Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Tinjauan Pustaka

1.1 Pendahuluan
Varicella, umumnya dikenal sebagai cacar air, infeksi yang disebabkan
oleh varicella zoster virus (VZV). Di daerah beriklim sedang, 90% kasus penyakit
ini terjadi pada anak yang berusia kurang dari 10 tahun, dengan angka kejadian
tertinggi pada usia anak usia 1-4 tahun yang belum tervaksinasi. Lebih dari 90%
orang dewasa di negara-negara beriklim memiliki riwayat infeksi sebelumnya dan
kekebalan dari varicella. Namun di negara-negara tropis, varicella cenderung
diderita oleh remaja, dan hanya 60% dari orang dewasa yang kebal dari birus ini.
Masa inkubasi dari VZV adalah 10-21 hari (biasanya 14-15 hari). Transmisinya
melalui rute pernapasan dan sedikit kemungkinan melalui kontak langsung
melalui lesi. Orang yang rentan mungkin mengembangkan penyakit varisela ini
menjadi lesi herpes zoster. Orang yang terinfeksi bersifat paling menular sejak 5
hari sebelum munculnya lesi yang pecah, dan paling menular 1-2 hari sebelum
munculnya ruam. Pada banyak kasus, infektivitas berhenti 5-6 hari setelah lesi
pecah . Terdapat replikasi virus awal dalam nasofaring dan konjungtiva, diikuti
dengan infeksi sistem retikuloendotelial (limpa hati) antara hari 4 dan 6. Viremia
sekunder terjadi pada hari 11-20, sehingga terjadi infeksi pada epidermis dan
munculnya lesi kulit yang khas. Summer-summer, malaise, dan sakit kepala
biasanya muncul tapi sedikit. Tingkat keparahan penyakit ini tergantung usia,
dengan orang dewasa yang memiliki penyakit yang lebih parah dan memiliki
risiko lebih besar menyerang penyakit visceral. Pada anak-anak yang sehat angka
kematian akibat varicella adalah 1,4 100 000 kasus; pada orang dewasa, 30,9 di
1

100 000 kasus. Pada wanita hamil memiliki risiko lima kali lebih besar. Seperti
kebanyakan penyakit virus, gangguan imunosupresi mungkin memperburuk
penyakit ini. Kekebalan seumur hidup pada virus varicella dan episode kedua
varisela menunjukkan tingkat kemampuan imunosupresi yang baik.1
1.2 Definisi
Varicella merupakan infeksi akut primer oleh Virus Varicella-Zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.2
1.3 Sinonim
Cacar air, chicken pox.2
1.4 Epidemiologi
Varisela menrupakan penyakit yang sangat menular, tetapi sangat
bergantung pada kekebalan seseorang. Varisela menyerang individu terutama
yang belum mempunyai antibodi. Tersebar kosmopolit, menyerang terutama
pada ana k-anak, tetapi dapat juga menyerang pada orang dewasa. Transmisi
penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung
dari timbulnya gejala kulit.2
Varisela dapat menyerang semua umur termasuk bayi baru lahir dan
dewasa. Penderita varisela 90% adalah anak-anak kurang dari 10 tahun,
dengan serangan angka tertinggi pada usia 2-6 tahun, sedangkan sebagian
kecil (5%) pada golongan umur di atas 15 tahun, namun dapat juga terjadi
pada orang dewasa, serta bayi baru lahir bahkan pernah dilaporkan varisela
congenital.1
1.5 Etiologi
Penyebabnya adalah virus varicella-zoster. Penamaan virus ini memberi
pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster 2.
Virus varicella-zoster merupakan famili dari Herpesvirus varicellae dari
grup DNA virus. Penyakit ini termasuk kelompok vesicobullous lessions yang

disebabkan oleh virus. Varicella-zoster virus ini sangat menular dan mungkin
ditularkan dari penderita varcella atau zoster. Penyebaran dari virus dapat
terjadi secara langsung dari orang ke orang melalui lesi yang ada, melalui
udara atau melalui plasenta. Penularan ini dapat dimulai pada saat 24-49 jam
sebelum timbulnya rash dan sampai terbentuknya vesikel, biasanya 3-7 hari 2.
1.6 Patofisiologi
Virus masuk traktus respiratorius bagian atas dan orofaring, kemudian
memperbanyak diri dan menyebar melalui aliran darah dan limfe kemudian ke
jaringan retikulo-endotelial, disini memperbanyak diri lagi dan menyebar ke
seluruh tubuh terutama pada kulit dan mukosa3.
Virus varisela masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran
pernapasan dan berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas, virus pada
umumnya bereplikasi dalam kelenjar limfe regional, 4-6 hari kemudian mulai
terjadi viremia dan menyebar melalui peredaran darah masuk ke dalam organ
reticuloendotelial seperti limpa, hepar. Setelah seminggu, terjadi lagi viremia
kedua, saat virus mulai menyebar masuk ke dalam visera dan kulit dan
berakhir dengan manifestasi lesi pada kulit yang khas. Virus juga menyebar ke
saluran pernapasan. Infeksi pada susunan saraf pusat atau hepar juga terjadi
pada saat ini 1.
Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endotelial pada papil lapisan
dermis kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit,
dan glandula sebasea sehinga terjadi pembengkaan. Pada mulanya ditandai
dengaa adanya makula dan berkembang cepat menjadi papula, vesikel, dan
akhirnya menjadi krusta. Lesi ini jarang menetap dalam bentuk makula dan
papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya
adalah lapisan yang lebih dalam 1.

Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti


banyak, dan kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body tipe A 1.
Dengan berkembangnya lesi yang cepat , lekosit polimorfonuklear akan
masuk ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairancairan
yang jelas dan terang menjadi warna keruh , kemudian terjadi absorbsi dari
cairan ini, akhirnya terbentuk krusta. Terbentuknya lesi-lesi pada membran
mukosa juga sama , tetapi tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-vesikel
biasanya akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh
dengan cepat 1.
Virus menyebar dari lesi mukosa dan epidermal menuju saraf sensoris
lokal. Virus kemudian, menetap laten dalam ganglion dorsalis dari saraf
sensoris. Reaktivasi dari virus varicella-zoster menimbulkan herpes zoster (4).

Fitspatricks Dermatology in General Medicine


1.7 Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai
gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri
kepala, kemudian disusul timnulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa
yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini
4

khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul
dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi 2.

Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secar


sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir
mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional dan sekitar lesi akan
tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel akan yang jernih berubah
menjadi pus disertai limfadenopati umum. Penyakit ini biasanya disertai gatal
2

1.8 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinis, kultur virus dan tzanc
test. Pasien varisela biasanya terdapat sejarah terpapar dengan pasien varisela
yang lain selama 2-3 minggu 2.
Gejala klinis yang khas berupa erupsi papulo-vesikular yang bersamaan
dengan demam yang tidak terlalu tinggi, perubahan yang cepat dari makula
ke papula kemudian menjadi vesikel dan akhirnya menjadi krusta, gambaran
lesi berkelompok dengan distribusi dengan distribusi yang paling banyak

pada tubuh lalu menyebar ke perifer yaitu muka, kepala, dan ekstremitas.
Selain itu bisa juga terjadi ulkus putih keruh pada mukosa mulut, dan terdapat
gambaran polimorf 1.
Pada kasus yang tidak khas, hapusan Tzank dari dasar vesikel diwarnai
dengan Giemsa menunjukkan sel varicella raksasa yang khas dan sel-sel
dengan badan inklusi yang khas, seperti pada Herpes zoster atau simplex.
Dapat pula dilakukan kultur virus dari cairan isi vesikel 3.

Fitspatricks Dermatology in General Medicine


1.9 Diagnosis Banding
1. Variola
Merupakan penyakit virus yang disertai keadaan umum yang
buruk, dapat menyebabkan kematian, efluoresensinya bersifat monomorf
terutama di perifer tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh pox virus variolae.
Ada beberapa stadium pada menifestasi klinisnya. Stadium prodormal
mengawali timbulnya gejala. Setelah itu stadium makulo-papular yaitu
timbulnya makula-makula eritematosa yang cepat menjadi papul-papul,
terutama di muka dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan kaki, pada
stadium ini suhu tubuh normal kembali dan penderita merasa sehat
kembali. Stadium vesikulo-pustulosa yaitu setelah 5-10 hari timbul
vesikel-vesikel yang kemudian menjadi pustula-pustula dan pada saat ini
6

tubuh meningkat lagi dan timbul umbilikasi. Stadium resolusi berlangsung


dalam waktu 2 minggu, timbul krusta-krusta dan suhu tubuh mulai
menurun, dan krusta-krusta tersebut lepas meninggalkan sikatriks yang
atrofi 2.

Varisela

Variola

Stadium prodormal

Singkat (1-2 hari)

Panjang (3-4 hari)

Rash

Sentral - perifer

Perifer ke sentral

Lesi

Terutama badan.
Lebih superfisial.
Umbilikasi (-)
polimorf

Muka & ekstremitas


Dalam
Umbilikasi (+)
Monomorf

Gb. Variola
2. Herpes Zooster
Herpes zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Virus
ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan persarafan ganglion tersebut. Daerah yang paling
sering terkena adalah daerah torakal. Frekuensi penyakit ini pada pria

dan wanitas sama, sedangkan mengenai usia yang lebih sering pada
orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal.
Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel
ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustula
dan krusta. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang
khas 2.

1.10

Gb. Herpes Zooster


Komplikasi
Pada anak yang normal, varisela jarang terjadi komlikasi. Komplikasi
yang sering terjadi adalah infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit, yang
biasanya disebabkan oleh bakteri staphylococcus dan streptococcus yang
dimana menyebabkan impetigo, furunkel, selulitis, erysipelas dan
gangrene tapi jarang. Infeksi bakteri lainnya adalah pneumonia, otitis
9

media, dan menigitis supurativ, namun komplikasi ini jarang terjadi dan
1.11

bisanya respon terhadap terapi antibiotik 4.


Penatalaksanaan3,4,5.
A. Umum:

Istirahat cukup

Terapi simptomatik:
o Bila panas:
Dewasa: metampiron 500 mg sehari 3 kali po,
paracetamol 500 mg sehari 4 kali po
Anak: paracetamol 10 mg/kgBB/dosis sehari 4 kali po
o Dapat diberikan oral antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
serta bermanfaat untuk menimbulkan sedasi
o Lotion kalamin untuk kompres dingin
o Salep antibiotik untuk yang erosi: salep sodium fusidate

Bila ada infeksi sekunder


o Dicloxacilline 12,5-50 mg/kg/hari po
o Erytromycin stearat 250-500 mg sehari 4 kali po

B. Khusus (Obat Antivirus)


Acyclovir sebaiknya sedini mungkin (dalam 1-3 hari pertama).
o Dewasa 800 mg sehari 5 kali (selama 7-10 hari)
o Neonatus: 500 mg/m2( tiap 8jam 10 hr)
o Anak: 20mg/kg/kali sampai 800 mg sehari 4 kali selama 5 hari

10

o Pasien pneumonia dan hamil; 800mg 5kali sehari (7-10 hr), 10


mg/kg IV (tiap 8jam-7hr)
o Resisten acyclovir Foscarnet, 40 mg/kg Iv tiap 8jam hingga
sembuh.
Kontraindikasi Aspirin menyebabkan sindrom reye
C. Pencegahan
o Pemberian vaksin Varicella Virus Vaccine (Oka strain)
o Indikasi: umur 12 bulan yang belum terkena infeksi varicella
zoster virus primer, misalkan pada wanita yang menikah dan
belum terkena varicella perlu divaksinasi untuk mencegah
varicella waktu hamil

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


11

Nama
Umur
Jenis Kelamin
BB
Agama
Suku
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
No Rekam Medis

: An. M.A
: 11 th
: Perempuan
: 48 Kg
: Islam
: Jawa
: siswi kelas 5 SD
: Krukah Selatan 8A/14
: 27 Oktober 2014
: 434552

2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Timbul bintil-bintil kemerahan di seluruh badan
b. Keluhan Tambahan
(-)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang ke Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya tanggal 27 Oktober 2014 dengan keluhan timbul bintilbintil kemerahan sejak 4

hari yang lalu. Bintil-bintil tersebut timbul

pertama kali di daerah ulu hati, 3 buah, gatal dan berisi cairan jernih.
Besoknya muncul bintil-bintil serupa di wajah, dada, punggung, tangan
dan lengan kanan dan kiri, pinggang, kaki kanan dan kiri. Kemarin bintil
bintilnya beberapa ada yang mulai pecah.
Penderita juga mengeluh badannya panas sumer dan pusing sejak 5
hari tapi sudah menghilang sejak 2 hari yang lalu. Untuk panasnya pasien
sudah minum paracetamol sejak 3 hari yang lalu tapi untuk bintil bintil
merahnya belum diobati.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita belum pernah sakit seperti ini
12

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita seperti ini.
f. Riwayat Sosisal
Anak tetangga depan yang seusia pasien baru saja sembuh dari penyakit
seperti pasien.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: compos mentis

Kepala

: lihat status dermatologis

Leher

: lihat status dermatologis

Thorax

: lihat status dermatologis

Abdomen

: lihat status dermatologis

Ekstremitas atas

: lihat status dermatologis

Ekstremitas bawah

: lihat status dermatologis

Status dermatologi
Regio

: regio facialis, cervical,

thoracalis anterior,

thoracalis posterior, manus dextra dan sinistra,


antebrachii dextra dan sinistra, abdomen, , pedis
dextra dan sinistra
Efloresensi

: Tampak vesikel berisi cairan jernih diatas dasar


yang eritematous, papula, krusta yang bersifat
polimorf.

2.4 Resume

13

Penderita datang ke Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum


Haji Surabaya tanggal 27 Oktober 2014 dengan keluhan timbul bintilbintil kemerahan sejak 4

hari yang lalu. Bintil-bintil tersebut timbul

pertama kali di daerah ulu hati, 3 buah, gatal dan berisi cairan jernih.
Besoknya muncul bintil-bintil serupa di wajah, dada, punggung, tangan
dan lengan kanan dan kiri, pinggang, kaki kanan dan kiri. Kemarin bintil
bintilnya beberapa ada yang mulai pecah.
Penderita juga mengeluh badannya panas sumer dan pusing sejak 5
hari tapi sudah menghilang sejak 2 hari yang lalu. Untuk panasnya pasien
sudah minum paracetamol sejak 3 hari yang lalu tapi untuk bintil bintil
merahnya belum diobati.
Status Dermatologi:
Pada regio facialis, cervical, thoracalis anterior, thoracalis posterior,
manus dextra dan sinistra, antebrachii dextra dan sinistra, abdomen, pedis
dextra dan sinistra tampak vesikel berisi cairan jernih diatas dasar yang
eritematous, papula, krusta yang bersifat polimorf.
2.5 Diagnosis
Varisela
2.6 Diagnosis Banding
Variola
Yang mendukung: pusing, efloresensi berupa vesikel
Yang menyingkirkan: demam tidak begitu tinggi, keadaan umum baik
2.7 Planning
1. Terapi
Non Medikamentosa

Istirahat cukup
Menghindari kontak dengan keluarga, teman main, maupun
tetangga
14

Menyarankan penderita makan dan minum cukup (susu bila

perlu) untuk menjaga kondisi penderita


Menjaga agar vesikel tidak pecah dini (tidak menggaruk,

mengeringakan badan dengan hati-hati sehabis mandi)


Kontrol 2 minggu lagi

Medikamentosa:
Acyclovir tablet 300 mg, 4 x sehari
Ertromicin tablet 4x250 mg
Paracetamol sirup bila panas
Bedak salicyl 2%untuk lesi yang kering
Salep sodium fusidate untuk lesi yang erosi
2.8 Prognosis
Baik selama pasien melakukan pengobatan teratur dan kondisi pasien baik.
3.8 Foto Kasus

15

16

BAB III
PEMBAHASAN

An. M A, perempuan, usia 11 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Haji Surabaya tanggal 27 Oktober 2014 dengan keluhan
timbul bintil-bintil kemerahan sejak 4

hari yang lalu. Bintil-bintil tersebut

timbul pertama kali di daerah ulu hati, 3 buah, gatal dan berisi cairan jernih.
Besoknya muncul bintil-bintil serupa di wajah, dada, punggung, tangan dan
lengan kanan dan kiri, pinggang, kaki kanan dan kiri. Kemarin bintil bintil
merahnya beberapa ada yang mulai pecah.
Penderita juga mengeluh badannya panas sumer dan pusing sejak 5 hari
tapi sudah menghilang sejak 2 hari yang lalu. Untuk panasnya pasien sudah
minum paracetamol sejak 3 hari yang lalu tapi untuk bintil bintil merahnya
belum diobati. Anak tetangga depan yang seusia pasien baru saja sembuh dari
penyakit seperti pasien.

17

Dari pemeriksaan fisik pada regio facialis, coli, thoracalis anterior,


thoracalis posterior, manus dextra dan sinistra, antebrachii dextra dan sinistra,
abdomen, pedis dextra dan sinistra tampak vesikel berisi cairan jernih diatas
dasar yang eritematous, papula, dan bula yang tersebar. Kadang-kadang terlihat
erosi dan krusta akibat garukan.
Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis,
kultur virus dan tzanc test. Pasien varisela biasanya terdapat sejarah terpapar
dengan pasien varisela yang lain selama 2-3 minggu 2.
Gejala klinis yang khas berupa erupsi papulo-vesikular yang bersamaan
dengan demam yang tidak terlalu tinggi, perubahan yang cepat dari makula ke
papula kemudian menjadi vesikel dan akhirnya menjadi krusta, gambaran lesi
berkelompok dengan distribusi dengan distribusi yang paling banyak pada
tubuh lalu menyebar ke perifer yaitu muka, kepala, dan ekstremitas. Selain itu
bisa juga terjadi ulkus putih keruh pada mukosa mulut, dan terdapat gambaran
polimorf (1).
Pada kasus yang tidak khas, hapusan Tzank dari dasar vesikel diwarnai
dengan Giemsa menunjukkan sel varicella raksasa yang khas dan sel-sel
dengan badan inklusi yang khas, seperti pada Herpes zoster atau simplex.
Dapat pula dilakukan kultur virus dari cairan isi vesikel (1,3).
Ada beberapa penyulit dalam mendiagnosis sehingga muncul beberapa
diagnosis banding untuk varisela. Beberapa diagnosis banding varisela adalah
herpes zooster, dan variola.
Herpes zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
18

reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di
ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Kelainan kulit
yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan persarafan ganglion
tersebut. Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Frekuensi
penyakit ini pada pria dan wanitas sama, sedangkan mengenai usia yang lebih
sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala
prodormal. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel
ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustula dan
krusta. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas (2).
Variola adalah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk,
dapat menyebabkan kematian, efluoresensinya bersifat monomorf terutama di
perifer tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh pox virus variolae. Ada beberapa
stadium pada menifestasi klinisnya. Stadium prodormal mengawali timbulnya
gejala. Setelah itu stadium makulo-papular yaitu timbulnya makula-makula
eritematosa yang cepat menjadi papul-papul, terutama di muka dan
ekstremitas, termasuk telapak tangan dan kaki, pada stadium ini suhu tubuh
normal kembali dan penderita merasa sehat kembali. Stadium vesikulopustulosa yaitu setelah 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian
menjadi pustula-pustula dan pada saat ini tubuh meningkat lagi dan timbul
umbilikasi. Stadium resolusi berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul
krusta-krusta dan suhu tubuh mulai menurun, dan krusta-krusta tersebut lepas
meninggalkan sikatriks yang atrofi (2).

19

Pengobatan

varisela

pada

pasien

ini

berupa

pengobatan

non

Medikamentosa dan medikamentosa. Pengobata non medikamentosa yaitu


istirahat cukup dan menyarankan penderita makan dan minum cukup (susu bila
perlu) untuk menjaga kondisi penderita. Selain itu menghindari kontak dengan
keluarga, teman main, maupun tetangga untukmencegah penularan, menjaga
agar vesikel tidak pecah dini (tidak menggaruk, mengeringakan badan dengan
hati-hati sehabis mandi), kontrol 2 minggu lagi. Pengobatan medikamentosa
berupa Acyclovir tablet 300 mg, 4 x sehari, Ertromicin tablet 4x250 mg,
Paracetamol sirup bila panas, Bedak salicyl 2%untuk lesi yang kering, Salep
sodium fusidate untuk lesi yang erosi.
Prognosis pasien ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya
edukasi bahwa penyakit ini dapat kambuh kembali menjadi herpes zooter jika
imunitas penderita menurun. Sehingga penderita diharuskan menjaga
kesehatan. Selain penting itu memberi edukasi kepada pasien tentang adanya
komplikasi yang mungkin timbul, diantaranya infeksi sekunder, dan lesi
hiperpigmentasi.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Varicella, In:Andrews
Disease of the Skin: Clinical Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B
Saunders Company. 2006. p 369-372
2. Handoko Ronny P., Penyakit Virus. In : Djuanda Adhi, Prof. Dr. Dr., editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 th ed. Jakarta : balai Penerbit FKUI : 2010. p. 115-116.
3. Sawitri, Dwi Murtiastutik, Evy Ervianty. Varisela, Pedoman Diagnosis dan Terapi
BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Sutomo.
Surabaya, 2010. Hal 53-55.
4. Klaus; Goldsmith, Lowell A.; Katz, Stephen L.; Gilchrest, Barbara A.; Paller, Amy
S.; Leffel, David J,: Fitspatricks Dermatology in General Medicine, 7 th Edition
Volume One, New York, Me Graw Hill Medical, 2008, P:4908-4935
5. Hiroshi S; Shimizus Textbook Of Dermatology, Hokkaido, 2007, P: 428-429

21

22

Anda mungkin juga menyukai