PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui konsep keperawatan jiwa yang terdiri dari Model Interpersonal.
BAB II
PEMBAHASAN
(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Sebagai tambahan Hildegard
Peplau mengembangkan teori interpersonal perawatan. Pandangan interpersonal terhadap
penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari
hubungan interpersonal. Sullivan menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa
anak-anak terhadap kesehatan jiwa individu.
Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh dialami sewaktu bayi pada saat
merasakan kecemasan ibu. Selanjutnya kecemasan dihubungkan dengan penolakan/tidak
direstui oleh orang-orang yang dekat/penting bagi individu. Jika anak hanya menerima
stimulus penolakan atau kecemasan atau kritik, maka anak akan mengembangkan sistem
diri yang negatif.
Menurut Sullivan: individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada
dirinya. Ada 2 dorongan yang dimiliki pada individu:
a. Dorongan untuk kepuasan
Berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur, kesepian, nafsu.
b. Dorongan untuk keamanan
Berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu
kelompok tertentu
Proses terapinya yaitu mengoreksi pengalaman interpersonal dengan mengalami
hubungan yang sehat dengan terapis, klien akan belajar berhubungan interpersonal yang
memuaskan dengan re-edukasi dan mengembangkan hubungan saling percaya.
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres, 1986
Marriner-Tomey, 1994).
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa miuncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami
seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan teraupetik. Tujuan keperawatan adalah untuk
mendidik klien, keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan
kepribadian (Chin dan Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan
hubungan antara perawat dank lien dimana perawat bertugas sebagai sumber daya manusia,
narasumber, konseler atau konsultan, dan wali atau wakil bagian klien.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan m,asalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang btersedia. Sebagai contoh, ketika klien mencari
pertolongan, langkah pertama perawat dan klien membahas pokok masalah dan perawat
menjelaskan fasilitas yang ada. Dengan perkembangannya hubungan antara perawat dan
klien, perawat dank lien bersama-sama mendifinisikan masalah dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya.
Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat-klien
membentuk suatu kekuatan mendewasakan atau dorongan pertumbuhan melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber,
Anderson dan Sills, 1990).
Ketika kebutuhan dasar telah di atasi kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan
interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih
seperti berikut: orientasi, identifikasi, penjelasan, dan resolusi (Chin dan Jacobs, 1995).
Model dan konsep teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal, perawa-klien, dan masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit.
2. Fase identifikasi
Pada fase ini klien memberikan respon atau mengidentifikasi personal;an yang ia
hadapi bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien
berbeda satu sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu
klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang
meorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan positif serta member kepuasan
yang perlukan.
Fase identifikasi peran perawat apakah sudah melakukan atau tindakan sebagai
fasilitator yang memfasilitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asihan
keperawatan.
Selama fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan
mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan
tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini menumbuhakn sikap positif pada diri klien guna
melaju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa
yang diperlukan oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi beberapa alternatif untuk
mengatasi masalah klien.
3. Fase eksploitasi
Pada fase ini, perawat membaeri layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan
klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses
interpersonal. Selama fase ekploitasi klien mengambil secara penuh nilai yang di
tawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.
9
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami
keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk
menggali dan mengungkapakan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan
dan mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu klien dalam memberikan
gambaran kondisi klien.
Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan
fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalah. Jika fase ini
berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.
4. Fase resolusi atau terminasi
Pada fase resolusi, tujaun bersama antara perawat dan klien sudah sampai tahap
akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin. Fase
resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat
terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan
pada masing-masing fase. Indicator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah
mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupun klien
akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan.
Peran tersebut berbeda pada setiap fasenya.ke enam peran tersebut adalah orang asing
(rol all the stranger), peran sebagai nara sumber (role of resource person), peran sebgai
pengajar ( teaching role), sebagai kepemimpinan ( leadership role ), peran sebagai wali (
surriogate role ), dan peran sebagai penasehat ( conselling role).
Role off streanger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Disini,
kedua belah pihak merupkan orang asing bagi pihak lain. Sebagai orang asing, perawat
harus memperlakukan pasien secara sopan, tidak boleh memberi penilaian sepihak,
menerima klien apa adanya, serta memeperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam
perannya sebagai narasumber (role of resource person), perawat memeberi jaawaban
yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama mengenai informasi kesehatan.
Selain itu, perawat juga mengiterpresentasikan kepeda klien rencana keperwatan dan
rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupkan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan
informasi. Teaching role menurut peplau terdiri dari dua kategori yaitu intruksional,
10
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Konsep Model Kesehatan Jiwa. Kami selaku penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Terima Kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. 2004. Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:
EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC: Jakarta
Stuart, Gail W. 2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
14