Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insullin atau
keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup
didapatkan bahwa prevalensi DM meningkat terutama di kota besar. Jika tidak ditangani
dengan baik tentu saja angka kejadian komplikasi kronik DM juga akan meningkat, termasuk
komplikasi kaki diabetes.
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Hasil
pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi dokter pengelola maupun
penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan
kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih merupakan masalah yang rumit
dan tidak terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang berminat menggeluti kaki
diabetes. Juga belum ada pendidikan khusus untuk mengelola kaki diabetes. Di samping itu,
ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes masih sangat mencolok.
Di negara maju kaki diabetes memang juga masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya klinik kaki
diabetes yang aktif mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki diabetes
menjadi lebih cerah. Angka kematian dan angka amputasi dapat ditekan sampai sangat
rendah, menurun sebanyak49-85% dari sebelumnya. Tahun 2005 International Diabetes
Federation mengambil tema Tahun Kaki Diabetes mengingat pentingnya pengelolaan kaki
diabetes untuk dikembangkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh

adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau
kedua-duanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup
didapatkan bahwa prevalensi dm meningkat terutama di kota besar. Jika tidak ditangani
dengan baik tentu saja angka kejadian komplikasi kronik akan meningkat. Jumlah penderita
Diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan
dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancybertambah, urbanisasi yang merubah
pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan
fisik kurang. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan
menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Keadaan
yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit
yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang
ditimbulkan.1
Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua
tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah
kecil (mikrovaskuler) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada
otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar manifestasi komplikasi kronik yang
terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung ( penyakit jantung koroner) dan pembuluh
darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain dari dm dapat berupa kerentanan berlebih
terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan
infeksi ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/ gangren diabetes.1

Penderita Diabetes mellitus berisiko 29 X terjadi komplikasi ulkus diabetika. Ulkus


diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Ulkus diabetika mudah
berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah
yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika kalau
tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang
segera meluas dan dalam

keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi. Ulkus

diabetika merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi
penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk
pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus.4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah

kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.4
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik untuk terjadinya ulkus diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.4
2.2. Epidemiologi
Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and KidneyDisease,
diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui menderita diabetes, dan jutaan
diantaranya beresiko untuk menderita ulkus diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes,
15% EDFD menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita ulkus di ulkus
memerlukan amputasi. Separoh lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi
ulkus diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi
ulkus kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus,angka
kekambuhan diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai 12 %. 4
2.3. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya ulkus diabetikum :
a. Faktor endogen
- Genetik, metabolik.
- Angiopati diabetik.
- Neuropati diabetik.
b. Faktor ekstrogen
- Trauma.
- Infeksi.
- Obat.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati,
neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan

terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada
otot ulkus sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada ulkus klien.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika
sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati,sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus
diabetikum.2,4
2.4. Patogenesis
Perubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer,
penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat terganggunya proses
penyembuhan luka. Deformitas ulkus sebagaimana terjadi pada neuroartropati Charcot terjadi
sebagai akibat adanya neuropati motoris. Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut
maupun kronis (akibat tekanan sepatu, benda tajam, dan sebagainya) merupakan faktor yang
memulai terjadinya ulkus. Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan
kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motoris dapat
menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, pes cavus, pes
planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan bersama dengan adanya neuropati
memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusaknya
serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya
ulkus ulkus. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan
kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema ulkus. Kerusakan serabut
motorik, sensoris dan autonom memudahkan terjadinya artropati Charcot. 2
Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskular (aterosklerosis) maupun karena
gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemia ulkus. Keadaan
tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses
penyembuhan ulkus ulkus.(lihat bagan) . Untuk tujuan klinis praktis, ulkus diabetika dapat
dibagi menjadi 3 katagori, yaitu ulkus diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada
umumnya ulkus diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat
neuroiskemia dan murni akibat iskemia.4

Bagan1. Patofisiologi Ulkus Diabetikum

2.5. Klasifikasi
Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangat penting untuk membantu perencanaan
terapi dari berbagai pendekatan dan membantu memprediksi hasil. Beberapa sistem
klasifikasi ulkus telah dibuat yang didasarkan pada beberapa parameter yaitu luasnya infeksi,
neuropati, iskemia, kedalaman atau luasnya luka,
dan lokasi. 2,4
Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan pada ulkus diabetes adalah Sistem
Klasifikasi Ulkus Wagner- Meggit yang didasarkan pada kedalaman luka dan terdiri dari 6
grade luka. Yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Grade 0
Grade 1
Grade 2
Grade 3
Grade 4
Grade 5

: Kulit intak/ utuh


: Tukak superfisial
: Tukak dalam sampai tendo dan tulang
: Tukak dalam dengan infeksi (osteomielitis)
: Tukak dengan gangren pada 1-2 jari ulkus
: tukak dengan gangren luas seluruh ulkus

Gambar1. Klasifikasi Ulkus Diabetikum

University of Texas membagi ulkus berdasarkan dalamnya ulkus dan membaginya lagi
berdasarkan adanya infeksi atau iskemi. Adapun sistem Texas ini meliputi :

Tabel 1. Klasifikasi ulkus diabetikum

Klasifikasi SAD (Size, Sepsis, Arteriopathy, Depth and Denervation) mengelompokkan


ulkus ke dalam 4 skala berdasarkan 5 bentukan ulkus (ukuran, kedalaman, sepsis, arteriopati,
dan denervasi). The International Working Group
on the Diabetic Foot telah mengusulkan Klasifikasi PEDIS dimana membagi luka
berdasarkan 5 ciri berdasarkan: Perfusion, Extent, Depth, Infection dan Sensation.
Berdasarkan Guideline The Infectious Disease of America, mengelompokkan ulkus diabetik
yang terinfeksi dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Mild
b. Moderate
c. Severe

: terbatas hanya pada kulit dan jaringan subkutan


: lebih luas atau sampai jaringan yang lebih dalam
: disertai gejala infeksi sistemik atau ketidakstabilan metabolik

2.6. Diagnosis
Penanganan ulkus diabetes terdiri dari penentuan dan perbaikan penyakit dasar penyebab
ulkus, perawatan luka yang baik, dan pencegahan kekambuhan ulkus. Penyebab ulkus
diabetes dapat ditentukan secara tepat melalui anamnesa
riwayat dan pemeriksaan fisik yang cermat.
a. Riwayat
Gejala neuropati perifer meliputi hipesthesia, hiperesthesia, paresthesia, disesthesia,
radicular pain dan anhidrosis. sebagian besar orang yang menderita
penyakit atherosklerosis pada ekstremitas bawah tidak menunjukkan gejala (asimtomatik),
Penderita yang menunjukkan gejala didapatkan claudicatio, nyeri iskemik saat istirahat, luka
yang tidak sembuh dan nyeri ulkus yang jelas. Kram,
kelemahan dan rasa tidak nyaman pada ulkus sering dirasakan oleh penderita diabetes karena
kecenderungannya menderita oklusi aterosklerosis tibioperoneal.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi 3 bagian yaitu 3 :
-

Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas


Penilaian kemungkinan isufisiensi vaskuler
Penilaian kemungkinan neuropati perifer

Mengingat diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik, oleh karena itu pemeriksaan
fisik secara menyeluruh pada pasien sangat penting untuk dilakukan.
Pemeriksaan Ekstremitas :
-

Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa daerah

yang menjadi tumpuanbeban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di telapak, ujung
jari yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat timbul pada malleolus karena
pada daerah ini sering mendapatkan trauma.
Kelainan- kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaan fisik :
-

Callus hipertropik
Kuku yang rapuh/pecah
Hammer toes
Fissure

Insufisiensi arteri perifer :


Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah
level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi
adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut
pada ulkus, sianosis jari ulkus, ulserasi dan
nekrosis iskemia, kedua ulkus pucat pada saat ulkus diangkat setinggi jantung selama 1- 2
menit.
Pemeriksaan vaskuler noninvasif meliputi pengukuran oksigen transkutan,
ankle- brachial index (ABI), tekanan sistolik jari ulkus. ABI merupakan pemeriksaan
noninvasif yang dengan mudah dilakukan dengan menggunakan alat
Doppler. Cuff tekanan dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai nadi pada
brachialis tidak dapat dideteksi Doppler Cuff kemudian dilepaskan perlahan sampai Doppler
dapat mendeteksi kembali nadi brachialis. Tindakan yang sama dilakukan pada tungkai,
dimana cuff dipasang pada calf distal dan Doppler dipasang pada arteri dorsalis pedis atau
arteri tibialis posterior. ABI didapatkan dari tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik
brachialis.

Tabel2. Ankle- Brachial Index (ABI)

Neuropati Perifer
Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan posisi, hilangnya reflek
tendon dalam, ulserasi tropik, foot drop, atrofi otot, dan pemembentukan calus hipertropik
khususnya pada daerah penekanan misalnya pada tumit. Status neurologis dapat diperiksa
dengan menggunakan monofilament
Semmes- Weinsten untuk mengetahui apakah penderita masih memiliki "sensasi
protektif', Pemeriksaan menunjukkan hasil abnormal jika penderita tidak dapat merasakan
sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada ulkus dengan tekanan yang cukup sampai
monofilamen bengkok. Alat pemeriksaan lain adalah garputala 128C, dimana dapat
digunakan untuk rnengetahui sensasi getar penderita dengan memeriksanya pada pergelangan
ulkus dan sendi metatarsophalangeal pertama. Pada neuropati metabolik terdapat gradien
intensitas dan paling parah pada daerah distal. Jadi pada pasien yang tidak dapat merasakan
getaran pada pergelangan ketika garputala dipindahkan dari ibu jari ulkus ke pergelangan
menunjukkan gardien intensitas karena neuropati metabolik.
Pada umumnya, seseorang tidak dapat merasakan getaran garputala pada jari tangan lebih
dari 10 detik setelah pasien tidak dapat merasakan getaran pada ibu jari ulkus. Beberapa
penderita dengan sensasi normal hanya menunjukkan perbedaan antara sensasi pada jari
ulkus dengan tangan pemeriksa kurang dari 3 detik.
-

c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekositosis mungkin menandakan adanya abses atau infeksi lainnya
pada ulkus. Penyembuhan luka dihambat oleh adanya anemia. Adanya insufisiensi arterial

yang telah ada, keadaan anemia menimbulkan nyeri saat istirahat.


Profil metabolik : pengukuran kadar glukosa darah, glikohemoglobin dan kreatinin serum

membantu untuk menentukan kecukupan regulasi glukosa dan fungsi ginjal


Pemeriksaan laboratorium vaskuler noninvasif : Pulse Volume Recording (PVR), atau

plethymosgrafi.
d. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto polos pada ulkus diabetik dapat menunjukkan demineralisasi dan sendi

Charcot serta adanya ostomielitis.


Computed Tomographic (CT) scan dan Magnetic Resonance Imanging (MRI):

meskipun pemeriksa yang berpengalaman dapat mendiagnosis abses dengan pemeriksaan


fisik, CT scan atau MRI dapat digunakan untuk membantu diagnosis
abses apabila pada pemeriksaan fisik tidak jelas.
2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ulkus diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu,


pencegahan terjadinya ulkus diabetes dan terjadinya ulkus ( pencegahan primer sebelum
terjadi perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah
(pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus atau gangren diabetik yang sudah terjadi).
a. Pencegahan primer
Penyuluhan mengenai terjadinya ulkus diabetes sangat penting dilakukan pada setiap
kesempatan dengan penyandang DM. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak terkait
pengelolaan DM, baik para ners, ahli gizi, ahli perawaan ulkus maupun dokter sebagai dirigrn
pengelolaan.
Keadaan ulkus penyandang diabetes digolongkan berdasarkan resiko terjadinya dan
resiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan ulkus diabetes berdasarkan
resiko terjadinya masalah (frykberg) :
1.
2.
3.
4.
5.

Sensasi normal tanpa deformitas


Sensasi normal dengan deformitas
Insentifitas dengan deformitas
Iskemia tanpa deformitas
Kombinasi / complicated
- Kombinasi insentivitas, iskemia dan/ atau deformitas
- Riwayat adanya tukak, deformitas charcot

Pengelolaan ulkus diabetes terutama ditujukan untuk pencaegahan terjadinya tukak,


disesuaikan dengan resiko ulkus. Dengan memberikan alas ulkus yang baik, berbagai hal
terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah. Penyuluhan diperlukan
untuk semua kategori risiko tersebut untuk ulkus yang kurang merasa/ insentif (kategori 3
dan 5), alas ulkus perlu diperhatikan benar untuk melindungi ulkus yang insentif tersebut.
kalau sudah ada deformitas (kategori resiko 2 dan 5) perlu perhatian khusus mengenai sepatu/
alas ulkus yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada ulkus. Untuk kasus
dengan kategori 4 (permasalahn vaskuler) latihan ulkus perlu diperhatikan benar untuk
memperbaiki vaskularisasi ulkus. Untuk ulkus yang complicated dilakukakan pencegahan
sekunder.

Pencegahan sekunder
a. Pengelolaan holistik ulkus / gangren diabetik

Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang
maksimal dapat digolongkan sebagai berikut dan harus dikelola bersama :
- Mechanical control- pressure control
- Wound control
- Microbiological control- infection control
- Vascular control
- Metabolic control
- Educational control
Kontrol metabolik. Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa
darah diusahakn agar selalu normal untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia
yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umunya digunakan insulin untuk menormalisasi
kadar glukosa darah. Status nutrisi juga harus diperhatikan. Berbagai hal lain seperti kadar
albumin, serum, Hb, dan derajat oksigenasi jaringan juga harus diperhatikan. Demikian juga
fungsi ginjal.
Kontrol vaskuler. Keadaan vaskuler yang buruk tentu akan menghambat penyembuhan luka.
Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana
seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta
ditambah pengukuran tekanan darah. Disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non invasif maupun yang
invasif dan semiinvasif seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressur,
TcPO2 dan pemriksaan echodoppler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.
Modifikasi faktor resiko :
-

Stop merokok
Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis : hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia

Revaskularisasi. Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio
intermitten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dilakukan. Sebelum tindakan
revasularisasi dilakukan arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah lebih
jelas.
Wound control. Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang dan evaluasi luka harus
dilakukan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah debridemant yang
adekuat. Dressing (pembalut) dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka.

Dressing yang mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated dressing, alginate
dressing bermanfaat pada luka yang masih produktif. Hydrophlic fiber dressing atau silver
impregnated dressing bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa
bahwa tindakan debridemant yang adekuat merpakan syarat mutlak untuk mengklasifikasikan
luka. Debridement membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh
sehingga sangat membantu mengurangi produksi pus/ cairan dari ulkus/ gangren.
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti
cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari
dressing. Jika luka sudah lebih baik dan tidak teinfeksi lagi dressing seperti hydrocolloid
dressing dapat digunakan beberapa hari. Selam proses inflamasi masih adaa proses
penyembuhan luka selanjutnya yaitu granulasi dan epitelisasi. Untuk menjaga suasan
kondusif bagi kesembuhan luka dapat dipakai kassa yang dibasahi salin. Berbagai saran dan
penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control seperti dermagraft, growth factor,
apligraft, protease inhibitor untuk mempercepat kesembuhan luka.
Microbiological control. Antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan hasil biakan kuman
dan resistensinya. Sebagi acuan dari penelitian tahun 2004 di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran gram
positif dan negatif (seperti golongan sefalosporin) dikombinasikan dengan obat yang
bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti metronidazol).
Pressure control. Jika ulkus tetap dipakai untuk berjalan (berarti ulkus dipakai untuk
menahan berat badan weight bearing) luka selalu mendapat tekanan tidak akan sempat
menyembuh apalagi kalau luka tersebut terdapat di bagian plantar seperti luka pada ulkus
charcot. Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan : 1. Dekompresi
ulkus/ abses dengan insisi abses, 2. Prosedur koreksi bedahseperti operasi untuk ahmmer toe,
metatarsal head resection, achilles tendon lengthening, partial calcanectomy.
Education control. Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan ulkus diabetes.
Dengan penyuluhan yang baik penyandang DM dan ulkus/ gangren diabetik diharapkan dapat
membantu dan mendukung berbagi tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang
optimal. Rehabilitasi penting dilkaukan sejak pencegahan terjadinya ulkus dan kemudian
segera setelah perawatan untuk mengurangi kecacatan yang mubgkin timbul pada pasien.

Pemakaian alas ulkus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah
terjadinya ulkus baru.
2.8. Prognosis
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada ulkus dan 1
diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh karena itu, diabetes
merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma ekstremitas bawah di Amerika
Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini selama rentang 5
tahun ke depan. Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes merupakan resiko
terbesar terjadinya ulkus pada ulkus, diikuti dengan penyakit mikrovaskuler dan regulasi
glukosa darah yang buruk. Pada penderita diabetes dengan neuropati, meskipun hasil
penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66% dan angka amputasi
meningkat menjadi 12%.

KESIMPULAN
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronis diabetes mellitus yang sering terjadi
pada penderita DM. Ulkus diabetikum ini menjadi masalah di bidang sosial ekonomi yang
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya ulkus
diabetikum meliputi faktr endogen dan eksogen. Faktor endogen meliputi Genetik, metabolik,
angiopati diabetik, neuropati diabetik. Sementara faktor eksogen meliputi Trauma, Infeksi,
Obat. Klasifikasi terhadap ulkus diabetikum yang banyak dipakai adalah Sistem Klasifikasi
Ulkus Wagner- Meggit yang didasarkan pada kedalaman luka dan terdiri dari 6 grade luka,
yaitu Grade 0 (Kulit intak/ utuh), Grade 1(Tukak superfisial), Grade 2 (Tukak dalam sampai
tendo dan tulang), Grade 3 (Tukak dalam dengan infeksi, Grade 4 (Tukak dengan gangren
pada 1-2 jari ulkus), Grade 5 (tukak dengan gangren luas seluruh ulkus). Penatalaksanaan
terhadap ulkus diabetikum meliputi pencegahan aprimer dan sekunder. Pencegahan primer
dilakukan untuk mencegah terbentuknya ulkus sedangkan pencegahan sekunder dilakukan
untuk mencegah kecacatan dan keparahan tingkat lanjut terhadap ulkus yang sudah terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai