Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu pernah mengalami dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan
yang paling umum orang mencari perawatn kesehatan walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering di bidang medis,nyeri merupakan salah satu yang paling di
pahami. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita atau mencari
upaya menghilangkan nyeri. Nyeri bersifat subyektif, tidak ada 2 individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan
respon atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri merupakan sumber
penyebab frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan.
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang di rasakan dalam kejadiankejadian di mana terjadi kerusakan ( IASP,1979 ). Nyeri dapat merupakan faktor utama
yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Jelaskan jenis-jenis nyeri yang dialami pasien tersebut!
Termasuk derajat nyeri apa pada kasus di atas?
Bagaimana uraian pengkajian nyeri PQRST pada kasus di atas?
Bagaimana tindakan nonfarmakoterapi yang dapat diberikan pada kasus di atas?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis nyeri yang dialami pasien tersebut
Untuk mengetahui derajat nyeri apa pada kasus
Untuk mengetahui uraian pengkajian nyeri PQRST pada kasus
Untuk mengetahui tindakan nonfarmakoterapi yang dapat diberikan pada kasus

Masalah Nyeri

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut
pernah mengalaminya.
Wolf Weifsel Feurst (1972), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.
Arthur C Curtn (1983) Mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme
prduksi bagi tubuh , timbul ketika jaringan sedang ditusuk, dan menyebaban
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
Srumum Mengartikan nyeri sebagai suatu keadan yang tidak menyenangkan
akibatnya terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti leh reaksi fisik, fisilgis, dan emosinal.
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
2.2 Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan waktu
a. Nyeri akut
Nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang
merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan
jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung
sementara, kemudian akan mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada

Masalah Nyeri

nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Contoh nyeri akut ialah
nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca bedah.
b. Nyeri kronik
Nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena patofisiologik
yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode yang lama
dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan
kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah
terjadi penyembuhan penyakit atau trauma dan biasanya tidak terlokalisir dengan
jelas.
2. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
Contoh: Terkena ujung pisau atau tergunting
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada
cutaneus.
Contoh: Sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
ischemia, regangan jaringan.
3. Berdasarkan Mekanisme Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
a. Nyeri fisiologis
Terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan,
misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri
sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan persepsi
nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami.
b. Nyeri inflamasi
Terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak
jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi
berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin,
prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi
nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor
menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia.
Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari proses inflamasi, tetapi
sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan pasien
Masalah Nyeri

mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi mendapat stimuli,
misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat makan, sendi yang
sakit semakin hebat bila digerakkan.
c. Nyeri neuropatik
Adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi
pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau
gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut
Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan

secara

aktif

oleh

keseimbangan

antara

neuron

dengan

lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan


keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA
(mekanisme perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan
fungsi sentral (mekanisme sentral).
4. Berdasarkan Penyebabnya
1) Fisik
Bisa terjadi karena stimulus.
Contoh: fraktur femur
2) Psycogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari.
Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
2.3 Derajat Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
skala intensitas nyeri

Masalah Nyeri

Keterangan :
0

:Tidak nyeri

1-3

: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6

: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan


lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9

: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapatmengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10

: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul

Skala Nyeri Verbal (Self Reported)


Ada beberapa skala nyeri yang dapat digunakan. Pada umumnya skala ini dibagi atas
skala kategorik (tidak sakit,sakit ringan, sakit sedang, dan sakit berat). Ataupun penggunaan
skala yang digambarkan sebagai garis horizontal atau vertical yang ujung-ujungnya diberi
nilai 0 menandakan tidak ada nyeri dan 10 menandakan nyeri yang hebat.
Verbal Rating Scale.
Verbal Rating Scale terdiri dari beberapa nomor yang menggambarkan tingkat nyeri
pada pasien. Pasien ditanya bagaimana sifat dari nyeri yang dirasakannya. Peneliti memilih
nomor dari skor tingkat nyeri tersebut dari apa yang dirasakan pasien. Skor tersebut terdiri
dari empat poin yaitu :
0 = Tidak ada nyeri atau perasaan tidak enak ketika ditanya
1 = Nyeri yang ringan yang dilaporkan pasien ketika ditanya
2 = Nyeri sedang yang dilaporkan pasien ketika ditanya

Masalah Nyeri

3 = Nyeri dihubungkan dengan respon suara, tangan atau lengan tangan, wajah merintih atau
menangis
Keempat poin ini secara luas digunakan oleh klinisi untuk menentukan tingkat
kebenaran dan keandalan. Untuk pasien yang memiliki gangguan kognitif, skala nyeri verbal
ini sulit digunakan.
Visual Analogue Scale
Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan Visual Analog
Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasaya 10 cm (atau 100 mm),
dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri)
sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan
7-10 = nyeri berat

2.4 Pengkajian Nyeri PQRST


Wawancara untuk Nyeri
Pendekatan untuk memperoleh riwayat detil dari seorang pasien dengan nyeri tidak
berbeda. Sebaiknya menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengetahui masalah pasien. Selain itu,
perhatikan juga faktor-faktor seperti menetukan lokasi yang lebih privasi ketika melakukan
wawancara, menunjukkan sikap yang suportif dan tidak menghakimi, memperhatikan tandatanda verbal dan nonverbal, dan meluangkan waktu yang cukup untuk melakukan
wawancara. Penggunaan mnemonik PQRST juga akan membantu mengumpulkan informasi
vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien . Contoh interaksi dengan pasien mengenai
nyeri
Pengkajian PQRST untuk Evaluasi Nyeri
P : Paliatif atau penyebab nyeri
Q : Quality/kualitas nyeri
R : Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri
S : Subyektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya
T : Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

Masalah Nyeri

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berdasarkan acuan mnemonik


PQRST:
Apa yang menyebakan nyeri? Jejas/luka? Latihan fisik/oleah raga? Stres?
Apa yang menyebabkan makin nyeri? Diet? Stres? Latihan fisik/olah raga?
Apa yang meredakan nyeri? Istirahat? Tenang? Obat?
Jelaskan bagaimana rasa nyeri, apakah tajam, tumpul? Seperti terbakar? Ngilu/lini?
Konstan? Hilang-muncul?
Di daerah mana nyerinya? Bisakah anda menunjuk daerah nyeri dengan telunjuk anda?
Apakah terasa nyeri pada daerah lain?
Apakah nyeri terasa menyebar ke daerah tubuh lain?
Seberapa parah nyerinya? Ringan? Sedang? Sangat nyeri?
Apakah nyeri menyebabkan perubahan pola hidup anda? Bagaimana?
Apalah nyeri menyebabkan anda terbangun pada malam hari? Apakah anda menjadi
sulit tidur?
Apakh nyeri mempengaruhi nafsu makan anda?
Apakah ada gejala lain? Mual/muntah? Diare/konstipasi? Berkeringat? Nafas tersengalsengal? Kepala terara ringan/melayang? Berdebar-debar?
Kapan nyeri terasa? Malam hari? Pagi? Setiap hari? Setiap bulan?
Kapan nyeri paling terasa berat?
Sudah berapa lama anda mengalami nyeri ini?

2.5 Tindakan Nonfarmakoterapi


a. Stimulasi dan Masase Kutaneus
Teori

gate

control

nyeri

bertujuan

menstimulasi

serabut

serabut

menstansmisikan sensasi tidak nyeri, memblok atau menurunkan transmisi impuls


nyeri seperti menggosok kulit dan menggunakan panas dingin (Smeltzer dan Bare,
2001) .
Massase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Massase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak
nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri. Massase membuat
pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot.

Masalah Nyeri

b. Terapi es dan panas


Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas
reseptor nyeri dan subkutan lain pada area cedera dengan menghambat proses
inflamasi. Agar efektif, es diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera
terjadi.Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
memungkinkan menurunkan nyeri dengan mempercepat kesembuhan.
c. Stimulasi saraf elektris transkutan
Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan
oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non- nosiseptor).
Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate kontrol.
d. Distraksi (Asmadi, 2008)
Adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat
dilakukan diantaranya :
Bernafas lambat dan berirama secara teratur
Bernyanyi, berirama dan menghitung ketukannya
Mendengarkan musik
Mendorong untuk berkhayal (guided imagery)
e. Massage (pijatan)
Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika
seseorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan. Stimulus
sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endokrin. Individu yang
merasa bosan atau diisolasi hanya memikirkan nyeri yang dirasakan sehingga ia
mempersepsikan nyeri tersebut dengan lebih akut. Distrksi mengalihkan perhatian
klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap
nyeri

bahkan

meningkatkan

toleransi

terhadap

nyeri.

Namun

ada

satu

kerugian.apabila upaya distruksi itu berhasil tenaga kesehatan atau keluarga dapat
menanyakan tingkat nyeri yang dirasakan. Distraksi dapat bekerja memberi
pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri

Masalah Nyeri

intensif hanya berlangsung beberapa menit misalnya selama pelaksanaan prosedur


invasif atu saat menunggu kerja analgesik.
f. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah teknik untuk mengurangi ketegangan otot skeletal dan
menurunkan kecemasan (Ramali, 2000). Terapi relaksasi ini merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (McCaffery, 1989).
Teknik didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang
merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala
ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien
dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Salah satu teknik
relaksasi adalah relaksasi autogenic. Prinsipnya klien harus mampu berkonsentrasi
sambil membaca mantra atau doa atau dzikir dalam hati seiring dengan ekspirasi
paru-paru.
Efek positif relaksasi pada anda yang menderita nyeri kronis adalah,
memperbaiki kualitas tidur, memperbaiki kemampuan pemecahan masalah,
menurunkan fatigue, meningkatkan kepercayaan diri dan self control dalam koping
terhadap nyeri, meningkatkan efektifitas terhadap tindakan lain untuk mengurangi
nyeri, memperbaiki kemampuan dalam toleransi (Priharjo, 1993).
g. Terapi relaksasi dan distraksi
Terapi relaksasi dan distraksi adalah merupakan bagian dari terapi perilaku
kognitif hal ini dikarenakan kedua metode ini sama-sama merupakan jenis terapi
yang mengendalikan nyeri dengan melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan
membuat pasien penderita nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya.
Hal ini tentu sangat berguna dalam proses penyembuhan dan penghilangan terhadap
rasa cemas, takut, dan perilaku menyimpang yang dapat merugikan pasien itu sendiri
(Stewart, 1996).
h. Imajinasi terbimbing

Masalah Nyeri

Adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang


secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu, misalnya menggabungkan napas
berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan untuk
meredakan nyeri. Agar imajinasi terpadu efektif maka diperlukan waktu yang banyak
untuk menjelaskan tekniknya.
i. Hypnosis
Adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang
dicapai melalui gagasan- gagasan ang disampaikan oleh penghipnosisan. Mekanisme
kerja hypnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh system endokrin.
Keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.

Masalah Nyeri

10

BAB III
TINJAUAN KASUS
Trigger Case 3:
Nn.C usia 18 tahun mengeluh nyeri pada ulu hati. Nyeri dirasakan seperti teriris dan
terasa panas. Nilai nyeri yang diberikan pasien adalah 5. Pasien mengeluh nyeri sejak 3 jam
dan terasa terus menerus. Kulit pada area abdomen pasien terlihat tegang.
3.1 Kata Kunci:
1. Ny.C mengeluh nyeri pada ulu hati.
2. Ny.C merasa nyeri seperti teriris dan terasa panas dengan skala 5
3. Kulit abdomen terlihat tegang.
4. Ny.C mengeluh nyeri sejak 3 jam dan secara terus menerus
3.2 Pembahasan Kasus:
1. Jenis nyeri pada kasus diatas:
Pada kasus Ny. C nyeri yang dialami dapat diklasifikasikan sebagai nyeri kronis karena
berlansung secara perlahan dan terus menerus,nyeri berhubungan dengan fenomena
patofisilogi dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri ini menyebabkan masalah yang
berat bagi pasien seperti terjadinya ketegangan otot pada abdomen. Berdasarkan sumbernya
merupakan nyeri Viseral karena nyeri tersebut dipicu oleh kerusakan pada bagiuan dalam
tubuh yaitu ulu hati( pada perut atas bagian tengah, kurang lebih seperti segitiga dengan
tulang rusuk sebagai atap segitiganya).
2. Derajat Nyeri pada kasus diatas:
Pada kasus Ny.C

nilai nyeri termasuk ke skala 5 karena pasien dapat

mendeskripsikan nyeri seperti teriris dan terasa panas. Pasienjuga dapat menunjukan
lokasi nyeri yaitu pada ulu hati.
3. Pengkajian nyeri PQRST
P: Apa yang menyebakan nyeri?

Pada kasus Ny.C belum diketahui secara pasti penyebab nyeri pada ulu hati

Q: Jelaskan bagaimana rasa nyeri, apakah tajam, tumpul? Seperti terbakar? Ngilu/lini?
Konstan? Hilang-muncul?

Masalah Nyeri

11

Pada kasus Ny.C merasakan nyeri seperti teriris dan terasa panas. Ny.C mengeluh
nyeri secara terus menerus

R: Dimana lokasi keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar
ke daerah lain?

Pada kasus Ny.C mengeluh nyeri pada ulu hati.

S: jelaskan skala nyeri dan frekuensnya ?

Pada kasus Ny.C niai nyeri pada skala 5 yaitu termasuk ke dalam nyeri sedang karena
pasien dapat mendeskripsikan nyeri seperti merasa teriris dan terasa panas

T: kapan mulai merasakan nyeri? Apakan konstan atau kadang kadang? tiba tiba atau
bertahap?

Pada kasus Ny.C mengeluh nyeri sejak 3 jam dan terasa terus menerus

4. Tindakan Nonfarmakoterapi
Tindakan nonfarmakoterapi yang dapat diberikan pada kasus Ny.C yaitu terapi
relaksasi dan distraksi. Relaksasi karena metode ini efektif untuk mrngurangi rasa
nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronik, relaks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot dan rasa jenuh.
Pnggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah untuk
pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya
rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar
seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada
pada situasi yang lebih menyenangkan. Contohnya seperti mendengarkan music.

Masalah Nyeri

12

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada kasus diatas dapat disimpulkan kasus Ny.C termasuk klasfikasi nyeri
kronis,karena

berlansung secara perlahan dan terus menerus,nyeri berhubungan

dengan fenomena patofisilogi dan merupakan proses dari suatu penyakit. Ny. C nilai
nyeri termasuk ke skala 5 karena pasien dapat mendeskripsikan nyeri seperti teriris
dan terasa panas. Tindakan nonfarmakoterapi yang dapat diberikan pada kasus Ny.C
yaitu terapi relaksasi dan distraksi. Relaksasi karena metode ini efektif untuk
mrngurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronik, relaks sempurna yang
dapat mengurangi ketegangan otot dan rasa jenuh.
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Masalah Nyeri

13

DAFTAR PUSTAKA
PotterPerry.2005.Edisi ke 4 Fundamental Keperwatan,Jakarta:EGC
Alimu,Aziz.2006.Kebutuhan dasar Manusia.Jakarta: Salemba Medika

Masalah Nyeri

14

Anda mungkin juga menyukai