Oleh :
DK FARAH ANA
MUHAMMAD VIQIH
NUR FITRI UTAMI
YENI KEZIA BEKALANI
B94134217
B94134232
B94134237
B94134259
Dibawah bimbingan :
Drh. Budhy Jasa Widyananta. M.Si
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan pertanian khususnya sub sektor peternakan telah
dirasakan penting dalam menunjang kehidupan masyarakat. Salah satu usaha
budidaya peternakan yang sekarang dan masih banyak dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat adalah domba. Daging yang dihasilkan
dengan berternak domba merupakan sumber protein hewani. Dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan daging domba maka diperlukakn peningkatan populasi dan
produktivitas domba. Namun berbagai kendala penyakit dapat mengganggu upaya
tersebut.
Berbagai penyakit reproduksi seperti prolapsus vagina dan distokia sering
ditemukan. Hal ini tentu menyebabkan kerugian ekonomi karena dapat
mempengaruhi harga dan peluang hidup domba. Sehingga perlu dilakukan
tindakan yang tepat dalam upaya penanganan kasus tersebut. Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan adalah operasi. Dengan mengambil kasus tindakan
prolapsus vagina, sectio cesaria dan ovariohisterektomi, diharapkan dapat
menjadi pembelajaran dan pilihan dalam penangan kasus prolapsus vagina dan
distokia.
Tujuan
Mengobati kasus pada domba yakni prolapsus vagina dan membantu
proses melahirkan serta mengetahui keadaan domba pasca operasi
METODOLOGI
Alat
Alat-alat yang digunakan pada operasi kali ini antara lain stetoskop,
termometer, set alat bedah minor (towel clamp, pinset anatomis, pinset sirurgis,
gagang scalpel, gunting lurus, gunting bengkok, arteri clamp anatomis dan
sirurgis, dan needle holder), perlengkapan operator dan asisten operator (sikat,
handuk, penutup kepala, masker, baju operasi, dan sarung tangan ), blade, kapas,
tampon, tali pengikat, plester, selang infus, kain kasa steril, syringe, alat pencukur
rambut, benang jahit jenis silk dengan ukuran 3/0, needle, lampu penerang, meja
peralatan, dan meja operasi.
Bahan
Hewan yang digunakan adalah seekor domba betina. Kemudian bahanbahan yang digunakan untuk operasi kali ini diantaranya sediaan anastetikum
yang terdiri dari Lidocaine HCl 2% sebagai anastetik lokal, sediaan desinfektan
yaitu alkohol 70% dan iodium tincture 3% sebagai antiseptik, sediaan antibiotik
yang terdiri dari penicillin 50.000 IU, oksitetrasiklin dan amoxicillin serta larutan
NaCl 0.9%.
Metode Kerja
Persiapan ruangan operasi
Ruangan operasi dibersihkan dari kotoran debu, kemudian ruangan
didesinfeksi menggunakan campuran kalium permanganate 5% dengan formalin
10%. Perbandingan campuran adalah 1:2, yang didiamkan selama 15 menit atau
dapat juga menggunakan formalin tablet yang diletakkan di ruangan. Meja operasi
dibersihkan menggunakan desinfektan berupa alkohol 70%.
Sterilisasi perlengkapan dan peralatan operasi
Peralatan operasi yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu.
Set peralatan bedah minor yang harus dipersiapkan adalah 4 towel clamp, 1
gagang scalpel, 1 pinset anatomis,1 pinset sirurgis, 2 gunting lurus,1 gunting
bengkok, 4 arteri klem lurus anatomis, 2 arteri klem lurus sirurgis, 1 arteri klem
bengkok anatomis, 1 arteri klem bengkok sirurgis, dan 1 needle holder.
Alat-alat tersebut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian dikeringkan, lalu
ditata di dalam wadah. Alat-alat tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain. Kain
lapis pertama dibentangkan dan wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi
simetris. Sisi kain terdekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah dan
ujung lainnya yang berseberangan dilipat mendekati tubuh kemudian sisi kanan
dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Kain lapis kedua dibentangkan dan wadah
yang terbungkus kain pertama diletakkan di tengah kain kedua dengan posisi
diagonal. Ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah,
sisi kanan dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Ujung yang jauh dari tubuh
dilipat mendekati tubuh dan diselipkan di penutup wadah. Peralatan yang
terbungkus rapi kemudian dimasukkan ke dalam oven sterilisasi. Proses sterilisasi
dilakukan dengan suhu 120oC selama 30 menit.
Peralatan yang sudah steril harus digunakan secara aseptis dan benar. Kain
terluar dibuka di belakang meja operasi, lalu kemasan diletakkan di meja. Lipatan
ditarik ke arah tubuh pembuka, kemudian dilanjutkan dengan menarik ujungujung lipatan lainnya. Bungkusan diserahkan kepada tim yang sudah steril dan
diletakkan di meja yang sudah steril. Pembukaan oleh tim yang sudah steril juga
dengan menarik lipatan ke arah tubuh, diikuti ujung lainnya, dan diletakkan di
atas meja yang sudah steril.
KASUS HEWAN I
Status Hewan
Anamnesa
Domba ditemukan dengan vagina menyembul keluar. Keadaan tersebut
sudah berlangsung selama satu minggu dan belum pernah dilakukan treatment.
Signalemen
Nama hewan
Nama pemilik
Jenis kelamin
Jenis hewan
Ras
Warna bulu, kulit
Umur
Berat badan
Hipotesa/temuan klinis
: Coycoy
:: Betina
: Domba
: Domba ekor tipis
: Putih
: 1 tahun
: 16 Kg
: Prolapsus vagina
Status present
Perawatan
: Cukup
Habitus
: Tulang punggung rata
Status gizi
: Cukup
Pertumbuhan badan : Baik
Suhu tubuh
: 39,1oC
Frekuensi nadi
: 120 kali/menit
Frekuensi napas
: 40 kali/menit
Adaptasi Lingkungan : Baik
Turgor kulit
: Baik, < 3 detik
Pemeriksaan Darah
Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah
Jenis
Hb
PCV
SDM
SDP
Diferensial SDP
Limfosit
Neutrofil
Monosit
Eosinofil
Basofil
Diagnosa
Satuan
Normal
Hasil
g%
%
juta/mL
ribu/mL
8-16
24-45
8-15
4-12
11.80
30.75
12.64
10.45
%
%
%
%
%
40-75
10-50
1-5
1-8
0-3
37
57
2
4
-
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Penurunan tidak signifikan
Kenaikan tidak signifikan
Normal
Normal
Normal
: Prolapsus vagina
: Fausta
:Reposisi
vagina,
penjahitan
vulva,
oxytetracycline, amoxicillin, Bioplacentondan
vitamin B-Complex.
Operasi
Penyayatan dilakukan pada jaringan vagina yang mengalami nekrosa.
Penyayatan ini bertujuan untuk mempercepat proses persembuhan luka dan
mengeliminasi terbentuknya jaringan nekrosa baru. Darah yang keluar karena
proses penyayatan kemudian dibersihkan dengan tampon. Setelah semua jaringan
nekrosa diinsisi, vagina dibersihkan kembali menggunakan larutan NaCl dan
ditetesi dengan antibiotik cair sebanyak 2 ml. Antibiotik yang digunakan pada
operasi ini adalah penicillin. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah
mereposisi bagian vagina yang mengalami prolaps. Setelah melakukan reposisi,
vulva dijahit dengan jahitan vulva flessa. Penjahitan vulva ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya prolaps kembali (residiva). Setelah penjahitan selesai
dilakukan, lidocain 2% kembali disuntikkan pada subkutan di sekitar vagina untuk
menghilangkan rasa sakit yang dialami domba. Hilangnya rasa sakit tersebut
hanya bersifat sementara.
Gambar 3
Insisi jaringan yang mengalami nekrosa (a), pemberian larutan NaCl (b),
pemberian antibiotik secara topikal (c), reposisi vagina (d), penjahitan pada
vulva dengan metoda vulva flessa (e)
Post Operasi
Post operasi, domba diinjeksi oxytetrasiklin dengan dosis 14 mg/kgBB
Untuk terapi harian, domba diberi antibiotik oral (amoxicillin syrup) 1x1 hari dan
bioplacenton. Antibiotik yang digunakan adalah Amoxillin dengan dosis 20
mg/KgBB . Bioplacenton adalah gel yang digunakan untuk mempercepat proses
persembuhan luka.
Perhitungan dosis pemberian oxytetrasiklin :
Suhu (oC)
Frekuensi jantung
(x/menit)
Frekuensi napas
(x/menit)
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
38.7
39.5
38.8
38.7
36.2
38.3
38.4
36.5
37.6
37.0
37.0
36.4
36.0
36.2
37.3
37.4
96
84
80
72
68
76
64
72
80
84
92
100
76
96
96
84
28
24
32
36
32
32
16
16
20
20
16
16
16
24
24
24
120
100
suhu
80
60
frekuensi denyut
jantung
40
frekuensi napas
20
21
0
18
0
15
0
12
0
90
60
30
Grafik 1 Fluktuasi keadaan suhu, frekuensi denyut jantung dan frekuensi napas
selama operasi
KASUS HEWAN II
Status Hewan
Anamnesa
Domba mulanya ditemukan dengan vagina menyembul keluar. Namun
dicurigai bunting saat dipalpasi pada bagian abdomen. Pemeriksaan lanjutan
berupa fluoroscopy dilakukan untuk meneguhkan diagnosa.
Signalemen
Nama hewan
Nama pemilik
Jenis kelamin
Jenis hewan
Ras
Warna bulu, kulit
Umur
Berat badan
Hipotesa/temuan klinis
: Coycoy
:: Betina
: Domba
: Domba ekor tipis
: Putih
: 1 tahun
: 16 Kg
: Bunting, sudah dilakukan penjahitan disekitar vulva
Status present
Perawatan
Habitus
Status gizi
Pertumbuhan badan
Suhu tubuh
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Adaptasi Lingkungan
Turgor kulit
: Cukup
: Tulang punggung rata
: Cukup
: Baik
: 38,8oC
: 96 kali/menit
: 38 kali/menit
: Baik
: Baik, < 3 detik
Pemeriksaan Darah
Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah
Jenis
Hb
PCV
SDM
SDP
Diferensial SDP
Limfosit
Neutrofil
Monosit
Eosinofil
Basofil
Diagnosa
Satuan
g%
%
juta/mL
ribu/mL
Normal
8-16
24-45
8-15
4-12
Hasil
11.80
30.75
12.64
10.45
%
%
%
%
%
40-75
10-50
1-5
1-8
0-3
37
57
2
4
-
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Penurunan tidak signifikan
Kenaikan tidak signifikan
Normal
Normal
Normal
: Dubius
Terapi
10
Gambar 6 Pencukuran rambut domba pada daerah legok lapar (flank) kiri.
Operasi
Apabila daerah legok lapar (flank) kiri sudah dipastikan teranestesi, maka
bedah laparotomi flank dapat dilakukan. Insisi dilakukan pada lapisan kulit,
jaringan lemak, m. transversus eksternus dan internus, m. obliquus abdominis dan
peritoneum (Gambar 8). Insisi dilakukan sepanjang 20 cm, mempertimbangkan
ukuran fetus yang akan dikeluarkan. Rumen terlihat menutupi lubang insisi.
Eksplorasi dilakukan untuk mencari dinding uterus. Apabila uterus sudah
ditemukan, maka temukan ujung kaki fetus kemudian lakukan insisi dinding
uterus pada daerah tersebut (Gambar 9). Insisi dilakukan dekat cornua uteri.
Ketika dinding uterus terbuka, akan terlihat fetus yang masih terbungkus oleh
11
selaput amnion. Selaput amnion tersebut disobek agar dapat memegang kaki fetus.
Kedua kaki fetus dipegang, kemudian ditarik secara perlahan. Penarikan fetus ini
harus dilakukan secara cepat agar tidak terjadi pneumonia aspirasi yang dapat
menimbulkan kematian fetus. Hal ini bisa terjadi apabila kaki belakang fetus
ditarik keluar lebih dahulu, maka saluran pusar akan terputus, sedangkan kepala
fetus masih ada di dalam selaput amnion yang berisi cairan. Apabila prosesnya
lama, fetus akan bernafas di dalam cairan amnion.
12
telah dilakukan sebelumnya. Plasenta tidak dapat keluar sendiri melalui lumen
vagina.
13
Gambar 12 Pengikatan pembuluh darah dan corpus uteri (A) dan pemotongan ovarium
serta uterus (B).
Post Operasi
Penanganan post operasi meliputi pengobatan, perawatan, dan observasi.
Beberapa saat setelah operasi selesai, domba disuntik dengan menggunakan
antibiotik oxytetracycline IM dengan dosis 14 mg/KgBB , interval penyuntikan 2
hari sekali. Pemberian antibiotik ini bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder
pada post operasi.
Perlindungan daerah luka menggunakan salep Bioplacenton yang
dioleskan secara rutin pada jahitan. Bioplacenton mengandung ekstrak plasenta
dan neomycin sulfate yang merupakan antibiotik. Salep ini sangat efektif dalam
14
Gambar 14 Kondisi domba post operasi. Domba memperlihatkan kondisi tubuh dan nafsu
makan yang baik.
15
dilakukan. Selain itu, kondisi lumen vulva dan vagina yang mengecil pasca
operasi prolapsus menyebabkan fetus tidak mungkin keluar normal.
16
Tabel 4 Monitoring kondisi fisik hewan pra-operasi dan saat operasi Sectio Caesaria dan
Ovariohysterectomy.
Menit ke-
Suhu (oC)
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
38.8
39.7
38.8
38.8
38.7
38.4
38.3
36.5
37.0
37.0
37.0
37.0
36.4
36.0
36.2
36.2
Frekuensi
jantung
(x/menit)
96
76
100
92
84
80
72
76
64
76
68
80
96
96
84
96
Frekuensi
napas
(x/menit)
28
24
32
36
32
32
16
16
20
20
16
16
16
24
24
24
Membran
mukosa
CRT
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
120
100
80
60
40
suhu
frekuensi
denyut
jantung
20
Grafik 2 Fluktuasi keadaan suhu, frekuensi denyut jantung dan frekuensi napas selama
operasi
17
DAFTAR PUSTAKA
Dewi SP. 2010. Perbedaan efek pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dan
gel Bioplacenton terhadap penyembuhan luka bersih pada tikus putih
[Skripsi]. Surakarta [ID]: Universitas Sebelas Maret.
Dukes 1995. Physiology of Domestic Animal Comstock. Publisinhg: New York
University Collage, Camel
Frandson RD 1992. Anatomi dan fisiologi Ternak Edisi II. Gadja MAda
University Press. Yogyakarta.
Jackson, Peter G G 2002. Clinical examination of Farm Animals. Blackwell: UK.
Lumb W.V. and Jones E.W. 1996. Veterinary Anesthesia. Ed ke-3. USA: Lea and
Febtger.
18