PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Besi di alam dapat ditemukan dalam 2 macam bentuk, yaitu dalam bentuk batuan
seperti batu besi merah, batu besi magnit dan lain lain. Dalam bentuk pasir seperti
pasir besi titan (mengandung oksida besi Fe3O4 yang bercampur dengan oksida
titan), pasir besi spat (Fe.CO3) atau yang disebut speroseiderit yang mengandung
40% besi bercampur dengan tanah liat. Dalam makalah ini kita akan membahas
mengenai pasir besi. Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa
(Lumajang, Ciamis, Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh,
Sulawesi Utara (Minahasa Selatan), NTT(Kabupaten Manggarai), dan Bengkulu.
Pasir besi di pesisir pantai selatan ini sudah dikenal sejak tahun 1976. Pasir besi
yang berada di sepanjang pesisir selatan Kulonprogo ini sendiri merupakan pasir
besi yang istimewa karena tidak seperti pasir besi pada umumnya yang hanya
mengandung titanium, tetapi juga mengandung vanadium. Pasir besi yang
mengandung vanadium yang baik hanya ada di Meksiko dan di Indonesia terdapat
di Jogja. Vanadium sering dimanfaatkan untuk memproduksi logam tahan karat dan
peralatan yang digunakan dalam kecepatan tinggi. Foil vanadium digunakan
sebagai zat pengikat dalam melapisi titanium baja, seperti dalam pembuatan tank
anti roket atau pembuatan pesawat ulang alik. Vanadium memiliki sifat yang jika
terkena gesekan panas 2000 derajat celcius akan mencair. Oleh karena itu, pasir
besi di pesisir selatan dapat dikatakan emas hitam. Oleh sebab itu sangatlah penting
bagi kita sebagai mahasiswa teknik pertambangan untuk dapat mengenal dan
mendalami seluk beluk pasir besi sebagai aset penting di Indonesia demi kemajuan
bangsa.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penyusunan makalah ini hanya pada pasir besi yang
proses penambangannya dilakukan di pesisir pantai. Pembatasan ini diperlukan agar
nantinya masalah yang dibahas tidak meluas.
C. Identifikasi Masalah
Dalam pembahasan makalah ini, identifikasi masalahnya terkait pada genesa pasir
besi, manajemen tambangnya, metode dan pengolahan pasir besi, serta ekonomi
mineralnya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana keterjadian pasir besi di alam?
2. Bagaimana cara pengolahan pasir besi dan proses penambangannya?
3. Bagaimana keekonomisan pasir besi ini, hal ini terkait pada ekonomi mineral
4. Bagaimana manajemen tambangnya?
E. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pengolahan dan penambangan pasir besi serta
penangannya dalam dunia pertambangan sehingga menjadi bernilai ekonomi.
2. Mengetahui ekonomi mineral dari pasir besi ini.
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pengetahuan baik itu bagi penulis maupun pembaca
nantinya.
2. Sebagai tambahan sumber referensi tentang pasir besi ini.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah ekonomi mineral jurusan
teknik pertambangan UNP
BAB II
ISI
A. Pasir Besi di Alam
Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,
Cilacap, Banten, Yogyakarta,dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa
dan batu pasir kasar agak sedikit karbonatan, umur Holosen. Endapan Aluvial dan
endapan pantai Terdiri dari material rombakan sungai karena pengangkatan terdiri
dari kerikil, kerakal dan pasir, terutama terjadi pada sungai besar dekat pantai
berupa endapan teras. Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa
dibandingkan
dengan
mineralisasi
logam
lainnya
yang
umum
terdapat.
Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari
batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik
hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia
dan fisika.Di daerah pantai, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari
akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika
hubungan antara geologi yang ada dengan pembentukan endapan pasir besi di
daerah tersebut. Pengukuran dengan teodolit jenis TO dilakukan untuk membuat
baseline dan crossline titik-titik pemboran. Penentuan posisi titik pertama dalam
pengukuran referensinya adalah dengan data GPS. Pemboran dilakukan pada
daerah pantai yang mengandung pasir besi dengan interval panjang (baseline) 400
meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemboran dilakukan dengan
menggunakan bor tangan (hand auger) jenis Doomer yang dilengkapi dengan
casing berdiameter 2,5 inchi. Proses separasi magnetik dilakukan dengan metode
increment. Hasil dari increment dipergunakan untuk menentukan nilai MD. Nilai
magnetic degree (MD) diperoleh dari hasil pengukuran berat konsentrat dibagi
berat asal dikalikan 100% . Sedangkan untuk mengetahui komposisi dan kadar tiap
mineral didalam pasir besi dilakukan analisa unsur Fe 2O3, Fetotal, TiO2 dan H2O
terhadap sampel yang sudah menjadi konsentrat. Endapan pasir besi yang
dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur mempunyai MD > 7%. Total
sumber daya terukur dihitung dengan cara menjumlahkan sumber daya tiap
lubang bor.
dalam
rangka
upaya
pencarian,
timah, pasir besi, emas dll. Berdasarkan cara penggaliannya, maka alluvial mine
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Tambang Semprot (Hydraulicking).
Pada tambang semprot penggalian endapan alluvial dilakukan dengan
menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi yang berasal dari
penyemprotan yang disebut monitor atau water jet atau giant. Tekanan aliran
air yang dihasilkan oleh monitor dapat diatur sesuai dengan keadaan material
yang akan digali atau disemprot yang biasanya bisa mencapai tekanan sampai
10 atm. Untuk memperbesar produksi biasanya : Digunakan lebih dari satu
monitor, baik bekerja sendiri-sendiri atau bersama di satu permuka kerja,
Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti back hoe atau buldoser. Untuk
mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi pengolahan
digunakan air yang digerakkan dengan pompa. Jadi jika digunakan cara
penambangan tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk sperasi
penambangan maupun untuk proses pengolahannya (konsentrasi).
2. Penambangan dengan Kapal Keruk (Dredging).
Penambangan dengan kapal keruk (MGM = Mesin Gali Mangkok) ini
digunakan bila endapan yang akan digali terletak di bawah permukaan air,
misalnya di lepas pantai, sungai danau atau dia suatu lembah dimana tersedia
banyak air. Berdasarkan macam alat-galinya, maka kapal keruk yang
digunakan untuk penambangan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :Multi
bucket dredge yaitu kapal keruk yang alat-galinya berupa rangkaian mangkok
(bucket), Cutter suction dredge, yaitu kapal keruk dengan alat-gali berupa pisau
pemotong yang menyerupai bentuk mahkota, Bucket wheel dredge, yaitu kapal
keruk yang dilengkapi dengan timba yang berputar (bucket wheel) sebagai alatgali. Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu :Sistem tangga (benches), yaitu cara pengerukan dengan
membuat atau membentuk tangga atau jenjang (benches), Sistem tekan, yaitu
cara pengerukan dengan menekan tangga (ladder) sampai pada kedalaman
yang dikehendaki, kemudian maju secara bertahap tanpa membentuk tangga.
Sistem kombinasi, yaitu merupakan gabungan dari cara atau sistem tangga
dengan sistem tekan. Biasanya sistem tangga dipakai untuk menggalikan tanah
penutup, sedangkan sistem tekan untuk menggali endapan bijihnya.
3. Manual mining method.
Manual method atau penambangan secara sederhana adalah penambangan yang
menggunakan tanaga manusia atau hampir tidak menggunakan tenaga masin
atau alat mekanis. Cara ini biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau
kontraktor kecil untuk menambang endapan yang Ukuran atau jumlah
cadangannya tidak besar. Letaknya tersebar dan terpencil. Tetapi endapannya
cukup kaya. Alat-alat konsetrasi yang biasanya digunakan pada manual method
ialah :
D. Manajemen Tambang
1. EKSPLORASI
Tatacara eksplorasi pasir besi meliputi urutan kegiatan eksplorasi pasir
besi mulai dari kegiatan sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan
dan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan untuk mengetahui potensi
pasir besi.
- Kegiatan Sebelum Pekerjaan Lapangan
a. Studi Literatur
yang dilakukan meliputi: pengumpulan dan
pengolahan data serta laporan kegiatan sebelumnya.
b. Studi Penginderaan Jarak Jauh dengan jenis data yang dapat
digunakan dalam studi ini meliputi : data Citra Landsat MSS TM/
Tematic mapper, SLAR, Spot image dan foto udara. Dengan data
penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan interpretasi gejalagejala
geologi yang berguna sebagai acuan dalam eksplorasi pasir besi.
c. Studi Geofisika dengan data yang digunakan dalam studi ini
merupakan data geofisika berupa anomali kemagnetan.
d. Persiapan dan Penyediaan Peralatan Lapangan untuk pekerjaan
lapangan antara lain: peta dasar topografi dan peta geologi, alat bor
tangan, alat ukur topografi, palu geologi, kompas geologi, loupe, alat
tulis, magnetik pen, susceptibility meter, Global Positioning System
(G.P.S.), kamera, alat gali, pita ukur, alat preparasi conto, kantong
conto dan peralatan keselamatan kerja.
8
pantai
untuk
menggambarkan
dengan
garis pantai
dan
garis-garis lintang
yang
Tujuan
dari
Ivan
berdiameter
2,5
berada di bawah permukaan air tanah dan bawah permukaan air laut
diambil dengan bailer yang dilengkapi ball valve. Conto-conto
9
diambil untuk setiap kedalaman 1,5 meter atau setiap satu meter dan
dibedakan antara conto dari horizon A, conto horizon B dan conto
dari horizon C. Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan
pada pekerjaan ini disesuikan dengan tahapan survei, sebagai contoh
pada tahapan eksplorasi rinci digunakan pola pemboran dengan
interval 100 m x 20 m (Gambar 2).
e. Pembuatan Sumur Uji, pada umumnya dilakukan pada pasir besi
undak
tua
yang
telah
mengalami
kompaksi.
Kegiatan
ini
Kemagnetan
(MD),
diawali
dengan
setelah
kimia
dilakukan
terhadap
conto individu
Fe total (FeO dan Fe2O3, Fe3O4) dan Titan. Analisa kimia dapat
dilakukan dengan beberapa metoda, antara lain AAS, volumetrik,
XRF dan ICP. Analisa fisika yang dilakukan antara lain analisa
mineral butir, analisa ayak, analisa sifat magnetik dan berat jenis.
Analisa
persen
mineral
berat
butir
mineral
dilakukan
magnetik
maupun
10
tentang
secara
kondisi
seksama
untuk
memberikan
E. Pengolahan Mineral
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Selain itu manfaat dan kegunaan pasir besi
adalah bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan tinta laser,
bahan utama untuk pita kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat, bahan
dasar untuk industri magnet permanent. Secara umum pasir besi terdiri dari mineral
opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti,
kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematite.
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting, merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik
dan andesitik volkanik. Indonesia sebenarnya memiliki jumlah cadangan pasir besi
dalam bentuk pasir besi titan yang termasuk banyak di daerah Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Besar cadangan yang terukur sampai saat ini adalah kurang lebih 230
juta ton dengan perkiraan masih lebih banyak lagi cadangan pasir besi yang belum
tereksplorasi. Selama ini pasir besi titan yang didapatkan di Jawa Tengah dan
Yogyakarta hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku tambahan untuk proses
11
manufaktur semen di Jawa dan Sumatera. Sedangkan untuk produksi baja, pihak
lokal harus mengimpor bahan baku dari luar negeri secara keseluruhan. Dengan
meningkatnya kebutuhan akan produk berbasis besi-baja akhir-akhir ini, sudah
semestinya kita mulai melirik pasir besi titan asal negeri kita sendiri sebagai bahan
baku produksi besi-baja di Indonesia.Proses pengolahan pasir besi berbeda dengan
proses pengolahan besi biasa yang menggunakan tanur tinggi (blast furnace). Hal
ini dikarenakan adanya logam ikutan berupa berupa titanium dalam jumlah yang
besar. Logam titanium ini mengakibatkan terak yang terbentuk menjadi sangat
kental. Hal inilah yang menjadi hambatan operasional bagi pabrik-pabrik yang
ingin memanfaatkan pasir besi titan sebagai bahan baku produksinya, seperti PT.
Krakatau Steel yang mesin-mesinnya tidak cocok untuk menghadapi kendala
semacam ini. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, dibutuhkan
pencarian atas proses yang tepat dan teruji serta efisien agar pasir besi titan yang
ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebagai acuan, digunakan proses SL/RN
yang telah digunakan secara komersial dan dimodifikasi oleh New Zealand Steel,
Ltd. Dari proses yang ada ini, akan dilakukan perubahan-perubahan dan
penyempurnaan-penyempurnaan sehingga didapatkan proses yang lebih sesuai
dengan kondisi Indonesia.Penelitian dilakukan pada beberapa tahap, di antaranya
adalah tahap benefisiasi dan optimalisasi reduksi serta perolehan besi dan logam
ikutan seperti titanium dan vanadium. Produk-produk akhir yang didapat adalah
pigmen TiO2, logam titanium dan Ferro Vanadium.
a. Pasir Besi Titian
Pasir besi titan asal Indonesia yang didapatkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta
berasal dari pelapukan batuan-batuan andesit yang dibawa oleh aliran sungai dan
diendapkan di pantai oleh bantuan dari gelombang laut. Hasil analisis mineral :
Melalui analisa Petrografi :
(FeTiO3)
Mineral bukan bijih tersusun atas : Hypersthene, Albit, Augit, Biotit, Kwarsa
12
Magnetic Separator
c. Proses SL/RN (NEW ZEALAND STEEL , LTD.)
Karena proses untuk memisahkan besi dan titanium secara fisis sulit dilakukan,
maka ditempuhlah jalan lain berupa metode kimia, yakni dengan jalur reduksi
dan peleburan. New Zealand Steel, Ltd. Merupakan perusahaan satu-satunya
13
yang berhasil melakukan peleburan pasir besi titan secara komersial dengan
cara memodifikasi proses SL/RN.
percuma.
Sensible heat dan chemical heat yang keluar dari Melter belum
dimanfaatkan.
Ketergantungan elektroda grafit impor.
dari
bijih
besi
sebagai
bahan
baku,
seperti
digerus
atau
14
Reduksi
Pada tahap ini diperlakukan proses aglomerasi/pelletasi bijih dengan cara
mencampur bubuk batubara dengan ukuran yang sama. Dengan cara
demikian, diharapkan bahwa kontak yang terjadi antara pasir besi titan
dengan batubara menjadi lebih sempurna, sehingga proses reduksi pada
multi heart furnace dan rotary kiln dapat berjalan dengan sempurna. Bahan
imbuhan seperti betonit dan sebagian batu kapur juga dimasukkan ke
dalam proses aglomerasi dengan tujuan agar kualitas pellet menjadi lebih
kuat dan mengurangi kekentalan pada terak pada saat proses peleburan.
Keuntungan lain yang bisa didapat ialah batubara yang dugunakan
merupakan batubara dengan jenis yang umum dan mudah diperoleh.
Sedangkan kerugian yang ditimbulkan ialah diperlukannya ongkos
tambahan pada proses penggerusan dan pelletasi. Proses reduksi ini
merupakan tahap yang memegang peran penting, karena jika terjadi
reduksi berlebihan, akan menyebabkan TiO2 tereduksi menjadi TiO3.
Akibatnya adalah terak yang nantinya terbentuk akan menjadi sangat
kental dan mempersulit proses pengeluaran terak tersebut dari dalam
tungku. Dengan mengkalkulasi perhitungan energi bebas reaksi, kita dapat
membuat perkiraan mengenai derajat reduksi yang dikehendaki, sehingga
seluruh besi dan mayoritas vanadium akan tertinggal pada cairan logam
(hot metal) yang terdapat pada bagian bawah, sedangkan titanium akan
15
16
Unsur titanium dalam TiO2 dalam slag perlu ditingkatkan kadarnya agar bisa
diproses dalam tungku khlorinasi untuk lebih lanjut diproses menjadi pigmen
TiO2 dan logam titanium stekag melewati proses purifikasi terlebih dahulu.
V2O5 yang terkandung dalam terak bisa diolah menjadi V 2O5 flake dan bentuk
master alloy Ferro Vanadium.
DIAGRAM ALIR PROSES
F. EKONOMI MINERAL
1. Pasir Besi di Indonesia
17
Daerah
Jawa Barat
Jawa Timur
Sumatera Utara
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Bali
Papua
Persentase Persebaran
28,8 %
22,4 %
17,9 %
13,4 %
6,5 %
6%
3%
2%
18
19
Sedangkan potensi cadangan pasir besi di Indonesia menurut Dir. Sumber Daya
dan Inventarisasi Mineral pada tahun 2004 adalah sekitar 107.18 juta ton.
Ini berarti jumlah pasir besi di Indonesia hanya 2,8% dari jumlah pasir besi di
New Zealand dan 16% dari jumlah pasir besi di Filipina.
Tabel perbandingan cadangan pasir besi
0
New Zealand
3.
Filipina
Indonesia
20
Volume, Tons
14.868,80
88.337,10
10.574,60
133.694,50
718.811,30
966.286,30
Volume, Tons
17.842,56
97.170,81
12.689,52
160.433,40
Semen
898.514,13
Total
1.186.650,42
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Kelimpahan Pasir besi dialam harus lah digunakan semaksimal mungkin
sebagaimana amanah UUD
tambang selalu merubah bentang alam, dan berbicara tentang penambangan pasir besi
yang berada minimal 100 m dari bibir pantai, kita juga harus mempertimbangkan Muka
Air Tanah berdasarkan pertimbangan Hidrogeologi, kedalaman penambangan pasir besi
harus diperhitungkan secara benar berdasarkan data geoteknik. Akhir dari penambangan
yang baik adalah ketika lahan bekas tambang dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat, ending dari penambangan pasir besi yang kita harapkan adalah masyarakat
dapat mengelola nya menjadi lahan tanam siap pakai.
Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda- beda. Hal itu disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti :
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi.
2. Faktor fisika dan kimia(suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material.)
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.docstoc.com/?doc_id=54768689&download=1
http://realmwk.files.wordpress.com/2010/05/skema-proyek-pasir-besi-di-kp18jan2009.jpg
http://realmwk.wordpress.com/2010/04/14/sultan-proyek-penambangan-pasir-besiditentukan-amdal/
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202007/LOGAM/Logam_EksplorasiPasirBesi_MinahasaSelatan_SULUT.pdf
http://drdbengkulu.wordpress.com/2011/09/22/dampak-negatif-penambangan-pasirbesi-studi-kasus-dermaga-linau-kecamatan-maje-kabupaten-kaur/
http://realmwk.wordpress.com/2010/04/26/pasir-besi-pesisir-selatan-terbaik-di-dunia/
http://www.pam-group.com/en/en.prmprocess.htm
23