LARUTAN
NAMA
NPM
: 260110140116
HARI,TANGGAL PRAKTIKUM
ASISTEN
Abstrak
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
presentase pelarut campur dengan konsentrasinya dan bagaimana penambahan zat
pelarut dapat menaikkan kelarutan suatu zat. Larutan merupakan campuran dua zat
atau lebih yang bersifat homogen dan sulit dipisahkan dengan proses kimia fisika
biasa. Kelarutan merupakan kemampuan zat terlarut untuk dapat terlarut dalam
pelarutnya. Sampel berupa asam salisilat dan asam benzoate yang mempunyai
kelarutan yang rendah dalam pelarut air, sampel dilarutkan hingga jenuh dalam
perbandingan presentase pelarut campur etanol dan air atau ditambahkan surfaktan,
lalu dititrasi untuk diambil konsentrasinya dan dibuat grafik hubungan konsentrasi
dan kelarutannya. Dari percobaan ini didapat bahwa kelarutan umumnya dapat
meningkat seiring dengan penambahan pelarut campur yang sesuai dan penambahan
zat lain seperti surfaktan.
Abstract
The purpose of this experiment is to know how the connection between the percentage
of mixing solvent and the concentration of its solute, and to know how the adding
process of other compounds can level up dissolution of substrates. Solute is a mix of
two or more compounds which is homogeny and hard to be distracted by general
physical process. Dissolution is the power of solute to be solved in its solvent. The
samples are salicylic acid and benzoate acid which both have low dissolution trough
water. Samples were solved until saturated in the percentage of mixing solvent
ethanol and aquadest or be added by surfactant. Then, they were titrated to take its
concentration and make the graphic. From this experiment, it can be concluded that
generally, dissolution can be up straight trough the adding of right mixing solvent
and the adding of other compunds such as surfactant.
I.
Tujuan Percobaan
a. Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan
larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indicator fenolftalein
b. Membuat pelarut campur dari air, etanol, gliserin dan propilenglikol
c. Menentukan kelarutan asam benzoate dan asam salisilat dari berbagai pelart
campur
d. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase pelarut campur
II.
1.
Prinsip Percobaan
Azas Le chatelier
Bila pada suatu system kesetimbangan diadakan aksi, maka system akan
mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecilkecilnya (Ratna, 2009).
2.
Kelarutan
Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal suatu zat yang dapat
dengan cara mereaksikan seumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume
larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam
basa diebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2009).
4.
sama, polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar (Arsyad, 2001).
5.
Reaksi Netralisasi
Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7,0), hasil
reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006).
6.
Pengenceran
Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih
Stoikiometri
Stoikiometri adalah penentuan perbandigan masa unsur-unsur pada senyawa
III.
Reaksi
(Harjadi, 1986)
IV.
Teori Dasar
sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Perbedaan antara pelarut dan zat
terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan
pada saat yang lain berupa zat pelarut. Larutan jenuh adalah larutan yang
mengandung cukup banyak zat terlarut dengan jumlah maksimum. Pada larutan jenuh
terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut.
Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh, sedangkan
larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak dari kemampuan pelarutnya
disebut larutan lewat jenuh (Sumarrdjo, 2009).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solute dan pelarut pada suhu,
tekanan, dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solute pada pelarut sampai solute tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi). Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan
kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan dapat dibuat
dengan mereaksikan suatu zat. Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau
factor kinetic lainnya, maupun waktu pelarutan (Nidaurrohmah dan Aliyah, 2013).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Kelarutan ini juga dipengaruhi dengan jenis pelarut dan jenis zat terlarut yang
berdasarkan prinsip like dissolve like suatu campuran atau larutan yang memiliki
sruktur kimia yang sama akan meningkatkan kelarutannya oleh karena itu jenis
pelarut dan zat terlarut mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Kelarutan obat
sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya.
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air
bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan
senyawa polihidroksi yang lain. Sedangkan pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah,karena tetapan dielektrik
pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan
elektrolit yang berionisasi lemah karena oelarut non polar termasuk dalam golongan
pelarut aprotik. Dan bagian yang lain adalah pelarut semipolar, pelarut semipolar
seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut non polar sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol contohnya
benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataannya senyawa semipolar dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan
polar dan nonpolar.(martin,2009)
Pada pengujian kelarutan terkadang dibutuhkan penambahan zat lain sebagai
pembandingan, salah satu zat yang dijadikan pembanding yaitu kosolvent. Kosolven
adalah suatu jenis pelarut yang dapat meningkatkan suatu kelarutan zat atau obat
dalam sediaan cair,semi padat,dan sediaan transdermal. Contoh dari kosolvent adalah
gliserin dan propilenglikol dengan penambahan zat ini maka kelarutan dari suatu zat
akan meningkat. (widyaningsih,2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
1. suhu
suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung
bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba
gedung tersbut terbakar,pasti keadaan tenang pasti akan saling
berdesakkan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikelpartikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering
dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut
pada suhu tinggi (azizah,2010)
2. pengadukan
3. semakin banyak jumlah yang pengadukan maka zat terlarut menjadi lebih
mudah larut
4. luas permukaan sentuh zat
luas permukaan sentuh zat dapat diperbesar melalui proses pengadukan
penggerusan secara mekanis
(azizah,2010)
Bila ada 2 atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur maka campuran
yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu :
1. campuran kasar : campuran tanah dan pasir.gula dan garam,dsb
2. dispersi koloid : larutan tanah liat dan air , Fe(OH)3
3. larutan sejati : larutan gula dalam air,garam dalam air dan sebagainya
tipe larutan dapat digunakan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut
dan pelarut dan karena aada 3 wujud zat maka ada 9 kemungkinan sifat
campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut (Martin,1990)
V.
2. Gelas kimia
5. labu ukur
3. Gelas ukur
6. Pipet ukur
4. Kertas saring
b. Bahan Percobaan
1. Air
2. Asam benzoate
3. Asam oksalat
4. Asam salisilat
5. Ethanol
6. Fenolftalein
7. Gliserin
8. NaOH
9. Propilenglikol
VI.
Prosedur
Pertama dilakukan terlebih dahulu pembakuan NaOH 0,1 N menggunakan larutan
baku berupa asam oksalat 0,1 N dengan indicator PP. Setelah dilakukan pembakuan
dibuat pelarut campur yang terdiri dari etanol,air,gliserin,dan propilenglikol dengan
perbandingan yang berbeda-beda. Pelarut campur yang telah dibuat tadi dimasukkan
serbuk asam salisilat dan asam benzoate diaduk lalu disaring, bagian filtratnya dibagi 2
menjadi 10 ml 10 ml lalu ditetesi PP dan dilakukan titrasi secara duplo. Lalu dihitung
volume NaOH yang dibutuhkan sampai titrasi mencapai titik akhir lalu volume NaOH
tersebut di masukkan kedalam perhitungan kelarutan dan didapatkan kelarutan dari
asam salisilat dan benzoate.
VII.
Data Pengamatan
a. Tabel Pembakuan NaOH
Perlakuan
Hasil
Gambar
konsentrasi
NaOH 0.0983 N
triplo
Volume NaOH
10 ml
10.3 ml
10 ml
10.5 ml
10 ml
9.8 ml
Rata-rata = 10 ml
10.1667 ml
Perlakuan
Hasil
Gambar
Didapat asam
benzoat dan
salisilat untuk
dibuat larutan
jenuh dalam
pelarut campur
Campurkan sampel
Pelarut campur
dengan sampel
gliserin, dan
asam salisilat
propilenglikol dengan
rasio yang telah
ditentukan, kemudian
larutan dijenuhkan
Pelarut Kosolven
No Pelarut
Kosolven
Etanol
Air
Gliserin
Propilenglikol
Asam
1.
30 mL
Salisilat
2.
28,5 mL
dan Asam
3.
1,5 mL
27 mL
3 mL
Benzoat
4.
27 mL
3 mL
Bahan Uji
Pelarut Kosolven
No Pelarut
Kosolven
Etanol
Air
Gliserin
Propilenglikol
Asam
1.
3 mL
27 mL
Salisilat
2.
4,5mL
25,5 mL
dan Asam
3.
3 mL
24 mL
3 mL
Benzoat
4.
3 mL
24 mL
3 mL
Bahan Uji
Pelarut Kosolven
No Pelarut
Kosolven
Etanol
Air
Gliserin
Propilenglikol
Asam
1.
6 mL
24 mL
Salisilat
2.
7,5 mL
22,5 mL
dan Asam
3.
6 mL
21 mL
3 mL
Benzoat
4.
6 mL
21 mL
3 mL
Bahan Uji
Pelarut Kosolven
No Pelarut
Kosolven
Etanol
Air
Gliserin
Propilenglikol
Asam
1.
9 mL
21 mL
Salisilat
2.
10,5 mL
19,5 mL
dan Asam
3.
9 mL
18 mL
3 mL
Benzoat
4.
9 mL
18 mL
3 mL
c. Perhitungan kelarutan
Perlakuan
Hasil
10 ml larutan dipipet
10 ml zat dalam
untuk dilakukan
erlenmeyer
Gambar
Didapatkan warna
campur dititrasi
yang menunjukkan
mengetahui kelarutan
kelarutannya dapat
campur
dihitung
Kelompok 1
Volume Larutan
Pelarut
Asam
Campur
Benzoat(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
0,5 mL
0,6
2.
10 mL
0,075 mL
0,09
3.
10 mL
0,15 mL
0,18
4.
10 mL
1,5 mL
1,8
Kelarutan Rata-Rata
Volume Larutan
Pelarut
Campur
Asam Salisilat
(Duplo)
0,6675
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
0,3 mL
0,4
2.
10 mL
0,05 mL
0,679
3.
10 mL
0,15 mL
0,204
4.
10 mL
0,25 mL
0,339
Kelarutan Rata-Rata
Kelompok 2
0,4055
Volume Larutan
Pelarut
Asam
Campur
Benzoat(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
0,5 mL
0,6
2.
10 mL
0,75 mL
0,9
3.
10 mL
1,15 mL
1,38
4.
10 mL
1,35 mL
1,62
Kelarutan Rata-Rata
Volume Larutan
Pelarut
Campur
Asam Salisilat
(Duplo)
1,125
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
1,35 mL
1,83
2.
10 mL
1,6 mL
2,17
3.
10 mL
0,7 mL
0,95
4.
10 mL
1,25 mL
1,69
Kelarutan Rata-Rata
Pelarut
Campur
1,66
Kelompok 3
Volume Larutan
Asam
Benzoat(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
0,3 mL
0,36
2.
10 mL
0,45 mL
0,54
3.
10 mL
3,3 mL
3,96
4.
10 mL
2 mL
2,4
Kelarutan Rata-Rata
1,815
Volume Larutan
Pelarut
Campur
Asam Salisilat
(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
1,3 mL
1,7
2.
10 mL
0,45 mL
0,54
3.
10 mL
0,3 mL
0,4
4.
10 mL
2 mL
2,4
Kelarutan Rata-Rata
Pelarut
Campur
1,26
Kelompok 4
Volume Larutan
Asam
Benzoat(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
4,55 mL
5,46
2.
10 mL
2,7 mL
3,24
3.
10 mL
3,5 mL
4,2
4.
10 mL
1,75 mL
2,1
Kelarutan Rata-Rata
3,75
Volume Larutan
Asam Salisilat
(Duplo)
Volume
NaOH
Kelarutan (gram/mL)
1.
10 mL
5,75 mL
7,8
2.
10 mL
2,35 mL
3,2
3.
10 mL
5,05 mL
6,9
4.
10 mL
3,75 mL
5,1
Kelarutan Rata-Rata
5,75
= 6,9 gram/mL
4. Kelarutan = 3,75 mL x 0,0983 N x 138,12
10 mL
= 5,1 gram/mL
VIII.
Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
9
8
7
6
5
Asam Salisilat
Asam Benzoat
3
2
1
0
Air
Dari grafik di atas, terlihat bahwa kelarutan baik asam salisilat dan asam
benzoate naik dengan adanya pelarut campuran air dan etanol, lebih larut dalam
pelarut tersebut dibandingkan pelarut air saja. Hal ini disebabkan karena struktur
asam salisilat dan asam benzoat yang bersifat semipolar akan lebih larut dalam
pelarut semipolar seperti etanol, hal ini sesuai dengan teori Like Dissolve Like.
Namun, penurunan kelarutan terjadi pada perbandingan pelarut etanol dan air (1 : 4)
yang seharusnya tetap naik karena presntase etanolnya lebih banyak dari
perbandingan yang pertama. Hal seperti ini dapat terjadi terlihat dari rentang yang
jauh dari data ketiga menuju ke data empat yang menunjukan bahwa standar
deviasinya cukup besar nilainya, standar deviasi dapat terjadi karena beberapa hal, di
antaranya kesalahan dalam proses pelarutan, kesalahan titrasi dan kesalahan teknis
seperti alat yang tidak disiapkan dengan baik.
3.5
3
2.5
2
Asam Salisilat
1.5
Asam Benzoat
1
0.5
0
Etanol : Air Etanol : Air Etanol : Air Etanol : Air
(1:19)
(3:17)
(1:3)
(3:7)
Pada data kedua, perbandingan pelarut antara etanol dan air lebih diperbesar,
namun terlihat bahwa kedua data sampel sama-sama mengalami kenaikan kelarutan
kecuali pada perbandingan 1:3, meskipun kenaikannya lebih sedikit daripada
perbandingan yang pertama. Dari grafik 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa pada
perbandingan pelarut etanol dan air tertentu, kelarutan zat asam salisilat dan asam
benzoate turun jika presentase air lebih besar atau mempunyai perbandingan yang
terlalu berdekatan dengan presentase etanolnya, meskipun campuran tersebut tetap
dapat menaikkan kelarutan daripada pelarut air saja.
Grafik 3. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam
Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut
Etanol : Air : Gliserin
4.5
4
3.5
3
2.5
2
Asam Salisilat
1.5
Asam Benzoat
1
0.5
0
Air : Gliserin Etanol : Air : Etanol : Air : Etanol : Air :
(9:1)
Gliserin
Gliserin
Gliserin
(1:8:1)
(2:7:1)
(3:6:1)
3
Asam Salisilat
Asam Benzoat
2
0
Air :
Etanol : Air : Etanol : Air : Etanol : Air :
Propilenglikol Propilenglikol Propilenglikol Propilenglikol
(9:1)
(1:8:1)
(2:7:1)
(3:6:1)
Kesulitan pengamatan data terjadi pada data keempat ini. Pada perlakuan ini,
zat sampel dilarutkan ke dalam pelarut dengan perbandingan yang hamper sama
namun dengan penambahan propilenglikol. Propilenglikol ini berfungsi sama halnya
dengan gliserin, yaitu sebagai kosolven atau sebagai surfaktan untuk meningkatkan
kelarutan. Fluktuasi yang terjadi dari hasil data di atas terjadi karena kesalahan pada
saat melakukan prosedur seperti pelarutan yang tidak sampai jenuh, kurang ketelitian
angka dalam membuat presentase pelarut, dan kesalahan teknis seperti alat-alat ang
disiapkan dengan kurang baik. Namun pada dasarnya, propilenglikol, etanol dan air
bersifat dapat menaikkan kelarutan zat.
IX.
Kesimpulan
1. Larutan NaOH dapat dibuat dengan melarutkan padatan NaOH dalam
aquades bebas CO2 yang kemudian dibakukan oleh asam oksalat dengan
proses titrasi.
2. Pelarut campuran dapat dibuat jika masing-masing pelarut dapat tercampur
dengan rata dan satu fase (homogen) sepert air, etanol, gliserin, dan
propilenglikol.
3. Pelarut campuran pada umumnya dapat menaikkan kelarutan zat jika pelarut
yang ditambahkan mempunyai struktur atau sifat yang sama dengan zat, dan
juga dengan penambahan kosolven atau surfaktan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN