Disusun Oleh:
Yourizka kunnavy
P27820113043
Nurul Rachamania D.
P27820113052
Shofi Rahmawati
P27820113060
P27820113069
P27820113076
Kelompok 3 Anak
Tingkat II Reguler B
B. KLASIFIKASI
Leukemia Secara Umum
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe
sel asal, yaitu:
1) Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4-6 bulan.
2) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Kronik
a
b
Gambar 3. Leukemia Limfositik Kronik
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu:
1. Genetik
a. Keturunan
1) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan
adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2) Saudara Kandung
mengakibatkan
AML. Kloramfenikol,
penyimpangan
fenilbutazon,
kromosom
yang
menyebabkan
5. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk
diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini
disebabkan
karena
obat-obatan
yang
digunakan
termasuk
golongan
E. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau
sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh
dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat
dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), di mana pada kebalikannya
menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal
sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang,
panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai
tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang
sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan
G. MANIFESTASI KLINIS
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan
gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum
tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas
ganas di sumsum tulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer
dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat
ditemukan yaitu:
1.Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada;
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise;
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia),
biasanya terjadi pada anak;
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme);
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah
gramnegatif usus;
H. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah:
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml.
3. Retikulosit: jumlah biasanya rendah.
4. Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm).
5. SDP: mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
6.
7.
8.
9.
mielomonositik.
10. Copper serum: meningkat.
11. Zinc serum: meningkat/menurun.
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari
SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid,
sel matur, dan megakariositis menurun.
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah
ditandai dengan:
a) memar (ekimosis), dan
b) petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit).
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi
dapat memperberat perdarahan.
2. Infeksi
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Leukemia Limfoblastik Akut:
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan
sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum
tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama
beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan
oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin
memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa
kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral
(ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase
intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.
Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk
menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi
konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa
berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di
sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum
tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh
pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi
disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali
sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.
2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak
penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah
limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan
jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan
eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah
trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan
antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening,
hati, atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika
jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa
menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi
respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang,
kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan
alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya.
Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.
Penatalaksanaan lain:
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker
ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada
jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
Melalui mulut.
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena). Melalui
kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas perawat akan menyuntikkan
obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini
akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah
balik/kulit.
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan
untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah
bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin
yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi
yang diarahkan ke seluruh tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang).
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi,
radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia
sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan
mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang
dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang
baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah
transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai
sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih
dalam jumlah yang memadai.
5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
6. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhir nya dihentikan.
7. Sitostatika.
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat, atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase,
f) Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan
dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna (Sutarni Nani,
2003).
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah
15 tahun (85%), puncaknya berada pada usia 2 4 tahun. Rasio lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Pada anak, keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesu
dan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia), serta
kecenderungan terjadi perdarahan.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga yang terpapar
oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV1),
kelainan
kromosom,
dan
penggunaan
obat-obatan
seperti
urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses
perianal, serta adanya hematuria.
6) Pola Tidur dan Istrahat:
Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu
yang dihabiskan untuk tidur/istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
7) Pola Kognitif dan Persepsi:
Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan
kesadaran (somnolence), iritabilits otot dan seizure activity, adanya
keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal
berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
8) Pola Mekanisme Koping dan Stress:
Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang
sangat jelek. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi,
withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan
peerubahan suasana hati, dan bingung.
9) Pola Seksual:
Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji.
10) Pola Hubungan Peran:
Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan kesempatan bermain
dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai:
Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan
melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.
c) Pemeriksaan Diagnostik
Count Blood Cells: indikasi normocytic, normochromic anemia.
Hemoglobin: bisa kurang dari 10 gr%.
Retikulosit: menurun/rendah.
Platelet count: sangat rendah (<50.000/mm).
White Blood cells: >50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke
kanan).
Serum/urin uric acid: meningkat.
Serum zinc: menurun.
Bone marrow biopsy: indikasi 6090% adalah blast sel dengan erythroid.
Prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit.
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa: menunjukkan tingkat kesulitan
tertentu.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
No
1.
Diagnosa
Tujuan/
Rencana Tindakan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Defisit volume Tujuan:
cairan b.d mual Setelah
dan muntah.
1. Evaluasi
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan
pasien,
Rasional
kulit,
kondisi
hidrasi.
2. Untuk mengukur
mukosa.
2. Timbang
berat
1. Menunjukkan
volume
cairan
keadekuatan
penggantian cairan
sesuai
dengan
fungsi
ginjal.
Pemasukan
yang
adekuat.
2. Haluaran
urine
dalam
batas
pengeluaran dapat
normal.
3. Mual
3. Kaji
dan
input
dan
output cairan.
obstruksi ginjal.
3. Untuk mencegah
muntah berhenti.
4. Mukosa
bibir
lembab.
5. Turgor
baik.
6. Ubun-ubun
datar.
4. Beri
kulit
motivasi
pasien
untuk
megindikasikan
tanda-tanda
terjadinya
hipovolemik yang
berkelanjutan.
4. Mempengaruhi
adanya
gangguan
pemasukan
vital pasien.
dan
kebutuhan cairan.
5. Perubahan
pada
tanda-tanda
vital
dapat
6. Berikan obat sesuai
indikasi.
Contoh:
Ondansentron.
7. Berikan
cairan
melalui IV sesuai
menunjukkan efek
hipovolemik
(perdarahan/dehidr
asi).
6. Ondansentron
indikasi.
berfungsi
untuk
menghilangkan
mual dan muntah.
7. Mempertahankan
cairan dan eletrolit
2.
Ketidakseimban
gan
nutrisi
kurang
dari
b.d
cancer cahexia.
1. Timbang
dilakukan
berat 1.
tindakan keperawatan
3
kebutuhan
tubuh
Tujuan:
Setelah
x
24
mengukur
keadekuatan
penggantian
jam
cairan
diharapkan
ginjal.pemasukan
kebutuhan
nutrisi
terpenuhi,
dengan
kriteria hasil:
1. Klien tidak pucat
dan segar.
2. turgor kulit baik.
3. Mukosa Bibir
lembab.
4.
Nafsu
tubuh.
untuk
dapat
megindikasikan
obstruksi ginjal.
2. Berikan makan diet 2. kebutuhan jaringan
tinggi kalori kaya metabolik
nutrein
makan
meningkat.
5. BB meningkat.
6. TTV dalam batas
ditingkatkan
begitu
juga
untuk
cairan
menghilanhkan
produksi
normal.
sisa
suplemen
dapat
memainkan
pernan
penting
dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
3. Motivasi orang tua
untuk tetap rileks pada
saat anak makan.
4.
Mootivasi
memakan
nafsu
dari
muntah
mual
serta
pasien kemoterapi.
4. Untuk mendorong
semua
agar anak mau makan.
rencanakan
untuk
memperbaiki
makan
anak
meningkat.
5.
perubahan
Tanda-Tanda
pada
Vital
dapat
menunjukkan
efek
hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi)
6.Untuk
memaksimalkan
6. Berikan makanan yag
disertai
intake nutrisi.
suplemen
bubuk
suplemen
atau
yang
dijual bebas.
7.Agar
orangtua
mampu
memberi
makanan
yang
baik
dikonsumsi
dan
tidak
3.
dikonsumsi pasien
1. Kaji
tingkat
Setelah
boleh
dilakukan
kecemasan klien
1. Untuk mengetahui
berat
ringannya
kecemasan klien
keluarga
gelisah
klien
mengenal
kecemasannya
kriteria hasil:
1. Pasien
2. Bantu
dan
tidak
dengan
mengidentifikasi
penyebab
mengidentifikasi
dan
menguraikan
mengatasi
kecemasannya
dan
2. Kontak
mata
fokus
3. Mengenal
menjelaskan situasi
yang menimbulkan
kecemasan
4. Mengatasi
kecemasan,
dan
bantu
kesemasan
melalui
perasaannya,
teknik
relaksasi
5. Memperagakan
klien
menyadari perilaku
akibat cemas.
3. Berikan
support
mental
dan
3. Meningkatkan
menggunakan
kepercayaan
teknik
dan
relaksasi
untuk mengatasi
kecemasan
diri
semangat
untuk pengobatan
4. Agar
klien
kembali
menyerahkan
sepenuhnya
5. Ajarkan klien teknik
relaksasi
untuk
meningkatkan
kontrol
dan
rasa
kepada
Tuhan
YME
5. Membantu
mengurangi
kecemasan
relaksasi
mengerutkan
lalu mengendurkan
otot-otot
6. Motivasi
klien
untuk
melakukan
teknik
relaksasi
setiap
kali
kecemasan muncul
6. Agar
kecemasan
dapat
mengatasi
kecemasannya
DAFTAR PUSTAKA
Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi Edisi 2. Jakarta:
Erlangga
Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Landier W, Bhatia S, dkk.. 2004. Development of risk-based guidelines for pediatric cancer
survivors: the Children's Oncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from
the Children's Oncology Group Late Effects Committee and Nursing Discipline.
(24):4979-90
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. 2006. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo
PAPoplack DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 538-90
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Medical-Surgical Nursing Edisi I. Alih Bahasa Joko
Setyono. Jakarta : Salemba Medika
Ribera JM, Oriol A. 2009. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults.
Hematol Oncol Clin North Am. (5):1033-42
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada An. A.H dengan ALL (Acute Lymphoblastic Leucemia) di Ruang Haematologi Bona
II RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
I.
Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Identitas Klien
1. Nama
2. Tempat,tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Alamat
6. Tanggal MRS
7. Tanggal pengkajian
8. Diagnose medik
2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
1. Nama
2. Usia
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Agama
6. Alamat
: An. A.H
: Lamongan, 20 januari 2010 (4 tahun)
: Laki-laki
: Islam
: Lamongan
: 19 Juni 2014, pukul 13.22 WIB
: 19 Juni 2014
: Acute Lymphoblastic Leucemia
: Tn. T
: 45 tahun
: SD
: Petani
: Islam
: Lamongan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami mual dan muntah.
perut
sakit.Pasien
dirawat
di
RS
Lamongan
selama
minggu.Mendapatkan terapi transfusi darah PRC dan TC sebanyak 4-6x. Tidak ada
riwayat perdarahan pada kulit, gusi, ataupun hematuria. Klien pernah MRS di RS
Dr. Soetomo selama tiga bulan. Mendapatkan terapi Citostatika atau terapi protokol
pertama selama 12 minggu. Pasien tidak memiliki riwayat elergi makanan,
minuman, dan obat-obatan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan anggota keluarga lain tidak ada yang menderita penyakit
kanker, khususnya kanker darah. Tidak ada riwayat penyakit kelainan darah.
e. Riwayat Tumbuh Kembang
BB= 15kg.
TB= 97cm.
Pertumbuhan anak seperti layaknya anak lain, normal. Tidak ada kelainan dan
tidak sering sakit-sakitan.
f. Riwayat Nutrisi
Selama bayi, anak tidak pernah mendapatkan ASI sejak lahir. Anak diberi
PASI atau susu formula. Alasan pemberian karena ASI tidak keluar. Jumlah
pemberian 5-6x sehari @60cc. Cara pemberian dengan menggunakan botol. Anak
mulai mendapatkan makanan tambahan saat usia 1 tahun dengan makanan
tambahan seperti bubur, pisang, dan nasi yang dihaluskan. Sebelum sakit anak
sering makan mie instan sekali setiap hari. Anak juga sering minum susu kemasan
5 kotak sehari.
g. Riwayat Psikososial
a) Psikologi
Anak belum mengetahui tentang penyakitnya sehingga anak tidak merasa
memiliki penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang
dialami anaknya.
b) Sosial
dapat berinteraksi
dengan orangtuanya
dengan
baik,
telat
memberikan
obat
untuk
anaknya
dan
mencoba
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Kondisi pasien lemah, ekspresi wajah normal (tidak menahan sakit), dan skala
aktivitas pada tingkat 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain).
2. Kesadaran
Composmetis dengan GCS 4-5-6.
3. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
TD
: 110/80 mmHg.
N
: 108 x/ menit
RR
: 24 x/ menit
Suhu : 37,2 C
4. Data Klinik
Usia
: 4 tahun
TB
: 97 cm
BB
: 15kg
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
1) Inspeksi
- Warna kulit pucat
- Kulit kering di daerah bibir dan tangan.
- Membran mukosa kering.
- Tidak ada lecet atau tanda terjadi pendarahan.
2) Palpasi
- Akral hangat
- Suhu permukaan kulit normal.
- Turgor kulit baik.
b. Rambut
1) Inspeksi
- Rambut bersih.
- Rambut tipis karena sering rontok.
- Berwarna hitam.
- Penyebaranya merata.
c. Kelenjar Getah Bening
1) Inspeksi
- Tidak ada peradangan
2) Palpasi
retroaurikular.
d. Kepala
1) Inspeksi
- Ukuran kepala normal.
- Tidak ada pembengkakan atau benjolan pada kepala.
e. Pemeriksaan Mata
1) Inspeksi
- Palpebra
: tidak ada edema, tidak ada peradangan.
- Sklera
: Putih, tidak ikhterus.
- Konjungtiva
: Enemis
- Pupil
: Isokor.
- Posisi mata
: simetris.
- Gerakan bola mata
: normal
f. Pemeriksaan Hidung dan Sinus
1) Inspeksi
- Posisi hidung : simetris.
- Bentuk hidung : normal
- Sekret
: tidak ada.
g. Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi
- Posisi telinga : simetris
- Lubang telinga: bersih.
2) Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada
h. Pemeriksaan Mulut
1) Inspeksi
- Gigi : Terdapat karies gigi.
- Gusi : merah muda, tidak ada edema, tidak ada peradangan.
- Lidah : tidak ada kelainan kogenital seperti makroglosis atau
-
sianosis.
- Faring : tidak ada bercak.
i. Pemeriksaan Leher
1) Inspeksi
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
2) Palpasi
- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
j. Pemeriksaan Dada
1) Inspeksi
- Bentuk dada simetris.
- Gerakan dada normal.
- Paru-paru
: pengembangan diwaktu nafas sama (irama reguler).
- RR : 24 x/ menit.
2) Palpasi
- Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe di aksila.
Perkusi
- Paru-paru
: suara sonor.
Auskultasi
- Paru-paru
: suara napas vesikuler.
- Jantung
: S1 dan S2 tunggal.
k. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
- Tidak ada pembesaran pada perut.
2) Auskultasi
- Suara peristaltik 20 kali/menit.
Perkusi
- Suara timpani
Palpasi
- Tidak ada pembesaran organ, tidak ada myeri tekan
l. Pemeriksaan Anggota Gerak
1) Inspeksi
- Tidak ada kelainan bentuk tulang.
- Kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah dengan skala 3
(Gerakan yang normal melawan gravitasi).
3
ANALISA DATA
No
.
1.
Pengelompokan data
DS :
Ibu pasien
Kemungkinan/ penyebab
ALL
mengatakan
TD : 110/80 mmHg.
Gangguan metabolisme
sel dan fungsi organ
N : 108 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Suhu: 37,2 C
Kekurangan volume
cairan
Jumlah blastosit
5. TTV:
Masalah
Infiltrasi SSP
Letargi, mual,muntah
Hipovolemik
2.
ALL
nafsu
3.
4.
5.
6.
kebutuhan.
makan
anaknya menurun.
DO:
1. BB: 15 kg.
2. Klien tampak
Jumlah blastosit
pucat
dan lemah.
Turgor kulit buruk.
Mukosa bibir kering.
Nafsu makan menurun.
TTV:
TD : 110/80 mmHg.
N : 108 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Suhu: 37,2 C
Gangguan metabolisme
sel dan fungsi organ
Infiltrasi SSP
Letargi, mual,muntah
Anoreksi
3.
DS :
Ibu px bertanya tentang
keadaan
anaknya
peningkatan
Kecemasan
ALL
dan
kesembuhan
Pra-Kemoterapi
penyakit anaknya
DO:
Saat berbicara kontak mata
ibu px tidak fokus, ibu px
Cemas
dan
sering
menatap anaknya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: An. A.H
No. Registrasi
: 12.31.32.10
Umur
: 4 tahun
Ruangan
Diagnosa Medis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1.
Kekurangan
volume
TANGGAL
DITEMUKA
N
cairan 19 Juni 2014
JELAS
20 Juni 2014
: 110/80 mmHg.
: 108 x/ menit
Perawat X
2.
RR
: 24 x/ menit
Suhu
: 37,2 C
22 Juni 2014
kondisi
lemah,
kulit
kering,nafsu
menurun,BB
setelah
makan
Perawat X
di
kemoterapi menjadi 15 kg
TD : 110/80 mmHg.
N : 108 x/ menit
RR : 24 x/ menit
3.
Suhu: 37,2 C
Kecemasan berhubungan dengan 19 Juni 2014
20 Juni 2014
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama
: An. A.H
No. Registrasi
: 12.31.32.10
Umur
: 4 tahun
Ruangan
Diagnosa Medis
No
Diagnosa
Tujuan/
.
1.
Keperawatan
Kriteria Hasil
Volume cairan Tujuan:
inadekuat
Setelah
berhubungan
tindakan
dilakukan
keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional
1. indikator langsung
kondisi
status
umum,
mebran mukosa.
dan
cairan
atau
hidrasi.
setiap hari.
dengan
muntah, mukosa
7. Menunjukkan
keadekuatan
penggantian
cairan
bibir
kering,
volume
cairan
ginjal.pemasukan
pengeluaran
adekuat,
yang
urine
dibuktikan
dari
dengan TTV:
dapat megindikasikan
900ml,
turgor
kulit
buruk, TTV:
TD:110/80 mmHg.
TD :
N : 108 x/ menit
110/80
mmHg.
N
108
menit
RR :
24
x/
menit
Suhu
: 37,2
3. Kaji
input
pengeluaran
output cairan
terjadinya
Suhu: 37,2 C
hipovolemik
8. Haluaran urine
berkelanjutan.
dalam
normal
9. Mual
dan
yang
mempengaruhi
gangguan
pemasukan
muntah
banyak
obstruksi ginjal.
RR : 24 x/ menit
x/
lebih
dan
kebutuhan cairan.
berkurang
10. Mukosa bibir
lembab
11. Turgor
5. kaji
kulit
Tanda
Tanda 5.
Vital pasien.
perubahan
pada
Tanda-Tanda
baik
Vital
dapat
menunjukkan
efek
hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi
6. berikan obat sesuai ).
indikasi,
contoh: 6.Ondansentron
ondansentron
berfungsi
untuk
menghilangkan mual
7.
berikan
melalui
indikasi
2.
Perubahan
nutrisi
dari
kurang
kebutuhan
berhubungan
cancer
cahexia ditandai
dilakukan
tindakan keperawatan 3
kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
dengan
kriteria hasil :
sesuai 7.
Mempertahankan
tubuh.
1. Timbang berat badan 1. untuk mengukur
x 24 jam diharapkan
tubuh
dengan
Tujuan:
Setelah
IV
setiap hari.
keadekuatan
penggantian
cairan
lebih
banyak
pengeluaran
dengan
dapat megindikasikan
lemah,
obstruksi ginjal.
ditingkatkan
begitu
bibir
juga
untuk
meningkat.
5. BB meningkat.
6. TTV dalam batas
kering,nafsu
makan
cairan
produksi
normal.
sisa
suplemen
di
kemoterapi
menjadi 15 kg
metabolik
menghilanhkan
menurun,BB
setelah
2. kebutuhan jaringan
dapat
memainkan
pernan
penting
dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat.
3. Jelaskan bahwa
hilangnya
nafsu
Mootivasi
memakan
semua dan
muntah
serta
makan
anak
meningkat.
5. kaji Tanda Tanda
Vital pasien
5.
perubahan
Tanda-Tanda
pada
Vital
dapat
menunjukkan
efek
hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi
6.Berikan
yang
suplemen
makanan ).
disertai 6.Untuk
nutrisi memaksimalkan
gizi,
seperti
pasien
makanan
7. Agar orangtua
mampu
yang
baik
memberi
dikonsumsi
dan
makanan yang
tidak
boleh
sesuai
dikonsumsi pasien
3.
1. Kaji
dilakukan
tindakan
tingkat
kecemasan klien
mengetahui berat
keperawatan
ringannya
dan
keluarga
2. Bantu
klien
kecemasan klien
2. Agar
klien
mengenal
mampu
kecemasannya
mengidentifikasi
dengan
penyebab
mengidentifikasi
mengatasi
dan
kecemasannya
menguraikan
dan
perasaannya,
kesemasan melalui
teknik relaksasi
4. Memperagakan
dan menggunakan
teknik
relaksasi
untuk
mengatasi
kecemasan
5. Tingkat kecemasan
hilang
1. Untuk
atau
menjelaskan situasi
yang menimbulkan
kecemasan,
bantu
dan
klien
menyadari perilaku
akibat cemas.
3. Berikan
support
mental
menjadi ringan
3. Meningkatkan
kepercayaan diri
dan
semangat
untuk pengobatan
4. Agar
klien
berdoa
kembali
menyerahkan
sepenuhnya
kepada
untuk
dan
YME
5. Membantu
mengurangi
meningkatkan
kontrol
Tuhan
rasa
kecemasan
relaksasi
mengerutkan
lalu mengendurkan
otot-otot
6. Motivasi
klien
untuk
melakukan
teknik
relaksasi
setiap
kali
kecemasan muncul
6. Agar kecemasan
tidak kembali dan
pasien
dapat
mengatasi
kecemasannya
IMPLEMENTASI
Nama
: An. A.H
No. Registrasi
: 12.31.32.10
Umur
: 4 tahun
Ruangan
Diagnosa Medis
No.
Tanggal dan
Diagnosa
1
Jam
Tindakan Keperawatan
Tanda Tangan
07.00
1, 2
07.15
Perawat X
Perawat X
Hasil :
Pasien sudah minum air putih setengah
gelas. Pasien menghabiskan setengah porsi
1
07.20
makananya.
Pasien belum BAK dan BAB.
Pasien mual dan muntah satu kali.
Perawat X
07.30
Perawat X
07.35
Perawat X
07.45
diberikan.
Respon: pasien tidak mau makan.
Pasien mengalami mual dan muntah 2 kali.
Perawat X
07.50
Perawat X
07.55
makanannya.
Hasil: pasien mau makan.
Respon : pasien makan habis setengah porsi.
4.Melakukakn TTV
Perawat X
Hasil:
1, 2
TD:110/80 mmHg.
N: 108 x/ menit
RR: 24 x/ menit
08.00
Suhu:37,2C
Perawat X
Respon: pasien kooperatif dengan tindakan
keperawatan.
Melakukan injeksi ondansentron
1
08.20
08.30
keluarga
pasien
menerima
Perawat X
08.35
Perawat X
dari perawat.
7. Menganti cairan infus karen 3B
1
09.00
Perawat X
susu.
2
09.20
Perawat X
09.25
Perawat X
dari perawat
8. Melakukan TTV
Hasil ; TD: 100/75
N: 106x/menit
1, 2
13.00
RR:24x/menit
Suhu;36,9C
Respon: pasien berbaring di tempat tidur
13.15
Perawat X
Perawat X
14.00
Perawat X
17.00
N:102X/menit
RR:
Suhu:36,7C
Perawat X
18.00
Perawat X
yang diberikan.
Melakukan TTV
Hasil: TD:100/75 mmHg
1, 2
20.00
N:102x/menit
RR:
Suhu:36,8C
Perawat X
20.20
20.45
Perawat X
Perawat X
20.55
Perawat X
21.00
Perawat X
Hasil: TD:99/65mmHg
1, 2
20 Juni 2014
05.00
N:100x/menit
RR: 23x/menit
Suhu:36,8C
Respon: pasien masih lemas dan hanya
07.00
Perawat X
Perawat X
sembuh
Hasil: tingkat kecemasan ibu px rendah
Melakukan penimbangan BB pasien
2
07.15
Hasil:
BB : 15 kg
Respon : pasien tampak lemas.
Memberikan makanan pada pasien
Perawat X
07.45
diberikan.
Respon: px tidak mau makan
Px mengalami mual
Melakukan TTV
Perawat X
Hasil:
TD:110/80 mmHg.
N: 108 x/ menit
RR: 24 x/ menit
08.00
Suhu:37,2C
Perawat X
09.20
Perawat X
13.00
RR:24x/menit
Suhu;36,9C
Respon: pasien berbaring di tempat tidur
13.15
Perawat X
Perawat X
17.00
N:102X/menit
RR:
Suhu:36,7C
Perawat X
18.00
Perawat X
yang diberikan.
Melakukan TTV
Hasil: TD:100/75 mmHg
2
20.00
N:102x/menit
RR: 25x/menit
Suhu:36,8C
Perawat X
21.00
Perawat X
21 Juni 2014
05.00
N: 104x/menit
RR: 24x/menit
Suhu: 36,6C
Respon: pasien masih lemas dan hanya
berbaring di tempat tidur.
Perawat X
07.15
BB : 17kg
Pasien sudah tidak mual dan muntah.
Nafsu makan meningkat.
Perawat X
EVALUASI
Nama : An. A.H.
Umur : 4th
Ruangan : Hematologi, Bona 2 RSUD.dr.Soetomo Surabaya
No. Dx
1.
Tanggal/Jam
20 Juni 2014
Perkembangan
TTD
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
08.00
Perawat X
- Ubun-ubun datar.
-kulit lembab.
-urin 1100 ml.
A: Masalah teratasi.
2
20 Juni 2014
P: Intervensi dihentikan.
S: Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu
08.00
Perawat X
ada
peningkatan).
TTV :
TD:110/80 mmHg.
N: 108 x/ menit
RR: 24 x/ menit
Suhu:37,2C
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan(1,2,3,4,5,6,7)
3
20 Juni 2014
07.00
mengenal
tentang
21 Juni 2014
P: Intervensi dihentikan
S: Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu
05.00
O: -
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.
Perawat X