Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Laporan Kasus
PREEKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh
M. Rozaqy Ishaq
0910015056
Pembimbing
dr. H. Handy Wiradharma, Sp.OG
BAB 1
PENDAHULUAN
merupakan
kesatuan
penyakit
yang
masih
merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi
di Indonesia. Wahdi, dkk (2000) mendapatkan angka kematian ibu akibat
preeklampsia/ eklampsia di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 19961998 sebanyak 10 kasus (48%). Data ini sebanding dengan dokumen WHO (18
September 1989) yang menyatakan bahwa penyebab langsung kematian
terbanyak adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi dan penyebab tak
langsung
adalah
preeklampsia
anemia,
yang
penatalaksanaannya
penyakit
merupakan
harus
jantung.
Sehingga
pendahuluan
diperhatikan
diagnosis
eklampsia
dini
serta
pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda
preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha
pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya,
2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan
ras dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga
faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di
Colorado
meningkatkan
insiden
preeklampsia.
Beberapa
penelitian
preeklampsia
(Cunningham,
2003).
Preeklampsia
jarang
lebih sering
lanjut mengenai
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. KMS
Umur
: 19 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Suku
: Banjar
Alamat
: Cendrawasih
Masuk RS (MRS)
: 27 Maret 2015
Identitas suami:
Nama
: Tn. AR
Umur
: 23 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Suku
: Banjar
Alamat
: Cendrawasih
Keluhan Utama:
Nyeri Perut Bawah
TP : 30 Maret 2015
Riwayat Perkawinan:
Perkawinan pertama, lama menikah 1 tahun, pertama kali kawin saat usia 18
tahun.
Riwayat Obstetrik:
No
Tahun
Tempat
Umur
Partus
Partus
kehamilan
2015
Jenis
Penolong
Persali
Persalina
nan
Jenis
Kelamin
Anak/
BB
Keadaan
Anak
Sekarang
Hamil ini
Kontrasepsi:
Pasien tidak menggunakan KB
Pemeriksaan Obstetri :
-
Inspeksi
1.
2.
3.
4.
: 33 cm
: 138x/menit, teratur
: (-)
:
2. Keadaan Umum
: Baik
3. Kesadaran
Composmentis,
GCS:
E4V5M6
4. Tanda vital:
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
Frekuensi nadi
: 82x/menit
Frekuensi napas
: 20x/menit
Suhu
: 36,5C
5. Status generalis:
Kepala
: normocephali
Mata
Thorax:
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Tambahan:
Laboratorium Darah Lengkap
Jenis
Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
8,2 mg/gl
11,0-16,00 mg/dl
Ht
26,7 %
37-54%
BT
2-5
CT
5-10
Leu
11100 L
4000-10.000 L
Tr
268.000 L
150.000-450.000 L
GDS
82 gr/dl
60-150 mg/dl
Ureum
20,7
10-40 mg/dl
Creatinin
0,7
0,5-1,5 mg/dl
HbsAg
NR
NR
112
NR
NR
Proteinuria
+3
Pemeriksaan
Diagnosis Kerja:
G1P0A0 gravid 39 40 minggu + belum inpartu + PEB
11
Penatalaksanaan
-
Naikkan VK
Protap MgSO4
NST
Jika NST tidak reaktif R/ SC CITO!
Follow up:
N
Tanggal
Follow up
Lab
o
1.
27/3/201
5
17.21
Frekuensi
napas: NST
27/3/201
19.00
O : TD = 150/90 mmHg, N=
- Terapi lanjutkan
- Rencana SC CITO besok pagi
His
(-),
NST:
28/3/201
5
07.15
S:-
P:
13
Laporan Operasi
Diagnosa Pre Operatif
inpartu + PEB
G1P0A0 gravid 39 40 minggu + belum
Macam Operasi
Tanggal
Laporan Operasi
inpartu + PEB
Sectio Caesaria
28 03 2015
Asepsis lapangan operasi
Duk steril dipasang
Dibuat insisi mediana lapis demi
lapis dinding abdomen
operator
Fiksasi
bawah rahim
Dilakukan pemecahan ketuban
blast
dengan
pemotongan
tali
pada uterus
Melakukan
manual
plasenta
15
yang tertinggal
Dilakukan penjahitan segmen
bawah
rahim
dengan
plain 2.0
Membersihkan kavum abdomen
dengan
cairan
NaCl
dan
demi lapis
-
Peritoneum
Otot
dijahit
2.0
-
Fasia tranversalis
Lemak menggunakan
dan
dengan
diplester
menggunakan leukomed
Operasi selesai
Inj. Cefotaksim 3 x 1 gr
17
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi
09.00
TD 120/80 mmHg
N 96 kali/menit
Napas
RR
200
cc
N 96 kali/menit
kali/menit
pekat
RR
24 UT 200
cc
N 88 kali/menit
kali/menit
pekat
RR
24 UT 200
cc
cc
09.15
09.30
TD 110/80 mmHg
TD 110/70 mmHg
Urin Tampung
24 UT
09.45
TD 110/80 mmHg
N 88 kali/menit
kali/menit
pekat
RR
24 UT 200
10.15
TD 120/80 mmHg
N 92 kali/menit
kali/menit
pekat
RR
20 UT 200
cc
N 90 kali/menit
kali/menit
pekat
RR
22 UT 200
cc
10.45
TD 120/70 mmHg
kali/menit
pekat
19
4.
28/3/2015
09.30
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia
merupakan
sindrom
spesifik-kehamilan
berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003,
Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20
minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat
juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat
berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat
(George, 2007). Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria 5
gram/ 24 jam (Prawirohardjo, 2009)
3.2 Epidemiologi Preeklampsia
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Di Indonesia
frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003), Sedangkan di
Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari
semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran) (Dawn C Jung, 2007). Pada
primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka
kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar
23
74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31
Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13
kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan
primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda,
hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan
kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya
hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E
Campbell, 2006).
Di samping itu, preklampsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk
(1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU
Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu
sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37
minggu yaitu sebanyak 18 kasus.
Wanita dengan kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan
tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan
preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu,
wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan prognosis neonatus yang
lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan tunggal (Cunningham, 2003).
3.3 Etiologi Preeklampsia
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.
25
terjadi pembentukan
blocking
antibodies
27
dan
Nekrosis
glomerulus
defisit
ginjal
dapat
saraf
menyebabkan
lokal
penurunan
dan
laju
filtrasi
29
microangiopati
menyebabkan
Tekanan darah sistolik 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
mespikun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan harus menjalani tirah
baring.
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau dalam pemeriksaan
kualitatif 4+
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya kenaikan kadar kreatinin plasma, > 120 mol/ L
31
dengan cepat
Gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
Sindrom HELLP
Preeklampsia berat dibagi menjadi preeclampsia berat tanpa impending
33
35
karena terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium. Kadar
kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
Cara pemberian :
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah
jantung kongestif, atau edema anasarka. Diuretik yang dipakai ialah furosemid.
Hati hati dalam pemberian diuretikum karena menyebabkan hipovolemia,
memperburuk
perfusi
uteroplasenta,
meningkatkan
hemokonsentrasi,
Indonesia.
Antihipertensi lini kedua
o Sodium nitroprusside
0.25 g IV/kg/menit, infuse ; ditingkatkan 0.25 g IV/kg/5
menit
o Diazokside
30 60 mg IV/ 5 menit ; atau IV infuse 10 mg / menit /
dititrasi
Antihipertensi sedang dalam penelitian
o Calcium channel blockers : isradipin, nimodipin
o Serotonin reseptor antagonis : ketan serin
Obat lain yang diberikan di Indonesia dalam bentuk injeksi ialah klonidine
(Catapres). Satu ampul mengandun 0.15 mg / cc. Klonidin 1 ampul dilarutkan
dalam 10 cc larutan garam faali atau larutan air untuk suntikan.
Glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan
ibu. Diberikan pada kehamilan 32 34 minggu, 3 x 24 jam. Obat ini juga
diberikan pada sindrom HELLP.
o Janin
(IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
o Laboratorik
Adanya tanda-tanda syndrome HELLP khususnya
Penyulit Ibu
Sistem saraf pusat
o Perdarahan intrakanial, thrombosis vena sentral, hipertensi
ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau
retina detachment dan kebutaan korteks.
o Gastrointestinal hepatic : subskapsular hematoma hepar,
ruptur kapsul hepar
o Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
o Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka
operasi
41
Penyulit Janin
Intrauterine Fetal Growth Restriction
Solusio Plasenta
Prematuritas
Sindroma distress napas
Kematian janin intrauterine
Kematian neonatal perdarahan intraventikular
Necrotizing enterocolitis
Sepsis
Cerebral Palsy
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori
Fakta
Anamnesis :
- Preeklampsia
adalah
umur
kehamilan
39-40
nyeri
Pasien
pasien
kepala,
mengeluhkan
nyeri
perut
bagian bawah
Pasien
juga
mengeluhkan
kepala
45
Pemeriksaan Fisik :
- Pada
preeclampsia
dapat -
hipertensi
Pemeriksaan Penunjang
Pada
Pada
preeclampsia
pasien
berat, pemeriksaan
ini
dilakukan
proteinuria
dan
jam
atau
dalam tidak
pemeriksaan kualitatif
ditemukan
kreatinin
plasma,
kenaikan
kadar
trombositopenia,
trombositopenia
peningkatan
kadar
alanin
aspartat aminotransferase.
47
4.2Penatalakasanaan
Teori
Pasien preeclampsia berat dirawat inap Pasien
Fakta
dirawat inap
(MRS)
dan
dan dinasihati agar bed rest total. diberikan MgSO4. Kemudian pasien
Dilakukan pemasangan kateter untuk dilakukan NST dan hasilnya non reaktif
memonitor cairan output dan input. sehingga
Diet
yang
cukup
protein,
dilakukan
terminasi
pertama
anti
adalah
hipertensi
MgSO4.
apabila
aktif
atau
perawatan
Perawatan
konservatif
49
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pasien Ny. KMS usia 19 tahun datang ke RSUD AW Sjahranie dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah dan didapatkan tekanan darah tinggi dari hasil
pemeriksaan fisik. Pasien didiagnosa dengan preeklampsia berat dan primigravida
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
51
DAFTAR PUSTAKA
53