abnormal dalam sumsum tulang dan darah. Sel-sel abnormal ini menyebabkan timbulnya gejala
karena kegagalan sumsum tulang (yaitu anemia, neutropenia, trombositopenia) dan infiltrasi
organ (misalnya hati, limpa, kelenjar getah bening, meningens, otak, kulit, atau testis). Leukemia
merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplastik dari sel-sel organ
hemopoetik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan
membentuk suatu klon sel leukemia.
Pada leukemia akut, sel darah sangat tidak normal, tidak dapat berfungsi seperti sel
normal dan jumlahnya terus bertambah secara cepat.
Kondisi pasien dengan leukemia jenis ini memburuk dengan cepat. Pada leukemia
kronik, pada awalnya sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang
dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan,
leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika sel leukemia bertambah
banyak dan produksi sel normal berkurang.
Le u k e m i a j u g a d i g o l o n g k a n m e n u r u t t i p e s e l d a r a h p u t i h y a n g
t e r k e n a . Leukemia dapat muncul dari sel limfoid (disebut leukemia limfositik)
atau mieloid (disebut leukemia mieloid). Secara keseluruhan, leukemia
d i b a g i menjadi : Leukemia limfositik kronik , l e u k e m i a m i e l o i d k r o n i k ,
leukemia limfositik akut d a n l e u k e m i a m i e l o i d a k u t .
Leukemia Limfositik akut
Definisi
Leukemia Limfositik akut adalah bentuk akut dari leukemia yangdiklasifikasikan
menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupalimfoblas.Pada keadaan
leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,sering disertai bentuk leukosit
yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dandapat menyebabkan anemia, trombositopenia,
dan diakhiri dengan kematian. Faktor penyebab LLA tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena
interaksi sejumlah faktor: neoplasia, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia, mutasi gen.Leukemia
akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiridengan kematian bila tidak segera
diobati. LLA sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa dan lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki daripadaanak perempuan[1][2].
Epidemiologi
Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan leukemia yang sering terjadi pada anakanak. Insiden LLA berkisar 2-3/100.000 panduduk. Pada anak-anak, insidennya kira-kira 82%,
sedangkan pada dewasa 18%. Dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan
perempuan. Leukemia jenis ini merupakan 25% dari semua kanker yg mengenai anak-anak di
bawah umur 15 tahun. Insiden tertinggi pada anak usia antara 3-5 tahun[1].
Etiologi
Etiologinya sampai saat ini masih belum jelas, diduga kemungkinan besarkarena virus
(virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan ialah:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormone, bahan kimia (benzol,Arsen,
preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras, faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (angka kejadian
LMK lebih tinggi dari Sindrom Down), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus
leukemia pada kakak-beradik atau kembar satu telur), angka kejadian pada anak lebih
tinggi sesuai dengan usia maternal[2].
Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati,
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.[2][3]
Manifestasi Klinis
Manifestasi leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan
tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum
tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di
sumsum tulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan manifestasi
utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia[1]. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu:
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis pada LLA harus ditanyakan apakah ada gejala anemia, kelemahantubuh, berat
badan menurun, anoreksia, mudah sakit, sering demam, perdarahan, nyeritulang, nyeri sendi.
Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saatanamnesis , antara lain:
Keluhan utama: Pucat. Seringkali terlihat pada pasien anemia. Pucat paling baik dinilai
Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan
fisik
yang
khas
ialah
pucat,
panas,
dan
perdarahan
gejala
lengkap
seperti
tersebut
di
atas,
secara
klinis
dapat
didiagnosisleukemia. Pucat dapat terjadi mendadak, sehingga bila pada seorang anak
terdapatpucak yang mendadak dan sebab terjadinya sukar diterangkan, waspadalah
leukemia.Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dansebagainya.
Pada stadium permulaan mungkin tidak terdapat splenomegali. Gejalayang tidak khas ialah sakit
sendi atau sakit tulang yang dapat disalah-tafsirkan sebagaipenyakit reumatik. Gejala lain dapat
timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia padaalat tubuh, seperti lesi purpura pada kulit, efusi
pleura, kejang pada leukemia serebraldan sebagainya[1][2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis
yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton danterdapat sel blast
Tata Laksana
Penatalaksanaan pada pasien ALL adalah:
Transfusi darah: jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia yang beratdan
pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tandaDIC
Prognosis
Sebelum adanya pengobatan untuk leukemia, penderita akan meninggal dalam waktu 4
bulan setelah penyakitnya terdiagnosis, dan lebih dari 90% penderita penyakitnya bisa
dikendalikan setelah menjalani kemoterapi awal. 50% anak-anak tidak memprlihatkan tandatanda leukemia dalam 5 tahun pengobatan.[2][3]
Leukemia Myeloid Akut
Definisi
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga dikenal
dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia merupakan
penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal sel
induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan
m e l a k u k a n transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen
sumsum tulang belakang yang normal.
Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah
putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yangimatur ini tidak
sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. PadaAML, mielosit
(yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit ) berubah m e n j a d i g a n a s d a n
d e n g a n s e g e r a a k a n m e n g g a n t i k a n s e l - s e l n o r m a l d i s u m s u m tulang[2][4].
Epidemiologi
AML mengenai
semua
kelompok usia,
tetapi
kejadiannya
meningkat
dengan
bertambahnya usia. AML merupakan 20% kasus leukemia pada anak. Sekitar 10.000
anak menderita AML setiap tahunnya di s e l u r u h d u n i a . A M L p a d a a n a k
b e r j u m l a h k i r a - k i r a 1 5 % d a r i l e u k i m i a , d e n g a n insidensi yang tetap dari
lahir sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja . [ 5 ]
Etiologi
AML
terbagi
atas
berbagai
macam
subtipe.
Hal
ini
berdasarkan
Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor
resiko seperti
Patogenesis
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi
blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan
hematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum
tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia ( anemia,
leukopeni, trombositopeni). Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada
kasus yang lebih berat akan sesak nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda
perdarahan, sedang adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi,
termausk infeksi oportunis dari flora normal bakteri yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu,
sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan
berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan
merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.
Sel ganas pada AML myeloblast tersebut. Dalam hematopoiesis normal, myeloblast
merupakan prekursor belum matang myeloid sel darah putih, sebuah myeloblast yang normal
secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah dewasa putih. Namun, dalam AML, sebuah
myeloblast tunggal akumulasi perubahan genetik yang "membekukan" sel dalam keadaan imatur
dan mencegah diferensiasi.Seperti mutasi saja tidak menyebabkan leukemia, namun ketika
seperti "penangkapan diferensiasi" dikombinasikan dengan mutasi gen lain yang mengganggu
pengendalian proliferasi, hasilnya adalah pertumbuhan tidak terkendali dari klon belum
menghasilkan
sel,
yang
mengarah
ke
entitas
klinis
AML.
Sebagian besar keragaman dan heterogenitas AML berasal dari kenyataan bahwa transformasi
leukemia dapat terjadi di sejumlah langkah yang berbeda di sepanjang jalur diferensiasi. Skema
klasifikasi modern untuk AML mengakui bahwa karakteristik dan perilaku dari sel leukemia (dan
leukemia) mungkin tergantung pada tahap di mana diferensiasi dihentikan.
Spesifik sitogenetika kelainan dapat ditemukan pada banyak pasien dengan AML, jenis
kelainan kromosom sering memiliki makna prognostik. Para translokasi kromosom yang
abnormal menyandikan protein fusi, biasanya faktor transkripsi yang mengubah sifat dapat
menyebabkan "penangkapan diferensiasi." Sebagai contoh, pada leukemia promyelocytic akut, t
(15; 17) translokasi menghasilkan protein fusi PML-RAR yang mengikat ke reseptor unsur
asam retinoat dalam beberapa promotor myeloid-gen spesifik dan menghambat diferensiasi
myeloid. Klinis tanda dan gejala hasil AML dari kenyataan bahwa, sebagai klon leukemia sel
tumbuh, ia cenderung untuk menggantikan atau mengganggu perkembangan sel-sel darah normal
dalam sumsum tulang. Hal ini menyebabkan neutropenia, anemia, dan trombositopenia.[2][3]
Manifestasi Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah
yang normal dalam jumlah yang memadai [ 1] [ 4 ] . Adapun gejala-gejala umum yang dapat
ditemukan pada pasien AML antara lain:
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis pada AML harus ditanyakan apakah ada gejala anemia, kelemahan tubuh,
berat badan menurun, anoreksia, mudah sakit, sering demam, perdarahan, nyeri tulang, nyeri
sendi. Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain:
Keluhan utama: Pucat. Seringkali terlihat pada pasien anemia. Pucat paling baik dinilai
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan:
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis AML dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah rutin, sediaan
darah tepi dan dibuktikan dengan aspirasi sumsum tulang belakang, pemeriksaan
immunonophenotype, karyotype atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). [ 1 ]
Tata Laksana
Perbaiki keadaan umum yaitu : anemia diberikan tranfusi darah dengan PCR (Packed red
cell) atau darah lengkap. Trombositopeni yang mengancam diatasi dengan transfusi konsetrat
trombosit. Apa bila ada infeksi diberikan antibiotika yang adekwat. Terapi spesifik seperti terapi
leukemia pada umumnya dimulai dengan tahap induksi dengan : Doxorubicin 40 mg/mm 2 berat
badan hari 1-5. Dilanjutkan denagan Ara C 100 mg IV, tiap 12 jam hari 1-7. Untuk pasien usia di
atas 50 tahun dosis dikurangi dengan Adriamycin hanya 3 hari dan Ara C 5 hari. Obat pengganti
adriamycin adalah Farmorubicin. Dilakukan evaluasi klinis dan hematologis. Pemeriksaan
sumsum tulang pada akhir mimggu ketiga. Apabila tidak terjadi remisi atau remisi hanya bersifat
parsiil maka terapi harus diganti dengan regimen lain.
Apabila terjadi remisi lengkap (klinis dan hematologis) maka dimulai tahap konsolidasi.
Pada tahap ini diberikan doxorubicin 40 mg/mm2 hari 1-2 dan Ara C 1-5. Refimen ini diberikan 2
kali dengan interval 4 minggu. Apabila keadaan memungkinkan maka diberikan cangkok
sumsum tulang pada saat terjadi remisi lengkap.
Terapi standar adalah kemoterapi induksi dengan regimen sitarabin dan daunorubisin dengan
protokol sitarabin 100 mg/m2 diberikan secara infus kontinyu selama 7 hari dan daunorubisin
45-60 mg/m2/hari iv selama 3 hari. Sekitar 30-40% pasien mengalami remisi komplit dengan
terapi sitarabin dan dounorubisin yang diberikan sebagai obat tunggal, sedangkan bila diberikan
sebagai obat kombinasi remisi komplit dicapai oleh lebih dari 60% pasien.[2][4][5]
Prognosis
Dengan terapi agresif, 40-50% penderita yang mencapai remisi akan hidup lama (30-40%
angka kesembuhan keseluruhan). Penderit yang mengalami relaps setelah mendapat kemoterapi
atau transplantasi autolog dapat diterapi dengan CST allogenetik sebagai terapi penyelamatan.
Beberapa subtipe morfologi atau genetik LMA mempunyai prognosis lebih baik.[2]
Daftar Pustaka
1. Sudoyo, A.W., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing. 2009
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: badan penerbit
IDAI. 2012
3. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Ed. 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003
4. Sjakti, H.A., et al. Hasil Pengobatan Leukemia Mieloblastik Akut pada Anak. Sari
Pediatri Volume 14 No.1 [pdf]. 2012
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-1-8.pdf
5. Supriyadi, E., et al. Terapi Leukemia Mieloblastik Akut Anak: Protokol Ara-C,
Doxorubycine dan Etoposide (ADE) vs Modifikasi Nordic Society of Pediatric
Hematology and Oncology (m-NOPHO). Sari Pediatri Volume 14 No.3 [pdf]. 2013
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-6-3.pdf