ISSN: 2086-3098
ISSN: 2086-3098
Penyunting Pelaksana:
Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes
Handoyo, S.S.T
Suparji, S.S.T, M.Pd
Sekretariat:
Hery Koesmantoro, S.T, M.T
Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T
Sri Martini, A.Md
Alamat:
Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 085235004462
Jl. Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 081335718040
E-mail dan Website:
suaraforikes@gmail.com dan www.suaraforikes.webs.com
Terbit setiap tiga bulan, terbit perdana bulan Januari 2010
Harga per-eksemplar Rp. 25.000,00
Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes
ii
Volume
IV
Nomor
4
Halaman
175 - 231
Oktober
2013
ISSN
2086-3098
ISSN: 2086-3098
EDITORIAL
Redaksi
iii
ISSN: 2086-3098
DAFTAR JUDUL
No
Halaman
175 - 179
180 - 184
PERBEDAAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI
DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA (DI BPS ASRI Desa Baturetno
Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban)
Suwarni, Sri Utami, Evi Yunita Nugrahini
185 - 190
191 - 199
200 - 205
206 - 211
212 - 215
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 3-5 BULAN YANG DIPIJAT DAN
TIDAK DIPIJAT (Di Kelurahan Tawanganom Kecamatan Magetan Tahun
2013)
Amelia Yuliana, Agung Suharto, Tinuk Esti Handayani
216 - 219
KUNJUNGAN KELUARGA
GIZI BALITA
Ruslaini, Sugiyanto
220 - 226
10
227 - 231
iv
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM
PELAYANAN MTBS
DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA
MALANG
ABSTRAK
175
Latar Belakang
Pada tahun 2008 sampai dengan 2010,
Angka Kematian Bayi di Kota Malang
berturut-turut sebesar
29,90 per 1000
kelahiran hidup, 29,30 per 1000 kelahiran
hidup dan 27,85 per 1000 kelahiran hidup
semuanya belum mencapai target MDGs
yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan Kematian Balita pada tahun
2009 sampai dengan 2011 dilaporkan
sebanyak 10 balita, 7 balita dan 6 balita
dengan
kasus
diare,
gizi
buruk,
bronkopneumonia, kejang, dll. Sebagian
besar penyebab kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan teknologi sederhana
di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah
satunya adalah Manajemen Terpadu Balita
1
Sakit (MTBS) . Hasil kegiatan MTBS di
Kota Malang yang berupa cakupan hasil
kegiatan pelayanan MTBS , pada tahun
2010 sebesar 58,07 % dan pada tahun 2011
2
mengalami penurunan sebesar 49,38% .
Hal ini menunjukkan
bahwa cakupan
pelayanan MTBS di Kota Malang belum
mencapai target yaitu 80 % , padahal
pelaksanaan MTBS di Kota Malang sudah
diterapkan pada semua puskesmas sejak
tahun 2008.
Sesuai
dengan
Izin
dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Permenkes
No. 1464/MENKES/PER/X/2010)
pada
pasal 13 yaitu bidan yang menjalankan
program pemerintah
adalah
bidan
puskesmas
yang berwenang melakukan
pelayanan kesehatan, salah satunya adalah
penanganan bayi dan balita sakit sesuai
pedoman yang ditetapkan yaitu pedoman
3
yang digunakan adalah MTBS . Salah satu
tugas pokok dan fungsi bidan Puskesmas
yaitu memberikan pengobatan ringan bagi
ibu, bayi dan anak yang berkunjung ke
bagian KIA di Puskesmas dan membantu
kepala puskesmas dalam melaksanakan
4
kegiatan di Puskesmas
. Pelaksanaan
pelayanan MTBS di Kota Malang sudah
diterapkan pada semua puskesmas sejak
tahun 2008,
petugas puskesmas yang
dilatih hanya dokter dan bidan, sedangkan
perawat belum ada yang dilatih MTBS
sehingga pelayanan hanya dilakukan oleh
Bidan Puskesmas dan Dokter Puskesmas.
Menurut Bernardin and Russel terdapat
enam kriteria dasar untuk mengukur kinerja
yaitu: 1) Quality , 2) Quantity , 3) timeliness,
4) Cost-effectiveness , 5) Need for
5
supervision dan 6) interpersonal impact.
Menurut Gibson selain variabel individu
ada juga variabel organisasi yang berefek
terhadap perilaku dan kinerja individu,
176
ISSN: 2086-3098
177
ISSN: 2086-3098
Supervisi
Dalam
ISSN: 2086-3098
Supervisi
Dalam
Dalam
Waktu
Dalam
Pelayanan
Arahan
yang
diberikan
kepala
puskesmas
merupakan
bentuk
kepemimpinan dalam pelayanan MTBS ,
telah dilakukan untuk mengingatkan bidan
puskesmas agar lebih meningkatkan lagi
dalam memberikan pelayanan MTBS.
Saran
Disarankan bagi Dinas Kesehatan dan
Puskesmas untuk dapat:
1. Meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan petugas MTBS melalui
seminar, diklat, pelatihan teknis dan
sosialisasi standar secara berkala.
2. Meningkatkan kualitas supervisi, tidak
hanya melalui
pengawasan laporan
namun juga pengawasan saat kegiatan
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Belum
semua
bidan
puskesmas
melaksanakan pelayanan MTBS sesuai
dengan standar jadual pelayanan,
hal
tersebut disebabkan apabila
standar
diterapkan mengakibatkan pasien menunggu
terlalu lama.
4. Efektifitas
Sumber
Pelayanan MTBS
Daya
Dalam
178
3. Permenkes
RI,
nomor
1464/MENKES/PER/X/2010, tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
4. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia, Pedoman Kinerja Puskesmas
ISSN: 2086-3098
179
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
TERKAIT DENGAN
KINERJA BIDAN DESA
DALAM KUNJUNGAN NEONATAL
DI KABUPATEN PATI, TAHUN 2012
Ferry Rachmawatie Suryaningtyas
(Akademi Kebidanan Duta Dharma Pati)
Sri Achadi Nugraheni
(FKM Universitas Diponegoro Semarang)
Atik Mawarni
(FKM Universitas Diponegoro Semarang)
ABSTRAK
Latar belakang: Kunjungan Neonatal di
Kabupaten Pati selama 3 tahun terakhir
cenderung mengalami fluktuasi, 93,75%
pada tahun 2009, 90,79% pada tahun 2010
dan 97,02% pada tahun 2011. Keadaan ini
menunjukkan belum semua bidan desa
melaksanakan Kunjungan Neonatal. Tujuan:
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
faktor internal dan faktor eksternal yang
berhubungan dengan kinerja bidan desa
dalam kunjungan neonatal di Kabupaten
Pati. Metode: Jenis penelitian adalah studi
kuantitatif dengan pendekatan crosssectional. Subjek sejumlah 82 bidan desa
yang dipilih secara Cluster. Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
wawancara
menggunakan kuesioner terstruktur. Data
dianalisis secara univariat, bivariat dan
multivariat. Hasil: Rerata umur bidan desa
30 tahun, rerata masa kerja 5,7 tahun,
91,5% berstatus kawin,
70,7% memiliki
pengetahuan baik dan sebagian besar
62,2% memiliki motivasi baik. Sebagian
besar bidan desa 75,6% menyatakan
supervisi baik, 51,2% memiliki persepsi
kepemimpinan baik, 56,1% belum pernah
mengikuti
pelatihan
kegawatdaruratan
neonatal dan sebagian besar 65,9%
menyatakan kompensasi yg diterima baik.
Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan
kinerja adalah
pengetahuan, supervisi,
kompensasi dan motivasi kerja. Saran:
Disarankan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati, untuk meningkatkan kinerja
bidan desa dalam kunjungan neonatal perlu
dilakukan secara bersama sama kegiatan
peningkatan
supervisi yang disertai
pemberian kompensai
dan perbaikan
motivasi kerja.
Kata
Kunci:
180
kinerja, bidan,
Neonatal
Latar Belakang
Program penempatan bidan di desa
merupakan salah satu terobosan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Salah satu tugas bidan desa adalah
melakukan pelayana bayi neonatal baik
kunjungan pertama (KN1), kunjungan kedua
(KN2), kunjungan ketiga (KN3) dan
kunjungan neonatal secara lengkap. Pada
tahun 2011 hasil cakupan KN1 dan KN
lengkap di Kabupaten Pati belum optimal,
dari 29 puskesmas terdapat 12 puskesmas
yang gagal mencapai target untuk KN1,
demikian juga terdapat 17 puskesmas yang
1
gagal mencapai target untuk KN lengkap.
Keadaan ini menggambarkan bahwa
kinerja bidan desa dalam kunjungan
neonatal belum baik. Kondisi tersebut juga
menunjukan bahwa penurunan AKB berjalan
dengan lambat dengan kualitas kinerja
pelayanan tenaga kesehatan pada bayi
1, 2, 3
masih rendah.
Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan
oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator
suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
ada dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor
internal
yang
mempengaruhi kinerja adalah umur, status
perkawinan, masa kerja, pengetahuan, dan
motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi kinerja adalah supervisi,
kepemimpinan, pelatihan, kompensasi dan
4, 5
rekan kerja.
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis faktor internal
dan faktor eksternal yang berhubungan
dengan kinerja bidan desa dalam kunjungan
neonatal di Kabupaten Pati.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah studi kuantitatif
dengan pendekatan Crossectional. Populasi
penelitian adalah seluruh bidan desa di
kabupaten Pati sebanyak 434 orang,
sampel dipilih secara Cluster sebanyak 82
bidan desa. Data dianalisis secara univariat,
bivariat
dan
multivariat
dengan
menggunakan Distribusi Frekuensi, Chi
6
Square dan Regresi Logistik.
kunjungan
ISSN: 2086-3098
Frekuensi
28
54
82
Persentase
34,1
65,9
100%
Bidan Desa
Status
Perkawinan
Masa Kerja
Pengetahuan
Motivasi
181
Kategori
Muda
< 30 TH
Tua
> 30 TH
f
Median
& SD
30 + 5,6
tahun
Kawin
77
Tidak
5
Kawin
Baru
Median
< 5,7 TH
& SD
5,7 + 4,2
Lama
tahun
> 5,7 TH
41,5%
58,5%
91,5%
8,5%
Variabel
Supervisi
57,3%
Kepemimpinan
42,7%
Pelatihan
Kompensasi
Baik
58
70,7%
Kurang
Baik
24
29,3%
Baik
58
62,2%
Kurang
Baik
31
37,8%
Kategori
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Pernah
Belum Pernah
Baik
Kurang Baik
f
62
20
42
40
48
36
54
28
%
75,6%
24,4%
51,2%
48,8%
56,1
49,9
65,9%
24,1%
182
p value
0,011
11 22,9 37 77,1
6,492
17 50,0 17 50,0
27 36,0 48 64,0
28 34,1 54 65,9
23 48,9 24 51,1
5
14,3 30 85,7
28
34,1 54 65,9
21 87,5
12,5
7 12,1 51 87,9
28 34,1 54 65,9
21 67,7 10 32,3
7 13,7 44 86,3
28 34,1 54 65,9
0,247
85,7
0,001
0,0001
14,3
0,0001
1,342
28 34,1 54 65,9
10,711
Kategori
< 30
tahun
Umur
> 30
tahun
Total
Status Tidak
per- Kawin
kawin- Kawin
an
Total
< 5,7
Tahun
Masa
> 5,7
Kerja
Tahun
Total
Kurang
Penge- Baik
tahuan Baik
Total
Kurang
Motiva- Baik
si
Baik
Total
42,954
25,018
Variabel
ISSN: 2086-3098
p value
0,0001
0,003
0,0001
0,0001
15,122
8,279
14 70,0 6 30,0
14 22,6 48 77,4
25,246
Baik
Supervisi Kurang
baik
Total
Kurang
Persepsi
Baik
KepeBaik
mimpinan
Total
Tidak
Pernah
Pelatihan
Pernah
Total
Kurang
Kompen- Baik
sasi
Baik
Total
28 34,1 54 65,9
20 50,0 20 50,0
8 19,0 34 81,0
28 34,1 54 65,9
23 63,9 13 36,1
5 10,9 41 89,1
28 34,1 54 65,9
18 64,3 10 35,7
10 18,5 44 81,5
28 34,1 54 65,9
183
17,176
Kategori
Variabel
ISSN: 2086-3098
p
value
Exp.(B)
Umur
0,050
0,009
Status
Perkawinan
0,873
0,249
Masa Kerja
0,069
25,855
Pelatihan
0,260
19,948
Pengetahuan
0,013
75,798
24,517
Kepemimpinan 0,887
0,818
Supervisi
0,046
23,109
Kompensasi
0,020
33,458
Keterangan
Tidak Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Pengaruh
Ada
Pengaruh
Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Pengaruh
Ada
pengaruh
Ada
pengaruh
ISSN: 2086-3098
184
185
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diare merupakan gangguan pencernaan
yang sering dialami oleh semua orang
terutama bayi dan anak-anak. Hal ini
disebabkan daya kebal tubuh relatif kurang
sehingga
mudah
terserang
infeksi
(Soegijanto S, 2002). Dari hasil pengamatan
di lapangan, bayi yang mendapat ASI
Eksklusif sampai 6 bulan frekuensi terkena
diare sangat kecil, sedangkan pada
kelompok bayi yang mendapat susu formula
lebih sering mengalami diare (Purwanti,
2004). Para ahli menyarankan agar para ibu
memberikan
ASI
Eksklusif,
tidak
memberikan makanan apapun kepada bayi
kecuali ASI selama 6 bulan pertama sejak
lahir karena menyusui merupakan cara
terbaik dan paling ideal dalam pemberian
makanan bayi baru lahir dan bagian tak
terpisahkan dari proses reproduksi (IDAI
Jaya, dr. Badrul Hegar, SpA(k), Kompas, 1
April 2006).
Secara medis, diare dapat diartikan
sebagai peningkatan frekuensi buang air
besar yang disertai perubahan kotoran
menjadi lebih encer dan cair. Diare dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari
infeksi,
malabsorbsi,
makanan
dan
psikologis. Malabsorbsi yang sering terjadi
pada bayi adalah intoleransi laktosa
(ketidakmampuan mencerna laktosa akibat
kekurangan enzim lactase). Intoleransi
laktosa dapat terjadi terhadap susu sapi
murni atau pada susu formula (Anonim,
2006). Umumnya diare pada bayi datang
akibat pencernaan bayi kemasukan bakteri,
sumbernya bisa dari kurang higienisnya saat
pemberian susu formula, tetapi bisa juga
karena si kecil alergi terhadap protein susu
sapi
yang
terkandung
dalam
susu
formula.(Kusnan, 2006).
Menurut laporan Departemen Kesehatan
bahwa pemberian ASI Eksklusif mengalami
penurunan. Pada tahun 2008 sebanyak
42,4% dan turun menjadi 39,5% pada tahun
2009,
sebaliknya susu formula justru
mengalami peningkatan dari 10,8% menjadi
32,45% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan
data Dinas Kesahatan Kabupaten Tuban
pada tahun 2009 angka kejadian diare pada
bayi dan balita sebesar 22,72% (Laporan
Diare Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban
2009), dari Laporan Puskesmas Kebonsari
Kabupaten Tuban tahun 2009, bayi 1
tahun yang mengalami diare sebanyak 63
bayi dari 696 bayi yang berkunjung di
Puskesmas (9,05%). Berdasarkan survey
awal bulan Oktober sampai Desember 2009,
di BPS ASRI Desa Baturetno Kecamatan
ISSN: 2086-3098
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pemberian ASI dan susu
formula pada bayi 0 6 bulan di BPS
ASRI Desa Baturetno Kecamatan Tuban
Kabupaten Tuban.
2. Mengidentifikasi kejadian diare pada bayi
0 6 bulan yang diberi ASI dan yang
diberi susu formula di BPS ASRI Desa
Baturetno Kecamatan Tuban Kabupaten
Tuban
3. Menganalisis perbedaan kejadian diare
pada bayi yang diberi ASI dengan yang
diberi susu formula.
Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah: ada
perbedaan kejadian diare pada bayi yang
diberi ASI dengan bayi yang diberi susu
formula di BPS ASRI Desa Baturetno
Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Identifikasi Masalah
Menurut Ngastiyah (2005) faktor-faktor
yang menjadi penyebab diare adalah 1)
faktor infeksi yang meliputi infeksi bakteri,
infeksi virus, infeksi parasit, infeksi
parenteral, 2) Faktor malabsorbsi meliputi
malabsorbsi karbohidrat, malabsorbsi lemak,
malabsorbsi protein, 3) Faktor makanan, 4)
Faktor psikologis, 5) faktor sanitasi
lingkungan (Anonim, 2004), 6) Pendapatan
keluarga (Ahmadi, 1997), 7) Faktor
pendidikan (Notoatmojo, 2003), 8) Faktor
budaya (Anonim, 2006).
Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kejadian diare
pada bayi 06 bulan yang diberi ASI dengan
yang diberi susu formula di BPS ASRI Desa
Baturetno Kecamatan Tuban Kabupaten
Tuban?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis Perbedaan Kejadian Diare
pada Bayi yang Diberi ASI dengan yang
Diberi Susu Formula di BPS ASRI Desa
Baturetno Kecamatan Tuban Kabupaten
Tuban.
186
Penelitian
ini
menggunakan
jenis
penelitian
analitik.
Penelitian
ini
dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan
kejadian diare pada bayi yang diberi ASI
dengan bayi yang diberi susu formula di BPS
ASRI Desa Baturetno Kecamatan Tuban
Kabupaten Tuban.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data variabel independent dan
variabel dependent hanya satu kali satu saat
(Nursalam, 2003).
Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah
semua bayi usia 0 6 bulan yang periksa ke
BPS ASRI Desa Baturetno Kecamatan
Tuban Kabupaten Tuban sebanyak 60
bayi.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah sebagian bayi usia 0-6 bulan yang
periksa ke BPS ASRI yang memiliki kriteria
inklusi sebagai berikut :
1. Bayi yang tidak sedang sakit infeksi
kronis
2. Bayi yang tidak KEP, ibu dan bayi yang
bersedia di teliti.
Besar sampel adalah banyaknya anggota
yang akan dijadikan sampel. Besar sampel
NZ 2 p.q
n
d 2 ( N 1) Z 2 p.q
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
Z = nilai standar normal untuk
(1,96)
= 0,05
Perhitungan:
60(1,96) 2 x0,05x0,05
0,05 (60 1) (1,96) 2 x0,05x0,05
ISSN: 2086-3098
1,1079
Pemberian ASI/PASI
Distribusi
responden
berdasarkan
pemberian ASI/PASI disajikan dalam tabel
berikut:
n 52 ,01 52
Karena besar sampel terlalu besar maka
dilakukan konversi:
187
Frekuensi Persentase
11
39,3
7
25,0
10
35,7
28
100
Kejadian Diare
Frekuensi Persentase
10
35,7
18
64,3
28
100
188
ISSN: 2086-3098
= 0,05
Total
f
%
11 100
7 100
10 100
28
p= 0,025
ISSN: 2086-3098
Simpulan
Sebagian besar bayi 06 bulan di BPS
ASRI Desa Baturetno Kecamatan Tuban
189
Saran
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai
bahan
masukan
untuk
memberikan
penyuluhan bagi masyarakat sebagai upaya
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
daripada susu formula. Penyuluhan dapat
dimulai
sejak
ibu
hamil
yaitu
menginformasikan tentang pentingnya ASI
dan perawatan payudara. Bagi ibu hamil dan
ibu meneteki diharapkan lebih banyak
mencari informasi baik secara aktif maupun
pasif melalui membaca buku-buku literatur
maupun penyuluhan-penyuluhan dari tenaga
kesehatan tentang ASI Eksklusif sebagai
upaya mencegah terjadinya diare pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC.
___________, 2006. Diare Bukan
Sepele. Kamis, 12 Oktober 2006.
Hal
Arikunto
Suharsimi..
2006.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Depkes RI. 2001. Manajemen
Jakarta : Depkes RI.
Laktasi.
ASI.
Effendi,
Nasrul.
2003.
Keperawatan Kesehatan
Jakarta: EGC.
Eklsklusif.
Dasar-dasar
Masyarakat.
54
ISSN: 2086-3098
Mansjoer, Arif.
2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Muchtadi, Deddy. 2002. Gizi untuk Bayi :
ASI, Susu Formula dan Makanan
Tambahan.Jakarta :EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakata : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
dan
Ilmu
Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.
Purwanti Sri Hebertin. 2004. Konsep
Penerapan ASI Eksklusif.Jakarta : EGC.
Ramaiah, Savitri. 2006. All You Wanted To
Know About Diare. Jakarta : PT. Bhuana
Ilmu Populer.
Roeli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif.
Jakarta: Trubus Agriwidya.
Soetjiningsih. 2003. ASI Petunjuk untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
___________.
2002. Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta : EGC.
Soegijanto, Soegeng. 2007. Ilmu Penyakit
Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta : Salemba Medika.
Sugiyono,
Metode
Bandung: Alfabeta.
Penelitian
Bisnis.
190
191
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proporsi kebiasaan merokok pada
masyarakat Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Secara nasional
prevalensi perokok aktif setiap hari sebesar
34,7%, sedangkan prevalensi perokok di
propinsi Jawa Timur sebesar 31,4%
(Riskesdas, 2010). Rata-rata jumlah batang
rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari
separuh (52,3%) perokok adalah 1-10
batang, dan sekitar 20 persen sebanyak 1120 batang per hari. Rata-rata umur merokok
secara nasional adalah 17,6 tahun.
Prevalensi perokok dalam rumah lebih
banyak pada laki-laki, berstatus kawin,
tinggal di pedesaan dan berpendidikan
rendah, bekerja sebagai petani dan
cenderung meningkat dengan meningkatnya
tingkat sosial ekonomi (Riskesdas, 2010).
Menurut data WHO, 4,9 juta orang
meninggal setiap tahun karena kanker,
penyakit jantung, dan kondisi lain yang
berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Tanpa ada penanganan yang memadai
maka pada tahun 2025 jumlah orang yang
meninggal akibat penyakit yang terkait rokok
melebihi 10 juta kematian tiap tahun dengan
sekitar 70% diantaranya di negara
berkembang termasuk Indonesia (Aditama,
2001).
Menurut Almatsier (2003), udara yang
mengandung asap rokok akan mengganggu
kesehatan orang yang berada di ruangan
atau lingkungan terdekat, karena asap rokok
mengandung lebih dari 4000 zat berbahaya.
Orang-orang yang tidak merokok dan berada
di sekitar perokok disebut perokok pasif.
Asap yang dihembuskan para perokok
dibedakan atas asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream
smoke). Asap utama dihirup langsung oleh
perokok,
sedangkan
asap
samping
merupakan asap tembakau yang disebarkan
ke udara bebas yang dihirup oleh perokok
pasif (passive smoker) (Hanafiah, dkk.,
1993).
Prevalensi penyakit ISPA di kabupaten
Magetan pada tahun 2007 sebesar 7,5%,
sedangkan untuk propinsi Jawa Timur pada
tahun yang sama
sebesar 6,38%
(Riskesdas, 2007). Berdasarkan karakteristik
pasien penyakit ISPA paling banyak di derita
bayi dibawah usia lima tahun (Balita), tidak
terdapat perbedaan antara daerah pedesaan
maupun perkotaan dan ratio antara laki-laki
dan perempuan sama (Riskesdas, 2007).
Angka kejadian kasus ISPA di kabupaten
Magetan tahun 2011 tertinggi dibandingkan
kasus yang lain yaitu sebesar 74.720 kasus.
192
ISSN: 2086-3098
193
ISSN: 2086-3098
100
80
60
40
20
0
87
19
Baru
Pertama
Sering / > 2
kali Sakit
ISPA
35
30
25
20
15
10
5
0
30
24
20
10
14
8
ya
in n
La
a
ac
Cu
n
ara ivitas
tul
it
Ke
Ak
ak
ny
Ba
Es
m
nu
Mi
n
ma
Ku
Gambar 2. Persepsi Masyarakat Terhadap
Penyebab Penyakit ISPA
di Puskesmas Panekan Tahun 2012
30
25
20
15
10
5
0
ISSN: 2086-3098
25
19
17
13
5
150
100
50
0
98
42
Merokok di
Dalam Rumah
Tidak
Merokok di
Dalam Rumah
an
a
nny
Lai
ca
Cua
an
ular
as
Ket
tivit
Aki
yak
Ban
Es
um
Min
Kum
194
Ya
Tidak
Total
2
Kejadian ISPA
Ya
Tidak
45
29
42,5% 27,4%
61
77
57,5% 72,6%
106
106
Total
74
138
212
195
ISSN: 2086-3098
Total
45
61
106
PEMBAHASAN
Merokok dapat menyebabkan kanker,
serangan jantung, impotensi, dan gangguan
kehamilan dan janin. Ungkapan ini
merupakan larangan yang ada di setiap
bungkus rokok. Namun, larangan ini tidak
sepenuhnya
ditaati
oleh
perokok.
Kenikmatan merupakan dalih yang selalu
diungkapkan oleh perokok setiap ditanya
mengapa tidak mentaati larangan itu,
padahal dibalik kenikmatan itu ada
penderitaan baik penderitaan diri sendiri
maupun orang lain (perokok pasif).
Meskipun tidak eksplisif tersurat adanya
penyakit ISPA di dalam ungkapan larangan
merokok, namun penyakit ISPA ini paling
sering terjadi akibat terpapar asap rokok
yang masuk ke paru-paru. Hasil penelitian
secara retrospektif terhadap 106 penderita
ISPA dan 106 orang sehat sebagai kontrol,
didapatkan hasil orang yang terpapar asap
rokok secara pasif 1,95 kali lebih besar
terjadi kekambuhan penyakit ISPA yang
dideritanya. Hasil penelitian ini mendukung
laporan penelitian Nasution, dkk (2009) yang
melaporkan
bahwa
prevalensi
ISPA
196
ISSN: 2086-3098
197
ISSN: 2086-3098
198
ISSN: 2086-3098
ISSN: 2086-3098
Enviromental
tobacco
smoke
anpneumonia in children living in
Monterrey, Mexico. Revsalud publica
[sitasi
26
November
2008];9:7685.Diunduh
dari:
http://www.scielosp.org/pdf/rsap/v9n1/v9
n1a08.pdf.
Husaini Aiman, 2007. Tobat Merokok;
Rahasia&Cara
Empatik
Berhenti
Merokok. Jakarta, Penerbit Puataka
IIMaN
Medicall Record, 2012. Puskesmas Panekan
Kabupaten Magetan. Prevalensi Penyakit
ISPA bulan Mei 2012.
Mutadin Z, 2007. Remaja dan Rokok.
www.sekolahindonesia.com.
Diakses
tanggal 12 Oktober 2012
Nasution Kholisah, dkk. 2009. ISPA pada
Balita di Daerah Urban Jakarta. Jurnal
Pediatri 2009;11(4):223-228.
Neneng, 2009. Rokok dan Kesehatan.
www.inshare.com. Diakses tanggal 11
Oktober 2012.
Ogden, Jane, 2000. Helath Psychology;
Buckingham, open university press.
Riyadina W, 1995. Pengaruh Paparan Rokok
Terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia: 52; 33-34
Sirait, dkk, 2001. Perilaku Merokok di
Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Medan,
Universitas
Usmatera Utara
Sitepoe, Mangku, 2000. Kekhususan Rokok
di Indonesia. Jakarta, PT Gramedia
Widiasarana.
Sugito, 2007. Stop Merokok, Mudah, Murah,
Cepat. Jakarta, Penebar Swadaya.
Susanna, Dewi. Budi H, Hendra F. 2003.
Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap
Rokok.
(Jurnal).
Depok:
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Indonesia
Wantania JM, Naning R, Wahani A. 2008.
Infeksi saluran pernapasan akut. Dalam:
Rahayoe NN, Supriyatno B, Setiyanto
DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi
Anak.Edisi Pertama. Jakarta: Pusat
Penerbitan
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia;h.286-7.
199
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN
KEPATUHAN MELAKUKAN KUNJUNGAN
ANTENATAL DI KELURAHAN
PERDAGANGAN KECAMATAN BANDAR
Renny Sinaga
(Prodi Kebidanan Pematangsiantar,
Poltekkes Kemenkes Medan)
ABSTRAK
Latar belakang: Asuhan Antenatal pada ibu
hamil merupakan program terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil untuk memperoleh suatu
kehamilan dan persalinan yang aman yang
perlu dilakukan secara teratur. Namun,
cakupan
pelayanan
antenatal
yang
merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan kesehatan ibu dan anak
yang dipantau melalui K1 dan K4 masih jauh
dari target indikator Standar Pelayanan
Minimal Kesehatan. Kepatuhan melakukan
kunjungan antenatal dipengaruhi oleh
karakteristik
seperti,
usia,
paritas,
pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan
tentang seberapa pentingnya melakukan
kunjungan antenatal terhadap ibu hamil
tersebut dan janin dalam kandungannya.
Tujuan: Tujuan penelitian untuk mengetahui
Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan
Ibu Hamil dengan Kepatuhan Melakukan
Kunjungan
Antenatal
di
Kelurahan
Perdagangan
I
Kecamatan
Bandar
Kabupaten Simalungun Periode Maret-Mei
2013. Metode: Jenis Penelitian observational
menggunakan metode survey dengan
pendekatan cross sectional. Populasi semua
ibu hamil sebanyak 48 orang. Data dianalisa
menggunakan uji statistic chi-square dengan
tingkat kepercayaan 90%. Hasil: Dari hasil uji
Chi-square pada tingkat kepercayaan =
0,05 diperoleh ada hubungan umur,
pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan
dengan kepatuhan melakukan kunjungan
antenatal. Saran: Diharapkan kepada tenaga
kesehatan agar meningkatkan upaya
promontif berupa program penyuluhan
tentang kesehatan ibu hamil meliputi
pelaksanaan ANC sesuai standar dan jadwal
kunjungan.
Kata
Kunci:
200
Latar Belakang
Perkembangan pelayanan antenatal di
Indonesia, ternyata belum menunjukkan
hasil yang bermakna dalam menurunkan
angka kematian ibu, dalam mendeteksi
faktor resiko dan kasus resiko tinggi. Itulah
sebabnya
muncul
konsep
antenatal
terintegrasi yang merupakan keterpaduan
berbagai program untuk meningkatkan
kualitas asuhan pada ibu hamil untuk
mengatasi permasalah kesehatan atau
penyakit yang masih cukup tinggi di
Indonesia. Permasalahan terkini yang ada
pada ibu hamil di Indonesia adalah Malaria
pada ibu hamil, TB pada ibu hamil, Human
Immunodeficiency virus (HIV), Prevention of
mother to child transmission(PMTCT), sifilis
kongenital, anemia ibu hamil,ibu hamil
dengan Kekurangan Enegri Kronis (KEK),
ibu hamil dengan gondok endemik, cacingan
pada ibu hamil, tetanus neonatorum dan
permasalahan intelegensi pada anak.
Permasalah tersebut dapat dicegah atau
diketahui secara dini apabila pelayanan
antenatal dilakukan dengan efektif secara
berkesinambungan, (Kusmiyati,2010)
Cakupan
pelayanan
antenatal
merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan kesehatan ibu dan anak
yang dipantau melalui K1 dan K4. Dimana,
Bidan dalam hal ini paling sedikit
memberikan
4x
pelayanan
antenatal
pemeriksaan meliputi anamnesis serta
pemantauan ibu dan janin secara saksama
guna
memberikan
penilaian
apakah
perkembangan berlangsung normal. Dengan
melakukan kunjungan ANC secara teratur,
kelainan dalam kehamilan juga dapat segera
terdeteksi seperti anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai dengan standar ke 4 dalam standar
pelayanan antenatal yaitu pemeriksaan dan
pemantauan antenatal, (Farodis, 2012)
Cakupan antenatal ibu hamil K4 di
Kabupaten Simalungun Tahun 2010 adalah
sebesar 71,03%, sedangkan cakupan K1
mencapai 80,02%. Dengan demikian terjadi
drop out K4 sebesar 9,81%. Untuk cakupan
kunjungan ibu hamil K1 tahun 2008 ternyata
lebih rendah dibanding tahun 2007 (82,11%),
sedangkan cakupan kunjungan K4 lebih
tinggi dari tahun 2007 (69, 17%). Namun,
masih jauh dari target indikator Standar
Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) 2010
yakni 95%. (Profil Kesehatan Kabupaten
Simalungun, 2009).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan
di Kelurahan Perdagangan I Kecamatan
Bandar Kabupaten Simalungun bulan Maret
ISSN: 2086-3098
4
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian
observational yang menggunakan metode
survey, dengan pendekatan cross sectional
dimana data yang menyangkut variabel
risiko dan variabel akibat, akan dikumpulkan
dalam
waktu
yang
bersamaan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data primer melalui kuesioner
dengan pertanyaan tertutup yang disusun
oleh peneliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil di Kelurahan Perdagangan
I
Kecamatan
Bandar
Kabupaten
Simalungun. Dengan Jumlah populasi 40
orang dan semuanya menjadi objek
penelitian. Analisa data yang digunakan
univariat dan bivariat dengan menggunakan
2
uji statistic Chi-Square (x )
10
33
5
48
20,8
68,8
10,4
100
4
22
10
11
1
48
8,3
45,8
20,8
22,9
2,1
100
8
10
22
8
48
16,7
20,8
45,8
16,7
100
31
17
48
64,6
35,4
100
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian tentang
Hubungan Karaktristik dan Pengetahuan Ibu
Hamil dengan Kepatuhan Melakukan
Kunjungan
Antenatal
di
Kelurahan
Perdagangan
I
Kecamatan
Bandar
Kabupaten Simalungun Periode Maret-Mei
2013 sebagai berikut:
Sosiodemografi
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
Jumlah
Paritas
Nullipara
Primipara
Sekundipara
Multipara
Grandemultipara
Jumlah
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Jumlah
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Jumlah
No
1
2
3
Pengetahuan Ibu
tentang
Kunjungan Asuhan
Antenatal
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
4
24
20
48
8,3
50,0
41,7
100
201
No Karakteristik
Umur
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Jumlah
2 Paritas
a. Nullipara
b. Primipara
c. Sekundipara
d. Multipara
e. Grande
multipara
Jumlah
3 Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
Jumlah
4 Pekerjaan
a. Bekerja
b. Tak Bekerja
Jumlah
Kepatuhan Melakukan
Kunjungan Antenatal
Tidak
Patuh
TOTAL
Patuh
F % f % f
%
18
1
19
37,5
2,1
39,6
10
15
4
29
20,8
31,3
8,3
60,4
10
33
5
48
20,8 0,005
68,8
10,4
100
3
10
3
3
6,3
20,8
6,3
6,3
1
11
7
9
2,1
22,9
14,6
18,8
4
21
10
12
8,3 0,312
43,8
20,8
25,0
2,1 1
2,1
2,1
20,8
16,7
39,6
8
9
12
29
16,7
18,8
25,0
60,4
8
10
22
8
48
16,7 0,000
20,8
45,8
16,7
100
202
ISSN: 2086-3098
Kepatuhan Melakukan
Kunjungan Antenatal
Tidak
Patuh
TOTAL
Patuh
f
% f
% f
%
4 8,3
4 8,3
15 31,3 9 18,8 24 50,0 0,000
20 41,7 20 41,7
19 39,6 29 60,4 48
100
ISSN: 2086-3098
PEMBAHASAN
Pendidikan
Hubungan
Karakteristik
dengan
Kepatuhan Kunjungan Antenatal
203
Pekerjaan
Dalam penelitian ini, Berdasarkan
pekerjaan ibu mayoritas adalah Bekerja
sebanyak 31 orang (64,6%) dan minoritas
tidak bekerja sebanyak 17 orang (35,4%).
Hasil uji Chi square menunjukkan adanya
hubungan pekerjaan terhadap pelaksanaan
ANC dengan nilai p = 0,001.Bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu bagi ibu-ibu yang mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Hal
ini juga terlihat pada penelitian Elija 2012,
hasil uji Chi square menunjukkan adanya
hubungan pekerjaan terhadap pelaksanaan
ANC dengan nilai p = 0,000. Status
204
ISSN: 2086-3098
ISSN: 2086-3098
205
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL
PRANIKAH TERHADAP PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL DI SMK
KESEHATAN SAHATA
PEMATANGSIANTAR PERIODE
Tiamin Simbolon
(Prodi Kebidanan Pematangsiantar,
Poltekkes Kemenkes Medan)
ABSTRAK
Latar belakang: Pengetahuan yang kurang
tentang perilaku seksual yang benar dan
aman akan berisiko terjadinya penyakit
menular seksual. Untuk itu kaum muda perlu
mengumpulkan pengetahuan dalam upaya
meningkatkan status kesehatan agar mereka
dapat terhindar dari penyakit menular
seksual. Tujuan: Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan remaja
tentang
hubungan
seksual
pranikah
terhadap penyakit menular seksual di SMK
Kesehatan SAHATA
Pematangsiantar.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan menggunakan data primer yang
didapat dari hasil kuesioner yang diajukan
kepada responden, sampel yang digunakan
sebanyak 69 responden. Data yang
diperoleh melalui proses editing, coding dan
tabulating. Hasil: Didapatkan 42 (60,87%)
responden berumur 16 tahun, menganut
agama Kristen Protestan 38 (55,1%),
responden dengan suku Batak 53 (76,8%),
54 (78,3%) responden tinggal di asrama,
orang tua responden dengan pendapatan
sedang 35 (50,7%), 25 (36,2%) responden
memperoleh informasi dari orang tua, 34
(49,3%) berpengetahuan sangat baik
tentang definisi hubungan seksual pranikah,
pengetahuan responden tentang faktor
penyebab hubungan seksual pranikah yang
memiliki pengetahuan baik 33 orang
(47,8%),
31
(44,9%)
responden
berpengetahuan tidak baik tentang definisi
penyakit menular seksual, pengetahuan
responden tentang jenis penyakit menular
seksual yang memiliki pengetahuan tidak
baik 31 orang (44,9%), 39 (56,5%)
responden berpengetahuan sangat baik
tentang risiko melakukan hubungan seksual
terlalu dini. Saran: Diharapkan remaja dapat
memperluas
pengetahuan
tentang
hubungan seksual pranikah terhadap
penyakit menular seksual.
Kata kunci: Pengetahuan, Remaja,
Hubungan seksual Pranikah,
Penyakit Menular seksual.
206
Latar Belakang
Pada saat masyarakat dunia menjadi
semakin maju dan meningkat kesejahtraan
materialnya,
kejahatan
remaja
juga
meningkat. Maka ironisnya, ketika Negaranegara dan bangsa-bangsa menjadi lebih
kaya dan makmur, kemudian kesempatan
untuk maju bagi setiap individu menjadi
semakin banyak, kejahatan remaja justru
semakin
berkembang
dengan
pesat.
Misalnya, di Amerika Serikat, 80% remaja
mengaku pernah melakukan hubungan
seksual, dan 92% remaja mengaku
terserang penyakit menular seksual yaitu
Acquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS), (Kartono,2008).
World
health
organization
(WHO)
melaporkan bahwa terdapat lebih dari 11 juta
kasus penyakit menular seksual (PMS)
khusus untuk jenis sifilis, klamidia, dan
gonore saja. Hasil data Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurus
masalah HIV/AIDS mencatat sekitar 39,4
juta kasus HIV/AIDS. Sekitar 8,2 juta ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dimana 2,3 juta
orang adalah perempuan (Munir,2008).
Jumlah penderita yang terdata hanya
sebagian kecil, Prevalensi infeksi menular
seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan
di kota Bandung, yakni dengan prevalensi
infeksi gonore sebanyak 37,4%, chlamydia
34,5%, dan syphilis 25,2%; Di kota Surabaya
prevalensi infeksi chlamydia 33,7%, syphilis
28,8% dan gonorrhea 19,8%; Sedang di
Jakarta prevalensi infeksi gonorrhea 29,8%,
syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7% di
Medan, kejadian syphilis terus meningkat
setiap tahun. Peningkatan penyakit ini
terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4%
sedangkan pada tahun 2004 terus
menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%,
sementara pada tahun 2005 meningkat
menjadi 22,1%. Setiap orang bisa tertular
penyakit menular seksual. Kecenderungan
kian meningkatnya penyebaran penyakit ini
disebabkan perilaku seksual yang bergontaganti pasangan, dan adanya hubungan
seksual pranikah dan diluar nikah yang
cukup tinggi. Kebanyakan penderita penyakit
menular seksual adalah remaja usia 15-29
tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular
karena tertular dari ibunya.Berdasarkan data
Kemenkes hingga akhir Juni 2010, terdapat
21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV
positif. Persentase pengidap usia 20-29
tahun mencapai 48,1 persen dan usia 30-39
tahun sebanyak 30,9 persen (Lestari, 2008).
Permasalahan kesehatan reproduksi
remaja termasuk pada saat pertama kali
207
ISSN: 2086-3098
Umur
15 Thn
16 Thn
17 Thn
Total
F
14
42
13
69
%
20,29
60,87
18,84
100
Agama
Kristen Protestan
Islam
Total
F
38
31
69
%
55,1
44,9
100
ISSN: 2086-3098
No
1
2
Suku
Batak
Jawa
Total
F
53
16
69
%
76,8
23,2
100
No
1
2
3
4
Tempat Tinggal
Kost
Tinggal di Asrama
Total
F
15
54
69
%
21,7
28,3
100
F
25
%
36,2
35
50,7
13
69
100
208
F
25
8
22
14
69
%
36,2
11,6
31,9
20,3
100
Definisi Hubungan
Seksual Pranikah
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Total
34
29
6
69
49,3
42
8,7
100
No
1
2
3
4
Faktor Penyebab
Hubungan Seksual
Pranikah
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Total
32
33
4
-69
46,4
47,8
5,8
-100
Definisi Penyakit
Menular Seksual
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Total
11
22
31
5
69
15,9
31,9
44,9
7,2
100
Dari
Tabel
9
didapati
bahwa
Pengetahuan
Remaja tentang Definisi
Penyakit Menular mayoritas adalah Tidak
baik sebanyak 31 orang ( 44,9%) .
Jenis Penyakit
Menular Seksual
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Total
14
20
31
4
69
20.3
29
44,9
5,8
100
Dari
Tabel
10
didapati
bahwa
Pengetahuan Remaja tentang Jenis Penyakit
Menular Seksual mayoritas adalah Tidak
banyak sebanyak 31 orang (44,9%).
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Remaja Tentang Risiko
Melakukan Hubungan Seksual Terlalu Dini
di SMK Kesehatan SAHATA
Pematangsiantar Tahun 2012
No
1
2
3
4
Risiko Melakukan
Hubungan Seksual
Terlalu Dini
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Total
39
25
5
69
56,5
36,2
7,2
100
209
ISSN: 2086-3098
210
ISSN: 2086-3098
ISSN: 2086-3098
berhubungan seksualitas
menular seksual
dan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Dianawati A, 2006, Pendidikan Seks Untuk
Remaja, Penerbit Kawan Pustaka,
Jakarta.
Hidayat A, A, A, 2007, Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
.Kartono, K, 2008, Kenakalan Remaja, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lestari,2008. Prevalensi Remaja Yang
Melakukan Hubungan Seks Pranikah,
http://www.bkkbn.go.id, Pada tanggal 10
Februari 2011. Pada pukul 19:30 WIB
Munir,2008.Remaja dan Hubungan seks
Pranikah, http://www.google.com Pada
tanggal 15 Februari 2011.Pukul 14:00
WIB
Notoatmodjo,S,
Masyarakat,
Jakarta
----------,
2010,
Metodologi
Penelitian
Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Pinem S, 2009, Kesehatan Reproduksi Dan
Kontrasepsi,
Penerbit
Trans
Info
Media,Jakarta
Sarwono, W.S, 2010, Psikologi Remaja, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Saran
Bagi Institusi Pendidikan dapat bekerja
sama dengan Dinas Kesehatan (petugas
kesehatan) dalam memberikan penyuluhan
dan informasi tentang kesehatan reproduksi
remaja dan pendidikan seks remaja.
Sebaiknya remaja agar selalu mencari
nformasi baik dari buku ataupun media
elektronik sehingga dapat memiliki wawasan
pengetahuan luas
yang berhubungan
dengan seksualitas dan penyaki menular
seksual.
Bagi orangtua untuk memperhatikan
perubahan
yang
mendetail
tentang
perubahan psikologis yang dialami remaja
dengan cara memberikan penyuluhan
tentang seksualitas dan penyakit menular
seksual dan bagaimana cara mengatasi
masalah yang ada pada remaja yang
211
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN.
PENGARUH BERBAGAI DOSIS EKSTRAK
UMBI GADUNG (Dioscorea hispida)
TERHADAP MORTALITAS LARVA
Aedes aegypti
Tuhu Pinardi
(Prodi Kesehatan Lingkungan,
Poltekkes Kemenkes Surabaya)
Sigit Gunawan
(Prodi Kesehatan Lingkungan,
Poltekkes Kemenkes Surabaya)
Sujangi
(Prodi Kesehatan Lingkungan,
Poltekkes Kemenkes Surabaya)
ABSTRACT
Background: Dengue Haemorrhagic Fever
outbreaks pose for developing countries,
particularly the State of Indonesia. Over the
last 20 years, the incidence of dengue fever
outbreak continues to rise and hyperendemic
transmission has occurred, and across a
wide geographic area. Dengue fever cases
in these areas continue to increase into the
rainy season, an increasing number of
patients with dengue fever at the beginning
of the rainy season highs. Ministry of Health
of the Republic of Indonesia recorded a
number of cases of Dengue Hemorrhagic
Fever in 2009 reached about 150 thousand.
This figure is likely to be stable in 2010.
Efforts to overcome the disease Dengue
Hemorrhagic Fever has been done, but so
far the results have not been satisfactory so
that the most promising alternatives to
combat Dengue disease is by controlling the
vector density. Use bulbs gadung solution to
kill larvae of Aedes aegypti is expected to
address the decrease vector populations.
This study aimed to determine the effect of
various doses of extracts of gadung tuber
Dioscorea hispida against Aedes aegypti
mosquito larvae mortality. Method: The
design used in this study was completely
randomized design (CRD), consisting of one
control and five treatments, each consisting
of 5 replication. In the study as independent
variable was the concentration of various
doses: 10 ppm, 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm
and 90 ppm extract gadung tubers Dioscorea
hispida and dependent variable mortality of
larvae of Aedes aegypti. Result: Research
shows the effect of solution gadung tuber
Dioscorea hispida against Aedes aegypti
larvae to variation in dose of 10 ppm, 30
ppm, 50 ppm, 70 ppm and 90 ppm with a
long exposure time 24 hours there was no
mortality of larvae of Aedes aegypti.
Keywords: Dioscorea hispida, larvae of
Aedes aegypti.
212
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue yang disingkat
dengan DBD adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh
nyamuk. Di Indonesia kota yang pertama kali
dilaporkan
kejangkitan
DBD
adalah
Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968.
Jumlah kasus yang dilaporkan di Surabaya
waktu itu adalah 58 penderita yang dirawat,
24 (41 %) diantaranya meninggal dunia
(Sumarno, 1994).
Penyakit Demam Berdarah banyak
dikatakan sebagai risiko bagi negara
berkembang
maupun
negara
maju
sekalipun. Selama 20 tahun terakhir, insiden
wabah penyakit demam berdarah terus
meningkat dan transmisi hiperendemik telah
terjadi dan melintasi wilayah geografis yang
luas. Di Indonesia sendiri, penyakit demam
berdarah masih menjadi persoalan yang
serius. Tahun 2004, dalam waktu tiga bulan
(Januari - Maret) telah terjadi total 26.015
kasus di seluruh Indonesia, dengan 389
korban meninggal (Nurbeti, 2009).
Kasus Demam Berdarah Dengue di
Sumatera Selatan meningkat memasuki
musim hujan. Peningkatan jumlah penderita
demam berdarah pada awal musim hujan
tertinggi di Sumatera Selatan sejak tiga
tahun terakhir. Peningkatan terlihat sejak
November 2011 dengan 383 penderita.
Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan
Oktober 2011 dengan 137 penderita. Pada
awal hingga pertengahan Desember 2011,
jumlah penderita yang terdata di Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatra Selatan 156
orang.
Sepanjang
Januari
hingga
pertengahan Desember 2011, di Sumatra
Selatan tercatat ada 1.721 kasus demam
berdarah dengan angka kematian 19 jiwa.
Tahun 2010, jumlah penderita demam
berdarah di Sumatra Selatan 1.143 orang. Di
Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin (RSMH)
Palembang, sebulan terakhir, jumlah anak
yang dirawat karena demam berdarah 111
orang, lima kali lipat dari angka kejadian
rata-rata tertinggi tahun 2011, 21 orang per
bulan. (Lusia Kus Anna, 2012)
Korban
meninggal
akibat
demam
berdarah dengue di sejumlah daerah terus
bertambah. Empat (4) orang dilaporkan
meninggal di Palangkaraya dan sembilan (9)
orang di Kupang dan tiga (3) orang
meninggal di Lamongan Jawa Timur (Kamis,
29 Pebruari 2012 (Kus Anna, 2012).
Usaha untuk mengatasi penyakit DBD
melalui penelitian-penelitian baik secara
diagnosis yang cepat dan tepat, cara terapi
specifik (kausal) dan pengembangan vaksin
ISSN: 2086-3098
METODE PENELITIAN
Hasil Hewan Uji.
Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis
penelitian
adalah
Quasi
eksperimen,
yaitu:
penelitian
yang
mendekati percobaan sesungguhnya dan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL),
terdiri dari 1 kontrol dan 5 perlakuan yang
masing-masing terdiri dari 5 replikasi.
213
Replikasi
Jumlah
Hewan Uji I II III IV V
50 ekor
0 0 0 0 0
50 ekor
0 0 0 0 0
50 ekor
0 0 0 0 0
50 ekor
0 0 0 0 0
50 ekor
0 0 0 0 0
50 ekor
0 0 0 0 0
%
0
0
0
0
0
0
Umbi
Gadung
214
ISSN: 2086-3098
Pestisida Botani
Beberapa contoh ramuan pestisida
botani yang telah dipublikasikan oleh
beberapa peneliti berikut ini sangat
sederhana, dapat dilakukan oleh siapa saja
tanpa memerlukan peralatan dan metode
yang rumit. Aturan dalam pemakaian
pestisida botani seperti pemakaian dosis dan
konsentrasi memang tidak seketat aturan
pemakaian pestisida sintetik. Kisaran
pemakaian dosis dan konsentrasi pada
pestisida botani bisa sangat lebar dan
berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
Kandungan senyawa metabolit sekunder
tanaman bisa berbeda-beda tergantung
lokasi penanamannya.
Alkaloid sesungguhnya adalah racun,
senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali
bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen
dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari
asam amino ; biasanya terdapat aturan
tersebut adalah kolkhisin dan asam
aristolokhat yang bersifat
bukan
basa
dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloid quartener, yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
Kematian
aegypti).
Hewan
Uji
Larva
Aedes
215
ISSN: 2086-3098
216
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah
satu
tujuan
MDGs
yaitu
menurunkan angka kematian balita sebesar
dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan
tahun 2015. Indikator Angka Kematian Balita
yang paling penting adalah Angka Kematian
Bayi (AKB). AKB merupakan salah satu tolak
ukur untuk menilai sejauh mana ketercapaian
kesejahterahan rakyat sebagai hasil dari
pelaksanann
pembangunan
bidang
kesehatan. Departemen Kesehatan telah
mematok target penurunan angka kematian
bayi di Indonesia dari rata-rata 36 menjadi 23
per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau dapat
membantu penurunan angka kematian bayi.
Salah satu cara tradisional yang sering
dilakukan masyarakat Indonesia untuk
memelihara kesehatan bayi yaitu dengan
terapi sentuhan. Terapi ini cukup efektif,
efisien, ekonomis, dan aman. Apalagi kalau
yang melakukan orang tua si bayi sendiri,
karena merawat bayi sendiri merupakan
kebahagian yang tidak ternilai.
Sentuhan adalah bahasa pertama bagi
ibu dan bayi. Sebagai alat komunikasi utama,
sentuhan memainkan peran penting dalam
pembentukan hubungan awal orangtua dan
anak. Sentuhan dalam bentuk pijatan lembut
mengungkapkan rasa kasih sayang ibu dan
mampu memenuhi kebutuhan bayi akan
kontak fisik. Setiap perubahan emosional
menimbulkan
reaksi
otot.
Dengan
mengurangi ketegangan otot, pijat bayi
menenangkan
emosi
dan
membantu
meringankan
beberapa
trauma
dan
kecemasan yang berhubungan dengan masa
kelahiran, lingkungan yang baru, dan masa
penyapihan. Kulit memasok informasi terusmenerus ke sistem saraf pusat tentang
lingkungan sekitar tubuh, melalui sentuhan
kulit yang berdampak luar biasa pada
perkembangan fisik, emosi, dan tumbuh
kembang anak (Walker, 2011: 1-2).
Pijat merupakan stimulasi taktil yang
memberikan efek biokimia dan efek fisiologi
pada berbagai organ tubuh. Pijat yang
dilakukan secara benar dan teratur pada bayi
diduga memiliki berbagai keuntungan dalam
proses tumbuh kembang bayi. Pijat pada bayi
oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan
emosional antara orangtua dan bayi, juga
diduga dapat meningkatkan berat badan bayi
(Rosalina, 2007:23).
Berbagai
penelitian
telah
banyak
dilakukan untuk membuktikan keuntunggan
pijat bayi. Penelitian yang dilakukan oleh
Dieter et al. (2003) meneliti efek pijat yang
217
ISSN: 2086-3098
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya perbedan
berat badan bayi usia 3-5 bulan yang dipijat
dan tidak dipijat di Kelurahan Tawanganom
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
tahun 2013.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan
rancangan Quasy Experimental Design
berupa Non equivalent control group design.
Penelitian
diadakan
di
Kelurahan
Tawanganom
Kecamatan
Magetan
Kabupaten Magetan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bayi usia 3
sampai 5 bulan di Kelurahan Tawanganom.
Besar populasi adalah 20 bayi yang di bagi
menjadi 2 kelompok yang dipijat orang dan
tidak dipijat. Penelitian ini menggunakan total
populasi. Pada penelitian ini mengunakan
teknik non probability (Non Random).
Pada penelitian ini variabel independen
adalah pijat bayi. Pada penelitian ini variabel
dependen adalah berat badan bayi usia 3-5
bulan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah timbangan berat badan
bayi
dalam
satuan
gram.
Metode
pengumpulan data pada penelitian ini
melakukan penimbangan/mengukur berat
badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat
setelah 8x pemijatan. statistik yang
digunakan adalah Independent Samplet TTest.
HASIL PENELITIAN
Perbedaan berat badan bayi usia 3-5
bulan yang dipijat dan tidak dipijat dapat
diketahui dengan uji perbedaan antara
sebelum dan sesudah dengan diawali uji
homogenitas untuk mengetahui apakah
beberapa varian populasi sama atau tidak,
Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam
analisis Independent Sample T-Test.
Sebelum dilakukan uji Independent TTest dilakukan uji kesamaan varian
(homogenitas) dengan hasil uji F test nilai
signifikansi equal variance assumed adalah
0,018 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima, jadi dapat diasumsikan bahwa
kedua
varian
berbeda.
Dengan
ini
penggujian uji t menggunakan
equal
variance not assumed.
Dari tabel Independent T-Test nilai t
hitung equal variance not assumed adalah
5,330. Kemudia pada t tabel diperoleh data
sebesar 2,101, Oleh karena t hitung > t tabel
(5,330 > 2,101) dan signifikansi 0,000 <
218
ISSN: 2086-3098
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Apa
itu
MDGs.
http://mdgsindonesia.org/official/.
(diakses 4 April 2013)
Anonim. Memnatau Berta badan Bayi.
http://www.jurnalkesehatan.info. (diakses
4 April 2013)
Arikunto. 2005. Manageman
Jakarta: Rineka Cipta
Penelitian.
ISSN: 2086-3098
Belajar
219
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
KUNJUNGAN KELUARGA KE
POSYANDU MENINGKATKAN
STATUS GIZI BALITA
Ruslaini
(Jurusan Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Bandung)
Sugiyanto
(Jurusan Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Bandung)
ABSTRAK
Latar belakang: Berdasarkan data Dinkes
Kota Bandung tahun 2010 di Kecamatan
Cibiru, jumlah status gizi buruk (BB/U)= 25
balita dan status gizi kurang 475 balita,
didukung dengan data dari puskesmas
Cibiru pada tahun 2011, kelurahan Cipadung
memiliki jumlah kunjungan paling rendah
yaitu 68% dibandingkan dengan 3 kelurahan
lainnya, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kunjungan keluarga
ke Posyandu dengan status gizi Balita.
Status gizi kurang dan buruk (KEP)
merupakan salah satu keadaan yang sering
terjadi diperiode umur balita, pada umur
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang
pesat dan merupakan masa peralihan antara
saat di sapih dan mulai mengikuti pola
makan orang dewasa, ada beberapa hal
yang dapat meningkatkan angka kejadian
status gizi KEP salah satu diantaranya
adalah tidak aktifnya keluarga membawa
anaknya mengunjungi Posyandu. Metode:
Jenis penelitian ini adalah metode komparatif
dengan pendekatan case control, sampel
yang diambil menggunakan teknik Purposive
Sampling sebanyak 96 responden, teknik
pengumpulan data dengan melakukan
observasi langsung ke tempat yang diteliti,
sedangkan pengolahan data menggunakan
analisis Chi Square. Hasil: Nilai p Value
0,005 < (0,05) yang berarti H0 ditolak.
Simpulan: Terdapat hubungan antara
kunjungan balita ke Posyandu dengan status
gizi balita dan responden yang mempunyai
kategori tidak aktif mengunjungi Posyandu
mempunyai resiko 3,987 kali lebih besar
terkena status gizi KEP dibandingkan
dengan responden dengan kategori aktif.
Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut,
perlu
adanya
upaya
untuk
dapat
meningkatkan status gizi Balita dengan cara
penyuluhan dari Posyandu, serta adanya
kemandirian keluarga aktif membawa
balitanya ke Posyandu.
Kata Kunci : Kunjungan, status gizi
220
Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah
masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan
dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan
saja.
Penyebab
timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena
itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sektor yang terkait.
(Supariasa,
2002).
Seperti
yang
diungkapkan oleh Tarwotjo (2003) bahwa
Upaya perbaikan gizi melibatkan berbagai
pihak seperti cukup tidaknya pangan yang
dimakan, dan seterusnya tergantung pada
persediaan, distribusi, dan produksi, daya
beli serta perilaku manusia. Di sisi lain juga
ditentukan pada keadaan kesehatan,
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku
manusia dan seterusnya.
Kegiatan
posyandu
tidak
akan
membuahkan hasil yang maksimal bila
setiap keluarga tidak menyadari akan
manfaat dari posyandu sehingga keaktifan
dan peran serta keluarga terhadap posyandu
sangat kurang. Hal tersebut tercantum dalam
salah satu dari lima tugas kesehatan
keluarga
dalam
fungsi
keperawatan
kesehatan keluarga yaitu keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tepat (Sudiharto, 2007). Pemanfaatan
pelayanan kesehatan dapat diukur dari
keaktifan keluarga dalam hal tingkat
kunjungan ke pelayan kesehatan tersebut
(Posyandu). Keaktifan keluarga pada setiap
kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh
pada keadaan status gizi anak balitanya,
karena salah satunya tujuan posyandu
adalah memantau peningkatan status gizi
masyarakat terutama anak balita dan ibu
hamil (Adisasmito, 2007). Menurut Depkes
RI (2004) Keaktifan keluarga diukur dengan
frekuensi kehadiran balita dalam kegiatan
posyandu, dimana dikatakan teratur jika
frekuensi penimbangan minimal 8 (delapan)
kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan
tidak teratur jika frekuensi penimbangan
kurang dari 8 (delapan) kali dalam satu
tahun.
Pada kecamatan Cibiru memiliki jumlah
balita sebanyak 5.076 orang, persentasi
status gizi buruk berdasarkan (BB/U)
sebesar 9,96% atau 25 balilta dan status gizi
kurang 9,95% atau 475 balita. (Dinkes Kota
Bandung, 2010). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti ke
puskesmas Cibiru pada tanggal 31 Maret
2012, didapatkan data dari Rekapitulasi
Hasil Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Rumah Tangga, Kadarzi dan
ISSN: 2086-3098
Rumusan Masalah
Desain penelitian
Apakah ada hubungan kunjungan
keluarga dalam kegiatan posyandu dengan
status gizi balita
Tujuan Penelitian
Mengetahui
hubungan
kunjungan
keluarga dalam kegiatan posyandu dengan
status gizi balita.
Manfaat Penelitian
Populasi dan Sampel
1. Meningkatkan kualitas kesehatan anak
dengan meningkatnya kesadaran ibu
akan pentingnya kegiatan posyandu di
masyarakat, serta meningkatkan mutu
kesehatan generasi selanjutnya dimasa
yang akan datang
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data dasar untuk penelitian
lanjutan yang berkaitan dengan status
gizi balita.
221
( Z ) 2 xPxQ
n
d2
(Sopiyudin Dahlan, 2010)
Keterangan:
n = besar sampel minimal
Z = Defiat baku alfa untuk kepercayaan 5%
(1,96)
= 0,05
d = Tingka presisi/ketepatan yang diinginkan
(0,10)
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti
(0.50)
Q = 1 P = 1- 0,50 = 0,50
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah
sample yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian adalah sebagai berikut:
0.9604
0.01
222
ISSN: 2086-3098
X nx
X 100 %
Keterangan :
X : Rata rata hitung sampel
xi : Nilai dalam suatu sampel
n : Total bayaknya pengamatan dalam suatu
sampel
x2
( fo fe) 2
fe
Keterangan :
2
x : Chi square hitung
fo: Frekuensi yang diamati
fe: Frekuensi yang diharapkan
(Hidayat, 2009: 123)
HASIL PENELITIAN
Setelah data dikumpulkan dan dilakukan
pengolahan data,hasil penelitian kami
tampilkan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hubungan Kunjungan Keluarga ke
Posyandu dengan Status Gizi Balita
di Kecamatan Cibiru Bandung
Status gizi
Kunjungan
KEP
Tidak Aktif
Aktif
F
%
39 60,9
9 28,1
Tidak KEP
Total
F
%
F
25 39,1 64
23 71,9 64
%
100
100
223
ISSN: 2086-3098
PEMBAHASAN
2
224
ISSN: 2086-3098
ISSN: 2086-3098
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian,dapat
disimpulkan bahwa Terdapat
Hubungan
kunjungan keluarga ke Posyandu dengan
status gizi balita.
dalam
Daur
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan
terkait dengan penelitian yang sudah
dilakukan adalah:
1. Puskesmas diharapkan dapat lebih
intensif dalam melaksanakan pembinaan
kepada kader-kader posyandu dalam
upaya
promosi
kesehatan
serta
memodifikasi metoda promosi kesehatan
yang lebih efektif kepada keluarga yang
memiliki balita mengenai status gizi
balita, serta bekerja sama dengan para
kader
dalam
upaya
penjaringan
(sweeping) keluarga yang tidak aktif
berkunjung ke Posyandu.
2. Masyarakat diharapkan ikut berpatisipasi
aktif dalam memajukan M UKBM
(Posyandu),
3. Ibu balita diharapkan memiliki kesadaran
serta kemandirian akan pentingnya ikut
serta dalam kegiatan Posyandu, karena
keaktifan
keluarga
mengunjungi
posyandu berpengaruh besar terhadap
kondisi status gizi bayi dan balitanya.
DAFTAR PUSTAKA
A.A, Gde Muninjaya. 2004. Manajemen
Kesehatan. Jakarta: EGC
Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Ageng & Weni. 2010. Askep Neonatus dan
Anak. Yogya: Nuha Medika
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Anwar,
Saifudin.
Pengukurannya.
Belajar.
225
2011.
Teori
dan
Jakarta:
Pustaka
kabupaten-tasikmalaya-tahun-2009
(Diambil pada tanggal 23 Juli 2012)
Holil, M Pari. 2010. Pedoman Pengukuran
Penilaian Status Gizi (PSG). Cimahi:
Politeknik Kesehatan Kemenkes R.I
Jurusan Gizi
Iryanti, Euis Nurhayati, dkk. 2009. Panduan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Bandung: Politeknik Kesehatan Depkes
Bandung
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Kesehatan
Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Muchtadi, Deddy. 2002. Gizi untuk Bayi; ASI,
Susu Formula, dan Makanan Tambahan.
Jakarta: Sinar Harapan
ISSN: 2086-3098
226
ISSN: 2086-3098
PENDAHULUAN
GAMBARAN PRAKTEK KELUARGA
SADAR GIZI DI DUSUN KEPEL DESA
BANJARSARI KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011
Tunik Ismiyatun
(Dinas Kesehatan Madiun)
Tutiek Herlina
(Prodi Kebidanan Magetan,
Poltekkes Kemenkes Surabaya)
Hery Sumasto
((Prodi Kebidanan Magetan,
Poltekkes Kemenkes Surabaya)
ABSTRAK
Latar belakang: Masalah gizi utama saat ini
adalah Kurang Energi Protein (KEP),
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY),
Anemia Gizi Besi (AGB), dan Kekurangan
Vitamin A (KVA). Pendekatan perbaikan gizi
akan lebih difokuskan pada peningkatan
status gizi melalui penggerakkan dan
pemberdayaan keluarga melalui program
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Tujuan:
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
gambaran praktek keluarga sadar gizi di
Dusun Kepel Desa Banjarsari Kecamatan
Madiun
Kabupaten
Madiun.
Metode:
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif. Populasi
sebesar 215 rumah
tangga dan seluruh populasi dijadikan
sampel. Pengumpulan data dilakukan
dengan kunjungan rumah, instrumen berupa
lembar observasi, pedoman wawancara dan
Iodina test. Analisa data dengan statistik
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi. Hasil: Praktek kadarzi
indikator menimbang berat badan secara
teratur mencapai 59,6% dari target 80%,
kadarzi indikator memberikan ASI Eksklusif
mencapai 28,6% dari target 80%, kadarzi
indikator makan beraneka ragam mencapai
73,0% dari target 80%, kadarzi indikator
menggunakan garam beryodium mencapai
97,7% dari target 90% dan kadarzi indikator
memberikan suplemen gizi mencapai 89,1 %
dari target 80%. Simpulan: Praktek kadarsi di
Dusun Kepel Desa Banjarsari Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun untuk indikator
menimbang berat badan, memberikan ASI
Eksklusif dan makan beraneka ragam masih
dibawah
target
sedangkan
indikator
menggunakan
garam
beryodium
dan
memberikan suplemen gizi telah mencapai
target yang ditetapkan oleh pemerintah.
Saran:
Setiap
keluarga
diharapkan
melaksanakan program kadarzi sehingga
dapat meningkatkan status gizi anggota
keluarga.
Kata kunci : gizi, keluarga
227
Latar Belakang
Masalah gizi terjadi pada setiap siklus
kehidupan yaitu dimulai sejak dalam
kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak,
dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi secara
tidak langsung dipengaruhi kualitas dan
jangkauan pelayanan kesehatan, pola asuh
yang tidak memadai serta ketahanan pangan
tingkat rumah tangga. Sampai saat ini
masalah gizi utama yang masih banyak
ditemukan di masyarakat antara lain: Kurang
Energi Protein (KEP); Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY); Anemia Gizi
Besi (AGB) dan Kekurangan Vitamin A
(KVA) (Depkes RI, 2006). AGB diderita oleh
8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia
sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu
hamil. GAKY diderita oleh sekitar 3,4 juta
anak usia sekolah dan sekitar 10 juta balita
menderita KVA (Depkes RI, 2007).
Mencermati perkembangan masalah gizi
dan pengalaman di dalam pelaksanaan
program
gizi,
diperlukan
pergeseran
orientasi program perbaikan gizi, mengacu
pada
paradigma
sehat.
Pendekatan
perbaikan gizi akan lebih difokuskan pada
peningkatan
status
gizi
melalui
penggerakkan dan pemberdayaan keluarga
melalui
program Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) yaitu
suatu keluarga
yang
mampu
mengenal,
mencegah dan
mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya (Depkes RI, 2007).
Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran praktek Kadarzi
di Dusun Kepel Desa Banjarsari Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Populasi
sebesar 215 rumah
tangga di dusun Kepel Desa Banjarsari
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun dan
seluruh populasi dijadikan sampel. Variabel
penelitian
yaitu praktek kadarzi , sub
variabel yaitu indikator : 1) Menimbang berat
badan secara teratur, 2) Memberikan ASI
eksklusif , 3) Makan beraneka ragam, 4)
Menggunakan garam beryodium dan 5)
Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran:
pemberian Vitamin A dosis tinggi pada balita
6-59 bulan, pemberian TTD pada ibu hamil
dan pemberian Vitamin A dosis tinggi 2
kapsul pada ibu nifas. Pengumpulan data
dilakukan
dengan
kunjungan
rumah,
instrumen
berupa
lembar
observasi,
ISSN: 2086-3098
HASIL PENELITIAN
80
Karakteristik Keluarga
71,4
70
60
50
40
30
28,6
28,6
20
10
0 0
0 0 0
0 0 0
Karakteristik keluarga
Keluarga dengan ibu
hamil, bayi 0-6 bulan,
balita 6-59 bulan
Jumlah
Persentase
1,8
0,5
1,4
1,4
Keluarga
dengan
balita 6-59 bulan
44
20,5
160
74,4
Jumlah
215
100,0
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
59,60 40,40
%
%
Baik
Belum
baik
80%
60%
40%
20%
0%
73%
27%
Baik
Belum
baik
2,30%
m
lu
Be
ik
Ba
Baik
ba
ik
Belum
baik
97,70%
228
ISSN: 2086-3098
PEMBAHASAN
Kebiasaan Keluarga dalam menimbang
berat badan secara teratur
11,4
0
Baik
Belum
baik
88%
90
85,7
80
70
60
50
40
30
20
10
14,3
0
14,3
00
000
000
0
Baik
Belum
baik
229
ISSN: 2086-3098
230
Bidan
ISSN: 2086-3098
Pendidikan dan
Rineka Cipta :
231