Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2014 2
BAB I LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis Anamnesa dilakukan di ruang Melati RSUD.A.W.Sjahranie pada tanggal 14 Februari 2014. Sumber : Autoanamnesa dan Alloanamnesa (ibu kandung & ayah kandung)
Identitas Pasien Nama : An. FN Umur : 3 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : Pahlawan 2 RT 27 No. Rekam Medik : 747050 Masuk Rumah Sakit : 11 Februari 2014
Identitas Orang Tua Nama : Tn. N Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : Pahlawan 2 RT 27 Pekerjaan : swt
Nama : Ny. MR Jenis Kelamin : perempuan Alamat : Pahlawan 2 RT 27 Pekerjaan : IRT
3
Keluhan Utama Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengalami kejang 1 x SMRS, kejang yang dialami pasien bersifat general, dan berlangsung 1 menit. Ketika ditanya, keluarga pasien menyangkal pernah mengalami trauma kepala, dan riwayat kejang sebelumnya. Pasien demam sejak 1 hari SMRS. Demam tiba-tiba tinggi dan suhunya naik turun. Batuk berdahak dan pilek 1 hari SMRS. Riwayat biru pada saat lahir disangkal oleh keluarga.
Riwayat Penyakit Dahulu Tidak pernah mengalami keluhan yang serupa
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.
Pemeliharaan Prenatal Periksa di : Bidan Penyakit Kehamilan : tidak ada Obat-obat yang di minum : Vitamin dari Puskesmas
Riwayat Kelahiran Lahir di : bidan Ditolong : bidan Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan Jenis partus : spontan
Pemeliharaan Postnatal Periksa di : Puskesmas Keadaan anak : sehat
4
Keluarga Berencana Ya/Tidak : tidak Memakai sistem : - Sikap dan kepercayaan : -
Pertumbuhan dan perkembangan anak Berat badan lahir : Keluarga Lupa Panjang badan lahir : Keluarga Lupa Berat badan sekarang : 10 kg Tinggi badan sekarang : 85 cm Gigi keluar : Keluarga Lupa Tersenyum : Keluarga Lupa Miring : Keluarga Lupa Tengkurap : 8 bulan Duduk : - Merangkak : - Berdiri : 2 tahun Berjalan : 2 tahun 9 bulan Berbicara dua suku kata : - Sekolah : -
Makan dan minum anak ASI : (+) Susu Formula : Nutrilon Soya sejak usia 2 minggu takaran ibu lupa Buah : pisang usia 5 bulan Bubur susu : mulai usia 5 bulan Tim saring : mulai usia 5 bulan Makanan padat dan lauknya : 1 tahun
5
Imunisasi Imunisasi Usia saat imunisasi I II III IV BCG - ////////// ////////// ////////// POLIO - - - - CAMPAK - - ////////// ////////// DPT - - - ////////// Hepatitis B - - - ////////// Tifoid - - - -
1.2 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan di ruang Melati RSUD.A.W.Sjahranie pada tanggal 14 Februari 2014 Keadaan Umum : sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : - Nadi : 95 x/menit, reguler, kuat angkat Frekuensi Napas : 30 x/menit, teratur Temperatur : 37,0 o C Status Gizi : BB = 10 Kg TB = 85 cm BMI =10/(0.85 x 0.85) = 13.84
Denver Developmental Screening Test o Gross motoric: 2 tahun o Fine motoric: 2 tahun o Social: 2 tahun o Language: 3 bulan
9
1.3 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 11 Februari 2014 Hasil Nilai Normal Darah lengkap Leukosit 10.500 4000-10.000 Hemoglobin 12.9 11-16 Hematokrit 34.4 37-54 Trombosit 211.000 150.000-450.000 GDS 106 60-150 mg/dl
Laboratorium tanggal 27 januari 2014 Hasil Nilai Normal Darah lengkap Leukosit 13.000 4000-10.000 Hemoglobin 11.2 11-16 Hematokrit 30.7 37-54 Trombosit 310.000 150.000-450.000
Laboratorium 14 Februari 2014 Hasil Nilai Normal Darah lengkap Leukosit 7100 4000-10.000 Hemoglobin 9.4 11-16 Hematokrit 29.3 37-54 Trombosit 203.000 150.000-450.000
IGD Konsul dr. Sp.A : RL 12 tpm Amoxicillin 3 x 1 cth Ambroxol 3 x 1 cth Diazepam 3 x 2,5 mg
11
Tanggal Perjalanan Penyakit Tindakan yang diberikan Lain-lain 11 Februari 2014 S :
O :
A: Demam naik turun, kejang (-), batuk (+), pilek (+), belum bisa berbicara CM. N 88x/I, RR 26x/I, T 37.4 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), , akral hangat (+)
KDS + Developmental Delay RL 12 tpm Amoxicillin 3 x 1 cth Ambroxol 3 x 1 cth Diazepam 3 x 2,5 mg - 12 Februari 2014 S :
O :
A: Demam naik turun, kejang (-), batuk (+), pilek (+) CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 36,8 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), akral hangat (+)
KDS + Developmental Delay Terapi lanjut
- 13 Februari 2014 S :
O :
Demam(-), kejang (-), batuk (+), pilek (-), BAB Cair CM. N 86x/I, RR 24x/I, T 37,1 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), akral hangat Terapi lanjut Cek DL, Widal, IgG&IgM
12
A :
(+) KDS + Developmental Delay 14 Februari 2014 S :
O :
A: Demam (-), kejang (-), batuk (+), pilek (-)
CM. N 88x/I, RR 26x/I, T 38,8 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), akral hangat (+)
CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 37,8 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), akral hangat (+)
KDS + Developmental Delay Terapi lanjut - 13
1.6 Follow Up Prognosis: Dubia ad bonam 16 Februari 2014 S :
O :
A: Demam (-), kejang (-), batuk (+), pilek (-)
CM. N 82x/I, RR 22x/I, T 36,8 0 C. Ane (-/-), sia (-/-) , rho (-/-), Whe (-/-), akral hangat (+)
KDS + Developmental Delay Pulang Kontrol: poli Anak & poli Rehab Medik
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DDST (Denver Development Screening Test)
1. Pengertian dari DDST (Denver Development Screening Test)
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DST menurut Soetjiningsih (1995) merupakan : a. Test yang mudah dan cepat (15-20) menit dapat diandalkan dan mempunyai validitas yang tinggi. b. Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100 persen bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89 persen dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian. Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DST tidak hanya mengidentifikasi lebih dari separo dengan kelainan bicara. Dan frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST dinamakan Denver II. 2. Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga terdapat 125 tugas perkembangan.
15
Perbedaan lainnya adalah, pada Denver II terdapat :
a. Peningkatan 86 persen pada sektor bahasa
b. Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa
c. Skala umur yang baru
d. Kategori yang baru untuk interprestasi pada kelainan yang ringan
e. Skala penilaian tingkah laku
f. Materi training yang berbeda. Semua pada petunjuk pelaksanaan hanya 28 point, pada Denver II menjadi 31 point. 3. Tugas perkembangan
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi : a. Perilaku sosial (Personal Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. b. Gerakan Motorik Halus (Fine Motor Adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. c. Bahasa (Language)
16
Kemampuan yang memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Gerakan motorik kasar (Gross Motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Alat yang digunakan
a. Alat peraga : benang wol, manik-manik, kubus warna merah kuning, hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola teknis, bel kecil, kertas dan pensill b. Lembar formulir DDST
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 1 tahun , 2 tahun dan 3 tahun b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. 5. Penilaian
Dari buku Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih (1995) tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas (No Opportunity =N.O). Kemudian ditarik garis kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-asing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan dalam : normal, abnormal, meragukan (questionable) dan tidak dapat di test (untesable) (Soetjiningsih, 1995).
17
a. Abnormal
1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor / lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. b. Meragukan
1) Bila ada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Tidak dapat di test 3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal atau meragukan. c. Tidak dapat di test
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal atau meragukan. d. Normal
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur adalah sebagai berikut misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992.
18
dari kehamilan yang cukup bulan dan test dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut: a. 1994-10-5 (saat test dilakukan)
b. 1992-5-23 (saat Budi lahir)
Umur Budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari maka, dibulatkan ke bawah sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian garis umur ditarik vertikal pada lembar DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi, (2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan itu terletak dalam kotak yang terpotong oleh garis vertikel umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur. Panjang ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibaliknya formulir (Soetjiningsih,1995).
19
B. Speech Delay
A. DEFINISI Keterlambatan perkembangan anak atau delay development adalah suatu keadaan dimana terjadi keterlambatan perkembangan anak yang dilihat dari empat aspek yaitu aspek kemampuan motorik kasar, kemampuan bicara, kemampuan motorik halus serta psikososial.
B. ETIOLOGI Penyebab kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi 3 masa : Masa prenatal (sebelum lahir) Masa prenatal (sebelum lahir) terdiri dari atas factor genetic dan factor lingkungan. Kehidupan intrauterine juga dibagi menjadi dua masa, yaitu masa embrional (triwulan I) dan masa fetal (minggu 12 sampai bayi lahir). Pengaruh lingkungan selama masa embrio dapat menghentikan pertumbuhan dan menyebabkan kelainan tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan tumbuh kembang tersebut adalah : a) Obat-obatan : thalidomide, aminopterin, insulin, sitoksan b) Penyakit : rubella, toksoplasmosis, lues congenital c) Makanan : kekurangan protein hewani selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, prematuritas, retardasi mental, terutama pada kehamilan trimester II dan III d) Radiasi dan trauma mekanik Masa natal (sewaktu lahir)
20
Sewaktu lahir, bayi dapat mengalami trauma lahir, yang nantinya berakibat pada munculnya kelainan pertumbuhan dan perkembangannya. Masa pasca natal (setelah lahir) Penyakit infeksi bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan, misalnya gastroenteritis, bronkopneumonia, tetanus, kejang, serta defisiensi gizi. Selain tersebut di atas, kelainan perkembangan juga bisa disebabkan oleh kurangnya stimulasi dalam perkembangan anak, di mana lingkungan terutama orang tus kurang mengajari anak dalam proses perkembangannya. Selain itu, untuk perkembangan kemampuan bicara, penggunaan bahasa campuran dalam mengajari anak dapat menyebabkan bingung bahasa pada anak, sehingga perkembangan kemampuan bahasa anak terlambat.
C. MANIFESTASI KLINIS Kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal kehidupan bisa dipantau oleh orang tua dengan menggunakan KMS, selain itu juga bisa dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan table klasifikasi Denver II. Apabila perkembangan anak jauh terhambat (<70% atau umur perkembangan sesuai pemeriksaan Denver II mundur 6 bulan-1 tahun) dari umur perkembangan yang seharusnya telah ia capai, maka anak tersebut mengalami delay development. Delay development yang sering terjadi merupakan manifestasi klinis dari beberapa penyakit misalnya Cerebral Palsy maka perlu diperiksa lebih lanjut etiologi penyebabnya.
D. PENCEGAHAN Pencegahan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan pemeriksaan bayi dan balita secara teratur dan diperhatikan betul mengenai perkembangan anak sesuai dengan yang seharusnya telah ia capai. Selain itu, stimulasi dan melatih anak dalam proses perkembangannya sangat diperlukan juga
21
pemberian gizi yang seimbang. Begitu pula dari segi motivasi psikologis dan kasih sayang yang cukup untuk anak sangat diperlukan dalam perkembangannya.
E. DIAGNOSIS Anamnesis Pasien belum bisa melakukan atau berbicara sesuai dengan kemampuan yang harus dicapainya berdasarkan umurnya. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik yang utama berdasarkan pada hasil pemeriksaan Denver II, untuk anak kurang dari 6 tahun, juga pemeriksaan lingkar kepala serta masih membuka atau menutupnya UUB sangat menentukan prognosis penatalaksanaan yang diberikan. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan kadar hormone tiroksin dan TSH, fenilalanin dan bila perlu EEG dan scanning kepala.
F. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan delay development ialah dengan terapi rehabilitasi medik sesuai dengan keterlambatan yang terjadi. Apabila keterlambatan terjadi pada kemampuan motorik kasar maka diberikan fisioterapi, apabila keterlambatannya berupa kemampuan bicara maka diberikan speech therapy dan apabila terjadi keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus dan psikososial maka diberikan okupasi terapi. Dalam kasus ini, keempat aspek perkembangan pasien mengelami keterlambatan , maka diperlukan ketiga terapi tersebut baik fisioterapi, speech therapy, maupun okupasi terapi yang dilatih secara bersama-sama. Kontrol kembali setelah 3 bulan terapi untuk melihat perkembangannya. Akan tetapi, di lain pihak karena UUB pasien telah menutup sedangkan ukuran kepala pasien
22
termasuk dalam kategori mikrocephali maka volume otak tidak bisa lagi berkembang seperti anak normal nantinya walaupun telah diberikan terapi rehabilitasi secara maksimal, sehingga orang tua pasien perlu diberikan edukasi yang baik tentang hal tersebut.
23
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Anamnesis Kasus Teori Menurut pengakuan orang tua anak masih belum bisa berbicara Yang bisa dibicarakan oleh anak adalah hanya menyebut a dan o saja Menurut pengakuan orang tua anak masih belum dapat membentuk gambaran yang jelas di kertas Anak baru saja dapat berjalan pada usia 2 tahun 9 bulan
Dilakukan anamnesis berdasarkan kemampuan anak pada umur tersebut. Anamnesis prenatal hingga post natal untuk mengetahui kelainan kongenital
Fakta dan teori sesuai dengan Developmental Delay
24
3.2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Kasus Teori Pasien kesadaran compos mentis, tampak sakit berat dan sesak. Nadi: 120 x/menit, reguler, kuat angkat Frekuensi Napas : 53 x/menit, teratur Temperatur : 40.5 o C Tidak ditemukan kelainan neurologis pada anak ini Anak dapat membuka mulut normal tanpa terdapat gangguan Ditemukan kelainan pada perkembangan yang diketahui dari DDST, yaitu o Gross motoric: 2 tahun o Fine motoric: 2 tahun o Social: 2 tahun o Language: 3 bulan Tidak ditemukan adanya gangguan pertumbuhan o TB: 85 cm o BB: 10 kg o LK: 49 cm
Dilakukan pemeriksaan Denver Developmental Screening Test. Dilakukan pemeriksaan pendengaran pada anak (lebih akurat pada anak berusia diatas 5 tahun) Melakukan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui adanya gangguan gangguan perkembangan gross motoric dan fine motoric Fakta dan teori sesuai dengan Speech Delay
25
3.3. Pemeriksaan Penunjang Kasus Teori Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui gangguan perkembangan pada anak ini
o Dapat dilakukan pemeriksaan high resolution binding karyotype, fragile X testing, dan microarray comparative genomic hybridization o Neuroimaging studies o CT-Scan
Fakta dan teori tidak sesuai dengan Speech Delay Karena pemeriksaan tidak dapat dilakukan
26
3.4. Penatalaksanaan Kasus Teori Terapi IGD : Konsul dr. Sp.A : RL 12 tpm Amoxicillin 3 x 1 cth Ambroxol 3 x 1 cth Diazepam 3 x 2,5 mg Terapi Developmental delay : Dirujuk ke poli rehabilitasi medik Seharusnya tidak perlu MRS Dilakukan terapi wicara untuk mendapatkan stimulasi berbicara dan recreational reading Pada anak yang ditemukan dengan gangguan pendengaran dapat diajarkan penggunaan sign language Fakta dan teori sesuai dengan Speech Delay
27
Daftar Pustaka
Robert M. Kliegman, Bonita F. Stanton, Language Development and Communication Disorders Normal Language Development, 2011, Elsevier Inc.
Basil J. Zitelli, Sara C. McIntire, and Andrew J. Nowalk, DevelopmentalBehavioral Pediatrics, 2012, Elsevier Inc.
Robert M. Kliegman, Bonita F. Stanton, Joseph W. St. Geme, Hearing Loss, 2011, Elsevier Inc.
Basil J. Zitelli, Sara C. McIntire, Genetic Disorders and Dysmorphic Conditions, 2012, Elsevier Inc.