Halaman
SPESIFIKASI TEKNIS DAN RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT1
A. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................. 1
B. SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN
PEKERJAAN...................................................................................................... 13
1.
2.
3.
4.
PEKERJAAN PONDASI...................................................................................... 27
5.
IPL - i
SPESIFIKASI TEKNIS
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
A. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
1.
Lingkup
1.1.
Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh
bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
1.2.
Persyaratan Teknis Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi
seluruh Bagian Pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen-dokumen berikut ini :
Gambar-gambar Pelelangan/Pelaksanaan.
Persyaratan Teknis Umum/Khusus.
Perincian Volume Pekerjaan/Perincian Penawaran.
Dokumen-dokumen Pelelangan/Pelaksanaan yang lain.
1.3.
Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumen pun dari pasal 1.2 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
2.
Referensi
2.1.
Atas seluruh Bagian Pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen
Pelelangan/Pelaksanaan, berlaku :
Undang-undang/Keputusan Presiden.
Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang berwenang.
Peraturan Daerah.
Standard/Norma/Pedoman
yang berlaku di Indonesia untuk Bagian Pekerjaan yang bersangkutan, dalam mana
termasuk, tapi tidak terbatas pada yang tersebut berikut ini
Subyek :
Referensi
Umum
Bahan-bahan Umum
Kapur Bahan Bangunan
Semen Portland
Bata Merah
Umum
Tras dan Semen Merah
Semen Portland
Bata Merah
Kapur Bahan Bangunan
: SII.0013-81
: SII.0021-78
: SII.0024-80
Subyek :
Referensi
: SII.0085-75
: SII.0131-75
: SII.0132-75
: SII.0146-76
: SII.0147-76
: SII.0148-76
: SII.0163-77
: SII.0164-77
: SII.0167-77
: SII.0192-78
: SII.0193-78
: SII.0194-81
: SII.0206-78
: SII.0242-80
: SII.0260-79
: SII.0283-80
: SII.0287-80
: SII.0291-80
: SII.0295-80
: SII.0296-80
: SII.0297-80
: SII.0298-80
: SII.0299-80
: SII.0300-80
: SII.0302-80
: SII.0303-80
: SII.0318-80
: SII.0319-80
: SII.0320-80
: SII.0321-80
: SII.0392-80
: SII.0393-80
: SII.0394-80
: SII.0395-80
: SII.0396-80
: SII.0397-80
: SII.0398-80
: SII.0399-80
: SII.0400-80
: SII.0401-80
: SII.0402-80
: SII.0403-80
Logam
Semen Pozolan Kapur
Semen Portland Pozolan
Besi Tuang Kelabu
Baja Karbon
Logam
Baja Siku
Las Pipa
Besi Tuang Kelabu
Kawat Las
Besi Strip
Paku
Pengantar Tembaga dan Allumunium
Umum
Umum
Cat Dasar Meni
Semen
Logam
Pipa Baja Karbon
Pipa Union
Baja Karbon Cor
Besi Cor
Paku Keling
Baja Siku
Baja
Besi Cor
Logam
Logam
Sekrup
Baja Tulang
Logam
Logam
Logam
Logam
Logam
Logam
Logam
Logam
Besi Tuang Kelabu
Logam
Logam
Logam
2.2.
Alumunium Trusi
Kunci
Engsel
: SII.0405-80
: SII.0406-80
: SII.0407-80
Subyek :
Referensi
: SII.0408-80
: SII.0409-80
: SII.0410-80
: SII.0480-81
: SII.0481-81
: SII.0482-81
: SII.0483-81
: SII.0484-81
: SII.0485-81
: SII.0486-81
: SII.0487-81
: SII.0488-81
: SII.0489-81
: SII.0490-81
: SII.0491-81
: SII.0492-81
: SII.0493-81
: SII.0494-81
: SII.0541-81
: SII.0544-81
: SII.0546-81
: SII.0548-81
: SII.0549-81
: SII.0550-81
: SII.0551-81
: SII.0552-81
: SII.0693-82
: SII.0694-82
: SII.0695-82
Kunci
Kunci
Baja
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Logam
Besi dan Baja
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Cat
Mur dan Baut
Baja
Baja
Alumunium
Dalam hal dimana ada Bagian Pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum/Khusus maupun salah satu dari ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.1 di atas, maka untuk Bagian Pekerjaan tersebut.
Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini
guna disepakati oleh Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
Standar/Norma/Kode/Pedoman yang bisa diterapkan pada Bagian Pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian ataupun Badan-badan yang bersifat internasional
ataupun nasional dari negara lain, sejauh bahwa atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Pengawas.
Brosur Teknis dari Produsen yang didukung oleh Sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.
3.
Bahan
3.1.
Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua Bahan yang dipergunakan
dalam/untuk Pekerjaan ini harus merupakan Bahan yang baru, penggunaan Bahan
bekas hanya bisa diperkenankan dengan izin tertulis dari Pengawas atas persetujuan
Pemberi Tugas.
3.2.
Tanda Pengenal
Dalam hal dimana Pabrik/Produsen Bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk
Produk/Bahan yang dihasilkannya, ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/
kapasitas; maka semua Bahan dari Pabrik/Produsen bersangkutan yang
dipergunakan dalam Pekerjaan ini harus mengandung Tanda Pengenal tersebut.
Kecuali ditetapkan lain oleh Pengawas, Bahan sejenis dengan fungsi yang
berbeda harus diberi Tanda Pengenal untuk membedakan satu Bahan dari Bahan
yang lain. Tanda Pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana
harus sesuai dengan Referensi pada Pasal 2 Persyaratan Teknis Umum ini kalau
ada diatur disana; atau dalam hal dimana tidak/belum ada pengaturan yang jelas
mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk dari Pengawas.
3.3.
3.4.
Penggantian (Substitusi)
Atas Persetujuan Pengawas dan Perencana, Pemborong/supplier bisa
mengajukan usulan untuk penggantian sesuatu Bahan/Produk dengan sesuatu
Bahan/Produk lain dengan penampilan yang berbeda dengan yang
dipersyaratkan, tetapi dengan taraf yang bersamaan.
Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang
ada dengan Bahan/Produk yang dipersyaratkan, akan diperhitungkan sebagai
Perubahan Pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Kecuali dapat dibuktikan bahwa Pemborong tidak bersalah/lalai, maka dalam
hal dimana Penggantian disebabkan karena kegagalan Pemborong/supplier
untuk mendapatkan Bahan/Produk seperti yang dipersyaratkan, maka
Perubahan Pekerjaan yang bersifat Kerja Tambah dianggap tidak ada.
diperkenankan.
3.5.
3.6.
Persetujuan Bahan
Untuk menghindarkan penolakan Bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat
agar sebelum sesuatu Bahan/Produk akan dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih
dahulu dimintakan Persetujuan dari Pengawas atas kesesuaian dari
Bahan/Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada Contoh/Brosur dari Bahan/Produk
yang bersangkutan untuk diserahkan pada Pengawas di lapangan.
-
Adanya Persetujuan tertulis dengan disertai contoh Brosur seperti tersebut di atas
tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong/Supplier dari kewajibannya dalam
Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan Bahan/Produk yang sesuai dengan
persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya
seluruh Bahan/Produk tersebut di lapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan bahwa
seluruh Bahan/Produk tersebut adalah sesuai dengan Contoh/Brosur yang telah
disetujui.
Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk, kepada Pengawas harus
diserahkan Contoh dari Bahan/Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
Jumlah Contoh :
Untuk Bahan/Produk, atas mana tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat
Pengujian, kepada Pengawas harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk
sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Produsen Pengujian,
untuk dijadikan Benda Uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji
yang ditunjuk oleh Pengawas.
Pada waktu Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan Contoh yang disetujui
tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi Pekerjaan, Pemborong
berhak meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasangkan pada
Pekerjaan.
3.7.
Penyimpanan Bahan
Persetujuan atas sesuatu Bahan/Produk harus dimengerti sebagai perizinan untuk
memasukkan Bahan/Produk tersebut ke dalam Lapangan; dan penggunaan
Bahan/Produk tersebut dalam Pekerjaan sejauh bahwa keadaannya tidak
berubah dari kondisi waktu Persetujuan diberikan.
-
Terbuat dari kaleng atau kertas yang tidak akan rusak selama penggunaan
ini.
Berukuran minimal 40 cm x 60 cm.
Huruf berukuran minimum setinggi 10 cm, dengan warna merah.
Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
Pelaksanaan
4.1.
Rencana Pelaksanaan
Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya SPK oleh kedua belah pihak,
Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas :
Program kerja yang terdiri dari :
Jadwal Pelaksanaan yang terinci dalam bentuk Network Planning &
Barchat.
Jadwal Pengadaan Bahan.
Jadwal Ketenagaan.
Jadwal Peralatan.
Metoda pelaksanaan yang terinci.
Tabel Sub Paket & Milestone (kalau ada).
Tabel/Daftar Pay Item (kalau ada).
Kelengkapan administrasi lainnya yang akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas.
4.2.
4.3.
Format dari Gambar Kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Pengawas.
berikutnya.
4.4.
4.5.
Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Pemborong diwajibkan untuk
memberitahu Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam
sebelumnya, dengan format ijin yang akan ditentukan oleh Pengawas.
Kualitas
-
4.6.
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.
Hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diizinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan.
Kualitas pengerjaan ataupun kwalitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak atau harus diperbaiki. Tenaga kerja yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak dan dilarang meneruskan kegiatannya.
Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam Pasal 2 dari Persyaratan Teknis Umum ini.
Pengujian milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah, atau Badan lain yang
oleh Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan integritas yang meyakinkan.
Atas hal yang terakhir ini, Pemborong/Supplier tidak berhak mengajukan
sanggahan.
-
Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari
Badan Penguji yang disetujui oleh Pengawas pihak tersebut berhak mengadakan
pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang memenuhi persyaratan
badan penguji seperti tersebut di atas.
Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian
tambahan menjadi beban pihak yang mengusulkannya.
Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama.
Hasil dari Pengujian Ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua
belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
10
4.7.
Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lain,
yang mana akan secara visual menghalangi Pengawas untuk memeriksa bagian
pekerjaan yang terdahulu, Pemborong wajib melaporkan secara tertulis kepada
Pengawas mengenai rencana untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan
menutupi bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sedemikian rupa sehingga
Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian
yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.
Dalam hal dimana laporan telah disampaikan, dan Pengawas tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan, maka
setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, Pemborong
berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
5.
5.1.
Penyerahan
-
Dokumen-dokumen resmi (seperti surat izin pembayaran cukai, surat fiskal pajak
dll).
11
12
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja seperti tercantumdalam gambar, termasuk penyedian
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan bajadan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
2 Bahan-Bahan
Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru danmerupakan "Hot rolled structural
steel" dan memenuhi mutu baja ST 37 (PPBBI-83 ) atau ASTM A 36 atau SS 41 ( JIS. U 3101-1970 ). Semua
pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan.Seluruh pekerjaan baja setelah selesai
difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan mechanical Wire Brush, kecuali untuk bagian-bagian/tempattempat yang sulit dapat digunakan sikat baja kemudian di cat dengan cat primer 1 (satu) kali dengan cat ICI Green
Primer R 540 - 157 dengan ketebalan minimum 35micron
3 Syarat-syarat Pelaksanaan
a Gambar Kerja
Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dan mengirim 3 (
tiga ) copy gambar kerja untuk disetujui Pemberi Tugas. Bila mana disetujui, 1 (satu) set gambar akan
dikembalikan kepada Kontraktor untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya. Walaupun semua gambar kerja
telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat
kesalahan atau kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran
selama erection tetap ada pada Kontraktor. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.
b.
Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode dengan jelas sesuai
bagian masing-masing agar dapat di pasang dengan mudah.
c
Penjelasan
Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat dilaksanakan dengan seijin
Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las listrik. Las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang
setaraf. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman yang baik
dalam melaksanakan konstruksi baja-baja ber tingkat . Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan
dari cat, minyak,karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus digurinda dengan
rata.Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas.Pada pekerjaan las dimana terjadi
banyak lapisan las ( pengelasan lebihdari satu kali ), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya
lapisanterdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak- kerak las / slag danpercikan-percikan logam yang
ada.Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7 mm.Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus
dibuang samasekali.Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diujidengan cara-cara
seperti dibawah dan harus sesuai dengan standard AWS D1.0. :Pengujian secara Radiographic harus sesuai
dengan lampiran B dariAWS D 1.0. Dan bila ada kerusakan maka segala macam biaya yangmenyangkut
perbaikan harus dtanggung oleh Kontraktor.Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta
standard yangdipakai harus sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus sesuaidengan persyaratan
ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact Examination orWeldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal
and Spiral Weldsof Welded Pipe and Tubing 1974.Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai
dengan ASTME109.Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus sesuai dengan ASTME109.Semua lokasi
pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas. Seluruh biaya yangberhubungan dengan pengujian bahan/las dan
sebagainya,menjaditanggungjawabKontraktor.
d
Baut
Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengandiameternya. Kontraktor tidak boleh merubah
atau membuat lubang barudilapangan tanpa seijin Pemberi Tugas. Pembuatan lubang baut harusmemakai
bor.Untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons.Membuat lubang baut dengan
api sama sekali tidak diperkenankan.
Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutubaut yang digunakan adalah Baut
Hitam atau setaraf, kecuali ditentukan laindalam gambar.Lubang baut dibuat maksimum 2 mm. lebih besar
dari diameter baut.Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupasehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yangakan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk
itu diharuskanmenggunakan pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yangsesuai dengan buku
petunjuk untuk pengencangan masing-masing baut.Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah
dikencangkan masihdapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpamenimbulkan kerusakan
pada ulir baut tersebut.Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada keduasisinya.Untuk
menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-bautyang sudah dikencangkan harus diberi tanda
dengan cat, gunamenghindari adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.
e
Pemotongan Besi
Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanyaboleh dilaksanakan dengan
brander atau gergaji besi. Pemotongan denganmesin las sekali-kali tidak diperkenankan.
Penyimpanan Material
Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan ataubalok-balok kayu untuk menghindari kontak
langsung denganpermukaan tanah, sehingga tidak merusak material.Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak
rusak, bengkok
Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan adapengiriman dari pabrik ke lapangan, guna
pengecekan Pemberi Tugas.Penempatan elemen konstruksi baja dilapangan harus ditempat yangkering / cukup
terlindung, sehingga tidak merusak elemen-elementersebut.Pemberi Tugas berhak untuk menolak elemenelemen konstruksi baja yangrusak karena salah penempatan atau rusak.
g
Erection
Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali kedudukanangker-angker baja dan
memberitahukan kepada Pemberi Tugas metodedan urutan pelaksanaan erection.Perhatian khusus dalam
pemasangan angker-angker untuk kolom dimanajarak-jarak / kedudukan angker-angker harus tetap dan
akurat untukmencegah ketidakcocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selamapengecoran angkerangker tersebut tidak bergeser, misalnya denganmengelas pada tulangan pile cap.Kontraktor bertanggung
jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanyadilapangan. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat
pinggangpengaman, safety helmet, sarung tangan dan pemadam kebakaran.Pelaksanaan erection ini harus
dikepalai oleh seorang yang benar-benarahli dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat
gunamencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur.Kegagalan dalam erection ini menjadi
tanggung jawab Kontraktorsepenuhnya, oleh sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatiankhusus
pada masalah erection ini.Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak
akandiperbolehkan dipakai untuk erection.Untuk pekerjaan erection dilapangan, Kontraktor harus
menyediakantenaga ahli dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi danbertanggung jawab atas
pekerjaan erection. Tenaga ahli untukmengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan
PemberiTugas.Penempatan konstruksi baja dilapangan harus diatur sedemikian rupasehingga memudahkan
pekerjaan erection. Kontraktor harusmemberitahukan Pemberi Tugas sebelum pengiriman konstruksi baja
danmenjamin bahwa setelah dilapangan, konstruksi baja tersebut tetap tidakrusak dan kotor.Bilamana
ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harusmengganti yang baru.
Setelah Erection selesai maka konstruksi baja dicat primer lagi dengan typecat ICI Green Primer R 540 - 157
setebal 35 micron.
2. PEKERJAAN AWAL
Pasal 1
: Pembersihan Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari
segala sesuatu yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
seperti bangunan lama, hasil bongkaran bangunan lama,
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah
humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek
adalah muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang
telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus
tidak boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali
untuk dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan
pengupasan lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat
yang tidak mengganggu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus
tidak boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 2 (dua) hari.
Pasal 2
20
4. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasanalasan kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan
teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan
Supervisi.
5. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan
lahan atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
6. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan
Seeting Out dan disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi dan Owner.
Pasal 3
Pasal 4
: Pemasangan Bouwplank
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank
sebagai acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan
termasuk septictank dan Ground Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang
akan dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam
dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang
adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu
2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang
kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap
terhadap bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah
posisi dan elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling
rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
21
22
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1
Pasal 2
13
14
Pasal 4
15
: Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat
Barak Pekerja untuk keperluan pekerja yang menginap
dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan
untuk keperluan Barak Kerja harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
16
Pasal 6
17
: Pagar Proyek
Membuat pagar proyek setinggi 2 meter di sekeliling lahan yang
akan di bangun sesuai gambar dan petunjuk Pengawas, dengan
menggunakan bahan-bahan :
- Rangka pagar :
Tiang kayu (Kaso 5/7) ditancapkan
dengan pondasi cor setempat.
- Penutup pagar :
Seng gelombang BJLS 0.20 mm dengan
di finishing cat.
Semua bahan yang digunakan harus mendapat persetujuan
Pengawas.
Pasal 8
Pasal 9
18
19
4. PEKERJAAN PONDASI
Pasal 1
27
- Pelaksanaan pasangan
pondasi batu Kali tersebut harus
dilakukan sesuai dengan ukuran-ukuran dalam gambar serta
petunjuk-petunjuk dari Konsultan Supervisi.
28
B.
UM UM
1.
Ruang Lingkup.
Kontraktor harus menyiapkan semua bahan dan tenaga kerja yang
diperlukan.
Kontraktor harus menyiapkan, membuat dan membongkar semua
cetakan dan perancah beton cor yang diperlukan.
2.
Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat dan mengajukan perhitungan dan gambar
kerja kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
3.
Standard
Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus
memenuhi standard yang umum dipakai di Indonesia PBI-NI-2-1971
(Peraturan Beton Bertulang 1971), ACI-347 (Recommended Practice for
Concrete Formwork), PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan).
Jika persyaratan yang tersebut diatas tidak cukup memadahi, maka
konstruksi harus disesuaikan dengan standard Internasional yang diakui
dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
BAHAN
Semua balok-balok kayu (Kelas III) dan multipleks untuk cetakan harus bahan
baru. Permukaan dan bahan cetakan harus licin, bebas dari celah dan kotoran.
Hal tersebut diatas berlaku untuk sistem konvensional maupun bekisting siap
pakai.
C.
PELAKSANAAN
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh, stabil dan dapat
memikul beban-beban vertikal dan horizontal, dan beban-beban pelaksanaan
lainnya yang mungkin terjadi.
Kontraktor harus memperhitungkan penurunan atau lendutan dari perancah
dimana tidak tidak boleh lebih dari 1/400 bentang dan mempertimbangkan
langkah-langkah seperlunya sehubungan dengan kedudukan garis permukaan
(level) yang disyaratkan; pada akhir pekerjaan beton bekisting harus
menghasilkan konstruksi yang sesuai dengan bentuk dan level yang sesuai
dengan gambar-gambar rencana.
29
Bila tidak ditentukan lain dalam gambar, cetakan dibuat dengan camber pada
tengah bentang sebagai berikut :
Balok dan pelat
= 0.2 % dari bentang yang bersangkutan
Cantilever (balok dan plat) = 0.4 % dari bentang yang bersangkutan
Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuknya. Khusus untuk cetakan kolom, dinding dan balok
tinggi harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk menying-kirkan kotorankotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, kawat pengikat dan lainnya.
Pekerjaan pengecoran beton boleh dilaksanakan hanya setelah diinspeksi dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Namun demikian bila ada cetakan dan
perancah/bekisting yang menurut Konsultan Pengawas membahayakan atau
tidak memadai selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung, maka
Konsultan Pengawas dapat menginstruksikan kepada Kontraktor untuk
memperkuat/memperbaiki atau membongkar dan mengulangi pekerjaan beton
yang sudah dilaksanakan tersebut. Semua biaya yang timbul merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
Perancah harus diinspeksi secara rutin selama pengecoran beton berlangsung
untuk mengetahui lebih dini jika terjadi perlemahan pada sistim cetakan dan
perancah yang menyebabkan terjadinya perubahan kedudukan, ketidak-stabilan
dan perubahan bentuk. Jika hal ini terjadi, pekerjaan pengecoran harus segera
dihentikan dan Kontraktor diwajibkan untuk memperkuat, memperbaiki atau
membongkar dan mengulangi pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan
tersebut jika kerusakan tidak dapat diperbaiki. Semua biaya yang timbul menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Cetakan harus kokoh dan cukup kedap air, sehingga dijamin tidak timbul sirip
atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton. Cetakan
harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah menyerap air dan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga mudah dapat dilepaskan dari beton
tanpa menyebabkan kerusakan pada beton pada saat pembongkaran dan tanpa
harus memindahkan penunjang utama yang masih diperlukan selama waktu
perawatan.
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan ukuran, bentuk dan kedudukan
vertikal maupun kedudukan horizontal, dan harus dilengkapi dengan block-out
untuk lubang-lubang atau opening, chamfers dan detail-detail lainnya yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana arsitektur, struktur dan M&E.
Toleransi dari permukaan cetakan untuk struktur beton bertulang adalah sebagai
berikut :
Terhadap kelurusan vertikal (plumbness) untuk kolom dan dinding :
Untuk setiap 3 meter ..................................................................... 5 mm
Untuk panjang keseluruhan (maksimal) ......................................... 25 mm
Terhadap ketinggian/level untuk sisi bawah pelat, balok kolom dan dinding :
Untuk setiap 3 meter ...................................................................... 5 mm
30
E.
PEMBONGKARAN
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Bab 5.8 PBI-NI2-1971. Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar harus dilepas
dengan tenaga statis, tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton.
Pemasangan kembali penunjang atau re-shoring harus dilakukan segera setelah
pembongkaran cetakan dan harus tetap ditempat sampai beton mencapai kriteria
kekuatan umur 28 hari dan sampai seluruh pekerjaan pengecoran beton selesai
dilaksanakan.
31
BAGIAN
1. Kolom, dinding dan sisi balok
2. Dasar cetakan pelat dan balok
(Prop/penumpu masih terpasang)
PENGERASAN
SECARA NORMAL
24 jam
7 hari
14 hari
28 hari
Apabila cetakan dan perancah untuk pelat dan balok dibongkar setelah hari ke
14, panel pelat dan balok tersebut harus tetap ditunjang (re-shored) setempatsetempat yang posisinya harus direncanakan dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pengawas.
F.
PEMAKAIAN ULANG
Pemakaian ulang cetakan hanya diijinkan bilamana keadaan cetakan masih
betul-betul dalam keadaan baik, dimana masih dapat dikencangkan dengan baik,
masih kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton yang dicetak,
dan dianggap layak oleh Konsultan Pengawas.
2. PEKERJAAN BETON
A.
UM UM
1.
Ruang Lingkup.
Kontraktor harus menyiapkan semua gambar kerja, bahan dan tenaga
kerja yang diperlukan.
Kontraktor harus merencanakan, membuat dan melakukan test untuk
mendapatkan design campuran beton yang baik dan sesuai dengan yang
disyaratkan.
Kontraktor harus melaksanakan pengecoran beton termasuk
pemasangan semua alat-alat, pipa-pipa, selubung-selubung dan lainnya
yang tertanam dalam beton.
32
Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat dan mengajukan gambar kerja kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
Kontraktor harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan
semua perubahan yang dilakukan di lapangan (As-built) dan
menyerahkan kepada Pengawas pada akhir waktu pelaksanaan.
3.
B.
Standard
Semua bahan dan konstruksi harus memenuhi standard yang umum
dipakai di Indonesia : PBI-NI-2-1971 (Peraturan Beton Bertulang 1971),
SK SNI T-15-1991-03 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung), PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan),
NI-8 (Peraturan Semen Portland Indonesia), SII (Standard Industri
Indonesia), ACI 318 (Building code requirement for Reinforced Condrete),
ACI 301 (Specification for Structural Concrete for Buildings) dan ASTM
(American Society for Testing and Materials)
SEMEN
1.
Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal setara yang
sesuai dengan syarat-syarat :
2.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk
suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli,
dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih diegel dan tidak
pecah.
3.
33
C.
AGREGAT
1.
Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir
beton, harus memenuhi syarat-syarat :
2.
Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami dari batuanbatuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan besar butir lebih dari 5 mm. Koral harus keras, bersih dan tidak
berpori, jumlah butir-butir pipih tidak lebih dari 20%, bersifat kekal (tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca) dan tidak mengandung lumpur
lebih dari 1% (terhadap berat kering) dan bahan lain yang merusak beton,
seperti zat-zat reaktif alkali.
3.
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang
tajam dan keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung lumpur
lebih dari 5% (terhadap berat kering) atau bahan-bahan organis atau
lainnya yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang cukup banyak,
yang akan memperlemah kekuatan beton. Pasir laut tidak boleh
digunakan.
4.
Koral (kerikil) dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 30 mm, untuk penggunaannya harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
5.
KASAR
%-lewat ayakan
(berat kering)
100
90 100
25 60
AGREGAT
Ayakan
10,00 mm
5,00 mm
2,50 mm
HALUS
%-lewat ayakan
(berat kering)
100
90 100
80 100
34
5,0 mm
2,5 mm
D.
E.
0 10
0 5
1,20 mm
0,60 mm
0,30 mm
0,15 mm
50
25
10
2
90
60
30
10
6.
7.
8.
AIR
1.
2.
Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
BESI BETON
1.
2.
35
F.
G.
3.
Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak
diperkenankan untuk mencampur-adukan bermacam-macam sumber besi
beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi. Setiap pengiriman ke site
harus disertakan dengan Mill Certificate.
4.
5.
6.
ADMIXTURE.
1.
2.
Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus ditest dan disetujui
terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas.
3.
Admixture yang telah disimpan lebih lebih dari 6 bulan dan telah rusak,
tidak boleh dipergunakan.
MUTU BETON.
1.
36
H.
2.
Adukan beton terdiri dari bahan semen PC (tanpa fly ash), bahan
pembantu (admixture), agregat halus, agregat kasar dan air. Kualitas
bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan. Perbandingan
campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan harus
direncanakan oleh Kontraktor dimana harus ditunjukkan water-cement
ratio, water content, gradasi agregat, slump dan kekuatan, dan design mix
tersebut harus dimintakan persetujuan ke Konsultan Pengawas sebelum
dapat dipakai dalam pembuatan trial mix. Secara umum, adukan beton
harus direncanakan untuk menghasilkan beton yang sedemikian rupa
sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan penyusutan minimum.
3.
4.
TEST BETON
1.
2.
:
:
:
:
1 x 4 benda uji
1 x 4 benda uji
2 x 4 benda uji
2 x 4 benda uji
Dari setiap set benda uji (4 silinder), satu benda uji digunakan untuk
percobaan kekuatan beton umur 7 hari dan 2 benda uji untuk umur 28
hari, sedangkan benda uji keempat harus disimpan sebagai cadangan
dan digunakan bilamana hasil uji tekan 28 hari tidak memenuhi syarat.
Laporan hasil percobaan tekan beton tersebut (satu asli dan satu copy)
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
3.
4.
37
I.
5.
Ukuran identifikasi, benda uji harus ditandai dengan suatu kode yang
dapat menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.
6.
Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7. termasuk juga
pengujian-pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan.
7.
8.
Semua benda uji harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan
disetujui Konsultan Pengawas.
9.
10.
11.
PENGECORAN BETON
1.
2.
38
4.
Beton tidak boleh dicor tanpa ijin Konsultan Pengawas atau bila keadaan
cuaca hujan atau panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan
pengerasan yang baik, kecuali jika telah disiapkan fasilitas-fasilitas untuk
hal tersebut seperti yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
5.
6.
7.
Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum
30 cm dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan
dari suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampui
1,5 meter dibawah ujung corong, saluran atau kereta dorong untuk
pengecoran.
8.
9.
10.
11.
39
J.
2.
Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian,
tempat tersebut harus telah betul-betul padat dan tetap; tidak ada
penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut,
melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama
pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.
3.
4.
Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
5.
6.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
penggetar dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 ~ 50 cm.
Untuk pengecoran bagian-bagian yang sangat tebal harus dilakukan lapis
demi lapis, sehingga tiap lapisnya dapat dipadatkan dengan baik.
7.
40
K.
L.
M.
SAMBUNGAN PELAKSANAAN
1.
2.
3.
PERAWATAN BETON.
1.
Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971 Bab 6.6.
2.
3.
Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan
basah. Apabila cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan,
maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap
dilakukan dengan mambasahi permukaan beton terus menerus atau
dengan menutupinya dengan karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui Konsultan Pengawas.
PEMBONGKARAN CETAKAN
1.
2.
41
N.
2.
3.
O.
Umum
Plat lantai daerah basah, plat lantai atap atau yang berhubungan
langsung dengan udara luar, dan daerah lainnya seperti tertera di dalam
gambar-gambar arsitektur harus diberi lapisan kedap air.
Pekerjaan pemasangan lapisan kedap air harus mengikuti prosedur
pemasangan dan petunjuk yang direkomendasi oleh pabrik pembuat,
dan petunjuk Konsultan Pengawas atau Sub kontraktor spesialis yang
khusus dan telah ahli dalam pemasangan material waterproofing, dan
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam standar-standar seperti ASTM D
146, ASTM D 412, ASTM D 903 dan ASTM E 154.
2.
Bahan
Membrane waterproofing untuk pemasangan pada plat lantai daerah
basah dan plat lantai atap harus memenuhi spesifikasi bahan sebagai
berikut :
Asphaltic bituthene membrane self adhesive dengan kwalitas yang setara
dengan produk GRACE Bithuthene 3000 dengan tebal minimum 1,5
mm yang terdiri dari 1,4 mm rubberized asphaltic dan 0,1 mm cross
42
Pelaksanaan
Semua pemasangan harus didasarkan pada prosedur pemasangan dan
petunjuk dari pabrik pembuat bahan-bahan tersebut.
Sebelum pemasangan lapisan kedap air dilaksanakan permukaan beton
yang akan dikenakan bahan ini harus diperbaiki jika ada kerusakkankerusakkan, harus bersih, harus kering dan harus rata.
Sistem pelapisan kedap air yang dipilih harus dapat memberikan jaminan
dari produsen/pabrik pembuat terhadap mutu bahan selama minimal 10
tahun.
Pemborong harus melaksanakan tes rendam dengan air setinggi 10 cm
minimal selama 1x24 jam dan harus memberikan sertifikat jaminan
terhadap kemungkinan kebocoran karena pelaksanaan pekerjaan atau
kerusakan. Jaminan ini harus berlaku selama minimal 10 tahun.
Kebocoran-kebocoran yang terjadi harus diperbaiki sampai dinyatakan
sempurna oleh Konsultan Pengawas.
43
2.
Bagian struktur yang dipilih untuk dibebani harus diberi suatu beban total,
termasuk beban mati yang telah bekerja, yang ekivalen dengan 0,85 (1,2
D + 1,6 L ) . Penentuan harga L ( beban hidup ) harus memperhitungkan
reduksi beban hidup seperti yang diizinkan dalam SNI 1727 - 1989 - F
Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung .
3.
Beban uji harus dilakukan dalam tidak kurang dari empat tahapan
penambahan hingga perlengkungan ( arching ) dari bahan - beban
dapat dihindarkan.
4.
5.
6.
7.
Bila lendutan maksimum terukur a dari suatu balok, lantai atau atap
kurang dari l 2 / 20,000 h.
2.
8.
Dalam pasal 12.7, , untuk kantilever harus diambil dua kali jarak antara
tumpuan sampai dengan ujung kantilever, dan lendutan harus dikoreksi
terhadap pergerakkan tumpuan.
9.
10.
44
: Galian Pondasi
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana
harus memastikan lokasi disekitar penggalian bersih dari
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan
tapak pondasi atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek dan ini harus dibuktikan dengan pekerjaan
pengukuran posisi perletakan pondasi dengan alat Theodolit atau
cara manual dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah di
sekitar galian pondasi.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan
Gambar Bestek.
5. Penggalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang
diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop
Drawing untuk pekerjaan galian pondasi ini untuk kemudahan
pekerjaan dilapangan.
7. Kesalahan penggalian sehingga kedalaman galian melebihi dari
kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut
harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali
dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup
menurut Konsultan Supervisi.
9. Jika pada saat penggalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama
atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut
harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga
mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan
pondasi harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak
masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu
pekerjaan konstruksi pondasi.
11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak
berubah sebelum pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan.
23
Pasal 3
24
: Timbunan Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan Kontraktor Pelaksana harus
memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan,
semak belukar, dan tanah humus.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak
berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan
hasil bongkaran bangunan lama, dan bukan pasir laut.
3. Material timbunan harus melalui proses pemeriksaan
Laboratorium Tanah dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
di
Pasal 5
: Pasir Urug
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta
alas pekerjaan Lantai Kerja Beton ( Line Concrete ).
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural
dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
25
26