Timur yakni,
Tabel 2.1 kasus HIV dan AIDS yang tersebar di kota dan kabupaten Jawa Timur
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kota atau Kabupaten


Surabaya
Sidoarjo
Kabupaten Malang
Pasuruan
Kota Malang

Jumalah Kasus
730
541
323
303
297

2.3 Penanggulangan HIV dan AIDS


1. Pencegahan penularan melalui alat suntik, ini untuk pengguna narkoba suntik dan warga
binaan pemasyrakatan, yang meliputi program penukaran alat suntik dan layanan VCT
(Voluntary Counseling and Testing)
2. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual yang tidak aman, ini untuk pengguna
kondom dengan cara pengobatan infeksi menular seksual. Adapun program menegnai
Promosi Pemakaian Kondom (PPK) hal ini bertujuan untuk menurunkan angka HIV dan
AIDS di Indonesia karena menurut data Survei Surveilens Perilaku (SSP) 2004 dari
Departemen Kesehatan RI dan BPS, angka pemakaian kondom wanita pekerja seks (WPS)
langsung hubungan seks terakhir rata-rata adalah 53% dan pada hubuangan seks minggu
terakhir adalah 22%.
3. Pengembangan program yang komprehensif misalnya membentuk Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam penanggulangan HIV DAN AIDS meliputi tenaga-tenaga bidang
perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi di semua tingkat dan lembaga
yang berwenang. Kebutuhan SDM yang dihitung adalah untuk mencapai setidaknya 80%
target program dan layanan komprehensif. Dasar perhitungan mencakup jumlah, jenis
program dan layanan berdasarkan kebutuhan minimal. Adapun lembaga-lembaga
pelayanan penyandang HIV/AIDS di Jawa Timur yang telah digalakan yaitu
a. Badan Penanggulangan Napza dan AIDS
BPNA merupakan suatu badan atau lembaga non birokrasi dan non structural yang
berfungsi

sebagai

fasilitator

sekaligus

koordinator

penanganan

masalah

penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain (napza) dikalangan
masyarakat
5

b. Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Sub Dinas Rehabilitasi dan Sosial
Berbagai upaya pencegahan dan penanganan terhadap penyalahgunaan napza dan
penularan HIV/AIDS telah dilakukan seperti memberikan Penyuluhan dan Bimbingan
Sosial (PBS), lalu bekerjasama dengan LSM, orsos, dan sekolah.
c. Yayasan Abdi Asih
Yayasan ini berdiri pada 1995 di jalan Dukuh Kupang Timur XII/22 Surabaya.
Yayasan ini berfokus pada cara pemberdayakan masyarakat dan pengembangan
kesehatan serta memberikan pengetahuan secara holistik tentang penyakit menular
seksual HIV/AIDS. Yayasan Abdi Asih juga memberdayakan ODHA dan perempuan
khususnya pekerja seks dengan memberikan bekal keterampilan.
4. Pemberian vaksin yang mampu meningkatkan daya imunitas dari ODHA sehingga, dapat
meminimalisir akibat dari penyakit HIV dan AIDS.
5. Penanggulangan dampak psikologi, hal ini karena banyak masyrakat yang memandang
ODHA dengan sebelah mata. Ketika ODHA melakukan aktivitas pun terkadang dianggap
tidak boleh atau tidak sesuai oleh masyarakat, karena apa pun yang mereka lakukan akan
terkesan penyebar virus HIV/AIDS.. Terlebih lagi mereka (penyandang HIV/AIDS) selalu
memiliki perasaan bersalah dan berdosa yang berlebihan atau berlarut-larut akan
menyebabkan terjadinya suatu tindakan yang mengganggu kejiwaan mereka. Maka dari
itu dibentuklah VCT (Voluntary Counseling and Testing) untuk dapat berkonsultasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit
infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
infeksi HIV (Human immunodeficiency virus). HIV dan AIDS telah menjadi sebuah
6

epidemik di Indonesia khususnya Jawa timur yang menempati posisi ke-2 di Indonesia
setelah DKI Jakarta disusul oleh Papua, Jawa Barat dan Bali, sehingga diperlukan tindakan
komprehensif serta kebijakan yang mendukung untuk menekan penyebaran jumlah penderita
HIV dan AIDS. Tentunya dalam melakukan tindakan dan sebuah program tidak hanya dari
pihak pemerintah saja yang turut melakukannya melainkan seluruh lapisan masyarakat harus
terdapat partisipasi.
3.2 Saran
3.2.1 Perlunya program untuk mengevaluasi serta monitoring baik dari penderita atau virus
penyebarannya.
3.2.2 Diharapkan semua elemen yang bersangkutan untuk turut membantu menjalankan
program-program yang ada.
3.2.3 Perlunya masyrakat untuk diberikan informasi tentang apa HIV dan AIDS dan bagaimana
cara menyikapinya.

DAFTAR PUSTAKA
Fahmi,Syaiful.2005.Infeksi Menular Seksual Edisi Ketiga.Jakarta:Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Ind,KPA.2011.Strategi dan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan HIV dan AIDS Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011-2014.Surabaya:Komisi Penaggulangan AIDS Provinsi Jawa
Timur
7

Warto.2006.Pengkajian Kebutuhan Pelayanan Sosial Penyandang HIV dan AIDS.Yoyakarta:


Departemen Sosial RI
Widoyono.2011.PENYAKIT TROPIS(Epidemiologi,penularan,pencegahan dan
pemberantasannya) Edisi Kedua.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai