Anda di halaman 1dari 8

RESENSI NOVEL

HAFALAN SHALAT DELISA

1. Identitas Buku
Judul : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang : Tere Liye
Tebal Buku : v + 248 halaman
Penerbit : Republika
Cetakan : VI, Januari 2008

2. Keunggulan Buku
Buku ini disajikan dengan bahasa yang komunikatif.

Dengan jalan ceritanya yang sama dengan peristiwa di kejadian


nyata, memungkinkan pembaca untuk berimajinasi lebih jauh
tentang cerita dari novel itu sendiri.
Ceritanya yang universal sehingga dapat diterima oleh semua
kalangan.
Banyak terkandung amanat-amanat dalam menjalani kehidupan
sehari-hari yang islami dan penuh kasih sayang.
Disertai dengan footnote yang berisi tentang pelajaran yang dapat
diambil pembaca dari cerita yang sedang terjadi pada novel
tersebut.

3. Kelemahan Buku
Masih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti oleh sebagian
kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-quran, bahasa daerah, dan lainlain.

4. Ikhtisar
Sebuah novel yang sampai bulan Januari, 2008 sudah memasuki
cetakan ke VI ini mengambil setting tempat di salah satu daerah
korban bencana tsunami Aceh yaitu Lhok Nga. Mengisahkan tentang
seorang gadis berusia 6 tahun yang berusaha menghafal bacaan
shalat pada saat sebelum terjadinya tsunami. Banyak kejadian
menarik namun penuh makna dan pelajaran hidup yang dapat kita
petik dalam setiap cerita dalam novel ini.

5. Sinopsis
Novel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam
tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu,
polos, dan suka bertanya. Ia anak bungsu dari empat bersaudara
dalam keluarganya, kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut
Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisili di Aceh, tepatnya di Lhok
Nga. Abinya bernama Usman dan uminya bernama Salamah.

Delisa mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal
bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26
Desember

2004.

Motivasi

dari

Ummi

yang

berjanji

akan

memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat


membuat

semangat

Delisa

untuk

menghafal.

Ummi

telah

menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk


Delisa, sedangkan Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan
sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 24 Desember
2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan kelas. Tibatiba Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami
melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan
kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap
melanjutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama,
air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan
Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan
kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak.
Ketika tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian
menjadi mualaf dan berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan
pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada
Smith untuk bermualaf.

Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya


tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika
seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud,
pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus,
kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus
diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan
lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan
kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan
yang

mengharukan.

Abi

tidak

menyangka

Delisa

lebih

kuat

menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh


Allah.
Beberapa bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga,
Delisa sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali
kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian
yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Hidup dengan
orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan
keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa
bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang
dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan
sholatnya. Akan tetapi susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya.
Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan
kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan
abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.
Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya.
Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya,
yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan
tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa
Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa mampu melakukan

Sholat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa


ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan
karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun sepeda. Suatu
ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa
melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda,
cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa
menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman tangan
manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah
tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat
terkejut.

6. Unsur-Unsur Intrinsik
Tokoh dan Penokohan
1. Delisa : Pemalas, manja, baik, dan suka memberi
Kak Fatimah ganggu saja Delisa masih ngantuk! Delisa bandel
menarik bantak. Ditaruh di atas kepala. Malas mendengar suara
tertawa Kak Fatimah.
2. Ummi Salammah : Baik, sabar, dan bijaksana
Tetapi

doanya

menambahkan.

tetap

nggak

seperti

itu

kan,

Delisa.

Ibu

Kamu kan dikasih tahu artinya oleh Ustadz

Rahman Nah kamu boleh baca seperti artinya itu Itu lebih pas
Atau kalau Delisa mau lebih afdal lagi, ya pakai bahasa arabnya!
Entar bangunnya insyaAllah nggak susah lagi Ada malaikat yang
membangunkan Delisa.
3. Fatimah : Baik dan perhatian
Delisa bangun, sayang. Shubuh! Fatimah, sulung berumur lima
belas tahun membelai lembut pipi Delisa. Tersenyum berbisik.

4. Aisyah : Usil, iri hati, dan baik


Delisa menggeliat. Geli. Cut Aisyah nakal menusuk hidungnya
dengan bulu ayam penunjuk batas tadarus.
5. Zahra : Pendiam dan baik
6. Abi Usman : Baik dan sabar
7. Umam : Jahil, usil, nakal, dan pemurung
8. Tiur : Baik dan pengertian
9. Pak Cik Acan : Baik, suka menolong dan suka memberi
10. Shopie : Baik dan penyayang serta pengertian
11. Smith Adam : Baik,penyayang dan suka menolong
12. Ustadz Rahman : Tawakkal, sabar, pengertian, dan baik hati

Latar
1. Latar Tempat : Desa kecil bernama Lhok-Nga pesisir pantai Aceh.
Mereka tinggal di komplek perumahan sederhana. Dekat sekali
dengan pantai. Lhok Nga memang tepat di tubir pantai. Pantai yang
indah. Rumah mereka paling berjarak empat ratus meter dari
pantai. Komplek itu seperti perumahan di seluruh kota Lhok Nga,
religius dan bersahabat.
2. Latar Waktu : Pada saat Delisa menjalani test hafalan Sholatnya.
Pagi itu, Sabtu 25 Desember 2003. Sehari sebelum badai tsunami
menghancurkan pesisir Lhok Nga. Sebelum alam kejam sekali
merenggut semua kebahagiaan Delisa.

3. Latar Suasana : Suasana saat akan terjadi Gempa sangat tragis,


seluruh orang pergi berhamburan mencari tempat yang aman.
Gelombang

itu

menyentuh

tembok

sekolah.

Beberapa

detik

sebelumnya terdengar suara bergemuruh. Juga teriakan-teriakan


ketakutan orang di luar. Delisa tidak melihat betapa menggentarkan
sapuan gelombang raksasa itu. Delisa mendengar suara mengerikan
itu. Tetapi Delisa sedang khusuk. Delisa ingin menyelesaikan hafalan
shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka ia
tidak bergeming dari berdirinya.
Alur
Maju mundur maju (campuran)

Alur dari cerita ini yaitu maju, mundur, maju (campuran) karena
pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang masa-masa
saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana Tsunami.

Ummi? Delisa tiba-tiba ingat Ummi. Ya Allah dimana Ummi. Kepala


Delisa berputar mencari. Di mana pula Kak Fatimah? Kak Zahra?
Kak Aisyah? Di mana mereka?

Pelan kenangan itu kembali. Lambat Delisa mengingat kejadian


enam hari lalu. Delisa sama sekali tidak pernah tahu, hamper
seminggu ia sudah terjerambab di atas semak-belukar tersebut.
Sekolah!

Ia

di

sekolah

pagi

hari

itu.

Ia

bukankah

menghadap Ibu Guru Nur menghafal bacaan shalat.

Tema dan Amanat

sedang

1. Teruslah Bersyukur dengan apa yang telah di berikan Oleh Allah


SWT.
2. Jangan pernah putus asa dan tetap semangatlah menjalani hidup
ini.
3. Sayangilah Keluargamu seperti mereka menyayangimu.
Sudut Pandang
Orang ketiga serba tahu.

Anda mungkin juga menyukai