Anda di halaman 1dari 8

Pneumonia

Pneumonia adalah radang paru-paru, biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab umum
pneumonia adalah bakteri, virus dan jamur. Pneumonia juga dapat disebabkan oleh menghirup
cairan atau bahan kimia. Pnemonia aspirasi (atau inhalasi) adalah pembengkakan dan iritasi
paru-paru yang disebabkan oleh asap dari bahan kimia seperti semprotan serangga, pembersih
kolam renang, bensin, atau zat lain.
Dalam semua kasus, kantung udara paru-paru berisi nanah, dahak/lendir, dan cairan lain dan
tidak dapat berfungsi dengan baik. Oksigen tidak dapat sepenuhnya mencapai darah dan sel-sel
tubuh. Gejala pneumonia antara lain adalah demam, menggigil, kekakuan otot, nyeri dada, batuk,
sesak napas, denyut jantung cepat dan kesulitan bernafas.
Orang yang paling berisiko pneumonia adalah lansia lebih dari 65 tahun atau bayi di bawah 2
tahun, atau mereka yang memiliki masalah kesehatan (misalnya AIDS).
2) Berdasarkan Etiologi
Tabel 2.1. Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan Etiologinya Grup Penyebab Tipe Pneumonia
Bakteri Streptokokus pneumonia
Streptokokus piogenesis
Stafilokokus aureus
Klebsiela pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus
Pneumoni bakterial
Legionnaires disease
Aktinomisetes
Aktinomisetes Israeli
Nokardia asteroides
Aktinomisetes pulmonal

Nokardia pulmonal
Fungi
Kokidioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis
Riketsia
Koksiela burneti
Q fever
Klamidia
Chlamydia trachomatis
Chlamydial Pneumonia
Mikoplasma
Mikoplasma pneumonia
Pneumonia mikoplasmal
Virus
Influenza virus, adeno
Virus respiratory
Syncytial
Pneumonia virus
Protozoa
Pneumositis karini
Pneumonia pneumosistis

(pneumonia plasma sel)


Sumber : Alsagaff dan Mukty, 2010.
2.1.4. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40
derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri
perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda -tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g.Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
2.1.5.
Cara Penularan Penyakit Pneumonia
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara.
Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat
batuk atau bersin dalam bentuk droplet.

Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran
pernapasan yaitubersama udara yang dihirup, disamping itu terdapat juga cara penularan
langsung yaitu melalui percikan dropletyang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman,
memegang dan
menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 2002).
2.1.6. Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita (Depkes, 2004),
diantaranya :
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit
adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya :
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia.
Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya
persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan
beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure, 2000).
2. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan,
dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan
hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan
yang ada pada balita (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi
kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui
imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat
dicegah dengan imunisasi.
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga
berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh
bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang
dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure, 2000).

4. Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko untuk
terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua,
hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran
napas
yang masih sempit (Daulaire, 2000).
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko Terjadinya
pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih
menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi
oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang
berpengaruh diantaranya :
1.Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan
yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal
10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara.
Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri
patogen (Semedi, 2001).
2. Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur.
Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita.
Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat
pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor
(Lubis, 1989 ).
2.1.7. Pencegahan Penyakit Pneumonia
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama ibu
rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar
rumah.
Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita.
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :

1.Perawatan selama masa kehamilan


Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan
dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin
dalam kandungan serta pencegahan
terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya
dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin
kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat
memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu,
balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak
mendapatkannya.
3.Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu
imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak
napas.
5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi
yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin,
perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk
terkena penyakit
pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu
jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan
bersinbersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar
dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan
berkurangnya
penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma
(radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena
malnutrisi.
Pengertian Pneumonia (Peradangan Organ Paru-paru) Pneumonia adalah suatu penyakit
infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun
parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer menjadi inflame dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi
kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru
atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria
streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus.
Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan
mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun.
Terjadinya

Penyakit

Pneumonia

Cara penularan virus atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada
beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal
ini diantaranya adalah :

Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para
penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka
yang pernah/rutin menjalani kemoterapy (chemotherapy) dan meminum obat golongan

Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya
tahan tubuh (Immun) yang lemah.

Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran
pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila
riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia. Alkohol dapat
berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan
tubuh dalam melawan suatu infeksi.

Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan
tindakan ventilator (alat bantu nafas) endotracheal tube sangat beresiko terkena
Pneumonia. Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke
arah kerongkongan, bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas
(ventilator) maka potensial tinggi terkena Pneumonia.

Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani
apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai
masker adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya
mudah menderita penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.

Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga
menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi
terkena penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan
riak/muccus berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.

Anda mungkin juga menyukai