PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit langsung yang mengenai parenkim paru
yang disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman tuberculosis mengenai paru tapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (Brunner & Suddarth, 2001).
TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia, berdasarkan laporan tahun 1997 Indonesia menduduki tempat
ketiga sebagai penyumbang kasus tuberculosis enam belas negara di dunia.
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga tahun 1995. Penyakit TB
paru
merupakan
penyebab
kematian
nomor
tiga
setelah
penyakit
bagi
lingkungan
sekitarnya.
Beberapa
faktor
yang
erat
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lain untuk mendapatkan keterangan.
Penulisan melakukan wawancara pada klien, keluarga, perawat
ruangan dan tim kesehatan mengenai teori tentang keadaan klien dengan
penyakit tuberculosis paru di ruang Umar Rumah Sakit Roemani
Semarang.
3. Studi dokumenter
Studi dokumenter adalah suatu teknik diperoleh dengan mempelajari
buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada.
Penulis mempelajari buku laporan, catatan mengenai data-data klien
Tn.A dengan penyakit tuberculosis paru di Ruang Umar Rumah Sakit
Roemani Semarang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi untuk mendapatkan data fisik klien secara keseluruhan (Patricia
A. Potter, 1996). Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara langsung
pada klien Tn.A dengan penyakit tuberculosis di ruang Umar Rumah Sakit
Roemani Semarang.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Tuberculosis
adalah
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel
alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar
tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu
fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit
besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting (Brunner & Suddarth, 2001: 512).
1. Definisi Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung O2 ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran
zat antara O2 ditarik dari udara masuk kedalam darah dan CO2 akan
dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO 2 akan dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh
melalui kapiler-kepiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) ke aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan
sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisanya dari)
dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran
darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra) ke otak
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonaris ke
jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
10
2. Fungsi Pernafasan
a. Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh
tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
b. Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang
(karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
c. Menghangatkan dan melembabkan udara.
Setelah udara luar di proses didalam hidung masih memerlukan
epiglotis yang berguna untuk menutup laring, sewaktu menelan, sehingga
makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernafas epiglotis
terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka kita
mendapat serangan batuk untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut
dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar yaitu gunanya untuk
menyaring debu-debu, kotoran-kotoran, dan benda-benda asing.
Ada benda asing/ kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada
selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin-bersin, kadangkadang terjadi batuk-batuk, benda asing/ kotoran tersebut bisa dikeluarkan
melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara yang
masuk kedalam alat-alat pernafasan benar-benar bersih.
11
Tapi kalau kita bernafas melalui mulut, udara yang masuk kedalam
paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, ini bisa
mengakibatkan gangguan terhadap tubuh, dan sel-sel bersilia (bulu-bulu
getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan
dehidrasi.
Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernapas melalui
mulut, misalnya pada operasi hidung, pengangkatan polip, karena setelah
operasi pada kedua hidung diisi tampon sehingga bernapas melalui mulut
tidak merugikan. (Evelyn, Pearce. 2000)
12
13
C.
D.
E.
14
C. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru
oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet
nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (pedoman nasional
penanggulangan tuberculosis, cetakan ke 8, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. 2002).
D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,
infeksi tuberculosis terjadi melalui (airban) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya
diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Sylvia Price, 1996).
15
16
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler
materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam
percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari
paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan
meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
(Sylvia A. Price, 1996)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala
17
18
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak teratur.
Klasifikasi diagnosis TB adalah
1. TB paru
19
a. BTA (bakteri tahan asam) mikroskopis langsung (+) atau biakan (-),
kelainan foto toraks menyokong TB paru dengan gejala klinis sesuai
TB paru.
b. BTA (bakteri tahan asam) mikroskopis langsung atau biakan (-) tetapi
kelainan rontgen atau klinis sesuai dengan TB paru dengan
memberikan perbaikan pada pengobatan awal inti TB paru (initial
therapy) pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat.
2. TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan
bakteri tahan asam (BTA) didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan
BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau
pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB
paru. Pengobatan dengan inti TBC sudah dapat dimulai.
3. Bekas TB paru (tidak sakit)
Ada riwayat TB paru pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa
pengobatan atau gambaran rontgen normal / abnormal tetapi stabil pada
foto serial dan sputum GBTA (+) kelompok ini tidak perlu diobati.
F. Komplikasi
Penderita TB paru antara lain:
1. Pendarahan
dari
saluran
pernafasan
bagian
bawah
yang
dapat
20
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Regimen dasar pengobatan TB paru adalah kombinasi isonizid
(INH) dan rifamicin selama 6 bulan dengan pyrazinamide (P2A) pada 2
bulan pertama. Pada TB berat dan ekstra pulmonal biasanya pengobatan
dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah asam bucal
dan streptomran) dilanjutkan dengan inti-inti ritamicin selama 4-10 bulan,
sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis TB peritonitis TB miliar dan
efusi pleura diberikan contikosteroid oleh prednisone 1-2 mh/kgBB/hari
selama 2 minggu, diturunkan secar bertahan (fenering of) SMP 2-5
minggu (Arief Mansjoer, dkk. 1998).
Diet yang diberikan pada penderita makanan yang tinggi kalori,
protein agar penderita TB cepat sembuh, maka penderita harus minum
obat secara teratur sesuai petunjuk, makan-makan yang cukup gizi, rajin
kontrol ke puskesmas atau sarana.
2. Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaan perawatan untuk klien ditujukan agar:
a. Klien dapat mempertahankan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret
tanpa bantuan
b. Kebut nutrisi klien dapat terpenuhi
21
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala
Tanda
2.
Integritas EGO
Gejala
Tanda
22
3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan. tidak dapat mencerna penurunan
berat badan.
Tanda
Tanda
5. Pernafasan
Gejala
Tanda
23
6. Keamanan
Gejala
Tanda
7. Interaksi sosial
Gejala
: perasaan
isolasi/
penolakan
karena
penyakit
menular,
b.
24
g.
Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis,
GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
j.
25
I. Pathway
Mycobacterium tuberculosis
Airbone / inhalasi droplet
Saluran pernafasan
Paru-paru
Alveolus
Peradangan bronkus
Penumpukan sekret
Alveolus
mengalami
konsolidasi
dan eksudasi
Terjadi perdarahan
Sekret keluar
saat batuk
Batuk terus
menerus
Tidak efektif
Gangguan
pertukaran
gas
Sekret sulit
dikeluarkan
Demam
Obstruksi
Peningkatan
suhu tubuh
Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
Sesak nafas
Terhisap orang
sehat
Resiko
penyebaran
infeksi
Gangguan
pola nafas
tidak efektif
Anoreksia
malaese mual
muntah
Keletihan
Intoleransi
aktivitas
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
26
J. Diagnosa Keperawatan
1. Berikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuk
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek
paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan tebal
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
5. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigenasi untuk aktivitas.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi, keterbatasan kognitif.
8. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan pertahan
primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses inflamasi,
malnutrisi.
27
bunyi
nafas
dapat
menunjukkan
28
tinggi
mengencerkan
sekret,
cairan
membantu
membantu
untuk
untuk
mudah
dikeluarkan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuk
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali
aktif
b. KH : dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman dan
pernafasan normal
c. Intervensi
1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot
aksesoris, catat setiap perubahan
Rasional : Kecepatan
biasanya
meningkat,
dispnea
terjadi
29
30
31
Rasional : berguna
dalam
mendefinisikan
derajat/
luasnya
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan
pemecahan
masalah
untuk
meningkatkan
menghemat
energi
khususnya
bila
32
perbedaan
individual
dalam
kebutuhan
tidur
33
34
takut
terhadap
kesulitan
bernafas
dapat
35
36
37
anoreksia
(mal
nutrisi
sebelumnya,
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2008 pukul 12.00 di ruang Umar
Rumah Sakit Roemani Semarang.
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama
: Tn.A
Umur
: 31 tahun
Jenis
: Laki-laki
Suku bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Belum kawin
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Supir
Alamat
: Semarang
Tanggal masuk
: 22 Mei 2008
No. register
: 24.20.23
Diagnosa medis
: TB paru
: Tn.K
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMAs
39
Pekerjaan
: Swasta
40
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : mual muntah
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 22 Mei 2008 klien datang bersama keluarga, klien dengan
keluhan mual-mual diare dan batuk-batuk kemudian klien dirawat inap di
ruang Umar Rumah Sakit Roemani Semarang dengan diagnosa TB.
3. Riwayat penyakit dahulu
9 bulan yang lalu klien pernah dirawat di rumah sakit William Boot
dengan keluhan dan diagnosa yang sama, kemudian klien sembuh.
4. Riwayat keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti
klien saat ini. Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit menular
Tetapi kalau penyakit keturunan tidak ada.
41
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, buah
dan lauk pauk dan minum 5-6 gelas sehari.
Selama sakit klien mengalami perubahan dalam makannya, klien makan
hanya piring karena perutnya mual-mual. Minum klien 6-7 gelas perhari
BB : 40 kg.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1 hari satu kali dengan konsistensi lembek,
warna kuning bau khas BAK 6 kali dalam sehari.
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien biasanya melakukan aktivitas seperti mandi, ganti
baju, makan dan minum, bekerja dilakukan sendiri.
Selama sakit : aktivitas klien seperti mandi, ganti baju, makan dan buang
air besar dan kecil selalu dibantu oleh keluarga.
5. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien biasanya tidur 8-9 jam setiap hari dan selama sakit
klien tidur dalam sehari 8-10 jam setiap hari.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Klien tidak ada gangguan dalam kemampuan sensasi seperti penglihatan,
pendengaran, pengecapan dan perabaan. Klien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran. Kemampuan kognitif kemampuan mengingat, bicara
dapat dipahami dan pesan dapat diterima, klien juga mampu mengambil
keputusan. Pola kognitif orang tua klien berharap putranya cepat sembuh.
7. Pola hubungan dengan orang lain
42
Hubungan klien dengan keluarga dan tetangga dan petugas kesehatan tidak
mengalami perubahan. Kemampuan klien dalam berkomunikasi mampu
dipahami oleh orang yang ada di sekelilingnya. Klien selalu ditunggui oleh
ibunya.
8. Pola reproduksi dan seksual
Klien belum mempunyai keluarga, alat kelamin klien tidak ada keluhan
seperti nyeri. Klien juga tidak menggunakan alat bantu seperti kateter.
9. Persepsi diri dan konsep diri
Klien berharap setelah mendapat perawatan sakit klien mengalami
perubahan konsep diri.
a. Citra diri / body image : klien menerima keadaan tubuhnya tetapi
sakitnya mempengaruhi tubuhnya seperti BB klien menurun
b. Identitas, klien seorang laki-laki yang normal, klien puas sebagai lakilaki karena klien mempunyai teman perempuan
c. Peran : klien berperan sebagai anak yang baik bagi kedua orang
tuanya klien berperan sebagai anak yang berbakti dan selalu
membantu kedua orang tuanya
d. Ideal diri : harapan klien terhadap dirinya agar cepat sembuh dan
berperan kembali sebagai anak yang baik dan selalu membantu orang
tuanya
e. Harga diri : klien selalu dihargai oleh adik-adiknya. Klien tidak
merasa rendah diri dengan keadaannya
10. Pola mekanisme koping
43
D. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum : cukup
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
RR : 32 x/mnt
S : 36,50C
4. Pengukuran antropometri
TB : 165
BB : 40 kg
Lingkar lengan atas : 42 cm
5. Kepala : mesocepal
44
Per
Pal
Aus
45
13. Kulit : warna putih, tidak ada luka ataupun jahitan, tidak ada infeksi di
tusukan infus dan tidak ada balutan dan tidak ada jejas
E. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 22 Mei 2008
Hemoglobin
10.8
g/dl
Leukosit
15.400
/mm3
Trombosit
746.000
/mm3
Hematokrit
34.9
Eosinofil
N-segmen
82
Basofil
Limfosit
Monosit
LED
98
mm/jam
Erytrosit
4.06
jt/mm3
MCV
86
umb
MCH
26
pq
MCHC
31
g/dl
46
Imunoserologi
HB5A9
negatif
Anti HCV
negatif
Kimia darah
GDS
125
mg/dl
Uric atid
6.4
mg/dl
Cholesterol
104
mg/dl
Trigliserida
139
mg/dl
Protein total
850
g/dl
Globulin
5.46
g/dl
Albumin
3.10
g/dl
SGOT
13
u/L
SGPT
17
u/L
Calsium
14.1
mmol/l
Kalium
44
mmol/l
Natrium
155
mmol/l
Chloride
122
mmol/l
Urinalisa
Warna
kuning
Kekeruhan
agak keruh
Keasaman
6.0
Protein
(+ 4)
Reduksi
negatif
47
Epitel
3-5/I pk
Lekosit
2-3/I pb
Eritrosit
1-2/I pb
Kristal
negatif
Cylinder granuler
1-2/I pk
Urobilinogen
negatif
Bilirubin
negatif
Bakteri
positif
Feices
Warna
hijau
Konsistensi
cair
Lendir
positif
Parah
negatif
Amoeba
negatif
Telur cacing
negatif
Lekosit
1-2/I pb
Eritrosit
1-2/I pb
Sisa makanan
positif
Bakteri
positif
Jamur
positif
Sudan III
negatif
48
Therapy
Po : Nori F
Caprofil 1x1
Metronedosol 3x500 gr
Cefotaksin 2x1 gr
Ranititin 1x2 ampul
49
F. Analisa Data
No
Data
1. DS : Klien mengeluh mual-mual,
muntah, tidak nafsu makan.
2.
Etiologi (E)
Mual, muntah
kurang dari
dan anoreksia.
kebutuhan tubuh.
Ketidakefektifnya
Sekret sukar
bersihan jalan
dikeluarkan
3.
Masalah (P)
Gangguan nutrisi
nafas.
mengeluarkan sekret.
DS : Ibu klien mengatakan belum
Kurang
Kurangnya
pengetahuan
informasi yang
TT
berhubungan
dengan penyakit
tuberculosis.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia ditandai dengan klien mengeluh mual-mual,
muntah, tidak nafsu makan.
2. Ketidakefektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan Sekret sukar
dikeluarkan ditandai dengan klien mengeluh kalau batuk tidak keluar
sekret.
50
Rencana Keperawatan
No.
Tanggal
26-05-08
Rencana
- Catat status nutrisi pada saat
datang
- Pastikan makanan dari rumah
sakti disukai klien
- Awasi masukan /
meningkatkan dan
periodik
mempertahankan BB.
26-05-08
2.
otot aksesori
- Mengeluarkan sekret /
mengeluarkan sekret
- Menunjukkan perilaku
51
- Berpartisipasi dalam
program pengobatan.
26-05-08
3.
banyak minum
- Kolaborasi otot-otot sesuai
indikasi
- Memberikan pendidikan
TB Paru
- Memberikan pengertian,
tanda-tanda dan gejala
tentang penyakit TB Paru.
Implementasi
No
Tgl/Jam
Tindakan Keperawatan
Dx
26-25-08 1
Mencatat status nutrisi klien
12.00
Respon
TT
S : -
penerimaan
Menganjurkan klien untuk
O : BB 40 kg
S : Klien kooperatif
O : Klien mencobanya
S : Klien mengatakan suka
rumah sakit.
O : Klien makan Cuma
27-05-08 II
08.00
diit TKTP
(bubur)
S : -
ketidakadekuatan dan
O : RR 22 x/mnt tidak
52
menggunakan otot
II
bantu.
S : Klien kooperatif
II
efektif.
Memberikan posisi tidur
O : Klien mencobanya
S : -
semi fowler.
fowler.
S : Klien mengatakan mau
sikat gigi
mulut)
banyak minum.
putih.
S : -
O : Infus RL 20 tetes
S : Injeksi masuk
advis.
O : Memberikan terapy
ranitidine 1 ampul
S : Klien mengikuti perawat
relaksasi.
untuk relaksasi.
Mempertahankan cairan
O : Klien mencobanya
S : -
infus parenteral.
tpm
S : -
53
nafas.
Mengobservasi KU pasien.
bunyi nafas.
S : O : KU cukup,
composmentis
S : Klien dan keluarga
kooperatif
O : Klien tirah baring dan
keluarga sedang
klien seperlunya.
membantu klien
(mengambilkan makan
Memonitor TTV
365 oC
S : Keluarga mengatakan
penyebab penyebab
penyakit TB Paru.
penyakit TB karena
kuman tapi tidak tahu
kuman apa?
O : Keluarga mengatakan
penyakit TB paru karena
kuman.
S : Ibu klien mengatakan
54
kali.
Memberikan penyuluhan
sering batuk.
S : Keluarga dan klien
kooperatif
O : Memberikan penyebab
kuman, penyebab TB
55
Evaluasi
No
Tgl/Jam
27-05-08
Evaluasi
TT
Dx
1 S : Mengatakan mual muntah, anoreksia berkurang.
08.00
27-05-08
09.00
P : Lanjutkan intervensi.
S : Klien mengatakan sudah bisa mengeluarkan sekret
sedikit-sedikit.
O : Klien masih batuk-batuk dan berusaha sedang batuk
efektif.
A : Masalah teratasi sebagian.
27-05-08
11.00
P : Lanjutkan intervensi.
S : Ibu klien mengatakan penyebab TB paru karena
kuman tuberculosis dan tanda-tandanya antara lain
batuk, keringat malam hari tanpa aktivitas.
O : Ibu klien kooperatif.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
56