Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PENENTUAN MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION (MIC) DARI


SUATU SEDIAAN UJI YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK
DENGAN METODE MIC PADAT
Rabu,22 April 2015
Kelompok V
Rabu, Pukul 13.30 16.30 WIB
Nama

NPM

Tugas

M. Nur Iqbal

260110130105

Alat dan Bahan,


Prosedur, Data
Pengamatan

Yulina Saragih

260110130106

Tujuan, Prinsip, Teori


Dasar, ,Daftar
Pustaka

Cyntia G

260110130107

Pembahasan,
Simpulan,

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

Nilai

TTD

(Shintya Noor Amalya) (Benedictus Genta P)

PENENTUAN MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATION (MIC) DARI


SUATU SEDIAAN UJI YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK
DENGAN METODA MIC PADAT

I.

TUJUAN
Menentukan

Minimum

Inhibitory

Concentration

(MIC)

suatu

antibiotika (kloramfenikol) terhadap bakteri Gram negatif, Escherichia coli,


dan bakteri Gram positif, Staphylococcus aureus, dengan metoda MIC padat.

II.

PRINSIP

Pengenceran Konsentrasi
larutan antibiotika (Rimfamisin ) V1.M1 = V2.M2

MIC
MIC adalah konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri
terhambat suatu antibiotik yang berlainan terhadap bakteri tertentu.

Pertumbuhan Bakteri
Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari
ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak
diuraikan oleh mikroorganisme,dan membeku pada suhu diatas 45C
kandungan agar berbagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2%

Teknik Aseptis
adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau menstranfer
kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial
yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis
mikrobiologi.

Metode Lempeng Agar


Informasi mengenai kinetika kematian suatu populasi bakteri sangat
penting untuk memahami dasar sterilisasi suatu bahan yang mematikan.
Kriteria kematian pada mikroba adalah hilangnya kemampuan untuk
berreproduksi yang berisifat irreversible. Hal ini biasanya ditentukan
melalui teknik lempeng agar dengan menghitung jumlah koloni yang
bertahan hidup.

III.

TEORI DASAR
Minimum inhibitory concentration (MIC), adalah konsentrasi terendah
dari antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme
setelah diinkubasi semalaman. MIC sangat penting dalam diagnosa
laboratorium untuk mengetahui resistensi dari mikroorganisme terhadap
antimikroba dan juga untuk memonitor aktivitas dari senyawa-senyawa
antimikroba. Secara klinis, MIC tidak hanya digunakan untuk menentukan
jumlah dari antibiotik yang akan diterima oleh pasien tetapi juga tipe dari
antibiotik yang digunakan, yang mana dapat menurunkan resistensi mikroba
terhadap antimikroba tertentu.( Jawetz, et al. 2004.)
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang
membunuh

atau

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme

lainnya.Antibiotik banyak digunakan dalam pengobatan penyakit. Namun


demikian tidak semua antibiotic dapat digunakan dalam pengobatan penyakit.
Sebelum diberikan sebagai pengobatan, sebaiknya ditentukan dahulu
antibiotic mana yang paling ampuh untuk mengobati penyakit. Cara yang
lazim digunakan untuk engetahui keampuhan antibiotic adalah antibiogram
atau uji kepekaan antibiotic terhadap pathogen penyebab penyakit ( Bibiana,
1994).

Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisaran


kerja mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan
struktur biokimianya. Berdasarkan spectrum atau kisaran kerjanya antibiotic
dapat dibedakan menjadi antibiotic berspektrum sempi (narrow spectrum) dan
antibiotic berspektrum luas ( broad spectrum). Berdasarkan mekanisme
aksinya antibiotic dibedaka menjadi lima, yaitu antibiotic dengan mekanisme
menghambat

sintesis

dinding

sel,

perusakan

membrane

plasma,

penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat, dan


penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2007).
Penggunaan antibiotic secara kombinasi ( dua antibiotic yang
digunakan secara bersama-sama) dapat saling mempengaruhi kerja dari
masing-masing antibiotic. Kombinasi antibiotic tersebut dapat bersifat
antagonis, dimana antibiotic yang satu bersifat mengurangi atau meniadakan
khasiat antibiotic kedua. Kombinasi antibiotic dapat pula bersifat sinergis,
yaitu penggunaan antibiotic secara kombinasi yang menyebabkan timbulnya
efek teraupetiknya yang lebih besar dibandingkan bila antibiotic tersebut
diberikan secara sendiri-sendiri. (Pratiwi, 2007).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti
mikroba atau antibiotic tertentu. Resisten tersebut dapat berupa resisten
alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan
resisten karena adanya factor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakrosomal)
atau resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten atau factor R
atau plasmid R atau plasmid (resisten silang) atau dapat dikatakan bahwa
suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena
mekanisme genetic atau no-genetik (Djide, 2008).
Penyebab

terjadiya

resisten

terhadap

mikroorganisme

adalah

penggunaan antibiotic yang tidak tepat, mislanya penggunaan dengan dosis


yang tidak memadai, pemakaian

yang tidak teratur atau tidak kontinyu,

demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk

mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut , maka cara


pemakaian antibiotic perlu diperhatikan ( Djide , 2008).
Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan preparat antibiotic.
Penentuan ini biasanya dilakukan dalam Laboratorium pengontrol dibawah
pengawasan instansi pemerintah, misalnya di Amerika dilakukan oleh FDA.
Cara-cara penentuan ini biasanya dimuat dalam farmakope dari tiap egara
pada pemeriksaan ini semua bahan-bahan yang digunakan, medium
pembiakan, organisme uji, alat-alat harus menurut ketentuan yang telah
dibakukan. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut (Irianto, 2006).
1.Menghitung daerah penghambatan dalam lempeng agar dapat
menghambat pertumbuhan ( Minimal Inhibitory Concentration, MIC)
2. Penentuan kesensitifan (Sensivity test) dari suatu antibiotic terhadap
organism yang belum diketahui. Penentuan ini bisanya dilakukan di
laboratorium rumah sakit, dan penting untuk melakukan terapi.
Kemudian, para peneliti di seluruh dunia memperoleh banyak zat lain
dengan khasiat antibiotis. Akan tetapi, berhubung denga sifat toksisnya bagi
manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Yang
terpenting diantaranya adalah streptomisin(1944),kloramfenikol(1947),
tetrasiklin(1948),eritromisin(1952),rifampisin(1960),bleomisin(1965),
doksorubisin(1969),minosiklin(1972),dan,tobramisin(1974).
(Nester,E.W.,C.E.Roberts & B.J.McCarthy,1973).
Pembuatannya
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakan
dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara
steril disalurkan ke dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan
fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumya. Setelah diisolasi dai cairan
kultur antbiotikum dimurnikan dan aktifitasnya ditentukan.

Antibitika semisintetis, yaitu apabila pada persemaian(culture substrate)


dibubuhi
zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi kedalam
antibiotikum dasarnya. Hasilnya disebut senyawa semisintetis, misalnya
penisilin-V.

Antibitika sintetis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintetis tersebut,


melainkan

dengan

sintesa

kimiawi,

misalanya

kloramfenikol.

(Entjang,2003).
Mekanisme Kerja
Cara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga
kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalanya kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain itu
beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan
sefalosporin) atau membran sel (polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol).
Antibiotika tidak aktif terhadap kebanyaka virus kecil, mungkin karena
virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan
tergantung seluruhnya dari proses tuan-rumah. (Todar,2007).
Aktifitasnya
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dengan satuan berat (mg),
kecuali zat-zat yan belum dapat diperoleh 100% murni dan terdiri dari
campuran beberapa zat. Misalnya, polimiksin B, basitrasin, dan nistatin,
yang aktivitasnya selalu dinyatakan dengan Satuan Internasional (I.U.).
Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin, yakni prokain-dan
bezantin-penisilin.
Penggunaan
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat
kuman aau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan

besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dal klep
jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Penggunaan

penting

non-terapeutis

adalah

sebagai

stimulans

pertumbuhan dalam peternakan sapi, babi, dan ayam. Efek ini secara
kebetulan ditemuakan pada tahun 1940-an, tetapi mekanisme kerjanya
belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja setempat
di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman-kuman buruk
yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi
dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi dengan
rata-rata 10%. Yang digunakan adalah terutama makrolida dan
glikopeptida dalam makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat
sampai lebih dari 3 kali daripada pengunaannya sebagai obat pada
manusia. (Schlegel,1994).

IV.

ALAT DAN BAHAN


a). Alat

1. Cawan petri
2. Inkubator
3. Labu ukur 100 ml
4. Micro pipet
5. Mortir dan stamfer
6. Pembakar spiritus
7. Rak tabung
8. Tabung reaksi besar dan kecil
9. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
b). Bahan
1. Air suling
2. Antibiotik

3. Berbagai suspensi bakteri Gram positif maupun Gram negatif


4. Nutrient Agar (NA)
5. Pelarut sediaan uji
c). Gambar alat
1 Cawan petri

4 Mortir & Stemper

2 inkubator

5 Mikro pipet

3 Labu ukur

6 Pembakaran Spirtus

7 Tabung Reaksi
6 Rak Tabung

Prosedur

8 Volume Pipet

V.

PROSEDUR
Rimfamycine digerus dalam mortir lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur dan dilarutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan
air suling steril sampai tanda batas. Dihitung pengenceran dan konsentrasi
campuran pada masing- masing tabung reaksi besar. Pengenceran
dilakukan secara bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar. Tabung reaksi besar pertama diisi dengan
1mL antibiotic ditambah 4 ml aqudest steril, sedangkan tabung-tabung
reaksi selanjutnya diisi dengan 1 ml antibiotic ditambah 1 mL aquadest
steril. Setelah itu buatlah permukaan dasar cawan dibagi menjadi area-area
sama besar menggunakan spidol dan diberi label nama bakteri yang akan
digunakan pada setiap area. Dipipet 1 ml masing-masing pengenceran ke
dalam cawan-cawan petri dan ditambahkan 19 ml NA cair bersuhu 40-50
0

C, dihomogenkan dengan cara goyangkan beberapa saat membentuk

angka delapan 8, lalu diamkan sampai membeku.Setelah itu diambil


menggunakan mikro pipet masing-masing bakteri pada area yang terpisah.
Dibuatkan kontrol positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri,
yang dipipet menggunakan mikro pipet oleh bakteri-bakteri yang
digunakan di area yang terpisah. Setelah itu barulah diinkubasikan semua
cawan petri pada suhu 37 0C selama 18-24 jam dan amati pertumbuhan
bakteri dari koloni-koloni yang tampak, kemudian dibandingkan
morfologi koloni-koloni tersebut dengan kontrol positif. Barulah
ditentukan dimana MIC nya. MIC terletak pada cawan petri terakhir yang
tidak tampak koloni bakteri. Masukkan sediaan uji ke dalam labu ukur,
larutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian tambahkan air suling steril
sampai tanda batas. Jika sediaan uji berbentuk padat, gerus dahulu dalam
mortir, sebelum dimasukkan dalam labu ukur.
2. Rencanakan pengenceran dan hitung konsentnsi campuran pada
masing- masing tabung besar dan cawan-cawan petri.

3. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
Setelah itu buatlah permukaan dasar cawan dibagi menjadi area-area sama
besar menggunakan spidol dan diberi label nama bakteri yang akan
digunakan pada setiap area. Dipipet 1 ml masing-masing pengenceran ke
dalam cawan-cawan petri dan ditambahkan 19 ml NA cair bersuhu 40-50
0C, dihomogenkan dengan cara goyangkan beberapa saat membentuk
angka delapan 8, lalu diamkan sampai membeku.Setelah itu diambil
menggunakan mikro pipet masing-masing bakteri pada area yang terpisah.
Dibuatkan kontrol positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri,
yang dipipet menggunakan mikro pipet oleh bakteri-bakteri yang
digunakan di area yang terpisah. Setelah itu barulah diinkubasikan semua
cawan petri pada suhu 37 0C selama 18-24 jam dan amati pertumbuhan
bakteri dari koloni-koloni yang tampak, kemudian dibandingkan
morfologi koloni-koloni tersebut dengan kontrol positif. Barulah
ditentukan dimana MIC nya. MIC terletak pada cawan petri terakhir yang
tidak tampak koloni bakteri.

VI.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Data Pengamatan

NO

Konsentrasi

10g/mL

Setelah Inkubasi

5g/mL

2,5g/mL

CAWAN PETRI
JENIS BAKTERI
1. 10g/mL

2. 5g/mL

3. 2,5g/mL

SA

EC

BS

PERHITUNGAN KONSENTRASI :

Pengenceran :

1. N1 x V1 = N2 x V2
1000 x 1 = 200 x V2
V2 = 5 mL ( 1mL antibiotic 2500g/mL, 4mL aqua.steril )
2. N1 x V1 = N2 x V2
200 x 1 = 100 x V2
V2 = 2 mL ( 1mL antibiotic 250g/mL, 1mL aqua.steril )
3. N1 x V1 = N2 x V2
100 x 1 = 50 x V2
V2 = 2 mL ( 1mL antibiotic 125g/mL, 1mL aqua.steril )

Konsentrasi Antibiotik Dalam Cawan ( V=20 mL )

1. N1 x V1 = N2 x V2
200 x 1 = N2 x 20

N2 = 10 g/mL

2. N1 x V1 = N2 x V2
100 x 1 = N2 x 20
N2 = 5 g/mL

3. N1 x V1 = N2 x V2
50 1 = N2 x 20
N2 = 2,5 g/mL

Simpulan :
MIC untuk bakteri SA > 10g/mL

MIC untuk bakteri BS < 2,5g/mL

MIC untuk bakteri EC > 10g/mL

VII.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan uji MIC (Minimum Inhibition
Concentration) atau konsentrasi antibiotika minimum yang diperlukan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri, yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan koloni pada media. Uji ini dilakukan pada media padat yang
dibuat dari MHA (Mueller Hinton Agar). Tujuan uji MIC ini adalah untuk
menentukan pada konsentrasi antibiotic berapa, tidak ditemukan lagi
pertumbuhan koloni bakteri yang diinokulasikan. Nilai MIC digunakan
untuk menentukan nilai MBC (Minimum Bactericidal Concentration) dan
menentukan nilai MEC (Minimum Effective Concentration).

Uji MIC dilakukan terhadap Escherichia coli, Staphylococcus Aureus dan


Bacillus Subtilis. Jenis antibiotik yang digunakan dalam pengujian yaitu
rifampisin pada konsentrasi g/mL. Masing-masing jenis antibiotik
ditambahkan pada media agar yaitu MHA. Pertama-tama, sediaan uji yaitu
rifampisin digerus dahulu dalam mortir, kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL. Antibiotik dalam labu ukur kemudian dilarutkan
dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan air suling steril sampai
tanda batas (hingga 100 mL).
Selanjutnya, dihitung konsentrasi pengenceran antibiotic pada masingmasing tabung besar dan cawan-cawan petri. Konsentrasi yang ingin
dicapai yaitu 250

g/mL , 125 g/mL

dan 62,5 g/mL . Dibuat

pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam


tabung-tabung reaksi besar. Pengenceran pertama, 1 mL larutan stok
antibiotik diambil lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi baru dan
ditambah air suling 19 mL, sehingga konsentrasi yang didapatkan sebesar
100 g/mL. Pengenceran kedua, 1 mL antibiotik konsentrasi 100 g/mL
diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi baru dan ditambahkan 1
mL air, sehingga didapatkan konsentrasi 50 g/mL. Pengenceran ketiga, 1
mL antibiotic 50 g/mL diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
baru dan ditambahkan 1 mL air, sehingga didapatkan konsentrasi 25
g/mL.
Setelah dilakukan pengenceran, dibagi permukaan dasar cawan
menjadi area-area sama besar sebanyak 3 area. Diberi label nama bakteri
yang akan digunakan pada setiap area. Dipipet 1 ml masing-masing
pengenceran ke dalam cawan-cawan petri. Tambahkan 19 ml MHA cair
bersuhu 40-50oC sehingga konsentrasi dalam cawan petri menjadi 1/10
konsentrasi tiap-tiap pengenceran. Pada cawan petri pertama, didapatkan
konsentrasi sebesar 10 g/mL, pada cawan petri kedua, didapatkan
konsentrasi sebesar 5 dan pada cawan petri ketiga didapatkan konsentrasi

sebesar 2,5 g/mL. Setelah ditambahkan MHA, digoyangkan beberapa


saat, lalu diamkan sampai membeku. MHA yang digunakan tidak boleh
terlalu panas karena mungkin akan merusak antibiotik, dan tidak boleh
terlalu dingin karena ketika membeku, permukaan akan berlekuk-lekuk
sehingga sulit diamati pertumbuhan bakteri.
Selanjutnya, bakteri dimasukkan pada area yang terpisah dengan
menggunakan mikro pipet sebanyak 1 L.

Setelah itu, dinkubasikan

semua cawan petri pada suhu 370C selama 18-24 jam. Kontrol positif dan
negative tidak dibuat karena cawan petri tidak cukup dan tidak diminta
untuk dilakukan.
Penentuan MIC padat lainnya dapat dilakukan dengan metode dilusi
agar yaitu dengan menambahkan bakteri kedalam media agar, kemudian
media dilubangi dengan perforator dan diisi dengan antibiotic atau
menggunakan cakram kertas yang berisi antibiotic. Selanjutnya,
diinkubasi dan dilihat apakah ada zona bening yang terbentuk disekeliling
lubang atau cakram kertas. Jika terbentuk lubang, berarti antibiotic mampu
menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan mebunuhnya. Keuntungan
MIC padat adalah satu konsentrasi antibiotika dapat digunakan untuk
menguji beberapa bakteri, atau satu bakteri dapat diuji pada beberapa
konsentrasi antibiotic.
Pengerjaan dilakukan dengan teknik aseptis untuk menghilangkan
kontaminasi bakteri lain atau jamur dalam percobaan. Pengerjaan
dilakukan dekat dengan api, sehingga bakteri dalam udara yang
kemungkinan akan melekat pada alat dan atau bahan segera mati. Pipet
volume dan mikro pipet tidak boleh difiksasi diatas api karena dapat
merusak skala pengukuran dan alat dapat terbakar. MHA dan air suling
yang ditambahkan kedalam antibiotic harus steril. Cara sterilisasi
misalnya dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang
digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu

dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.


Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu
yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoklaf
terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang
diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan
antibiotik. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di
dalam autoklaf mencapai 121 C (Madigan et.al, 2006)
Rifampisin adalah antibiotik derivat dari rifamisin yang di produksi
oleh Streptomyces mediterranei dan biasanya digunakan bersamaan
dengan obat anti tuberkulosis dalam penanganan tuberkulosis serta
menjadi profilaksis untuk anak anak yang terkena kontak dengan
haemophilus influenzae (Katzung, 1997). Rifampisin diketahui memiliki
aktivitas bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus. Karena tingkat
pembentukan resistensi yang tinggi, maka Rifampisin tidak boleh
digunakan sendiri dalam mengobati suatu penyakit dan sebaiknya di
kombinasikan (Liu et al., 2011).
Rifampisin ditambah antibiotika lain seperti golongan betalaktam
dapat menekan jumlah carrier bakteri Staphylococcus aureus bahkan dapat
menyembuhkannya, tapi perlu hati-hati karena resistensi terhadap
rifampin sangat sering terjadi (Yuwono, 2012).
Pengamatan aktivitas antibiotic pada cawan petri dengan konsentrasi
antibiotic 2,5 g/mL terhadap bakteri Escherichia coli

ditemui

pertumbuhan koloni bakteri, pada konsentrasi 5 g/mL juga masih ditemui


pertumbuhan koloni bakteri, dan pada konsentrasi 10 g/mL tetap masih
ditemui pertumbuhan koloni bakteri. Tidak ditemukan nilai MIC karena
tidak ada bening (koloni tidak tumbuh) pertama. Kemungkinan nilai MIC
berada diatas konsentrasi 10 g/mL. Perlu dilakukan uji pada tingkat

konsentrasi antibiotik rifampisin pada konsentrasi yang lebih tinggi untuk


bakteri ini.
Pengamatan aktivitas antibiotic pada cawan petri dengan konsentrasi
2,5 g/mL terhadap bakteri Bacillus Subtilis sudah tidak ditemui
pertumbuhan koloni, demikian halnya pada konsentrasi yang lebih tinggi
juga tidak ditemukan pertumbuhan koloni. Nilai MIC tidak dapat
ditentukan karena tidak ditemukan pertumbuhan koloni sebelum bening
(koloni tidak tumbuh) pertama. Kemungkinan MIC berada pada
konsentrasi yang lebih kecil dari 2,5 g/mL. Perlu dilakukan uji pada
tingkat konsentrasi antibiotik rifampisin pada konsentrasi yang lebih
rendah untuk bakteri ini.
Pengamatan aktivitas antibiotic pada cawan petri dengan konsentrasi
2,5 g/mL terhadap bakteri Staphylococcus aureus ditemui pertumbuhan
koloni bakteri, pada konsentrasi 5 g/mL juga masih ditemui pertumbuhan
koloni bakteri, dan pada konsentrasi 10 g/mL tetap masih ditemui
pertumbuhan koloni bakteri. Tidak ditemukan nilai MIC karena tidak ada
bening (koloni tidak tumbuh) pertama. Kemungkinan nilai MIC berada
diatas konsentrasi 10 g/mL. Perlu dilakukan uji pada tingkat konsentrasi
antibiotik rifampisin pada konsentrasi yang lebih tinggi untuk bakteri ini.
Diamati juga pertumbuhan bakteri yang banyak pada media agar selain
pada daerah yang diinokulasikan bakteri. Ini mungkin disebabkan oleh
pengerjaan praktikan yang kurang aseptis pada saat menginokulasikan
bakteri dari suspense bakteri menggunakan mikro pipet. Kontaminasi
mungkin terjadi oleh udara saat memindahkan bakteri. Sehingga
menyebabkan bakteri lain tumbuh dalam media agar dan tidak diketahui
mana yang bakteri uji sebenarnya dan yang bukan.
Antibiotik

rifampisin

memiliki

nilai

dosis

tengah

sekitar

g/mL.Antibiotik rifampisin memiliki efek yang berbeda pada tiap bakteri


uji karena tiap bakteri memiliki sifat-sifat yang berbeda. Rifampisin

berefek kuat pada bakteri Bacillus subtilis karena pada konsentrasi kecil
saja sudah dapat menginhibisi pertumbuhan atau bahkan membunuh
bakteri, sedangkan pada Escherichia coli

dan Staphylococcus aureus

memiliki efek yang kurang.


Pada penelitian lain, bakteri yang digunakan adalah Mycobacterium
tuberculosis. Rifampisin merupakan antibiotik yang umum digunakan
untuk pengobatan penyakit tuberculosis. Penelitian ini membandingkan
antibiotic Rifampisin dengan Amikasin. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh pemberian amikasin dan rifampisin terhadap
pertumbuhan rapidly growing mycobacterium (RGM) melalui metode in
vitro (Rachman, 2014).
Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif
observasional secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Subyek
dalam penelitian ini adalah amikasin, rifampisin, dan 7 isolat klinis rapidly
growing

mycobacterium

koleksi

Bagian

Mikrobiologi

Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Dari 7 isolat RGM yang diuji,


didapat 86% isolat sensitif dengan rentang KHM <0.98 7.81 g/L dan
14% isolat intermediate dengan KHM 23.44 g/L terhadap amikasin,
serta 100% isolat resisten dengan rentang KHM 5.91 - >15.75 g/L
terhadap rifampisin. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian
tersebut adalah isolat RGM lebih sensitif terhadap amikasin dibandingkan
dengan rifampisin (Rachman, 2014).

VIII.

SIMPULAN
Didapatkan nilai MIC terhadap bakteri Escherichia coli > 10g/mL,
Bacillus subtilis < 2,5g/mL , Staphylococcus aureus > 10g/mL MIC

DAFTAR PUSTAKA
Bibiana, W, Lay.1994.Analisis Mikrobiologi di Laboratorium.PT.Raya Grafindo
Persada:
Djide

Jakarta.

M,

Natsir.2008.Dasar-dasar

Mikrobiologi.Universitas

Hasanuddin:Makassar.
Entjang Indan, Dr. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. CV YRAMA WIDYA,
Bandung,
Irianto.2006.

Indonesia.

mikrobiologi

menguak

dunia

mikroorganisme,

Yrama

Widya:Jakarta.
Jawetz, et al. 2004. Medical Microbiology. Twenty-Third Edition. San Fransisco :
McGraw-Hill.
Katzung, B.G., 1997. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. McGraw Hill
Lange, Singapore.
Liu, C., Bayer,A., Cosgrove, S.E.,Daum, R.S.,Fridkin, S.K.,Gorwitz, R.J., Kaplan,
S.L, Karchmer, A.W., Levine, D.P, Murray, B.E, Rybak, M.J., Talan, D.A,
and Chambers, H.F., 2011. Clinical Practice Guidelines by the Infectious
Diseases Society of America for the Treatment of MethicillinResistant
Staphylococcus Aureus Infections in Adults and Children,Clinical Infectious
Disease, 52: 138.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Nester,E.W.,C.E.Roberts & B.J.McCarthy. 1973. Microbiology Molecules, Microbes,
and Man.

United State America: Pear sall halt,Rinehart and Winston,Inc.

Pratiwi, 2007, Mikrobiologi Farmasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


Rachman. 2014. Uji Potensi Amikasin dan Rifampisin terhadap Pertumbuhan
Rapidly Growing Mycobacterium. Available online at

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitia
nDetail&act=view&typ=html&buku_id=68072 (diakses 27 April 2015).
Schlegel,H.G. dan Schmidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Todar, K., 2007. Staphylococcus. University of Wisconsin-Madison Department
Of Bacteriology, http:// www.bact.wisc edu/.com
Yuwono.

2012.

Mikrobiologi

Kedokteran.

Available

online

at

http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf (diakses 27 April


2015).

Anda mungkin juga menyukai