PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sentisisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.1. 2 (skabies) adalah istilah untuk serangan
tungau dengan terasa gatal, Sarcoptes scabiei varhumanus. Tungau ini pertama kali
dijelaskan pada tahun 1687, membuat kudis salah satu penyakit menular pertama dengan
diketahui penyebabnya. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, di semua ras dan pada
semua kelompok umur.3. Penyakit ini sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak
personal langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui bendabenda) seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.3 Tungau ini bersifat obligat
pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam epidermis superfisial.4
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang skabies.
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama
: An. P
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin
:laki- laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: banjar
Tanggal Berobat
: 23 Februari 2015
Keluhan Utama :
bruntus bruntus kemerahan di sela jari tangan kanan, kaki kanan dan kiri
disertai rasa gatal yang hebat pada malam hari sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit
disangkal
o Suhu : 36C
Status Generalisata:
o Kepala
: Normochepal, rambut hitam distribusi merata
o Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-/-)
o Mulut
: Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
o Leher
: Pembesaran KGB (-)
o Thorax
: Simetris, vesikuler (-/-), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
o Jantung
: Ictus cordis teraba di ICS 4, BJ I dan II reguler
o Abdomen
: Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-)
o Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT > 2 detik
o KGB
: Tidak terjadi pembesaran.
D. STATUS DERMATOLOGIKUS
A. Tabel status dermatologis pasien
Distribusi
A/R
Lesi
Efloresensi
Regional
Pada sela jari tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri sampai
dengkul
Multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar
sampai lentikuler diameter yang terkecil 0,3cm dan yang terbesar
1cm, menimbul dari permukaan kulit, sebagian kering sebagian
basah
Papul eritematosa, makula hiperpigmentosa, vesikel, pustula,
erosif,skuama,krusta,
erosif,skuama,krusta,
pemeriksaan penunjang di dapatkan tungau sarcoptei scabiei dewasa
E. DIAGNOSA BANDING
a. skabies impetigenisata
b. skabies + furunkulosis
c. skabies + folikulitis
F. DIAGNOSA KERJA
skabies impetigenisata
G. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG :
H. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa :
Edukasi ke pasien bahwa penyakit ini menular
Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
Menghindari orang orang yang terkena penyakit ini dan memberitahu
kepada mereka untuk pergi berobat ke dokter.
Pakaian, handuk, sprei, yang digunakan direndam dengan air panas lalu dicuci,
jemur dan disetrika.
Menjemur alat alat tidur atau yang tidak bisa di cuci dan jangan memakai
pakaian, handuk bersama sama.
Menghindari kontak dengan hewan ternak.
Jangan menggaruk bagian yang gatal.
Medikamentosa :
Topikal :
Permethrin krim 5 % dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah
dan dibilas setelah 8-14 jam, dianjurkan pengolesan pada malam hari
kemudian dicuci pada esok harinya.
Sistemik
antibiotik :r/ amoksisilin 500 mg 3x1 selama 7 hari
Antihistamin : r/ Chlorpheniramin maleat tablet 4mg 1x 1
I. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
b. Quo Ad Functionam : Ad Bonam
c. Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Mengapa pada kasus ini di diagnosis dengan scabies Impetigenisata ?
Berdasarkan anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan berupa :
lengannya.
Timbul pertama kali di kedua sela jari lengan tangan kemudian menyebar ke kaki
kanan dan kiri disertai gelembung isi cairan putih keruh , sebagian ada yang pecah
sebagian belum
pasien sering menggaruk bruntus dan gelembung isi cairan putih susu dengan
kuku, mengakibatkan menjadi luka dan cairan yang keluar dari gelembung
Skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var
hominis pada kulit yang penularannya melalui kontak langsung maupun tidak langsung.1,2
Kelainan kulit disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan.4
dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien menderita skabies impetigenisata atau
skabies dengan disertai pioderma sekunder, karena di dapatkan infeksi sekunder yaitu
9
gelembung isi cairan putih keruh 3.. Efloresensi berupa papula atau vesikel dimana
puncaknya terdapat gambaran terowongan atau kunilikulus di garuk dapat menyebabkan
infeksi sekunder dengan gambaran kunilikulus berubah menjadi pustula 6,7.
skabies impetigenisata adalah skabies dengan tanda terdapat pus,pustula ,bula
purulen,krusta berwarna kuning, leukositosis dapat pula disertai demam 5. pada pasien ini
terdapat pustula yang sesuai dengan diagnosis skabies impetigenisata skabies
impetigenisata meruapakan penyakit kulit sekunder yang disebabkan oleh
Staphylococcus, Streptococcus atau oleh keduanya1.
Pruritus nokturnal yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat
predileksi biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian polar, siku bagian luar, lipatan
ketiak bagian depan, areola mammae(wanita), umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.
10
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis klinis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal diatas.
Berikut Gambar pada pasien dengan dari sumber atau literatur :
11
tidak langsung melalui pakaian, tempat tidur dan alat alat tidur, handuk dan
lain lain.1,2,5
(mengenai tempat predileksi) Predileksi terjadinya skabies pada kasus yaitu
sela sela jari tangan, pergelangan tangan. 1,2,5
Lesi berbentuk vesikel. Berdasarkan teori skabies menunjukan lesi yang
timbul berupa papul, vesikel, dan lain lain. Bila ada infeksi sekunder ruam
kulit menjadi polimorf ( pustul, ekskoriasi, krusta, erosi dan lain lain).3,7
Gatal dirasakan terus menerus dan semakin hebat pada malam hari (Pruritus
nocturnal).1,2 Gejala sesuai dengan yang terjadi pada pasien.
Ini sesuai dengan teori yaitu Dari kasus ini didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yaitu 4 dari gejal cardinal sign skabies di tambah dengan
efloresensi pustula,skuama, krusta yang sesuai dengan diagnosis skabies
impetigenisata 1,3.
B. Mengapa pada kasus ini skabies bisa bersatu dengan infeksi sekunder atau yang
disebut skabies impetigenisata ?
pada kasus dalam anamnesis di dapatkan ini pasien
12
Bruntus bruntus beserta gelembung isi cairan putih keruh di kaki kanan dan kiri
sering di garuk menggunakan kuku. pasien juga sering bermain di tanah dan
pekarangan pesantren tanpa menggunakan sendal yang membuat gelembung yang
berisi cairan putih keruh makin mudah pecah. gelembung isi caran putih keruh
yang pecah dan masih basah sering terkena debu dan tanah. pasien juga sering
mengorek ngorek bekas luka gelembung pecah yang menimbulkan luka sulit
kering cairan sisa luka yang menyebar ke daerah sekitarnya.
ini sesuai dengan teori
Pada skabies di dapatkan rasa gatal hebat yang mengakibatkan pasien
menggaruk sehingga terjadi kerusakan di epidermis 4. Skabies impetigenisata
terjadi karena kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung
akan terganggu sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi. higiene yang
kurang, menurunnya daya tahan tubuh seperti kurang gizi, anemia, penyakit
kronik, neoplasma dan diabetes6. Skabies dengan infeksi sekunder atau yang
disebut skabies impetigenisata merupakan bentuk skabies yang sering terjadi,
karna rasa gatal pada lesi lalu bekas garukan yang merupakan tempat untuk
infeksi sekunder5. Angka Kejadian Skabies di Indonesia menempati urutan ke
3 dari 12 penyakit kulit tersering, menurut DEPKES RI tahun 2008 5,6-12,95.
angka kejadian Skabies dengan infeksi sekunder adalah sebanyak 30% 7.
C. Mengapa pada kasus ini di diagnosis banding skabies impetigenissata, skabies
+furunkulosis, skabies + folikulitis ?
pada kasus dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang telah di
dapatkan diagnosis skabies, untuk infeksi sekunder bisa di dgnosis skabies
impetigenisata, skabies+furuukulosis dan skabies+folikulitis karena
pada kasus :
terdapat bruntus-bruntus Kemerahan di sela jari tangan, menyebar ke kaki kanan dan
kiri, disertai rasa getal hebat pada malam hari, bruntus di kaki disertai dengan gelembung
berisi cairan warna putih susu, sebagian ada yang pecah, mengering berwarna kekuningan
ini seusai dengan teori yaitu
13
Furunkulosis adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, keluhan nyeri kelainan
berupa nodus eritematosa berbentus kerucut di tengahnya terdapat pustul kemudian
melunak menjadi abses yang berisi pus berwarna putih susu dan jaringan nekrotik lalu
memecah membentuk fistel7. tempat predileksi ialah muka, tangan, kaki, aksila,
bokong1,3,5
Follikulitis adalah Rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah rambut. Berupa makula
eritematosa disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut2,4. Pada
pemeriksaan kulit didapatkan efloresensi berupa makula eritema, papul, pustul, dan
krusta miliar sampai lentikular, regiona sesuai dengan pertumbuhan rambut8. tempat
predileksi biasanya ditungkai bawah, multiple,dibibir atas,dagu bilateral,mandibula,
submandibula9
Permethrin
cream
5%
digunakan
untuk
terapi
kabur, gangguan saluran cerna; gangguan hati; gangguan darah; ruam dan rekasi
fotosensitif, berkeringat dan tremor, reaksi hipersensitifitas (termasuk bronkospasme,
angioedema, anafilaksis); injeksi dapat mengiritasi.8
Medikamentosa pada pasien :
Antibiotik
penggunaan antibiotik pada pasien ini karena pasien menderita infeksi
sekunder. antibiotik yang digunakan pada skabies impetigenosa adalah
ini sesuai teori
a. penisilin G prokain
dosisnya 1,2 juta perhari im, obat ini tidak dipakai lagi karena tidak
praktis dan sering menimbulkan anafilaktik2.
b. Ampisilin
dosisnya 4x 500mg diberikan sejam sebelum makan 1.
c. Amoksisilin
kelebihan dari amoksilin adalah lebih praktis karena dapat diberiksan
setelah makan, juga cepat diabsorbsi dibandingkan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi 1,3.
antibiotik amoksisilin merupakan antibiotik berspektrum luas, efektif
terhadap gram positif dan negatif9. setelah di absopsi amoksisilin di saluran
pencernaan, lalu dieksresikan dan dibuang melalui ginjal5.
Topikal :
Permethrin krim 5 % dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah
dan dibilas setelah 10 jam, dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian
mandi pada esok harinya.
sesuai dengan teori
pemetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan dengan
gameksan, efekstivitasnya sama , aplikasi hanya sekali dan di hapus setelah
10 jam. bila belum sembuh diulangi setelah seminggu 1,9.
Antihistamin : CTM (Chlorpheniramini maleas) tablet 3 x 4 mg
dijelaskan kepada pasien bahwa obat ini akan menyebabkan mengantuk
sehingga akan mengganggu pada saat proses belajar disekolah,obat CTM
18
E. BERDASARKAN PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanam
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko P Ronny. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. Penyakit kulit:
penyakit parasit hewani. Jakarta: FKUI; 2011. Hal. 122 125
2. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang :
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : hal 167-173.
3. Siregar R, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC,
2005. Hal 102 103
4. Golant AK, Levitt J Scabies : A Review Diagnosis and Management Based on Mite
Biology. New York: Departemen of Dermatology, The mount sinai: UK, 2012. page 1
12
5. Burns DA, Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals. Elsevier
:Newyork: 2004. Hal : 33.40
6. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Dermatology in General
Medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill, 2008; page 1205
7. Chosidow, Olivier. Scabies" The New England Journal of Medicine:England 2006: p
1718-1727.
8. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology. In: Hardman JG,
Limbird IE, eds. Goodman and Gillmans the pharmacological basis of therapeutic.
10th ed. New York: McGraw Hill, 2001: p 1795-1814.
9. Mei Kane KS. Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Scabies. Color atlas &
synopsis of pediatric dermatology, ed.1. New York: Mc Graw-Hill;2002.page :618-21
20