Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

LARUTAN

NAMA

: Siti Sofiatul Jannah

NPM

: 260110140116

HARI,TANGGAL PRAKTIKUM

: Kamis, 26 MARET 2015

ASISTEN

: 1. Novia Eka Putri


2. Rimba T

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

Abstrak
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
presentase pelarut campur dengan konsentrasinya dan bagaimana penambahan zat
pelarut dapat menaikkan kelarutan suatu zat. Larutan merupakan campuran dua zat
atau lebih yang bersifat homogen dan sulit dipisahkan dengan proses kimia fisika
biasa. Kelarutan merupakan kemampuan zat terlarut untuk dapat terlarut dalam
pelarutnya. Sampel berupa asam salisilat dan asam benzoate yang mempunyai
kelarutan yang rendah dalam pelarut air, sampel dilarutkan hingga jenuh dalam
perbandingan presentase pelarut campur etanol dan air atau ditambahkan surfaktan,
lalu dititrasi untuk diambil konsentrasinya dan dibuat grafik hubungan konsentrasi
dan kelarutannya. Dari percobaan ini didapat bahwa kelarutan umumnya dapat
meningkat seiring dengan penambahan pelarut campur yang sesuai dan penambahan
zat lain seperti surfaktan.
Abstract
The purpose of this experiment is to know how the connection between the percentage
of mixing solvent and the concentration of its solute, and to know how the adding
process of other compounds can level up dissolution of substrates. Solute is a mix of
two or more compounds which is homogeny and hard to be distracted by general
physical process. Dissolution is the power of solute to be solved in its solvent. The
samples are salicylic acid and benzoate acid which both have low dissolution trough
water. Samples were solved until saturated in the percentage of mixing solvent
ethanol and aquadest or be added by surfactant. Then, they were titrated to take its
concentration and make the graphic. From this experiment, it can be concluded that
generally, dissolution can be up straight trough the adding of right mixing solvent
and the adding of other compunds such as surfactant.

I.

Tujuan Percobaan
a. Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan
larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indicator fenolftalein
b. Membuat pelarut campur dari air, etanol, gliserin dan propilenglikol
c. Menentukan kelarutan asam benzoate dan asam salisilat dari berbagai pelart
campur
d. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase pelarut campur

II.
1.

Prinsip Percobaan
Azas Le chatelier
Bila pada suatu system kesetimbangan diadakan aksi, maka system akan

mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecilkecilnya (Ratna, 2009).
2.

Kelarutan
Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal suatu zat yang dapat

larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno, 2006).


3.

Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

dengan cara mereaksikan seumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume
larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam
basa diebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2009).
4.

Like Dissolve Like


Suatu senyawa akan larut dalam senyawa yang mempunyai struktur kimia yang

sama, polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar (Arsyad, 2001).

5.

Reaksi Netralisasi
Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7,0), hasil

reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006).
6.

Pengenceran
Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih

pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan pengenceran, perlu diingat bahwa


penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan akan mengubah
konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam
larutan (Chang, 2005).
7.

Stoikiometri
Stoikiometri adalah penentuan perbandigan masa unsur-unsur pada senyawa

dalam pembentukan senyawanya (Alfian, 2009).

III.

Reaksi
(Harjadi, 1986)

IV.

Teori Dasar

A. Larutan dan Kelarutan


Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu
campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati
adanya bagian-bagian yang berlalinan, bahkan dengan mikroskop optik.
Larutan (solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat
terlarut (solute). Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal

sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Perbedaan antara pelarut dan zat
terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan
pada saat yang lain berupa zat pelarut. Larutan jenuh adalah larutan yang
mengandung cukup banyak zat terlarut dengan jumlah maksimum. Pada larutan jenuh
terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut.
Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh, sedangkan
larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak dari kemampuan pelarutnya
disebut larutan lewat jenuh (Sumarrdjo, 2009).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solute dan pelarut pada suhu,
tekanan, dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solute pada pelarut sampai solute tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi). Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan
kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan dapat dibuat
dengan mereaksikan suatu zat. Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau
factor kinetic lainnya, maupun waktu pelarutan (Nidaurrohmah dan Aliyah, 2013).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Kelarutan ini juga dipengaruhi dengan jenis pelarut dan jenis zat terlarut yang
berdasarkan prinsip like dissolve like suatu campuran atau larutan yang memiliki
sruktur kimia yang sama akan meningkatkan kelarutannya oleh karena itu jenis
pelarut dan zat terlarut mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Kelarutan obat
sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya.
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air

bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan
senyawa polihidroksi yang lain. Sedangkan pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah,karena tetapan dielektrik
pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan
elektrolit yang berionisasi lemah karena oelarut non polar termasuk dalam golongan
pelarut aprotik. Dan bagian yang lain adalah pelarut semipolar, pelarut semipolar
seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut non polar sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol contohnya
benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataannya senyawa semipolar dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan
polar dan nonpolar.(martin,2009)
Pada pengujian kelarutan terkadang dibutuhkan penambahan zat lain sebagai
pembandingan, salah satu zat yang dijadikan pembanding yaitu kosolvent. Kosolven
adalah suatu jenis pelarut yang dapat meningkatkan suatu kelarutan zat atau obat
dalam sediaan cair,semi padat,dan sediaan transdermal. Contoh dari kosolvent adalah
gliserin dan propilenglikol dengan penambahan zat ini maka kelarutan dari suatu zat
akan meningkat. (widyaningsih,2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
1. suhu
suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung
bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba
gedung tersbut terbakar,pasti keadaan tenang pasti akan saling
berdesakkan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikelpartikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering
dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut
pada suhu tinggi (azizah,2010)

2. pengadukan
3. semakin banyak jumlah yang pengadukan maka zat terlarut menjadi lebih
mudah larut
4. luas permukaan sentuh zat
luas permukaan sentuh zat dapat diperbesar melalui proses pengadukan
penggerusan secara mekanis
(azizah,2010)
Bila ada 2 atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur maka campuran
yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu :
1. campuran kasar : campuran tanah dan pasir.gula dan garam,dsb
2. dispersi koloid : larutan tanah liat dan air , Fe(OH)3
3. larutan sejati : larutan gula dalam air,garam dalam air dan sebagainya
tipe larutan dapat digunakan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut
dan pelarut dan karena aada 3 wujud zat maka ada 9 kemungkinan sifat
campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut (Martin,1990)

V.

Alat dan Bahan


a. Alat dan Gambar Alat
1. buret

2. Gelas kimia

5. labu ukur

3. Gelas ukur

6. Pipet ukur

4. Kertas saring

b. Bahan Percobaan
1. Air
2. Asam benzoate
3. Asam oksalat
4. Asam salisilat
5. Ethanol
6. Fenolftalein
7. Gliserin
8. NaOH
9. Propilenglikol

VI.

Prosedur
Pertama dilakukan terlebih dahulu pembakuan NaOH 0,1 N menggunakan larutan

baku berupa asam oksalat 0,1 N dengan indicator PP. Setelah dilakukan pembakuan
dibuat pelarut campur yang terdiri dari etanol,air,gliserin,dan propilenglikol dengan
perbandingan yang berbeda-beda. Pelarut campur yang telah dibuat tadi dimasukkan
serbuk asam salisilat dan asam benzoate diaduk lalu disaring, bagian filtratnya dibagi 2

menjadi 10 ml 10 ml lalu ditetesi PP dan dilakukan titrasi secara duplo. Lalu dihitung
volume NaOH yang dibutuhkan sampai titrasi mencapai titik akhir lalu volume NaOH
tersebut di masukkan kedalam perhitungan kelarutan dan didapatkan kelarutan dari
asam salisilat dan benzoate.

VII.

Data Pengamatan
a. Tabel Pembakuan NaOH
Perlakuan

Hasil

Gambar

Asam oksalat 0.1 N yang Didapat


telah ditetesi PP dititrasi

konsentrasi

dengan NaOH secara

NaOH 0.0983 N

triplo

Volume asam oksalat

Volume NaOH

10 ml

10.3 ml

10 ml

10.5 ml

10 ml

9.8 ml

Rata-rata = 10 ml

10.1667 ml

b. Pembuatan pelarut campur

Perlakuan

Hasil

Gambar

Timbang zat asam

Didapat asam

benzoat dan asam salisilat

benzoat dan
salisilat untuk
dibuat larutan
jenuh dalam
pelarut campur

Campurkan sampel

Pelarut campur

pelarut campur yang

dengan sampel

terdiri dari etanol,air,

asam benzoat dan

gliserin, dan

asam salisilat

propilenglikol dengan
rasio yang telah
ditentukan, kemudian
larutan dijenuhkan

Tabel 2 : perhitungan pearut campuran


Bahan Uji

Pelarut Kosolven

No Pelarut
Kosolven

Etanol

Air

Gliserin

Propilenglikol

Asam

1.

30 mL

Salisilat

2.

28,5 mL

dan Asam

3.

1,5 mL

27 mL

3 mL

Benzoat

4.

27 mL

3 mL

Bahan Uji

Pelarut Kosolven

No Pelarut
Kosolven

Etanol

Air

Gliserin

Propilenglikol

Asam

1.

3 mL

27 mL

Salisilat

2.

4,5mL

25,5 mL

dan Asam

3.

3 mL

24 mL

3 mL

Benzoat

4.

3 mL

24 mL

3 mL

Bahan Uji

Pelarut Kosolven

No Pelarut
Kosolven

Etanol

Air

Gliserin

Propilenglikol

Asam

1.

6 mL

24 mL

Salisilat

2.

7,5 mL

22,5 mL

dan Asam

3.

6 mL

21 mL

3 mL

Benzoat

4.

6 mL

21 mL

3 mL

Bahan Uji

Pelarut Kosolven

No Pelarut
Kosolven

Etanol

Air

Gliserin

Propilenglikol

Asam

1.

9 mL

21 mL

Salisilat

2.

10,5 mL

19,5 mL

dan Asam

3.

9 mL

18 mL

3 mL

Benzoat

4.

9 mL

18 mL

3 mL

c. Perhitungan kelarutan
Perlakuan

Hasil

10 ml larutan dipipet

10 ml zat dalam

untuk dilakukan

pelarut campur dalam

titrasi diplo pada

erlenmeyer

setiap pelarut campur,


dan ditambahkan PP

Gambar

Zat dalam perlarut

Didapatkan warna

campur dititrasi

rosa pada larutan zat

dengan NaOH untuk

yang menunjukkan

mengetahui kelarutan

titik ekuivalen dan

zat dalam pelarut

kelarutannya dapat

campur

dihitung

Kelompok 1
Volume Larutan

Pelarut

Asam

Campur

Benzoat(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

0,5 mL

0,6

2.

10 mL

0,075 mL

0,09

3.

10 mL

0,15 mL

0,18

4.

10 mL

1,5 mL

1,8

Kelarutan Rata-Rata

Volume Larutan

Pelarut
Campur

Asam Salisilat
(Duplo)

0,6675

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

0,3 mL

0,4

2.

10 mL

0,05 mL

0,679

3.

10 mL

0,15 mL

0,204

4.

10 mL

0,25 mL

0,339

Kelarutan Rata-Rata

Kelompok 2

0,4055

Volume Larutan

Pelarut

Asam

Campur

Benzoat(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

0,5 mL

0,6

2.

10 mL

0,75 mL

0,9

3.

10 mL

1,15 mL

1,38

4.

10 mL

1,35 mL

1,62

Kelarutan Rata-Rata

Volume Larutan

Pelarut
Campur

Asam Salisilat
(Duplo)

1,125

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

1,35 mL

1,83

2.

10 mL

1,6 mL

2,17

3.

10 mL

0,7 mL

0,95

4.

10 mL

1,25 mL

1,69

Kelarutan Rata-Rata

Pelarut
Campur

1,66

Kelompok 3
Volume Larutan
Asam
Benzoat(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

0,3 mL

0,36

2.

10 mL

0,45 mL

0,54

3.

10 mL

3,3 mL

3,96

4.

10 mL

2 mL

2,4

Kelarutan Rata-Rata

1,815

Volume Larutan

Pelarut
Campur

Asam Salisilat
(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

1,3 mL

1,7

2.

10 mL

0,45 mL

0,54

3.

10 mL

0,3 mL

0,4

4.

10 mL

2 mL

2,4

Kelarutan Rata-Rata

Pelarut
Campur

1,26

Kelompok 4
Volume Larutan
Asam
Benzoat(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

4,55 mL

5,46

2.

10 mL

2,7 mL

3,24

3.

10 mL

3,5 mL

4,2

4.

10 mL

1,75 mL

2,1

Kelarutan Rata-Rata

Perhitungan Kelarutan Asam Benzoat


Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Benzoat
10 L
1. Kelarutan = 4,55 mL x 0,0983 N x 122,12
10 mL
= 5,46 gram/mL
2. Kelarutan = 2,7 mL x 0,0983 N x 122,12
10 mL
= 3,24 gram/mL

3,75

3. Kelarutan = 3,5 mL x 0,0983 N x 122,12


10 mL
= 4,2 gram/mL
4. Kelarutan = 1,75 mL x 0,0983 N x 122,12
10 mL
= 2,1 gram/mL
Pelarut
Campur

Volume Larutan
Asam Salisilat
(Duplo)

Volume
NaOH

Kelarutan (gram/mL)

1.

10 mL

5,75 mL

7,8

2.

10 mL

2,35 mL

3,2

3.

10 mL

5,05 mL

6,9

4.

10 mL

3,75 mL

5,1

Kelarutan Rata-Rata

Perhitungan kelarutan asam salisilat


Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Salisilat
10 L

1. Kelarutan = 5,75 mL x 0,0983 N x 138,12


10 mL
= 7,8 gram/mL
2. Kelarutan = 2,35 mL x 0,0983 N x 138,12
10 mL
= 3,2 gram/mL
3. Kelarutan = 5,05 mL x 0,0983 N x 138,12
10 mL

5,75

= 6,9 gram/mL
4. Kelarutan = 3,75 mL x 0,0983 N x 138,12
10 mL
= 5,1 gram/mL

VIII.

Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

konsentrasi dengan presentase pelarut campurnya. Zat-zat yang digunakan untuk


membuat pelarut campur dalam praktikum ini di antaranya, air, etanol, gliseirn, dan
propilenglikol. Secara teoritis, Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan
mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam
merupakan senyawa polar. Senyawa non polar akan mudah larut dalam senyawa non
polar (Sudarmo, 2004). Pada farmakope Indonesia IV dijelaskan bahwa asam salisilat
merupakan serbuk hablur putih, sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut
dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih dan agak sukar larut (Depkes RI,
1995). Sedangkan untuk asam benzoat, Asam benzoate memiliki bentuk serbuk kristal
padat, tidak berwarna, tidak berbau, sedikit terlarut didalam air, tetapi larut dalam
etanol dan sangat mudah larut dalam benzena dan aseton (WHO, 2000).
Grafik 1. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam
Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut Etanol : Air

9
8
7
6
5
Asam Salisilat

Asam Benzoat
3
2
1
0
Air

Etanol : Air Etanol : Air Etanol : Air


(1:9)
(1:4)
(3:7)

Dari grafik di atas, terlihat bahwa kelarutan baik asam salisilat dan asam
benzoate naik dengan adanya pelarut campuran air dan etanol, lebih larut dalam
pelarut tersebut dibandingkan pelarut air saja. Hal ini disebabkan karena struktur
asam salisilat dan asam benzoat yang bersifat semipolar akan lebih larut dalam
pelarut semipolar seperti etanol, hal ini sesuai dengan teori Like Dissolve Like.
Namun, penurunan kelarutan terjadi pada perbandingan pelarut etanol dan air (1 : 4)
yang seharusnya tetap naik karena presntase etanolnya lebih banyak dari
perbandingan yang pertama. Hal seperti ini dapat terjadi terlihat dari rentang yang
jauh dari data ketiga menuju ke data empat yang menunjukan bahwa standar
deviasinya cukup besar nilainya, standar deviasi dapat terjadi karena beberapa hal, di
antaranya kesalahan dalam proses pelarutan, kesalahan titrasi dan kesalahan teknis
seperti alat yang tidak disiapkan dengan baik.

Grafik 2. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam


Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut Etanol : Air

3.5
3
2.5
2
Asam Salisilat

1.5

Asam Benzoat
1
0.5
0
Etanol : Air Etanol : Air Etanol : Air Etanol : Air
(1:19)
(3:17)
(1:3)
(3:7)

Pada data kedua, perbandingan pelarut antara etanol dan air lebih diperbesar,
namun terlihat bahwa kedua data sampel sama-sama mengalami kenaikan kelarutan
kecuali pada perbandingan 1:3, meskipun kenaikannya lebih sedikit daripada
perbandingan yang pertama. Dari grafik 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa pada
perbandingan pelarut etanol dan air tertentu, kelarutan zat asam salisilat dan asam
benzoate turun jika presentase air lebih besar atau mempunyai perbandingan yang
terlalu berdekatan dengan presentase etanolnya, meskipun campuran tersebut tetap
dapat menaikkan kelarutan daripada pelarut air saja.
Grafik 3. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam
Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut
Etanol : Air : Gliserin

4.5
4
3.5
3
2.5
2

Asam Salisilat

1.5

Asam Benzoat

1
0.5
0
Air : Gliserin Etanol : Air : Etanol : Air : Etanol : Air :
(9:1)
Gliserin
Gliserin
Gliserin
(1:8:1)
(2:7:1)
(3:6:1)

Pada perlakuan ketiga, data ditunjukkan oleh grafik 3 di atas. Presentase


pelarut yang digunakan tetap etanol dan air, namun dengan ada penambahan gliserin
di dalamnya. Terlihat dari data di atas, kelarutan zat meningkat cukup tinggi dengan
penambahan gliserin ke dalam pelarut. Hal ini sesuai dengan fungsi gliserin sebagai
kosolven ataupun surfaktan yang dapat menaikkan kelarutan. Namun, terdapat
perbedaan data pada perbandingan ketiga, dimana asam benzoate tetap naik
kelarutannya dan asam salisilat turun, perbedaan data ini bisa dipastikan terjadi
karena kesalahan-kesalahan dalam percobaan seperti kesalahan dalam prosedur,
kesalahan titrasi, ataupun saat kalibrasi alat yang baik.
Grafik 4. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam
Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut
Etanol : Air : Propilenglikol

3
Asam Salisilat
Asam Benzoat
2

0
Air :
Etanol : Air : Etanol : Air : Etanol : Air :
Propilenglikol Propilenglikol Propilenglikol Propilenglikol
(9:1)
(1:8:1)
(2:7:1)
(3:6:1)

Kesulitan pengamatan data terjadi pada data keempat ini. Pada perlakuan ini,
zat sampel dilarutkan ke dalam pelarut dengan perbandingan yang hamper sama
namun dengan penambahan propilenglikol. Propilenglikol ini berfungsi sama halnya
dengan gliserin, yaitu sebagai kosolven atau sebagai surfaktan untuk meningkatkan
kelarutan. Fluktuasi yang terjadi dari hasil data di atas terjadi karena kesalahan pada
saat melakukan prosedur seperti pelarutan yang tidak sampai jenuh, kurang ketelitian
angka dalam membuat presentase pelarut, dan kesalahan teknis seperti alat-alat ang
disiapkan dengan kurang baik. Namun pada dasarnya, propilenglikol, etanol dan air
bersifat dapat menaikkan kelarutan zat.

IX.

Kesimpulan
1. Larutan NaOH dapat dibuat dengan melarutkan padatan NaOH dalam
aquades bebas CO2 yang kemudian dibakukan oleh asam oksalat dengan
proses titrasi.
2. Pelarut campuran dapat dibuat jika masing-masing pelarut dapat tercampur
dengan rata dan satu fase (homogen) sepert air, etanol, gliserin, dan
propilenglikol.
3. Pelarut campuran pada umumnya dapat menaikkan kelarutan zat jika pelarut
yang ditambahkan mempunyai struktur atau sifat yang sama dengan zat, dan
juga dengan penambahan kosolven atau surfaktan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian,Zul.2009.Kimia Dasar.Medan:USU Press


Arsyad,N.2001.Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah.Jakarta:Gramedia
Azizah,Utiya.2010.faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan.Available online at
www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/faktor-faktor-yangmempengaruhi-kelarutan (diakses pada 29 Mret 2015)
Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar.Jakarta:Erlangga
Martin,A.1990. Dasar-dasar Kimia Fisik dan Ilmu Farmasetika.Jakarta:UI Press
Martin,alfred.2009.farmasi fisik I.jakarta:UI Press
Muchtaridi.2007.Kimia 2.Jakarta:Yudhistira
Nidaurrohmah, N. dan Aliyah. 2013. Kelarutan. Available at
http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html [diakses 01 April 2015]
Ratna.2009.Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/azas-le-chatelier/. [Diakses pada
tanggal 15 Maret 2015]
Sumardjo.2006.Pengantar Kimia.Jakarta:EGC
Suyatno.2006.Kimia.Jakarta:Grasindo
WHO. 2000. Benzoic Acid and Sodium Benzoate. World Healt Organization. USA.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai