Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pembidaian


Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel
sebagai fixator/imobilisator.
2.2. Jenis Pembidaian
a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
-

Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit

Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya

Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang


lebih berat

Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar
pembidaian

b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif


-

Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)

Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi

Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll)

Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

2.3. Beberapa macam jenis bidai :

a. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna
dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi
syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
b. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang
paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
c. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
d. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain
segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.

2.4. Tujuan Pembidaian


a) Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut
b) Mempertahankan posisi yang nyaman
c) Mempermudah transportasi korban
d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
e) Mempercepat penyembuhan
2.5. Indikasi Pembidaian
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :
-

Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

Adanya kecurigaan terjadinya fraktur

Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami
angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu

10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang
mengalami cedera (Krepitasi)
11. Fungsiolesa
12. Perdarahan bisa ada atau tidak
13. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
14. Kram otot di sekitar lokasi cedera
Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah
pasien seperti orang yang mengalami fraktur.
2.6. Kontra Indikasi Pembidaian
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak
perlu dilakukan.
2.7. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung
fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada
bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
c. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu
lama selama proses pembidaian.

2.8 Prosedur Dasar Pembidaian

2.8.1 Mempersiapkan penderita


-

Penanganan kegawatan (Basic Life Support)

Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan


kepada penderita.

Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.

Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur


tindakan yang akan dilakukan.

Meminimalkan

gerakan

daerah

luka.

Jangan

menggerakkan

atau

memindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali


jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi
korban dan atau penolong)
-

Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan,


kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.

Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka
dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril. Jika luka
tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa telah
terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang
menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin

Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk


menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal

Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat


sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi atau

sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusan ini harus


hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.
-

Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur

Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan
mungkin menghilang?

Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan
secara bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi
bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami
fraktur.

Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke


rumah sakit secepatnya.

Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah anda menjelaskan
pada penderita.

Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.


Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula
mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa
sterilitas hanya akan menambah masalah.

2.8.2 Persiapan alat


-

Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga
bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon,

papan kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang
akan dibidai.
-

Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut


terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)

Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa


berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk
membalut ini harus bisa membalut dengan sempurna mengelilingi extremitas
yang dibidai untuk mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh
terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi.

2.9. Pelaksanaan pembidaian


2.9.1. Prinsip umum dalam tindakan pembidaian
-

Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur).


Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah
tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai
harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.

Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur
maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai
memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka
pembidaian dilakukan apa adanya.Pada trauma sekitar sendi, pembidaian
harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.

Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan
traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan
terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa

nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil
melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang
yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko
untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
-

Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama
pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk
mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.

Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian
yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni
pada beberapa titik yang berada pada posisi :

superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama

inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa
pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada
bagian yang cedera.

Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat

Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan


pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk
membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan

merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian
pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari
disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
-

Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus


dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan
kantong es secara berkala untuk mencegah cold injury pada jaringan lunak.
Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10
menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit ditinggikan
posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

2.9.2. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera


a. Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada
tempat yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya
fraktur tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang.
Ada beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah
(bersifat bidai definitif),

10

b. Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.
Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.
Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.
Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar
c. Tulang klavikula
Fraktur Clavicula
Tanda-tanda patah tulang selangka :
1.

Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai atas bahu


2. Daerah yang patah nyeri tekan
Pertolongan :

1.

Dipasang ransel perban

2.

Bagian yang patah diberi alas terlebih dahulu

3.

Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke


axilla kanan Dari axilla kanan ke depan atas pundak kanan, dari pundak kanan
disilangkan ke axilla kiri, lalu ke pundak kanan dan akhirnya diikat

11

clavicula bandage
d. Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk
mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa
dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam
perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada
dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang
mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.
e. Lengan atas
-

Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi


siku membentuk sudut 90%, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan
puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan
lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira
membentuk sudut 10). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah
apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.
-

Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada
bagian sisi lateral dinding thoraks.

12

Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas
yang mengalami fraktur.

Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax
(pada sisi medial).

Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar

f. Lengan bawah
-

Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

13

Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara
siku sampai ujung telapak tangan

Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera

Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat
sudut 90 terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan
dan hati-hati.

Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar
berada dalam posisi fungsional

Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel


antara siku sampai ujung jari

Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi

Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :
Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku,
dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera.
posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat
(kira-kira membentuk sudut 10). ikatlah dua ujung sling pada bahu
dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

14

g. Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan
merekatkan pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

h. tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai
menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
i. Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia
tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap
mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau
ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).
Pemindahan

pasien

yang

dicurigai

menderita

fraktur

panggul

harus

menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan


pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi
untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan
terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

15

j. Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai
dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih
sulit, dan resiko untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali
lebih besar. Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai
kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

k. Tungkai bawah
1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan
mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara
telapak kaki sampai dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus

16

5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang
dipasang di sisi bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa
lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

l. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki


1. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan
menggunakan pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi
bawah kaki, melalui sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang
melalui sisi atas kaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya.
2. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral
pergelangan kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat
melalukan tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu
dijaga pada sudut yang benar.

m. Fraktur/dislokasi jari kaki


Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan
merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

17

2.10. Evaluasi pasca pembidaian


Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka
periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku
akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik
setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan rasa raba seharusnya diperiksa di bagian bawah
bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat, atau kesemutan,
maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali
dengan lebih longgar.

18

Anda mungkin juga menyukai