PERIKATAN
Disusun Oleh :
SLAMET AGUS WAHYUDI (11010214410101)
SUGIYONO (11010214410140)
HERI PURNOMO (11010214410138)
ERWIN EDWARD TUTUARIMA (11010214410177)
HILMAN SYARIEF (11010214410210)
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan dunia bisnis semakin meningkat termasuk
di dalam maupun di luar negeri. Dengan perkembangan demikian,
pengusaha-pengusaha tentu memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan
bisnis
yang
dikelola
dengan
baik.
Di
Indonesia
sendiri,
dengan
syarat-syarat
(klausula)
sepihak
tersebut
tentunya
perjanjian
itu
berupa
suatu
rangkaian
perkataan
yang
dalam perjanjian. Perjanjian atau persetujuan yang termuat pada Buku III Bab
II pasal 1313-pasal 1352 KUHPerdata merupakan hal yang sangat sering kita
temui dalam kehidupan sehari-hari baik di pasar, di sekolah, bahkan di dunia
pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perjanjian serta Hubungannya dengan Perikatan
Pengertian Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata , suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.3
Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan
di mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan suatu
hal dalam lapangan harta kekayaan.4
Menurut R. Subekti Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan
tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, maasingmasing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
Kamus Hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah Persetujuan
yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing
sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama.
Perhubungan antara dua orang atau dua pihak tadi adalah suatu
perhubungan hukum yang berarti bahwa hak si berpiutang itu dijamin oleh
hukum atau undang-undang. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara
sukarela, si berpiutang dapat menuntutnya di depan hakim.
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara
dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan
suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
disampingnya
sumber-sumber
lain.
Suatu
perjanjian
juga
dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.
Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah
sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan kepada
perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan,
memang perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi
sebagaimana sudah dikatakan tadi, ada juga sumber-sumber lain yang
melahirkan perikatan. Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama undangundang. Jadi ada perikatan yang lahir dari "perjanjian" dan ada perikatan yang
lahir dari "undang-undang".
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua
orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan
yang lahir dari undang-undang diadakan oleh undang-undang diluar kemauan
para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang mengadakan suatu
perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu
perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat satu sama lain, karena
janji yang telah mereka berikan. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji itu
sudah dipenuhi.
Suatu perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang
lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.7
Apabila di masing-masing pihak hanya ada satu orang, sedangkan
sesuatu yang dapat dituntut hanya berupa satu hal, dan penuntutan ini dapat
dilakukan seketika, maka perikatan ini merupakan bentuk yang paling
sederhana. Perikatan dalam bentuk yang paling sederhana ini dinamakan
perikatan bersahaja atau perikatan murni.
2.2 Unsur-Unsur Perjanjian
Dari perumusan perjanjian tersebut, terdapat beberapa unsur perjanjian,
antara lain :8
1. Ada pihak-pihak (subjek), sedikitnya dua pihak
2. Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap
3. Ada tujuan yang akan dicapai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak
4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan
5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisa
6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian
Keterangan :
1) Pihak pihak ( Subjek )
Pihak (subjek) dalam perjanjian adalah para pihak yang terikat dengan
diadakannya suatu perjanjian. Subjek perjanjian dapat berupa orang atau
badan hukum. Syarat menjadi subjek adalah harus ampu atau berwenang
melakukan perbuatan hukum. KUH Perdata membedakan 3 golongan
yang tersangkut pada perjanjian, yaitu:
a) Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
b) para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya:
c) pihak ketiga
2) Sifat Perjanjian
Unsur yang penting dalam perjanjian adalah adanya persetujuan
(kesepakatan) antara para pihak. Sifat persetujuan dalam suatu perjanjian di
7 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2011), hal.222
8 R. Subekti, Hukum Perjanjian,( Jakarta : intermasa, 1987), hal, 1
10
11
bahwa perikatan pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup
dengan adanya kesepakatan para pihak.
2. Asas Pacta Sunt Servada
Asas pacta sunt servada, berhubungan dengan akibat dari perjanjian.
Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan :
Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undangundang dinyatakan cukup untuk itu.
persetujian-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Dari ketentuan tersebur terkandung beberapa istilah. pertama, istilah
semua perjanjian berarti bahwa pembentuk undang-undang menunjukkan
bahwa perjanjian dimaksud bukanlah semata-mata perjanjian bernama, tetapi
juga perjanjian yang tidak bernama. Selain itu, juga mengandung suatu asas
partj autonomie. Kedua, istilah secara sah,
12
apabila
menghendaki
dan
pihak-pihak
membuat
yang
membuat
ketentuan-ketentuan
perjanjian
sendiri
yang
13
(Benoemd)
(Onbenoemde
Overeenkomst)
Perjanjian bernama termasuk dalam perjanjian khusus, yaitu perjanjian
yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya, bahwa perjanjian-perjanjian
tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang,
berdasarkan tipe yang pling banyak terjadi sehari-hari. Misalnya, Jual beli,
sewa menyewa dan lainnya.
Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama
tertentu dan jumlahnya tidak terbatas dan nama disesuaikan dengan
kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerja sama,
perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaannya, dan lainnya.
4. Perjanjian Kebendaan dan Perjanjian Obligator
Perjanjian kebendaan (zakelijk overeenkomst), adalah perjanjian untuk
memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini
sebagai pelaksanaan perjanjian obligator.
14
15
perjanjian
baru
menyebabkan
perjanjian
lama
yang
16
juga
menyebabkan
tidak
diatur
kemungkinan
terjadinya
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
18
sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan
antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan
yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan
perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian
adalah sumber perikatan
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua
orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan
yang lahir dari undang-undang diadakan oleh undang-undang diluar kemauan
para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang mengadakan suatu
perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu
perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat satu sama lain, karena
janji yang telah mereka berikan. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji itu
sudah dipenuhi.
Dalam suatu perikatan terdapat asas-asas hukum perjanjian yaitu Asas
Konsensualisme, Asas Kekuatan mengikat perjanjian, Asas Kebebasan
berkontrak, Asas Iktikad Baik dan Asas Kepercayaan.
Terdapat beberapa jenis perjanjian antara lain: Perjanjian Timbal Balik,
Perjanjian Cuma-Cuma, Perjanjian Atas Beban, Perjanjian Bernama,
Perjanjian Tidak Bernama, Perjanjian Obligatoir, Perjanjian Kebendaan,
Perjanjian Konsensual, Perjanjian Real, Perjanjian Liberatoir, Perjanjian
Pembuktian, Perjanjian Untung-untungan, Perjanjian Publik dan Perjanjian
Campuran
Secara keseluruhan, KUHPerdata mengatur faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya karena: Pembayaran,
Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan,
Pembaharuan hutang, Perjumpaan Hutang atau kompensasi, Percampuran
Hutang, Pembebasan Hutan, Musnahnya barang yang terhutang, Kebatalan
atau pembatalan, Berlakunya suatu syarat batal dan Lewatnya waktu.
19
3.2. Saran
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua
orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan
yang lahir dari undang-undang diadakan oleh undang-undang diluar kemauan
para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang mengadakan suatu
perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu
perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat satu sama lain, karena
janji yang telah mereka berikan. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji itu
sudah dipenuhi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulkadir Muhammad,Hukum Perdata Indonesia,(Bandung: Citra Aditya Bakti,
2011)
Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982
Rusli, Hardijan. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996
R. Subekti, Hukum Perjanjian,( Jakarta : intermasa, 1987)
R. Subekti, R. Tjitrosudiblo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta :
Pradnya Paramita, 2001)
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2011
Website :
http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/05/09/hukum-perjanjian/
http://ihsan26theblues.wordpress.com/2011/06/02/hukum-perjanjian/
21