TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parfum
Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu - kata "parfum" berasal dari bahasa
Latin per fume artinya "melalui asap". Kosmetik pengharum tubuh (fragrance) atau parfum
sudah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia.Catatan paling tua berasal dari bangsa Mesir
Kuno yang mengunakan bahan aromatik dalam kehidupan sehari hari, baik untuk kecantikan
maupun untuk keagamaan.Wewangian yang terhirup dari piramid kuburan Firaun saat pertama
kali dibuka 1926, berasal dari minyak binatang dan resin atau balsam yg dicampur dg minyak
kelapa atau valerian.Parfum kuno bangsa Yahudi berasal dari batang pohon myrrh yg terkenal di
Arab.Kamfer merupakan parfum yang berasal dari China.Cinnamon, sandalwood (cendana)
adalah parfum dari India yang sudah merupakan kehidupan sehari-hari.Parfum-parfum di atas
diperdagangkan sampai ke daratan Eropa. Negeri yang kini terkenal dengan parfumnya adalah
Perancis (Deliani & Zulkarnain, 2012).
2.2 Jenis - Jenis Parfum
Parfum atau minyak wangi adalah campuran senyawa aroma, fixative, solubilizerdan
pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh manusia, obyek, atau
ruangan. Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak esensial/murni (baik
yang alami ataupun sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang mungkin
akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika digunakan langsung ke kulit
atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak esensial, membantu mereka menyebar ke
udara.Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak parfum adalah
etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat diencerkan dengan cara
menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak kelapa difraksinasi atau lilin (Edward,
2006). Persentase volume konsentrat dalam minyak parfum adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak parfum : 20-40 % senyawa aromatik.
2. Esprit de Parfum ( ESDP ) : 15-30 % senyawa aromatik.
3. Eau de Parfum ( EDP ): 10-15 % (khas 15%) senyawa aromatik.
4. Eau de Toilette ( EDT ) : 8 -10 % ( khas ~ 10 % ) senyawa aromatik.
5. Eau de Cologne ( EDC ) : 3-8 % ( khas ~ 5 % ) senyawa aromatik.
TOP NOTES
MIDDLE NOTES
BASE NOTES
Aroma yang dirasakan langsung pada aplikasi dari parfum.Top Notes merupakan
bagian yang mudah menguap dengan cepat.Top Notes membentuk kesan awal parfum yang
dapat dihirup, dengan demikian sangat penting dalam penjualan parfum.Top Notes disebut
juga head Notes.
1. Middle Notes
Aroma parfum yang muncul sesaat setelah Top Notes.Middle Notes membentuk " hati
" atau tubuh utama parfum dan bertindak untuk menutupi kesan awal. Middle Notes disebut
juga heart notes.
2. Base Notes
Aroma parfum yang muncul setelah Middle Notes.Top Notes dan Middle Notes
bersama-sama adalah tema utama parfum.Base Notes memiliki aroma yang kaya dan " dalam
" dan biasanya tidak dirasakan sampai 30 menit setelah aplikasi.
Aroma dalam Top Notes dan Middle Notes dipengaruhi oleh Base Notes, serta aroma
Base Notesakan diubah oleh jenis bahan wewangian digunakan sebagai Base Notes. Produsen
parfum biasanya mempublikasikan Fragrance Notes dan biasanya mereka hadir sebagai
wewangian piramida, dengan komponen yang tercantum dalam hal imajinatif dan
abstrak(Lubrizol, 2006).
2.4 Sumber Biang Parfum
Biang parfum merupakan senyawa yang mudah menguap dan bersifat non polar.
Berdasarkan sumbernya biang parfum digolongkan menjadi empat yaitu biang parfum dari
tumbuhan, biang parfum dari sekresi binatang, biang parfum isolate kimia dan biang parfum
sintetik (kimia)(Chisvert & Salvador, 2007).
1. Parfum yang berasal dari tumbuhan
Minyak atsiri diperoleh dari bermacam-macam tumbuhan dari bagian-bagian tertentu
seperti :
a. Bunga: rose, lavender, orange blossom (blimau)
b. Biji: caraway (jintan), almond (prunus amygdalus)
c. Daun: bay (dsalam), thyme,
d. Kayu: sandalwood (cendana), cedar, aloe
e. Kulit kayu: cinnamon, cascarilla
f. Buah: lemon (citrus), nutmeg (pala)
terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi, yaitu misalnya oil in water (o/w) atau water in
oil (w/o). Disamping itu surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air
sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan dari partikel yang
terdispersi. Produk surfaktan dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun, detergen, pasta gigi dan
disinfektan (Usn, Garcia, & Solans, 2004).
2.5.1 Jenis Jenis Surfaktan
Surfaktandibagi menjadi empat jenis penting dan digunakan secara meluas pada hampir
semua sektor industri modern. Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan
kationik, surfaktan non ionik dan surfaktan amfoterik.
a.
b.
c.
d.
makanan, tekstil, plastik dan lain-lain. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan
pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan
emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam
minyak (Usn et al., 2004).
Pemilihan jenis surfaktan yang digunakan dapat dilihat dari besarnya nilai HLB
(Hydrophilic - Liphophilic Balance). HLB merupakan sistem menyederhanakan pilihan surfaktan
untuk memenuhi emulsi persyaratan formulasi.Hal ini didasarkan pada keseimbangan antara
hidrofilik dan lipofilik yang memberikan setiap surfaktan fungsinya. Dalam Sistem HLB,
keseimbangan hidrofilik - lipofilik setiap surfaktan memiliki nomor HLB. Kombinasi Emulsifier
di kisaran HLB dari 8 sampai 18 terbukti paling cocok untuk minyak dalam produk air. Air
dalam emulsi minyak biasanya membutuhkan pengemulsi dalam kisaran HLB dari 4 sampai
6(Chemmunique, 1980).
2.5.2 Hydrophilic - Liphophilic Balance ( HLB)
Nilai HLB merupakan angka yang menunjukkan ukuran keseimbangan gugus hidrofilik
yang suka air/polar dan gugus lipofilik yang suka minyak atau non polar.Aturan dalam teknologi
emulsi adalah jika emulsifier yang terlarut dalam air cenderung memberikan emulsi o/w dan
emulsifier yang terlarut dalam minyak memberikan emulsi w/o. Konsep ini dikenal sebagai
rumus Bancroft. Rumus Bancroft ini semuanya bersifat kualitatif, sehingga untuk membuat
hubungan kuantitatif antara hidrofilisitas surfaktan dan fungsi dari larutan, Griffin pada tahun
1949 memperkenalkan konsep keseimbangan HLB dari surfaktan(Chemmunique, 1980).Nilai
HLB untuk surfaktan non-ionik yang normal dapat ditentukan dengan hitungan sebagai berikut.
1. Untuk alcohol ethoxylate dan alkylphenol ethoxylate
HLB =
HLB =
HLB = 20 (1
angka saponifikasi
angka asam
)..( 3 )
Konsep angka HLB dari Griffin terbatas untuk surfaktant jenis non-ionik.Tabel 2.1
memperlihatkan bahwa fungsi surfaktan bergantung pada HLB.Sebagai contoh untuk
membentuk emulsi w/o harus mempunyai angka HLB 3 6 sebaliknya untuk membentuk emulsi
o/w kisaran angka HLB adalah 8 18. Hal ini selaras dengan rumus Bancrof(Chemmunique,
1980).
Tabel 2.1 Penggunaan Konsep Angka HLB Griffin
1. Penampakan
Angka HLB
14
Tanpa Dispersibilitas
36
Dispersibilitas lemah
68
8 10
10 13
13 20
2. Aplikasi
Angka HLB
Aplikasi
36
Emulsi w/o
79
Wetting agent
8 18
Emulsi o/w
13 15
Detergent
15 18
Solubilizer
Untuk operasi pada suhu ruangan angka HLB yang diprediksi berdasarkan Griffin (1949)
dalam pemilihan emulsifier cukup memberikan hasil yang baik. Masalahnya adalah jika terjadi
kenaikan suhu selama emulsifikasi atau ketika emulsi yang telah terbentuk disimpan pada suhu
rendah.Surfaktan non-ionik dari tipe polyoethylene sangat peka terhadap suhu, dimana pada
umumnya memberi emulsi o/w pada kondisi ambient dan emulsi w/o pada suhu yang meningkat.
Oleh karena faktor-faktor seperti konsentrasi elektrolit, polaritas minyak dan ratio air minyak
sangat berpengaruh pada tipe emulsi yang akan terbentu, maka nampaknya angka HLB saja tidak
dapat digunakan sebagai alat yang universal untuk memilih emulsifier yang tepat atau untuk
menentukan tipe emulsi yang akan terbentuk(Usn et al., 2004).
Konsep angka HLB Griffin kemudian diperluas oleh Davies, yang memperkenalkan
perhitungan HLB dari gugus fungsional surfaktan baik gugus hidrofilik maupun lipofilik, yang
tersaji pada Tabel 2.2.Sebagai contoh dari table tersebut dapat dilihat bahwa sulfat merupakan
gugus polar yang lebih kuat dari carboxylat.
Tabel 2.2 Penentuan Angka HLB Berdasarkan Davies
1. Angka Grup Hydrofilic
-SO4Na
-CO2K
-CO2Na
-N (amin tersier)
Ester (cincin sorbitan)
Ester (free)
-CO2H
-OH
-O-OH (cincin sorbitan)
35.7
21.1
19.1
9.4
6.3
2.4
2.1
1.9
1.3
0.5
-0.870
-0.870
-0.475
-0.475
HLB = 7 +
Angka HLB
Senyawa
Angka HLB
Acetophenone
14
Kerosene
14
Acid, Lauric
16
Lanolin, anhydrous
12 -13
Acid, Ionoleic
16
12
Acid, oleic
17
10
Acid, ricinoleic
16
Mineral Spirit
14
Acid, stearic
17
Petrolatum
78
Alcohol, cetyl
15
Pine oil
16
Alcohol, decyl
14
Propena, tetramer
14
Alcohol, lauryl
14
Toluene
15
Alcohol, tridecyl
14
Wax, bee
Benzena
15
Wax, candelilla
14 15
Carbon tetrachloride
16
Wax, carnauba
12
Castor oil
14
Wax microcrystalline
10
Chlorinated Paraffin
Wax, paraffin
10
Cyclohexane
15
Xylene
14
sekarang
cukup
untuk
membuat
lapisan
molekul
gabungan
(unimolekular
layer).Konsentrasi ini sangat penting dan dikenal sebagai critical micelle concentration
(CMC).Pada konsentrasi diatas CMC, tidak nampak adanya perubahan adsorpsi pada permukaan
hidrofobic, tetapi pada permukaan hydrophilic lebih dari satu lapis molekul surfaktan terbentuk
menjadi struktur yang teratur yang dikenal sebagai micelle. Harga CMC dari surfaktan campuran
non-ionik dan anionik dalam minyak yang ada pada phase air dapat dihitung dari penurunan
tegangan antar muka versus log konsentrasi(Schrader & Ingenieurwissenschaften, 2014).
2.6 Solubilizer
Solubilizer merupakan surfaktan yang dapat melarutkan cairan non polar (zat terlarut)
dalam cairan polar (pelarut) yang tidak dapat bercampur dalam sistem o/w, menjadi larutan yang
homogen. Proses pencampuran dua cairan oleh solubilizer disebut solubilisasi. Solubilisasi
terjadi ketika transfer spontan suatu senyawa tidak larut ke dalam suatu pelarut menjadi larutan
dengan bantuan surfaktan. Hal ini terjadi karena solubilizer mempunyai gugus hidrofilik yang
lebih besar dibandingkan gugus lipofilik, sehingga cairan non polar (zat terlarut) akan tertarik ke
dalam pelarut polar sehingga menjadi larutan homogen. Solubilitasi suatu senyawa meningkat
ketika semakin besar gugus hidrofilik dari solubilizer tersebut(Zhou, Li, Wei, Su, & Ma, 2011).
Kemampuan solubilisasi suatu solubilizer ditentukan oleh nilai HLB dari solubilizer
tersebut. Semakin besar nilai HLB dari suatu solubilizer maka kemampuan solubilizer akan
semakin besar solubilisasi akan semakin besar. Kemampuan solubilisasi suatu solubilizer terjadi
pada HLB > 15. Senyawa yang memiliki kemampuan solubilizer adalah surfaktan non ionik.
Beberapa senyawa yang memiliki kemampuan solubilizer adalah Portasol 40 (PEG 40
Hidrogenated Castor Oil) dan Tween 80 (Polysorbat 80)(Zhou et al., 2011). Struktur Portasol 40
dan Tween 80 dapat dilihat pada Gambar 2.3.
(a)
(b)
besar.
Semakin
besarnya
berat
molekulnya
maka
daya
volatilitas
akan
Berdasarkan
sumbernya
fixative
ada
dua,
yaitu
fixative
alam
dan
fixative
sintesis.Fixatives alam adalah fixative yang diperoleh dari ekstraksi bahan alam baik yang
berasal dari tumbuhan dan hewan.Fixative alam dari tumbuhan contohnya adalah resinoida,
benzoin, labdanum, patchouli alkohol, olibanum, storax , tolu balsam sedangkan fixative alam
dari hewan contohnya adalan ambergris, kastor. Fixative sintetis merupakan fixative hasil sintesis
ekstrak alam yang menghasilkan senyawa dengan volatilitas yang rendah. Contoh fixative
sintetis adalah cyclopentadecanolide, ambroxide, propylene glycol 20 Glucosa Ether (Glucam
P20), benzil salisilat, benzil benzoat, dietil ftalat, trietil sitrat(Floratech, 2010). Rumus Struktur
molekul zat fixative Patchouli alkohol dan Glucam P20 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
(a)
(b)
Gambar 2.2 Struktur Molekul (a) Patchouli alkohol, (b) Glucam P20
Dalam industri parfum surfaktan fixative sangat penting untuk meningkatkan daya tahan
aroma parfum. Dengan adanya bahan bakufixative, kita dapat mengurangi persentase biang
parfum dalam formulasi parfum tetapi daya tahan aroma (longlasting) parfum akan tetap kuat.
Dengan berkurangnya persentase biang parfum maka biaya produksi parfum akan berkurang.