Yesica
NIM : 102013185
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021)
563-1731
e-mail: yesica.ichaa@gmail.com
Abstark
Dermatitis kontak iritan adalah suatu reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang dapat
terjadi pada semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Penyakit yang
disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahanbahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting
pada penyakit ini. Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan, gatal-gatal dan bercak yang
nyeri yang terjadi setelah kontak langsung dengan alergen atau iritan. Kondisi ini dapat
diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak alergik dan iritan. Dermatitis kontak iritan lebih
sering terjadi dan muncul karena kulit berkontak dengan bahan-bahan kimia sementara yang
alergi muncul karena terpapar dengan suatu bahan yang menyebabkan orang tersebut menjadi
sensitif.
Kata kunci: dermatitis ,dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi
Abstract
Dermatitis kontak iritan adalah reaksi inflamasi imunologis non pada kulit yang dapat terjadi
pada orang dari segala usia , ras , dan jenis kelamin . Penyakit yang disebabkan oleh kontak
dengan faktor eksogen dan endogen . Faktor eksogen seperti bahan iritan ( kimia , fisika , dan
biologi ) dan faktor endogen memainkan peran penting dalam penyakit ini . Penyakit ini ditandai
dengan peradangan , gatal dan nyeri patch yang terjadi setelah kontak langsung dengan alergen
atau iritan . Kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai dermatitis kontak alergi dan iritasi .
Dermatitis kontak iritan lebih umum dan muncul sebagai kontak kulit dengan bahan kimia
sementara alergi timbul karena paparan zat yang menyebabkan orang menjadi sensitif
keywords: dermatitis, irritant contact dermatitis, allergy contact dermatitis.
Pendahuluan
Dermatitis kontak iritan adalah suatu reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang
dapat terjadi pada semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Juga
merupakan reaksi peradangan nonimunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan
faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik,
maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.1
Dermatitis kontak pertama kali dipahami (1898) memiliki lebih dari satu mekanisme, dan
saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan
merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau
bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi
spesifik.2
Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan karena
penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan bahan iritan serta
munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis muncul segera setelah pajanan dan
tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan kuantitas, konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh
bahan iritan tersebut.3
Anamesis
Untuk mendiagnosis suatu penyakit dibutuhjan anamnesa terlebih dahulu, yang harus
dilakukan terhadap pasien:
lain.
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yang
dilakukan sehari-hari.
Menanyakan riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga pasien yang pernah
menderita penyakit yang sama seperti pasien atau ada riwayat trauma.1
Pemeriksaan Fisik
Menurut Rietschel dan Flowler, criteria untuk dermatitis kontak iritan sebagai berikut:
1. Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk vesikel
2. Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
3. Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit
4. Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan1,2
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan. Ruam kulit
biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa tes yang dapat
memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan DKI. Tidak ada spesifik
tes yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan
bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari
efek berbagai iritans. 1,3-5
1
Patch Test
Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis
dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang digunakan harus tepat. Jika
terlalu sedikit, dapat memberikan hasil negatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan
jika terlalu tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas
setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut,
dan kemabali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan
ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI, Pemeriksaan patch tes
2
3
Working Diagnostic
Dermatitis Kontak Iritan
DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada
umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya DKI kronis timbul lambat
serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan
DKA. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai.1,4
Manifestasi klinik
Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut,
sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Iritan lemah atau relatif misalnya adalah sabun
colek atau jenis sabun lainnya. Sedangkan jenis iritan kuat adalah air keras. Selain itu juga
banyak hal yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. 6 Berdasarkan
penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontak iritan dibagi menjadi
sepuluh macam, yaitu:
Dermatitis Kontak Iritan Akut
Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut. Penyebab
DKI akut adalah iritan kuat misalnya larutan asam sulfat dan asam hidroklorid, natrium, dan
kalium hidroksida. Intensitas sebanding dengan konsentrasi dan lamanya kontak dengan
iritan. Pada DKI akut, kulit terasa pedih atau panas, rasa terbakar, juga terdapat eritema,
vesikel atau bulla. Luas kelainanya sebatas daerah yang terkena dan berbatas tegas, asimetris.
Pada beberapa individu, gejala subyektif (rasa terbakar, rasa tersengat) mungkin hanya satusatunya manifestasi. Rasa sakit dapat terjadi dalam beberapa detik dari pajanan. Spektrum
perubahan kulit berupa eritma hingga vesikel dan bahan pajanan bahan yang dapat membakar
kulit dapat menyebabkan nekrosis. Secara klasik, pembentukan dermatitis akut biasanya
sembuh segera setelah pajanan, dengan asumsi tidak ada pajanan ulang. Hal ini dikenal
sebagai decrescendo phenomenon. Dermatitis kontak iritan dapat timbul beberapa bulan
setelah pajanan, diikuti dengan resolusi lengkap. Bentuk DKI akut seringkali menyerupai
luka bakar akibat bahan kimia, bulla besar atau lepuhan.
terbang pada malam hari, dimana gejalanya muncul keesokan harinya berupa eritema
yang kemudian dapat menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.5,6
Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)
Dermatitis kontak kronik disebut juga dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan
oleh kontak terus menerus iritan lemah (seperti air, sabun, detergen, dll) biasanya lebih
sering terkena pada tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu,
bulan, bahkan tahun. Sehingga waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling
penting. Dermatitis kontak iritan kronis ini merupakan dermatitis kontak iritan yang
paling sering ditemukan. Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun
akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung.5
dengan pekerjaan, namun angkanya secara tepat sulit diketahui.. Hal ini disebabkan antara
lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan. 6 Sebuah
kusioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acak di Sweden melaporkan
bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama tahun sebelumnya. Orang yang bekerja
pada industri berat, mereka yang bekerja bersentuhan dengan bahan kimia keras yang
memiliki potensial merusak kulit dan mereka yang diterima untuk mengerjakan pekerjaan
basah secara rutin memiliki faktor resiko. Mereka termasuk orang muda, kuat, laki-laki yang
dipekerjakan sebagai pekerja metal, pekerja karet, terapist kecantikan, dan tukang roti.4
Etiologi
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen (iritan dan
lingkungan) dan faktor endogen sangat berperan.1,3
Faktor Eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensial iritan
sebuah bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa
mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk:
Sifat kimia bahan iritan: ph, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah,
serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya ;
Faktor lingkungan: lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor mekanik
seperti tekanan, gesekan atau goresan. Kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu
dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih
rentan pada bahn iritan.1
Faktor Endogen
Faktor Genetik
Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk
mengeluarkan radikal bebas, untuk mengubah level enzym antioksidan, dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya dibawah
kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh terhadap
bahan-bahan ititan. Selain itu, predisposisi genetik terhadap kerentanan bahan iritan
berbeda untuk setiap bahan iritan.1 Pada penelitian, diduga bahwa faktor genetik
6
Pada respon iritan, terdapat komponen menyerupai respon imunologis yang dapat
didemonstrasikan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasan mediator
radang, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit) yang mendapat
rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan
sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1), IL-1,
tumor necrosis factor- (TNF- ). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GMCSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF- adalah salah satu sitokin utama yang berperan
dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility
Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin molecul-I pada keratinosit.1 Pada
dermatitis kontak iritan akut, mekanisme imunologisnya mirip dengan dermatitis kontak
alergi akut. Namun, perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah keterlibatan dari
spesisif sel-T pada dermatitis kontak alergi akut.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik di tempat terjadinya
kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat. Ada dua jenis bahan
iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada
pajanan pertama pada hampir semua orang, sedangkan iritan lemah akan menimbulkan
kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum
oleh karena depilasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga
mempermudah kerusakan sel di bawahnya oleh iritan.6
Gambar 3 : (a-d) mekanisme imunologis terjadinya dermatitis kontak iritan (DKI). (a)
bahan iritan fisik dan kimia memicu pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya
yang disebut sinyal bahaya. (b) sel epidermis dan dermis merespon sinyal bahaya
tersebut. (c) setelah itu, sitokin inflamasi dikeluarkan dari sel residen dan sel inflamasi
Penatalaksanaan
yang sudah terinfiltrasi. Sitokin utama pada proses ini adalah CXCL 8 (bentuk yang dikelan
adalah
IL-8) (d)
sebagai akibatnya, dari produksi sitokin inflamasi, banyak sel inflamasi
Medika
Mentosa
termasuk neutrofil diserang dan dibawa pengaruh picuan inflamasi mengeluarkan
Glukokortikoid topikal
Efek topical dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional
karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari
corticosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada
pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednison
pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg.6
Kompres dingin dengan Burrows Solution
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan
membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3 jam.
Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi
sekunder oleh bakteri. Perubahan ph kulit dan mekanisme antimikroba yang telah
dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten,
dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara
klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan,
glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan
9
Kesimpulan
Dermatitis merupakan penyakit kulit dimana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis
terbagi menjadi eksogen dan endogen. Dimana dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergik merupakan dermatitis eksogen dan keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Kedua
dermatitis ini memiliki prognosis yang baik apabila diobati dengan baik dan benar serta bahan
kontak atau iritasi penyebabnya dapat disingkirkan dengan sempurna.
Daftar Pustaka
1
Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, et al. Edisi ke-6. Ilmu penyakit
11