Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sentisisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.1. 2 (skabies) adalah istilah untuk serangan
tungau dengan terasa gatal, Sarcoptes scabiei varhumanus. Tungau ini pertama kali
dijelaskan pada tahun 1687, membuat kudis salah satu penyakit menular pertama dengan
diketahui penyebabnya. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, di semua ras dan pada
semua kelompok umur.3. Penyakit ini sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak
personal langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui bendabenda) seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.3 Tungau ini bersifat obligat
pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam epidermis superfisial.4

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang skabies.

BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS

Nama
: An. P
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin
:laki- laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: banjar
Tanggal Berobat
: 23 Februari 2015

B. ANAMNESIS (Autoannamesa dan Alloanamnesa terhadap orang tua pasien) :

Keluhan Utama :
bruntus bruntus kemerahan di sela jari tangan kanan, kaki kanan dan kiri
disertai rasa gatal yang hebat pada malam hari sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin
RSU Banjar diantar oleh orang tuanya, dengan keluhan bruntus-bruntus
kemerahan di sela jari tangan kanan, kaki kanan dan kiri disertai dengan rasa gatal
yang bertambah hebat ketika malam hari, sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
bruntus bruntus kemerahan di daerah sela jari tangan, bruntus mula mula terdapat
sela jari tangan dan terasa sangat gatal terutama malam hari, berntus di tangan
tidak disertai rasa panas dan nyeri. Lalu hari ke-2 beruntus-beruntus menyebar ke
kaki kanan dan kaki kiri sampai dengkul. bruntus di kaki kanan dan kiri disertai
sebagian gelembung yang berisi cairan putih susu yang tidak terasa panas atau
nyeri,hanya terasa gatal yang sebagian ada yang sudah pecah karena tergesek dan
digaruk dengan kukuoleh pasien dan bekas garukan menjadi luka basah dan
sebagian lain mengering.
Bruntus bruntus beserta gelembung isi cairan putih susu di kaki kanan
dan kiri sering di garuk menggunakan kuku setiap hari karena gatal. pasien juga
2

sering bermain di tanah dan pekarangan pesantren tanpa menggunakan sendal


yang membuat gelembung yang berisi cairan putih susu makin mudah pecah.
gelembung isi caran putih susu yang pecah dan masih basah sering terkena debu
dan tanah. pasien juga sering mengorek ngorek bekas luka gelembung pecah yang
menimbulkan luka sulit kering cairan sisa luka yang menyebar ke daerah
sekitarnya.
Bruntus bruntus yang muncul secara tiba-tiba dan menyebar dari sela jari
tangan ke kaki kanan dan kaki kiri. sebelumnya pasien tidak memakai produk
seperti deterjen,alkali, pelumas,lotion .Bruntus-bruntus pada pasien

disangkal

karena akibat makan makanan yang menyebabkan alergi seperi,ikan laut,telur


ataupun obat-obatan. Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan yang
sama sebelumnya dan pasien menyangkal terkena gigitan serangga. bruntus yang
menyebar di kaki dan menimbulkan gelembung berisi cairan putih keruh
disangkal disertai rasa pegal,nyeri tulang, otot, nyeri kepala.
Pasien sudah berobat ke klinik saat hari ke 2 merasakan keluhan, pasien
diberi obat yang dexametason 3x1 , dan diberi salep benosol yang dioleskan 2x1.
pasien tinggal di pondok pesantren, seluruh teman satu kamar pondok pesantren
pasien menderita keluhan yang sama yaitu beruntus dan gatal gatal. pasien tidur
menggunakan kasur yang berbarengan dengan teman yang menderita gatal dan
beruntus. pasien juga sering menggunakan baju yang bergantian dengan teman
kamar pesantren yang menderita keluhan yang gatal dan beruntus.pasien mandi 12x sehari, pasien jarang mencuci kasur sprei yang digunakan bersaaman. biasanya
hanya dibersihkan dengan sapu lidi. Pasien tinggal di daerah tropis (Indonesia)
lingkungan pondok pesantren yang lingkungan nya sangat padat, kebersihan
kurang, sering bermain di tanah tanpa menggunakan sendal. dengan keadaan
pondok pesantren yang semi permanent dengan lantai pelur dilapisi karpet yang
jarang di bersihkan dan dicuci beratap genteng.tidak ada binatang peliharaan
seperti kucingatau anjing.

Setiap hari pasien berangkat sekolah, ke masjid

berjalan kaki bersama teman-temannya


C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign
o Nadi : 80 x/menit
o RR
: 18 x/menit
3

o Suhu : 36C

Status Generalisata:
o Kepala
: Normochepal, rambut hitam distribusi merata
o Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-/-)
o Mulut
: Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
o Leher
: Pembesaran KGB (-)
o Thorax
: Simetris, vesikuler (-/-), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
o Jantung
: Ictus cordis teraba di ICS 4, BJ I dan II reguler
o Abdomen
: Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-)
o Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT > 2 detik
o KGB
: Tidak terjadi pembesaran.

D. STATUS DERMATOLOGIKUS
A. Tabel status dermatologis pasien
Distribusi
A/R

Lesi

Efloresensi

Regional
Pada sela jari tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri sampai
dengkul
Multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar
sampai lentikuler diameter yang terkecil 0,3cm dan yang terbesar
1cm, menimbul dari permukaan kulit, sebagian kering sebagian
basah
Papul eritematosa, makula hiperpigmentosa, vesikel, pustula,
erosif,skuama,krusta,

Gambar 1: Foto pasien pada kasus

PEMERIKSAAN KEROKAN KULIT


Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% mencari Sarcoptes Scabiei dewasa, larva, telur
dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup cover glass dan dilihat dengan mikroskop.

Hasil : Gambaran tungau skabies


ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa
E. RESUME
anak laki-laki 13 tahun
papul eritematosa, disertai pustula di daerah manus, pedis dextra sinistra 4hari

Sebelum masuk Rumah sakit


prutitus nocturnal, menggaruk papul dan pustul di sela jari tangan dan kaki
vesikel,erosif,skuama, krusta di daerah pedis dextra sinistra
terdapat teman sekamar yang menderita keluhan yang sama
tidur dengan kasur,sprei, handuk yang sama yang menderita keluhan yang sama
sering memakai pakaian teman yang menderita keluhan yang sama
jarang menggunakan sendal
tinggal di lingkungan padat, berkelompok,tropis,lingkungan tidak higiene
Pemeriksaan Fisik : Dalam batas normal
Stasus Dermatologikus :
Distribusi : Regional
A/R : Pada sela jari tangan,kaki kanan dan kiri sampai dengkul
Lesi : Multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler diameter yang terkecil 0,3cm dan yang terbesar 1cm, menimbul dari
permukaan kulit, sebagian kering, sebagian basah.
Efloresensi : Papul eritematosa, makula hiperpigmentosa, vesikel, pustula,

erosif,skuama,krusta,
pemeriksaan penunjang di dapatkan tungau sarcoptei scabiei dewasa

E. DIAGNOSA BANDING
a. skabies impetigenisata
b. skabies + furunkulosis
c. skabies + folikulitis
F. DIAGNOSA KERJA
skabies impetigenisata
G. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan darah rutin

H. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa :
Edukasi ke pasien bahwa penyakit ini menular
Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
Menghindari orang orang yang terkena penyakit ini dan memberitahu
kepada mereka untuk pergi berobat ke dokter.
Pakaian, handuk, sprei, yang digunakan direndam dengan air panas lalu dicuci,
jemur dan disetrika.
Menjemur alat alat tidur atau yang tidak bisa di cuci dan jangan memakai
pakaian, handuk bersama sama.
Menghindari kontak dengan hewan ternak.
Jangan menggaruk bagian yang gatal.

Medikamentosa :
Topikal :
Permethrin krim 5 % dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah
dan dibilas setelah 8-14 jam, dianjurkan pengolesan pada malam hari
kemudian dicuci pada esok harinya.
Sistemik
antibiotik :r/ amoksisilin 500 mg 3x1 selama 7 hari
Antihistamin : r/ Chlorpheniramin maleat tablet 4mg 1x 1

I. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
b. Quo Ad Functionam : Ad Bonam
c. Quo Ad Sanationam : Ad Bonam

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Mengapa pada kasus ini di diagnosis dengan scabies Impetigenisata ?
Berdasarkan anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan berupa :

Keluhan gatal di seluruh tubuh sejak 4 hari sebelum masuk RS.


Gatal dirasakan terus menerus dan semakin hebat pada malam hari.
Keluhan pertama kali dirasakan berupa bruntus bruntus kemerahan pada kedua

lengannya.
Timbul pertama kali di kedua sela jari lengan tangan kemudian menyebar ke kaki
kanan dan kiri disertai gelembung isi cairan putih keruh , sebagian ada yang pecah

sebagian belum
pasien sering menggaruk bruntus dan gelembung isi cairan putih susu dengan
kuku, mengakibatkan menjadi luka dan cairan yang keluar dari gelembung

menyebar dan membuat gelembung baru


Sebelum ini terjadi teman teman satu kamar l dipesantren/pondok mengalami hal

yang sama dengan


Pasien tidur dengan kasur, sprei, karpet yang sberbarengan dengan orang yang
menderita keluhan yang sama dengan pasien. mandi kadang kadang sekali atau

dua kali sehari. Kasur dan karpet yang jarang dibersihkan


Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus di dapatkan.
Distribusi : Regional
A/R : Pada sela jari tangan,kaki kanan dan kiri sampai dengkul
Lesi : Multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler diameter yang terkecil 0,3cm dan yang terbesar 1cm, menimbul dari
permukaan kulit, sebagian kering, sebagian basah.
Efloresensi : Papul eritematosa, makula hiperpigmentosa, vesikel, pustula,
erosif,skuama,krusta,
pemeriksaan penunjang di dapatkan tungau sarcoptei scabiei dewasa
BERDASARKAN TEORI :

Skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var
hominis pada kulit yang penularannya melalui kontak langsung maupun tidak langsung.1,2
Kelainan kulit disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan.4
dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien menderita skabies impetigenisata atau
skabies dengan disertai pioderma sekunder, karena di dapatkan infeksi sekunder yaitu
9

gelembung isi cairan putih keruh 3.. Efloresensi berupa papula atau vesikel dimana
puncaknya terdapat gambaran terowongan atau kunilikulus di garuk dapat menyebabkan
infeksi sekunder dengan gambaran kunilikulus berubah menjadi pustula 6,7.
skabies impetigenisata adalah skabies dengan tanda terdapat pus,pustula ,bula
purulen,krusta berwarna kuning, leukositosis dapat pula disertai demam 5. pada pasien ini
terdapat pustula yang sesuai dengan diagnosis skabies impetigenisata skabies
impetigenisata meruapakan penyakit kulit sekunder yang disebabkan oleh
Staphylococcus, Streptococcus atau oleh keduanya1.

gambar staphylococcus epidermimidis,Streptococcus B hemolyticus,S.aureus


Gejala Klinis
Tanda-tanda kardinal dalam menegakkan skabies, yaitu : 1,2
1.

Pruritus nokturnal yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2.

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Seluruh anggota keluarga yang
terinfeksi dikenal dengan keadaan hiposensitisasi. Walaupun mengalami infestasi
tungau tetapi tidak memberikan gejala. Pasien ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat
predileksi biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian polar, siku bagian luar, lipatan
ketiak bagian depan, areola mammae(wanita), umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.
10

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis klinis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal diatas.
Berikut Gambar pada pasien dengan dari sumber atau literatur :

Gambaran klinis pada pasien

Gambar 3 : Lesi Skabies


Sumber : (Burns DA. Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals : 2004.
Hal : 33.37)

Pada kasus di pasien ini didapatkan :


Pada kasus ini anggota keluarga pasien mengalami keluhan yang sama.
( mengenai kelompok ) Berdasarkan teori penularan dapat langsung maupun

11

tidak langsung melalui pakaian, tempat tidur dan alat alat tidur, handuk dan
lain lain.1,2,5
(mengenai tempat predileksi) Predileksi terjadinya skabies pada kasus yaitu
sela sela jari tangan, pergelangan tangan. 1,2,5
Lesi berbentuk vesikel. Berdasarkan teori skabies menunjukan lesi yang
timbul berupa papul, vesikel, dan lain lain. Bila ada infeksi sekunder ruam
kulit menjadi polimorf ( pustul, ekskoriasi, krusta, erosi dan lain lain).3,7
Gatal dirasakan terus menerus dan semakin hebat pada malam hari (Pruritus
nocturnal).1,2 Gejala sesuai dengan yang terjadi pada pasien.

Gambar 4 : lokasi predileksi Skabies


Sumber : (Burns DA. Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals : 2004.
Hal : 33.38)

Ini sesuai dengan teori yaitu Dari kasus ini didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yaitu 4 dari gejal cardinal sign skabies di tambah dengan
efloresensi pustula,skuama, krusta yang sesuai dengan diagnosis skabies
impetigenisata 1,3.

B. Mengapa pada kasus ini skabies bisa bersatu dengan infeksi sekunder atau yang
disebut skabies impetigenisata ?
pada kasus dalam anamnesis di dapatkan ini pasien

12

Bruntus bruntus beserta gelembung isi cairan putih keruh di kaki kanan dan kiri
sering di garuk menggunakan kuku. pasien juga sering bermain di tanah dan
pekarangan pesantren tanpa menggunakan sendal yang membuat gelembung yang
berisi cairan putih keruh makin mudah pecah. gelembung isi caran putih keruh
yang pecah dan masih basah sering terkena debu dan tanah. pasien juga sering
mengorek ngorek bekas luka gelembung pecah yang menimbulkan luka sulit
kering cairan sisa luka yang menyebar ke daerah sekitarnya.
ini sesuai dengan teori
Pada skabies di dapatkan rasa gatal hebat yang mengakibatkan pasien
menggaruk sehingga terjadi kerusakan di epidermis 4. Skabies impetigenisata
terjadi karena kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung
akan terganggu sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi. higiene yang
kurang, menurunnya daya tahan tubuh seperti kurang gizi, anemia, penyakit
kronik, neoplasma dan diabetes6. Skabies dengan infeksi sekunder atau yang
disebut skabies impetigenisata merupakan bentuk skabies yang sering terjadi,
karna rasa gatal pada lesi lalu bekas garukan yang merupakan tempat untuk
infeksi sekunder5. Angka Kejadian Skabies di Indonesia menempati urutan ke
3 dari 12 penyakit kulit tersering, menurut DEPKES RI tahun 2008 5,6-12,95.
angka kejadian Skabies dengan infeksi sekunder adalah sebanyak 30% 7.
C. Mengapa pada kasus ini di diagnosis banding skabies impetigenissata, skabies
+furunkulosis, skabies + folikulitis ?
pada kasus dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang telah di
dapatkan diagnosis skabies, untuk infeksi sekunder bisa di dgnosis skabies
impetigenisata, skabies+furuukulosis dan skabies+folikulitis karena
pada kasus :
terdapat bruntus-bruntus Kemerahan di sela jari tangan, menyebar ke kaki kanan dan
kiri, disertai rasa getal hebat pada malam hari, bruntus di kaki disertai dengan gelembung
berisi cairan warna putih susu, sebagian ada yang pecah, mengering berwarna kekuningan
ini seusai dengan teori yaitu

13

Furunkulosis adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, keluhan nyeri kelainan
berupa nodus eritematosa berbentus kerucut di tengahnya terdapat pustul kemudian
melunak menjadi abses yang berisi pus berwarna putih susu dan jaringan nekrotik lalu
memecah membentuk fistel7. tempat predileksi ialah muka, tangan, kaki, aksila,
bokong1,3,5

Follikulitis adalah Rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah rambut. Berupa makula
eritematosa disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut2,4. Pada
pemeriksaan kulit didapatkan efloresensi berupa makula eritema, papul, pustul, dan
krusta miliar sampai lentikular, regiona sesuai dengan pertumbuhan rambut8. tempat
predileksi biasanya ditungkai bawah, multiple,dibibir atas,dagu bilateral,mandibula,
submandibula9

C. BERDASARKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG :


a. Burrow ink test dengan bantuan lamp wood5
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan burrow ink test agar memudahkan
melihat terowongan yang dibuat oleh tungau sarcoptes scabei, caranya
oleskan gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi, lalu tinta akan
terabsorbsi dan memudahkan melihat terowongan.
b. Pemeriksaan darah rutin :
pada kasus ini kenapa dilakukan juga darah rutin untuk melihat adanya
leukositosis. biasanya di dapatkan leukositosis pada skabies plus infeksi
sekunder7.
D. BERDASARKAN PENATALAKSANAAN
14

Penatalaksanaan skabies bisa dilakukan dengan pengobatan non-medikamentosa dan


medikamentosa. 6
Pengobatan non-medikamentosa yang diberikan pada pasien adalah :
Non-Medikamentosa 7 :
Edukasi ke pasien bahwa penyakit ini menular. (pada anamnesa pasien
sesuai, yaitu pasien tertular dari temannya)
Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan (sesuai , dirumah
pasien jarang membersihkan lingkungan rumahnya)
Menghindari orang orang yang terkena penyakit ini. (sesuai, pada pasien
sering berhubungan kontak terhadap teman sekamar)
Pakaian, handuk, sprei, yang digunakan direndam dengan air panas lalu dicuci,
jemur dan disetrika. (sesuai pada anamnesa, pasien jarang menjemur
kasur dan karpet).
Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru dan dapat
meninggalkan bekas garukan yang permanen. (berdasarkan anamnesa
pasien sering menggaruk badannya jika gatal, terutama disela jari
tangan hingga menjadi erosif).
Menjemur alat alat tidur atau yang tidak bisa di cuci dan jangan memakai
pakaian, handuk bersama sama. (dari anamnesa pasien memakai handuk
berbarengan dengan teman).
Pengobatan sistemik pada skabies dapat berupa sistemik yaitu :
Topikal :
Permethrin krim : Suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang efektif pada
manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang berlebihan
sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun. Krim permetrin
ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta
dimetabolisasi dengan cepat.7,8
a. Indikasi

Permethrin

cream

5%

digunakan

untuk

terapi

investasi Sarcoptes scabiei. 6


b. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis
atau Pirethrin. 7
c. Cara pemakaian : Permethrin cream digunakan untuk sekali pemakaian.
Oleskan Permethrin cream merata pada seluruh permukaan kulit mulai dari
15

kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah belakang telinga, lipatan


bokong dan sela-sela jari kaki. Lama pemakaian selama 8-12 jam.
Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian dicuci pada keesokan
harinya.6
d. Efek samping : Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan,
pedih, gatal, eritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat
sementara dan akan menghilang sendiri.10
e. Peringatan :
Infestasi Scabies kadang diikuti dengan adanya pruritus, edema dan
erythema. Pengobatan dengan Scabimite bisa secara sementara
memperburuk kondisi ini.
Keamanan dan keefektifan pada anak-anak berumur kurang dari 2
bulan belum diumumkan.
Penggunaan selama kehamilan dan menyusui harus berdasarkan
rekomendasi dokter.
f. Keuntungan :
Aman dan efektif untuk digunakan dalam beberapa tingkat scabies.
Diaplikasikan secara tunggal (sekali pemakaian)
Non-neurotoxic scabicide.
g. Resiko khusus :
Neonates : Tidak ada penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk
pengujian keamanan permethrin pada neonates.
Ibu menyusui : Perhatian ditujukan pada ibu yang sedang menyusui
apabila menggunakan permethrin cream 5%, level dari permethrin
dalam air susu setelah diaplikasikan secara topikal diketahui sangat
rendah.
Anak-anak : Permethrin telah diketahui aman dan efektif bila
digunakan pada anak-anak.
Wanita hamil : Walaupun tidak menunjukkan adanya toksisitas
reproduksi pada hewan, permethrin diketahui dapat mencapai janin
pada tikus. Karena tidak adanya penelitian tentang penggunaan
permethrin pada wanita hamil maka penggunaannya pada saat
kehamilan hanya diperbolehkan menurut saran dokter. Akan tetapi efek
teratogenik tidak akan diantisipasi.
Orang tua : Tidak ada precaution spesial yang diindikasikan.
Sistemik :
Antihistamin : Menggunakan krim di atas dapat membunuh tungau tetapi
mereka masih ada di kulit sampai tubuh istirahat mereka turun dan
16

menyerapnya. antihistamin dapat membantu mengurangi rasa gatal pada


pasien skabies.8
Pada pasien di berikan terapi chlorpheniramini males / CTM :
Khlorfeniramin maleat adalah golongan alkilamin dari golongan obat
anti histamine, obat ini dapat menetralkan histamin yang dilepaskan oleh
tubuh. Obat ini jarang dijual dalam bentuk tunggal, sering menyebabkan mulut
kering, dan gangguan buang air kecil, gejala lainnya berupa mual, muntah,
sehingga obat ini harus dikonsumsi sesudah makan. Klorfeniramin maleat
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C6H19ClN2.C4H4O4. 8
Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot (bronkus, usus,
uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin mencapai
kulit misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat
pelebaran kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada
kapiler. Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem
imun.8
Khlorfeniramin maleat sebagai AH1 menghambat efek histamin pada
pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat
untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan
histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapiedisi IV disebutkan bahwa
histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon
yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat
dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang
lambat, mekanismenya mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor-H1
di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemin dan
rahim.
Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat
namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan
kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna khlorfeniramin maleat atau obat yang
mengandung khlorfeniramin maleat dilarang mengendarai kendaraan.8
Efek samping yang terjadi adalah, Mengantuk (jarang terjadi adalah efek yang
berlawanan pada dosis tinggi, atau pada anak atau lansia), hipotensi, sakit kepala,
pusing, berdebar-debar, gangguan psikomotor, sulit BAK, mulut kering, pandangan
17

kabur, gangguan saluran cerna; gangguan hati; gangguan darah; ruam dan rekasi
fotosensitif, berkeringat dan tremor, reaksi hipersensitifitas (termasuk bronkospasme,
angioedema, anafilaksis); injeksi dapat mengiritasi.8
Medikamentosa pada pasien :

Antibiotik
penggunaan antibiotik pada pasien ini karena pasien menderita infeksi
sekunder. antibiotik yang digunakan pada skabies impetigenosa adalah
ini sesuai teori
a. penisilin G prokain
dosisnya 1,2 juta perhari im, obat ini tidak dipakai lagi karena tidak
praktis dan sering menimbulkan anafilaktik2.
b. Ampisilin
dosisnya 4x 500mg diberikan sejam sebelum makan 1.
c. Amoksisilin
kelebihan dari amoksilin adalah lebih praktis karena dapat diberiksan
setelah makan, juga cepat diabsorbsi dibandingkan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi 1,3.
antibiotik amoksisilin merupakan antibiotik berspektrum luas, efektif
terhadap gram positif dan negatif9. setelah di absopsi amoksisilin di saluran
pencernaan, lalu dieksresikan dan dibuang melalui ginjal5.

Topikal :
Permethrin krim 5 % dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah
dan dibilas setelah 10 jam, dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian
mandi pada esok harinya.
sesuai dengan teori
pemetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan dengan
gameksan, efekstivitasnya sama , aplikasi hanya sekali dan di hapus setelah
10 jam. bila belum sembuh diulangi setelah seminggu 1,9.
Antihistamin : CTM (Chlorpheniramini maleas) tablet 3 x 4 mg
dijelaskan kepada pasien bahwa obat ini akan menyebabkan mengantuk
sehingga akan mengganggu pada saat proses belajar disekolah,obat CTM

18

sebaiknya diberikan pada saat malam. Obat antibiotik amoksisilin harus


diminum 3x1 sampai habis selama 7 hari

E. BERDASARKAN PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: bonam, tidak ada kegawatan mengancam nyawa

Quo ad Functionam

: bonam dengan penanganan berkelanjutan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien

Quo ad Sanam

: bonam terutama jika kepatuhan berobat dan


penggunaan obat-obatan berjalan baik dan benar

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko P Ronny. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. Penyakit kulit:
penyakit parasit hewani. Jakarta: FKUI; 2011. Hal. 122 125
2. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang :
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : hal 167-173.
3. Siregar R, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC,
2005. Hal 102 103
4. Golant AK, Levitt J Scabies : A Review Diagnosis and Management Based on Mite
Biology. New York: Departemen of Dermatology, The mount sinai: UK, 2012. page 1
12
5. Burns DA, Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals. Elsevier
:Newyork: 2004. Hal : 33.40
6. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Dermatology in General
Medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill, 2008; page 1205
7. Chosidow, Olivier. Scabies" The New England Journal of Medicine:England 2006: p
1718-1727.
8. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology. In: Hardman JG,
Limbird IE, eds. Goodman and Gillmans the pharmacological basis of therapeutic.
10th ed. New York: McGraw Hill, 2001: p 1795-1814.
9. Mei Kane KS. Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Scabies. Color atlas &
synopsis of pediatric dermatology, ed.1. New York: Mc Graw-Hill;2002.page :618-21

20

Anda mungkin juga menyukai