NPM
Tugas
M. Nur Iqbal
260110130105
Yulina Saragih
260110130106
Cyntia G
260110130107
Pembahasan,
Simpulan,
Nilai
TTD
I.
TUJUAN
Menentukan
Minimum
Inhibitory
Concentration
(MIC)
suatu
II.
PRINSIP
Pengenceran Konsentrasi
larutan antibiotika (Rimfamisin ) V1.M1 = V2.M2
MIC
MIC adalah konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri
terhambat suatu antibiotik yang berlainan terhadap bakteri tertentu.
Pertumbuhan Bakteri
Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari
ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak
diuraikan oleh mikroorganisme,dan membeku pada suhu diatas 45C
kandungan agar berbagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2%
Teknik Aseptis
adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau menstranfer
kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial
yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis
mikrobiologi.
III.
TEORI DASAR
Minimum inhibitory concentration (MIC), adalah konsentrasi terendah
dari antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme
setelah diinkubasi semalaman. MIC sangat penting dalam diagnosa
laboratorium untuk mengetahui resistensi dari mikroorganisme terhadap
antimikroba dan juga untuk memonitor aktivitas dari senyawa-senyawa
antimikroba. Secara klinis, MIC tidak hanya digunakan untuk menentukan
jumlah dari antibiotik yang akan diterima oleh pasien tetapi juga tipe dari
antibiotik yang digunakan, yang mana dapat menurunkan resistensi mikroba
terhadap antimikroba tertentu.( Jawetz, et al. 2004.)
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang
membunuh
atau
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
sintesis
dinding
sel,
perusakan
membrane
plasma,
terjadiya
resisten
terhadap
mikroorganisme
adalah
demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk
dengan
sintesa
kimiawi,
misalanya
kloramfenikol.
(Entjang,2003).
Mekanisme Kerja
Cara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga
kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalanya kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain itu
beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan
sefalosporin) atau membran sel (polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol).
Antibiotika tidak aktif terhadap kebanyaka virus kecil, mungkin karena
virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan
tergantung seluruhnya dari proses tuan-rumah. (Todar,2007).
Aktifitasnya
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dengan satuan berat (mg),
kecuali zat-zat yan belum dapat diperoleh 100% murni dan terdiri dari
campuran beberapa zat. Misalnya, polimiksin B, basitrasin, dan nistatin,
yang aktivitasnya selalu dinyatakan dengan Satuan Internasional (I.U.).
Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin, yakni prokain-dan
bezantin-penisilin.
Penggunaan
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat
kuman aau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan
besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dal klep
jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Penggunaan
penting
non-terapeutis
adalah
sebagai
stimulans
pertumbuhan dalam peternakan sapi, babi, dan ayam. Efek ini secara
kebetulan ditemuakan pada tahun 1940-an, tetapi mekanisme kerjanya
belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja setempat
di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman-kuman buruk
yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi
dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi dengan
rata-rata 10%. Yang digunakan adalah terutama makrolida dan
glikopeptida dalam makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat
sampai lebih dari 3 kali daripada pengunaannya sebagai obat pada
manusia. (Schlegel,1994).
IV.
1. Cawan petri
2. Inkubator
3. Labu ukur 100 ml
4. Micro pipet
5. Mortir dan stamfer
6. Pembakar spiritus
7. Rak tabung
8. Tabung reaksi besar dan kecil
9. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
b). Bahan
1. Air suling
2. Antibiotik
2 inkubator
5 Mikro pipet
3 Labu ukur
6 Pembakaran Spirtus
7 Tabung Reaksi
6 Rak Tabung
Prosedur
8 Volume Pipet
V.
PROSEDUR
Rimfamycine digerus dalam mortir lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur dan dilarutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan
air suling steril sampai tanda batas. Dihitung pengenceran dan konsentrasi
campuran pada masing- masing tabung reaksi besar. Pengenceran
dilakukan secara bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar. Tabung reaksi besar pertama diisi dengan
1mL antibiotic ditambah 4 ml aqudest steril, sedangkan tabung-tabung
reaksi selanjutnya diisi dengan 1 ml antibiotic ditambah 1 mL aquadest
steril. Setelah itu buatlah permukaan dasar cawan dibagi menjadi area-area
sama besar menggunakan spidol dan diberi label nama bakteri yang akan
digunakan pada setiap area. Dipipet 1 ml masing-masing pengenceran ke
dalam cawan-cawan petri dan ditambahkan 19 ml NA cair bersuhu 40-50
0
3. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
Setelah itu buatlah permukaan dasar cawan dibagi menjadi area-area sama
besar menggunakan spidol dan diberi label nama bakteri yang akan
digunakan pada setiap area. Dipipet 1 ml masing-masing pengenceran ke
dalam cawan-cawan petri dan ditambahkan 19 ml NA cair bersuhu 40-50
0C, dihomogenkan dengan cara goyangkan beberapa saat membentuk
angka delapan 8, lalu diamkan sampai membeku.Setelah itu diambil
menggunakan mikro pipet masing-masing bakteri pada area yang terpisah.
Dibuatkan kontrol positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri,
yang dipipet menggunakan mikro pipet oleh bakteri-bakteri yang
digunakan di area yang terpisah. Setelah itu barulah diinkubasikan semua
cawan petri pada suhu 37 0C selama 18-24 jam dan amati pertumbuhan
bakteri dari koloni-koloni yang tampak, kemudian dibandingkan
morfologi koloni-koloni tersebut dengan kontrol positif. Barulah
ditentukan dimana MIC nya. MIC terletak pada cawan petri terakhir yang
tidak tampak koloni bakteri.
VI.
NO
Konsentrasi
10g/mL
Setelah Inkubasi
5g/mL
2,5g/mL
CAWAN PETRI
JENIS BAKTERI
1. 10g/mL
2. 5g/mL
3. 2,5g/mL
SA
EC
BS
PERHITUNGAN KONSENTRASI :
Pengenceran :
1. N1 x V1 = N2 x V2
1000 x 1 = 200 x V2
V2 = 5 mL ( 1mL antibiotic 2500g/mL, 4mL aqua.steril )
2. N1 x V1 = N2 x V2
200 x 1 = 100 x V2
V2 = 2 mL ( 1mL antibiotic 250g/mL, 1mL aqua.steril )
3. N1 x V1 = N2 x V2
100 x 1 = 50 x V2
V2 = 2 mL ( 1mL antibiotic 125g/mL, 1mL aqua.steril )
1. N1 x V1 = N2 x V2
200 x 1 = N2 x 20
N2 = 10 g/mL
2. N1 x V1 = N2 x V2
100 x 1 = N2 x 20
N2 = 5 g/mL
3. N1 x V1 = N2 x V2
50 1 = N2 x 20
N2 = 2,5 g/mL
Simpulan :
MIC untuk bakteri SA > 10g/mL
VII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan uji MIC (Minimum Inhibition
Concentration) atau konsentrasi antibiotika minimum yang diperlukan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri, yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan koloni pada media. Uji ini dilakukan pada media padat yang
dibuat dari MHA (Mueller Hinton Agar). Tujuan uji MIC ini adalah untuk
menentukan pada konsentrasi antibiotic berapa, tidak ditemukan lagi
pertumbuhan koloni bakteri yang diinokulasikan. Nilai MIC digunakan
untuk menentukan nilai MBC (Minimum Bactericidal Concentration) dan
menentukan nilai MEC (Minimum Effective Concentration).
semua cawan petri pada suhu 370C selama 18-24 jam. Kontrol positif dan
negative tidak dibuat karena cawan petri tidak cukup dan tidak diminta
untuk dilakukan.
Penentuan MIC padat lainnya dapat dilakukan dengan metode dilusi
agar yaitu dengan menambahkan bakteri kedalam media agar, kemudian
media dilubangi dengan perforator dan diisi dengan antibiotic atau
menggunakan cakram kertas yang berisi antibiotic. Selanjutnya,
diinkubasi dan dilihat apakah ada zona bening yang terbentuk disekeliling
lubang atau cakram kertas. Jika terbentuk lubang, berarti antibiotic mampu
menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan mebunuhnya. Keuntungan
MIC padat adalah satu konsentrasi antibiotika dapat digunakan untuk
menguji beberapa bakteri, atau satu bakteri dapat diuji pada beberapa
konsentrasi antibiotic.
Pengerjaan dilakukan dengan teknik aseptis untuk menghilangkan
kontaminasi bakteri lain atau jamur dalam percobaan. Pengerjaan
dilakukan dekat dengan api, sehingga bakteri dalam udara yang
kemungkinan akan melekat pada alat dan atau bahan segera mati. Pipet
volume dan mikro pipet tidak boleh difiksasi diatas api karena dapat
merusak skala pengukuran dan alat dapat terbakar. MHA dan air suling
yang ditambahkan kedalam antibiotic harus steril. Cara sterilisasi
misalnya dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang
digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu
ditemui
rifampisin
memiliki
nilai
dosis
tengah
sekitar
berefek kuat pada bakteri Bacillus subtilis karena pada konsentrasi kecil
saja sudah dapat menginhibisi pertumbuhan atau bahkan membunuh
bakteri, sedangkan pada Escherichia coli
mycobacterium
koleksi
Bagian
Mikrobiologi
Fakultas
VIII.
SIMPULAN
Didapatkan nilai MIC terhadap bakteri Escherichia coli > 10g/mL,
Bacillus subtilis < 2,5g/mL , Staphylococcus aureus > 10g/mL MIC
DAFTAR PUSTAKA
Bibiana, W, Lay.1994.Analisis Mikrobiologi di Laboratorium.PT.Raya Grafindo
Persada:
Djide
Jakarta.
M,
Natsir.2008.Dasar-dasar
Mikrobiologi.Universitas
Hasanuddin:Makassar.
Entjang Indan, Dr. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. CV YRAMA WIDYA,
Bandung,
Irianto.2006.
Indonesia.
mikrobiologi
menguak
dunia
mikroorganisme,
Yrama
Widya:Jakarta.
Jawetz, et al. 2004. Medical Microbiology. Twenty-Third Edition. San Fransisco :
McGraw-Hill.
Katzung, B.G., 1997. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. McGraw Hill
Lange, Singapore.
Liu, C., Bayer,A., Cosgrove, S.E.,Daum, R.S.,Fridkin, S.K.,Gorwitz, R.J., Kaplan,
S.L, Karchmer, A.W., Levine, D.P, Murray, B.E, Rybak, M.J., Talan, D.A,
and Chambers, H.F., 2011. Clinical Practice Guidelines by the Infectious
Diseases Society of America for the Treatment of MethicillinResistant
Staphylococcus Aureus Infections in Adults and Children,Clinical Infectious
Disease, 52: 138.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Nester,E.W.,C.E.Roberts & B.J.McCarthy. 1973. Microbiology Molecules, Microbes,
and Man.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitia
nDetail&act=view&typ=html&buku_id=68072 (diakses 27 April 2015).
Schlegel,H.G. dan Schmidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Todar, K., 2007. Staphylococcus. University of Wisconsin-Madison Department
Of Bacteriology, http:// www.bact.wisc edu/.com
Yuwono.
2012.
Mikrobiologi
Kedokteran.
Available
online
at